Pramoedya Ananta Toer Documentary Part 1 by Arngrim Ytterhus

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 10 сен 2024
  • This film presents Pramoedya Ananta Toers dramatic life, his main work and the historical background in Indonesia through colony rule and dictatorship.
    The Indonesian writer Pramoedya Ananta Toer was several times Asias candidate for the Nobel Prize in literature. He created his main novels when he lived under inhuman conditions as a political prisoner on the remote island of Buru. He told stories to his fellow inmates as a source of hope and survival. During his years on the prison island it was a growing international pressure for Pramoedyas release, led by Günter Grass, and in the end his stories found their way through strange channels to readers around the world. The film was made by Arngrim Ytterhus from Norway, a dedicated reader of Pramoedyas books.

Комментарии • 14

  • @eriquerique
    @eriquerique 13 лет назад +7

    My intellectual hero! May he rest in peace!

  • @chandubhanarkar3383
    @chandubhanarkar3383 3 года назад +2

    Wow such a brave and intelligent writer 👍 love and respect from India ❤️

  • @sonnymak
    @sonnymak 12 лет назад +2

    Aku merinduimu wahai Pak Pram. Dari Keluarga Gerilya hingglah Cerita dari Blora. Kamu gergasi bahasa kita merentasi selat Melaka di Malaysia. Aku menggarap konflik manusia watak-watakmu di kuliah. Mengharap agar kamu dapat anugerah Nobel buat kebanggaan kita semua. Namun kesilapan ideologi politikmu dulu menghantui hidupmu. Kebebasan tak dikecapimu sehingga hanya penghujung riwayatmu.

    • @OctaSalsabila-yu3wt
      @OctaSalsabila-yu3wt 7 месяцев назад

      Sejarah hidup saya adalah perampasan, semua persis seperti kata-kata pak Pram

  • @RyutoGesshoku
    @RyutoGesshoku 12 лет назад +2

    Tetralogi buru menyerap saya punya jiwa...
    Perlahan, cintaku tumbuh, untuk Bangsa, Annelies, dan Pramoedya...

  • @OctaSalsabila-yu3wt
    @OctaSalsabila-yu3wt 7 месяцев назад

    Anehnya berturut-turut menjadi nominasi nobel tpi stu kalipun tak pernah dapat, saat menghadari undangan wktu itupun juga malah berakhir penghargaan lokal ada yg beranggapan karena buruknya terjemahan ke berbagai bahasa asing yg sampai mengurangi nilai karya pak pram, ada pula yang mengatakan karena penguasa waktu itu mengunjungi juri satu persatu dan mengatakan hal-hal buruk tentang pram, saya tidak tahu yang mana yang benar, tapi semua persis seperti kata pak pram, kalau beliau menulis tidak untuk mendapatkan penghargaan tapi lebih-lebih memperjuangkan apa yang seharusnya dan itu tercermin sekali dalam setiap karyanya, wajar jika penguasa waktu itu geram dan beberapa karyanya ada yang sampai tidak terselematkan. Alfatihah untuk beliau

  • @akhmadpriyambodo9866
    @akhmadpriyambodo9866 2 года назад

    Terima kasih banyak 🙏🏼

  • @sugengpancaatmaja2103
    @sugengpancaatmaja2103 Год назад

    UNIQUE, INDAH, AND GREATEST, TAPI KEMATIAN, BAHAGIA DI DUNIA BUKAN TUHAN, AKAL DAN NAFSU CHENG LONG BUKANLAH TJUHAN, TRIMZ

  • @faktaSegar
    @faktaSegar 5 лет назад +1

    Pram membangkitkan semangatku

  • @SyafrilRamadhon
    @SyafrilRamadhon 13 лет назад +2

    Colonialism in indonesia now, presented by the government and the feudalism, more tragic and even more worst than the colonialism by the Netherlander and the Japanese

  • @laurentsmith7131
    @laurentsmith7131 11 лет назад +2

    Kandidat Peraih Nobel? Mengagumkan...

  • @ceritafiksi4176
    @ceritafiksi4176 11 лет назад +1

    setiap zaman punya tokohnya

  • @sonnymak
    @sonnymak 12 лет назад

    Walau aku menyayangimu tapi Bung Karno telah memporakperandakan ekonomi Indonesia. Banyak pergolakan dan penindasan yang tak peri kemanusian berlaku di zaman akhir Bung Karno yg rata rata tak demokratik.