REVIEWING THE HISTORY OF THE NUSANTARA||we are not a nation of tin cans||"love dive" @The Lost Boys
HTML-код
- Опубликовано: 9 фев 2025
- The Nusantara nation is a very old nation and has long had a great civilization. evidenced by various kinds of artifacts such as ancient human fossils and the Gunung Padang site, West Java. Too bad it was colonized for too long so that it turned into a low self-esteem nation and it was difficult to progress. One way to change this is to free oneself from all forms of colonialism. @The Lost Boys
Alhamdulillah dapat cerita tentang kecanggihan nenek moyang kita.
SIKAP MINDER TERHADAP BANGSA ASING
BUKANLAH CIRIKHAS ORANG MERDEKA
Oleh : Nasrullah Idris
MAKNA hakiki Bangsa Merdeka adalah kesadaran akan persamaan derajat setiap bangsa : ras, sosial, sampai budaya. Sehingga tidak ada alasan untuk minder terhadap bangsa manapun. Jadi sebagai bangsa merdeka, seyogyanyalah tidak memperlihatkan tindak-tanduk yang termasuk karakteristik masyarakat terjajah terhadap penjajah, "langsung terasa di hati" maupun "di bawah alam sadar", seperti minder.
Dengan semangat mengikis sikap minder, gilirannya merangsang kita mencari strategi untuk memberikan kehormatan bangsa, sesuai bidang kita masing-masing. Selanjutnya merangsang kita mengkritisi segala bentuk sindrom penjajahan.
Bung Karno pernah menyitir sebuah kalimat, kebudayaan suatu bangsa sering merupakan hasil perilaku dari kelas penjajah dari komunitas lain. Meskipun bangsa telah dinyatakan merdeka, namun perasaan terjajah masih menyelimuti berbagai segmen masyarakatnya.
Di dalam negeri sendiri, mental terjajah" yang ada pada masa imperialisme, ruhnya masih berkentayangan dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah masih ingin dilestarikan. Padahal "mental terjajah" sampai kapanpun merupakan bagi munculnya "mental penjajah", meskipun tidak harus dalam bentuk fisik.
MERDEKA
Kalau diartikan secara hakiki, "Bangsa Merdeka" bermakna luas. Ia merupakan eksistensi esensial setiap bangsa sebagai konsekwensi penolakan nuraninya terhadap segala bentuk penjajahan. Ini diwujudkan dengan membangkitkan diri bersama rekan-rekan sebangsa untuk keluar dari alam tersebut.
Penjajahan hanya akan menciptakan dehumanisasi di mana martabat manusia mengalami kemerosotan, sehingga posisinya jauh lebih banyak sebagai objek daripada subjek, yang masing-masing memang merupakan activitas khas terjajah dan penjajah.
Bukan itu saja. Lewat penjajahan, terciptalah kesenjangan status sosial antara penjajah dan terjajah, sebagai konsekwensi kesenjangan dalam kesempatan membangun.
Berarti penjajahan hanya akan menciptakan manusia menjadi kurang sempurna, karena berbagai hak asasinya telah dihancurkan oleh oknum yang masih mengaku sebagai manusia.
Bagi ummat manusia yang berhati manusia tentu akan tersayat, tertegun, bahkan tersinggung mendengarkannya, mengapa sampai terjadi makhluk yang dianggap paling mulia dari seluruh makhluk di muka bumi ini?
Untuk mengatasi penjajahan, mereka melakukan perlawanan, meskipun untuk mewujudkannya, harus menghadapi ancaman dan tekanan tekanan, sebagai yang dirintis serta dilakukan para pahlawan Bangsa Merdeka.
Sayangnya minder terhadap bangsa asing masih menyelimuti bangsa kita sampai sekarang.
Lihat pula bursa saham. Kadang-kadang bila investor asing keluar dari pasar, investor domestik pun cenderung mengikut langkah mereka. Sebaliknya, bila investor asing mulai masuk pasar, investor domestik pun seolah terhipnotis untuk ikut masuk pasar. Terjadinya fenomena ini bisa disebabkan oleh karena investor lokal kurang percaya diri. Minder mungkin sekali merupakan pencerminan ketidakmampuan mereka menghadapi kompetisi kalkulasi/analisis berdasarkan beragam variabel yang merupakan titik esensial dalam pengambilan keputusan strategis.
Boleh jadi fenomena mental seperti itu tidak terlepas oleh trauma imperialisme masa lalu. Mungkin karena terlalu lama dijajah Belanda, sehingga banyak dari kita yang menganggap bangsa asing itu lebih superior dalam banyak hal. Khususnya di bidang ekonomi. Karena itu tidak heran kalau fenomena kedisiplinan ilmu disampaikan oleh orang asing cenderung lebih dipercaya serta dijadikan referensi. Selain itu, karena kekalahan jiwa dan pikiran dalam menghadapi berlimpahnya karya perkonomian dari negara maju. Tampaknya fenomena ini berlanjut terus, meskipun sudah lebih 60 kita merdeka.
Terang saja banyak orang yang menolak dianggap demikian, wong persepsinya dikaitkan pada masa lampau, bukan makna hakiki dari kontek. Padahal penguasaan seseorang atas orang lain, esensinya sama dengan yang dimaksud.
Mental terjajah lainnya tampak pada dunia akademik. Kadang-kadang dalam berkomunikasi dinodai oleh hal-hal yang tidak rasional, seolah-olah kacang bisa berubah menjadi berlian bila keluarnya dari mulut orang asing. Bagaimana bangsa mau maju kalau nepotisme dan feodalisme pemikiran masih menyelimuti anak bangsa.
PENUTUP
Pada saat peringatan hari Bangsa Merdeka, setiap tanggal 20 Mei, kita menatap Merah Putih berkibar dengan gagahnya. Kemudian terdengar suara, marilah kita sama-sama berjanji bahwa kita akan selalu berusaha menghapuskan segala bentuk penjajahan yang ada : oleh siapa pun, bentuk apa pun, terhadap siapa pun.
Memang gampang diucapkan. Tetapi coba pengarahannya pada multi dimensi, tidak terbatas pada bentuk teritorial. Pasalnya, untuk menjajah itu tidak perlu mendekati daerah yang bersangkutan. Cukup mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi, yang membuat si mangsa mau tidak mau akan menerimanya.
Berteriak "Merdeka! Merdeka! Merdeka!" sambil mengepalkan tangan, tetapi mental terjajah masih menghinggapi hati, itu sama saja dengan membohongi diri sendiri.
Memang kemerdekaan atas wilayah seperti memberikan banyak harapan. Idealnya memang demikian. Tetapi apa mudah mencapainya bila disertai mental terjajah? Bercerminlah kepada atlit olahraga. Bagaimana pun miskin negaranya tetapi ketika sudah berlagak di arena pertandingan, mereka merasa sebagai manusia bermartabat sejajar dengan lawannya meskipun datang dari negara terkaya.
"Bangsa Merdeka" merupakan hasil manusia-manusia Indonesia yang mempunyai kesadaran atas suatu kekurangan yang sedang dialaminya, yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Selain itu, hasil manusia-manusia Indonesia yang menyadari akan hak untuk menghilangkannya.
Untuk mencapai tujuan, mereka berjuang dengan penuh semangat, antusias, dan strategi, sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang ada, sehingga setelah keinginannya tercapai dalam kurun waktu tertentu, mereka pun memproklamirkannya kepada seluruh bangsa.
Jadi menghayati "Bangsa Merdeka " harus dalam pengertian yang universal, tidak hanya dalam pengertian "merebut kemerdekaan". Dengan demikian akan meningkatkan semangat dan motivasi kita dalam pembangunan yang sesuai dengan karir dan profesi kita. Karena memang demikian maksud dan tujuan peringatan hari "Bangsa Merdeka. (Nasrullah Idris/Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi)