Jika offline, maka bapak ibu guru akan meninggalkan peserta didik, artinya akan ada kekosongan mengajar. Kekosongan mengajar jika di sekolah swasta, maka akan digantikan dengan guru lain sementara, artinya guru yang sedang melaksanakan PPG offline, maka tidak ada honor. Jika offline, maka guru honorer lah yang akan merasa beratnya PPG, harus putar otak untuk biaya kos dan biaya hidupnya. Dan apalagi bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang masih harus diberikan ASI? Ibu-ibu yang sedang hamil besar? Atau ibu - ibu setelah melahirkan normal/SC? Adanya piloting PPG katanya untuk mempercepat dan mempermudah guru dalam PPG karena menargetkan secepatnya guru-guru mendapatkan kesejahteraan. Program yang bagus kenapa tidak dilanjutkan saja? Materi/pelajaran yang ditambahkan, tinggal ditambahkan saja di aplikasinya. Tidak harus offline pa menteri. Zaman sudah canggih, ketika dari Sabang sampai Merauke dapat bertatap muka/bertatap maya lewat zoom/google meet, kenapa tidak memanfaatkan teknologi untuk PPG (mempermudah, mempermurah, mempercepat)
Kemarin dikasih PPG piloting banyak yg membully tidak berkualitas dll, sekarang PPG mau offline lebih berat karena guru kemungkinan akan meninggalkan siswa dan keluarga 😢
Jika offline, maka bapak ibu guru akan meninggalkan peserta didik, artinya akan ada kekosongan mengajar. Kekosongan mengajar jika di sekolah swasta, maka akan digantikan dengan guru lain sementara, artinya guru yang sedang melaksanakan PPG offline, maka tidak ada honor. Jika offline, maka guru honorer lah yang akan merasa beratnya PPG, harus putar otak untuk biaya kos dan biaya hidupnya. Dan apalagi bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang masih harus diberikan ASI? Ibu-ibu yang sedang hamil besar? Atau ibu - ibu setelah melahirkan normal/SC? Adanya piloting PPG katanya untuk mempercepat dan mempermudah guru dalam PPG karena menargetkan secepatnya guru-guru mendapatkan kesejahteraan. Program yang bagus kenapa tidak dilanjutkan saja? Materi/pelajaran yang ditambahkan, tinggal ditambahkan saja di aplikasinya. Tidak harus offline pa menteri. Zaman sudah canggih, ketika dari Sabang sampai Merauke dapat bertatap muka/bertatap maya lewat zoom/google meet, kenapa tidak memanfaatkan teknologi untuk PPG (mempermudah, mempermurah, mempercepat)
Sebaiknya online lebih efektif, karena guru2 kuliah diluar daerah mereka mengajar. Apa pemerintah menanggung transport, tempat kost mereka nanti
Jangan tebang pilih ....ada yang mudah ada yang sulit.... status sama pak....
Saya pilih yang online, pak menteri lanjutin lagi yg pilonting 1, 2, 3.
Assalamualaikum,mohon untuk kami di permudah PPG nya Bu🙏
Jika offline, maka bapak ibu guru akan meninggalkan peserta didik, artinya akan ada kekosongan mengajar. Kekosongan mengajar jika di sekolah swasta, maka akan digantikan dengan guru lain sementara, artinya guru yang sedang melaksanakan PPG offline, maka tidak ada honor.
Jika offline, maka guru honorer lah yang akan merasa beratnya PPG, harus putar otak untuk biaya kos dan biaya hidupnya. Dan apalagi bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang masih harus diberikan ASI? Ibu-ibu yang sedang hamil besar? Atau ibu - ibu setelah melahirkan normal/SC?
Adanya piloting PPG katanya untuk mempercepat dan mempermudah guru dalam PPG karena menargetkan secepatnya guru-guru mendapatkan kesejahteraan.
Program yang bagus kenapa tidak dilanjutkan saja? Materi/pelajaran yang ditambahkan, tinggal ditambahkan saja di aplikasinya. Tidak harus offline pa menteri. Zaman sudah canggih, ketika dari Sabang sampai Merauke dapat bertatap muka/bertatap maya lewat zoom/google meet, kenapa tidak memanfaatkan teknologi untuk PPG (mempermudah, mempermurah, mempercepat)
Setuju pendapat abang
Setuju bang
Setuju bgd dan online tdk memberatkan guru
Setuju
Setuju
Setuju ppg offline dan kalau online banyak yg ga kerja dan pakai sistim joki
kalau offline dan tatap muka sistem belajar nya berrti PPG tahun 2025 bakal byk kelas yg kosong.
Online lebih Krn guru TDK perlu meninggalkan kelas
Kemarin dikasih PPG piloting banyak yg membully tidak berkualitas dll, sekarang PPG mau offline lebih berat karena guru kemungkinan akan meninggalkan siswa dan keluarga 😢
suarakan dikemdikbud akunnkemdikbud atau akun pk abdul mufti agar ppg 2025 lebih dipermudah dr sebelumnya, tdk membuat jarak
Online ppg pak mentri lanjutkan seperti ppg piloting 123
Skema nya offline apa online ?sudah ada belum skema ppg thn 2025?
Online
Jika ofline maka akan meninggalkan sekolah dan itu tidak baik bagi siswa apa lagi ada yang jadi wali kelas 6
Jaman era digital online saja ppg pakk mentri bisa tetap mengajar diklas, tidak mninggalkan murid
ofline agar lebih berkualitas
Assalamualaikum,
Min izin bertanya, untuk lulusan ppg piloting 1,2,3. Apakah akan dapat afirmasi serdik di seleksi PPPK tahap 1 ?
Bgmna dg mengajarnya,,
Ofline lebih baik dan efektif
Bg bapak2 tdk mslh y😂. Mhn maaf ini yg ibu2 gmn coba.
@@elhikari8131 ah yang sebelumnya juga ndak ada maslh
Online ppg pak mentri lanjutkan seperti piloting 123
Jika offline, maka bapak ibu guru akan meninggalkan peserta didik, artinya akan ada kekosongan mengajar. Kekosongan mengajar jika di sekolah swasta, maka akan digantikan dengan guru lain sementara, artinya guru yang sedang melaksanakan PPG offline, maka tidak ada honor.
Jika offline, maka guru honorer lah yang akan merasa beratnya PPG, harus putar otak untuk biaya kos dan biaya hidupnya. Dan apalagi bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang masih harus diberikan ASI? Ibu-ibu yang sedang hamil besar? Atau ibu - ibu setelah melahirkan normal/SC?
Adanya piloting PPG katanya untuk mempercepat dan mempermudah guru dalam PPG karena menargetkan secepatnya guru-guru mendapatkan kesejahteraan.
Program yang bagus kenapa tidak dilanjutkan saja? Materi/pelajaran yang ditambahkan, tinggal ditambahkan saja di aplikasinya. Tidak harus offline pa menteri. Zaman sudah canggih, ketika dari Sabang sampai Merauke dapat bertatap muka/bertatap maya lewat zoom/google meet, kenapa tidak memanfaatkan teknologi untuk PPG (mempermudah, mempermurah, mempercepat)
Ada guru sudah paksain melanjutkan kuliahnya dari D3 keS1 tidak bisa menebus ijazah, karena terhalang biaya, sudah lulus ujian dari tahun 2015
pak mentri sdh tau kalau online banyak curangnya jadi harus ofline agar lebih berkualitas..