kita adalah apa yang kita pikirkan bung, kepercayaan diri kembali lagi ke pikiran kita sendiri, penilaian dari luar adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan ini yang diajarkan oleh stoicism
manusia hidup menjalankan 1.sikap benar 2.sikap pintar -sikap benar adalah sikap orang "bodoh", krn dlm hatinya tetap berpegang teguh pada kebenaran. kebenaran lahir dalam hati paling dalam. -sikap pintar merupakan sikap defense seseorang utk melalui kesulitan hidup. pintar berasal dari otak, krn orang sekolah tinggi dituntut pintar bukan benar, pintar utk "memintari" orang lain -kedua sikap ini saling bergantian melengkapi manusia dalam menjalani hidup, manusia tdk bisa bersikap selalu pintar, jg tdk bisa selalu benar. -contoh: sy melihat dompet sesorang jatuh tanpa disadari pemiliknya, 1. sy kembalikan berarti sy bersikap benar. 2. sy simpan diam2 berarti sy bersikap pintar. -tdk ada sikap manusia yg salah.. yg ada hanya benar dan pintar dalam bersikap
well, saya kurang sependapat dengan poin kedua, yaitu mengobjektivikasi orang lain sebelum orang lain mengobjektivikasi diri kita. Karena hal tersebut menandakan bahwa kita sama saja dengan orang lain tersebut, yakni berusaha memaksakan atau menerapkan standar atau nilai kepada individu yang lain. Padahal menurut Sartre, eksistensi mendahului esensi, yang artinya tidak ada nilai/norma/esensi/hakikat bawaan yang mendefinisikan manusia harus begini-begitu, harus a, harus b dan seterusnya, sehingga dengan demikian manusia bebas untuk mendifinisikan nilainya sendiri, bebas untuk menetapkan standarnya sendiri. oleh karena itu, menurut saya, langkah yang tepat setelah "menidak objektifikasi" adalah menentukan nilai kita sendiri, menentukan standar kita sendiri, menentukan esensi kita sendiri, hal inilah yang dimaksud Nietzsche dengan nihilism aktif.
byk yg pede..mengenali potensi dirinya. cuma ada masalah ketika realita tak sesuai rencana. agar tidak memblaming keadaan dan larut dalam penyesalan. apa ada aliran filsafat yg cocok mengatasi ini bung?
Aku sependapat dengan penuturang yg bung tangkap dari buku itu. Saya juga sudah baca bukunya bbp tahun lalu, btw. Soal kontingensi, terkadang aku bertanya, ketika aku dikatakan baik oleh orang lain, apakah secara otomatis dan autentiknya aku orang baik atau orang baik itu dipersepsi oleh orang lain? Singkatnya, klaim objektivitas yang bersifat subjektivitas. Pandangan yang sama tentang sartre ini, aku dapati juga dapam pikiran2 friederich nietzsche, beyond good and evoli, dll. Hal itu aku dpat di dalam tulisa romo a.setyo wibowo-gaya filsafat nietzsche. Pikiran kontingensi ini kalau dikombinasikan dengan stoik, bakalan seru.
Mungkin telat setahun, pendapat saya mengenai pertanyaan "ketika aku dikatakan baik oleh orang lain, apa secara autentik aku orang baik?" jawabannya sudah ada, itu persepsi orang lain mengenai anda, jika sifatnya jamak (banyak orang yang mengatakan) menjadi kepercayaan inter subjektif (seperti uang jadi nilai tukar barang atau negara sebagai tempat tinggal) bahwa anda dipercaya sebagai orang baik bagi suatu kelompok atau mereka yang menganut persepsi yang sama terhadap diri anda. saya pribadi belum baca bukunya, beberapa penuturan eksistensialisme justru saya dapat melalui media lain misalnya game yaitu Nier Automata, yang dimana easter eggnya juga memunculkan karakter sartre dan pemikirannya tentang cinta.
@@krisnadarma8284 kalau gak salah itu ada animenya deh, aku sempat nonton tapi gak selesai. Baru sampai beberap eps. Beberapa anime dan manga itu secara tidak langsung ada bbp bagian yg mengangkat ttg eksistensialisme, ntah itu secara sada atau tidak dan si pembuatnya
@@hbb2 Iya ada animenya. Untuk nier automata sendiri memang secara konstruksi dibangun dengan ekstensialisme, karena kisahnya tentang "siapa saya" "mengapa saya menjalankan misi" itu menjadi pembahasan yang penting sepanjang gamenya. Saya rasa animenya kurang memberikan keadilan karena kisah dari Nier akan menarik jika sebagai player memposisikan diri sesuai dengan karakter yang sedang dimainkan. Beberapa aspek lain yang masuk pada gamenya ada absurdisme, personal god, dan realitas semu. Jujur ini game yang buat saya lebih terbuka dengan pemikiran-pemikiran berbeda karena saya berasal dari lingkungan konservatif. Spoiler: hanya saja alih-alih menggunakan filosofi ekstensialisme ke arah positif, game ini jadi terjemahan terbaik untuk ekstensialisme dan dampak negatifnya.
Kak saya prodi filsafat, saya mahasiswa akhir yang saat ini sedang mengerjakan skripsi, namun saya masih bingung apa yang harus saya bahas di skripsi saya. Mohon pencerahannya kak
Tapi mungkin punya cara lain untuk membangun kepercayaan diri Anda, boleh sharing di sini.
kita adalah apa yang kita pikirkan bung, kepercayaan diri kembali lagi ke pikiran kita sendiri, penilaian dari luar adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan ini yang diajarkan oleh stoicism
@@yonathanpranotojaya2833 👍
manusia hidup menjalankan
1.sikap benar
2.sikap pintar
-sikap benar adalah sikap orang "bodoh", krn dlm hatinya tetap berpegang teguh pada kebenaran. kebenaran lahir dalam hati paling dalam.
-sikap pintar merupakan sikap defense seseorang utk melalui kesulitan hidup. pintar berasal dari otak, krn orang sekolah tinggi dituntut pintar bukan benar, pintar utk "memintari" orang lain
-kedua sikap ini saling bergantian melengkapi manusia dalam menjalani hidup, manusia tdk bisa bersikap selalu pintar, jg tdk bisa selalu benar.
-contoh:
sy melihat dompet sesorang jatuh tanpa disadari pemiliknya,
1. sy kembalikan berarti sy bersikap benar.
2. sy simpan diam2 berarti sy bersikap pintar.
-tdk ada sikap manusia yg salah..
yg ada hanya benar dan pintar dalam bersikap
Terimakasih om menonton video anda jadi saya mudah memahami pemikiran sastre
👍👍👍
Terimakasih atas pemaparannya, sangat membantu Saya dalam memahami pemikiran Sartre 🙏
Terimakasih Ilmunya Bang🙏🙏🙏🙏
Siap... 👍👍
well, saya kurang sependapat dengan poin kedua, yaitu mengobjektivikasi orang lain sebelum orang lain mengobjektivikasi diri kita. Karena hal tersebut menandakan bahwa kita sama saja dengan orang lain tersebut, yakni berusaha memaksakan atau menerapkan standar atau nilai kepada individu yang lain.
Padahal menurut Sartre, eksistensi mendahului esensi, yang artinya tidak ada nilai/norma/esensi/hakikat bawaan yang mendefinisikan manusia harus begini-begitu, harus a, harus b dan seterusnya, sehingga dengan demikian manusia bebas untuk mendifinisikan nilainya sendiri, bebas untuk menetapkan standarnya sendiri.
oleh karena itu, menurut saya, langkah yang tepat setelah "menidak objektifikasi" adalah menentukan nilai kita sendiri, menentukan standar kita sendiri, menentukan esensi kita sendiri, hal inilah yang dimaksud Nietzsche dengan nihilism aktif.
Luar biasa bang ulasannya🙏
👍
Terima kasih atas ilmunya bang, ini channel yang bermuatan intelektual
👍👍
Izin Pak
Kalo misal membangun kepercayaan diri dengan membangun pola pikir yg positif itu masuk ga pak...hatur nuhun sebelumnya....
👍👍
byk yg pede..mengenali potensi dirinya. cuma ada masalah ketika realita tak sesuai rencana. agar tidak memblaming keadaan dan larut dalam penyesalan. apa ada aliran filsafat yg cocok mengatasi ini bung?
Ada stoikisme nama aliran filsafatnya
Aku sependapat dengan penuturang yg bung tangkap dari buku itu. Saya juga sudah baca bukunya bbp tahun lalu, btw. Soal kontingensi, terkadang aku bertanya, ketika aku dikatakan baik oleh orang lain, apakah secara otomatis dan autentiknya aku orang baik atau orang baik itu dipersepsi oleh orang lain? Singkatnya, klaim objektivitas yang bersifat subjektivitas. Pandangan yang sama tentang sartre ini, aku dapati juga dapam pikiran2 friederich nietzsche, beyond good and evoli, dll. Hal itu aku dpat di dalam tulisa romo a.setyo wibowo-gaya filsafat nietzsche. Pikiran kontingensi ini kalau dikombinasikan dengan stoik, bakalan seru.
Mungkin telat setahun, pendapat saya mengenai pertanyaan "ketika aku dikatakan baik oleh orang lain, apa secara autentik aku orang baik?" jawabannya sudah ada, itu persepsi orang lain mengenai anda, jika sifatnya jamak (banyak orang yang mengatakan) menjadi kepercayaan inter subjektif (seperti uang jadi nilai tukar barang atau negara sebagai tempat tinggal) bahwa anda dipercaya sebagai orang baik bagi suatu kelompok atau mereka yang menganut persepsi yang sama terhadap diri anda.
saya pribadi belum baca bukunya, beberapa penuturan eksistensialisme justru saya dapat melalui media lain misalnya game yaitu Nier Automata, yang dimana easter eggnya juga memunculkan karakter sartre dan pemikirannya tentang cinta.
@@krisnadarma8284 kalau gak salah itu ada animenya deh, aku sempat nonton tapi gak selesai. Baru sampai beberap eps. Beberapa anime dan manga itu secara tidak langsung ada bbp bagian yg mengangkat ttg eksistensialisme, ntah itu secara sada atau tidak dan si pembuatnya
@@hbb2 Iya ada animenya. Untuk nier automata sendiri memang secara konstruksi dibangun dengan ekstensialisme, karena kisahnya tentang "siapa saya" "mengapa saya menjalankan misi" itu menjadi pembahasan yang penting sepanjang gamenya. Saya rasa animenya kurang memberikan keadilan karena kisah dari Nier akan menarik jika sebagai player memposisikan diri sesuai dengan karakter yang sedang dimainkan. Beberapa aspek lain yang masuk pada gamenya ada absurdisme, personal god, dan realitas semu. Jujur ini game yang buat saya lebih terbuka dengan pemikiran-pemikiran berbeda karena saya berasal dari lingkungan konservatif.
Spoiler: hanya saja alih-alih menggunakan filosofi ekstensialisme ke arah positif, game ini jadi terjemahan terbaik untuk ekstensialisme dan dampak negatifnya.
Salam bang, mohon di bahas dalam kontennya, buku falsafatuna karya M .baqir shadr 🙏
Sudah pernah sebagian. Di awal-awal video..
Up
Kak saya prodi filsafat, saya mahasiswa akhir yang saat ini sedang mengerjakan skripsi, namun saya masih bingung apa yang harus saya bahas di skripsi saya.
Mohon pencerahannya kak
Kuliah filsafat di mana mbak??
Di jakarta kak
Tidak percaya diri tapi bisa hidup bersama dengan Simone de Beauvoir selama hidupnya..
Kayakx Sartre berhasil menidak..😀
Asikk... eksistensialisme, EKSISTENSI (materialisme/empirisme) vs ESENSI (idealism), kok cuman pendek bung?
Masih disiapkan yang panjang bung... Hejehe..
@@CahyaningNalar keren
@@henroade7218 siap bung..👍
Kalau pada orang gila gimana bang kajian eksistensinya??
😎
🔥🔥
Saya suka video mas,, kok pinter? Belajar di mana mas? hehehe