Satu hal yg saya amati dari keraton2 di Jawa Tengah dan Jogja ini adalah, tidak adanya kajian ulang sejarah budaya Jawa kuno yg masih belum terpengaruh Belanda. Seperti busana prajuritnya, patung2 Eropa yg nyempil di keraton, tembok yg dicat putih bukannya tembok khas Jawa yg menonjolkan bata merah dgn ragam hias ulir dan relief indah. Menyerap budaya Cina atau India ke dalam budaya Jawa masih aman, sebab sebagai sesama bangsa Asia, kita pada dasarnya punya budaya yg hampir sama. Tapi budaya Eropa adalah kisah berbeda, sebagai orang Jawa dari subs suku Arek'an utara, hal paling tdk nyaman di mata adalah saat parade keraton, dimana para prajurit yg berbaris memakai busana yg 180° berbeda dgn busana Jawa kuno. Entah apa yg dipikirkan pihak keraton sampai2 menggabungkan busana Jawa dgn busana Belanda yg (mohon maaf sebesar2nya) sangat tidak membuat saya sebagai orang Jawa bangga🙏🙏🙏 Sekali lagi saya minta maaf Tolong dikaji ulang, saya tidak ada masalah dgn blangkon yg merupakan pengaruh islam, meskipun di wilayah saya tinggal tdk terlalu menyerap budaya blangkon, tapi saya sangat bermasalah dgn busana2 Belanda yg ikut dilestarikan. Kalo leluhur Kesultanan Demak bisa merubah busana prajurit Majapahit dgn blangkon, dan kalo Kesultanan Jogja Solo dulu bisa merubah busana peninggalan Demak jadi berbau kolonialisme seperti saat ini, bukankah keraton Jogja Solo saat ini juga bisa mengembalikan marwah budaya Jawa kuno tanpa ada tanda sisa2 penjajah? Tidak harus balik ke era Majapahit, cukup balik ke busana blangkon ala Mataram islam sudah sangat cukup. Beberapa wilayah di Jawa Timur punya budaya yg mirip dgn Bali, orang2 di wilayah Tengger saya yakin juga pasti sangat heran jika disuruh melihat parade keraton Jogja, yg prajuritnya berbusana setengah Belanda. Sesuatu yg tidak akan pernah singkron di mata awam mereka, yg seumur hidupnya menggunakan busana dan budaya warisan Majapahit. Dengan "dianggapnya" Jogja Solo sebagai identitas budaya Jawa, kami yg berasal dari kawasan budaya Jawa tanpa pengaruh busana Belanda jadi dianggap meniru2 Bali saat parade karnaval, bahkan saking tdk terkenalnya budaya Jawa Timur, Bujang Anom pernah dikira dari papua oleh "oknum" Influencer, dan pura2 yg ada di Jawa Timur sisi selatan dan Timur selalu dibilang meniru budaya Bali. Saya bangga dgn semua budaya Jawa, tapi saya kurang bangga dgn busana pengaruh Belanda yg masih dilestarikan di keraton, dan sayangnya keraton tersebut "diklaim" sebagai sumber budaya Jawa.
imo lompatan budayanya terlalu jauh. bahkan, kalau gak mau tanggung2, langsung ke jaman mataram kuno. dan kalau lompatnya terlalu jauh, malah gak punya pakem resmi yang bisa digunakan, karena catatan jaman mataram kuno pun tidak terlalu jelas.. dan gimanapun, malah terjadi gegar budaya yang sangat jauh dengan kondisi masyarakat dan teknologinya. sama aja ngebayangin ratu elizabeth setiap hari pake gaun yang bawahnya pake mirip kandang ayam itu, dan kemana mana pake kereta kuda.
Eyang kakung saya sebagai amtenaar jaman Belanda. Kepala Bagian Pekerjaan Umum sebelum perang dunia ke II , setelan pakaiannya kain batik, jas putih, blangkon / udeng batik alas kakinya selop.adat makannya sendok, garpu dan pisau, wijikan dg gelas minum mengkilat dan serbet putih itulah budaya synkron sesuai dg.zaman bermobil Buick dg. sopir berseragam berwarna khaki.Eyang, beliau orang pribumi Jawa namanya Raden Rameli,nama kehormatan dari Kesultanan yg juga diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda atas karir dan jabatannya.
Ini dari pribadi saya yg belajar sejarah kerajaan2 Jawa Yang anda maksudkan karena "tidak sedap" dipandang ada bagian Belandanya, sebetulnya itu sudah eksis dari tahun 1800an akhir menjelang abad 20. Penggunaan beskap dan dibordir emas itu saja sudah pengaruh kolonial. Memasuki abad 19 dan bertepatan dg Perang Jawa/Perang Diponegoro, prajurit2 Kraton mulai diatur cara berbusana tiap2 bregada. Abad 19 sdh terpengaruh byk budaya kolonial, dan itu sudah ada sejak era Sultan pertama, Sri Sultan HB I hingga sekarang. Sri Sultan HB I jg sdh terpengaruh kolonial, baik penggunasn beskap, arsitektur, menggunakan mandor portugis, dll. Jika anda menginginkan keraton Surakarta dan Yogyakarta seperti tradisional abad 16-17, sama saja anda menghancurkan warisan tradisi lainnya dari abad 18-20. Justru pengaruh Eropa di Surakarta dan Yogyakarta itu biarlah menjadi kejujuran dalam melihat sejarah dan arkeologi, perbedaan Mataram Islam sebelum dan sesudah perjanjian Giyanti. Soal pendapat anda kita kurang riset,saya setuju. Saya meneliti keras transisi Jawa dari Hindu ke Islam abad 15-17, baik dari Arsitektur, Busana, budaya, makanan, bahasa & tulisan, dll. Penggunaan baju takwa yg diklaim ciptaan Sunan Kalijaga saja saya tidak percaya. Busana Demak, Cirebon, Giri Kedaton, Banten, dan Mataram Islam awal juga saya yakin sangat berbeda dg busana sekarang, yg dikira semua memskai surjan/baju takwa, blangkon, dll. Saya meneliti lithografi dari arsip2 asing yg mendokumentasikan Jawa abad 16-17 itu berbeda dr bayangan org sekarang. Dokumen mengenai bangsawan Banten dan Jawa, dimana bangsawan memakai baju berkancing rapat, ada yang terbuka dadanya tidak dikancing. Mereka dikawal pelayan bertelanjang dada dan memakai kain selutut, ada yg membawakan payung dan pedang. Pemutup kepala ada dari sorban, ada kombinasi sorban dan kuluk, ada yg tergerai panjang rambut. Hal ini berbeda bayangan org sekarang seolah2 memakai beskap dan bros, memakai cinde dan kain batik menjulur. Rakyat Jawa abad 16-17 masih banyak bertelanjang dada, memakai ikat kain tak beraturan (bukan blangkon, itu ciptaan Mangkunegoro VIII), memakai kain selutut utk beraktifitas (seperti relief candi2), ada yg memaksi seperti peci dan berambut pendek, ada yg memakai baju sederhana seperti baju kurung melayu. Para wanita cuma memakai kain sampai menutup payudara, bersanggul, ada yg sdh memakai baju tetapi bukan kebaya tapi semacam baju kurung tradisional, memakai selendang.
Saya support sekali revitalisasi tembok keraton Baluwarti ini dan akan kebanggaan masyarakat Yogyakarta dan Indonesia dan semoga Pemerintah Indonesia juga bisa merevitalisasi keraton keraton lain yang ada di Nusantara
Assalamualaikum wr.wbr...terimakasih berita update nya ttg revitalisasi benteng baluwerti yg kami2 tunggu2, karena selalu komplet, visualisasi, drone,dan narasinya....salam dr Tulungagung.
seyogyanya bangunan yang menempel di seputar tembok di pisahkan . melingkar seluruh bangunan tembok . biar lebih afdol. baik yang didalam atau diluar tembok. ok
Di tenda biru itu di bawah pohon beringin tempat saya naik bentor karena sudah gak sanggup keliling eh tembus nya di situ pas di tujuk yg tmbus ke timur , terimakasih chanel ini mengingatkan kembali saat itu di jogya
Seharusnya dibuat agar beberapa meter di luar tembok dan beberapa meter di dalam tembok itu tidak boleh ada bangunan. Jadi dibuat ruang terbuka hijau (taman). Seperti di Thailand Tembok Kerajaannya di luar dan dalam itu kosong tidak ada bangunan. Dan itu jadi destinasi wisata. Orang datang dan berfoto di tembok kerajaan, karena tembok kerajaannya juga menggunakan arsitektur tradisional dan diukir, serta menggunakan desain yang menarik.
Satu yg aku agak greget sama revitalisasi keraton jogja ini : pertama lapangan alun² keraton yg diisi pasir bukan rumput dan yg kedua rumah² didalam tembok keraton dan yg bersinggungan sama tembok baluwarti ini gak bs di gusur.... Pdhl jogja bisa punya ruang terbuka hijau yg luar biasa luas klw bisa digusur itu bangunan terus di buat taman2 kayak istana² di eropa
Kenapa hunian ga di revitalisasi.. Jarak 10 mtr min dr benteng... Jd keliatan megah benteng nya... Ga teelibahat ruwet... Dan tinggi nya juga di batasi... Jgn melebihi benteng.. Pasti lbh rapi dan asri rapi
Yang bagian luar bentenh harusnya di bongkar juga, dan diganti jalur pedestrian, taman dan spot2 wisata tanpa PKL.. jadi wujud benteng nampak dr luar dan dalam..
sok nek wes rampung kabeh, nyobo duwure benteng didadikne jogging track + area wisata, dikei kursi2 + tempat sampah koyo malioboro. no penjual, no pengamen, no tukang parkir.....dijamin unik dan rame wisatawan. dijaga 24 jam karo abdi dalem, ono sing mlaku gowo tombak, ono sing meneng koyo ng krajaan inggris. 100% menambah suasana jaman kerajaan.
Lah pas lihat denah benteng, koq bagian depan keraton koq malah bolong? Itu kalo diserang musuh gimana? Kayanya ga masalah klo dibikin pelengkung besar dan dinding tinggi pas depan keraton.
Masalahnya musuhnya Inggris sedang Belanda adalah negara kecil di Eropa dan negara kalahan di Eropa, akibatnya Belanda kalah di kuasai Inggris karena Keraton Jogja terikat perjanjian Giyanti
dan mereka bilang, kraton itu budaya Islam 😂😂😂 Islam itu tdk membuat parit, Islam itu menjalin koneksi, dgn syarat, parit dan syarat tentu berbeda dalam hal tawar menawar,
0:42 Betapa indahnya kalau bisa di kembalikan kebentuk semula.. Kok kemudian bisa ada bangunan ruko2 di luar benteng itu sejarahnya gimana ya.?? Atau diperjualbelikan.?? Atau hanya HGB.??
Apakah pembangunan ini didanai dengan danais? Di Jogja namanya Baluwerti kalau di Kraton Solo namanya Baluwarti dan lebih tinggi temboknya, tapi tidak ada struktur segi empat di pojok-pojoknya. Btw Jogja bersih & rapi. 🙂
Sangat di sayang kan kenapa banyak pemungiman di dalam benteng dan kenapa juga kok bisa dulu2 nya tanah dalam benteng itu bisa jadi hak milik warga.... Seharus nya demi ke lestarian kraton sebaik nya di dalam pagar benteng itu di kosong kan di kembali kan fusi nya sebagai tanah kraton dan di kosong kan jadi kelihatan estetika nya kraton... Kalau benteng di refitalisasi lagi tapi kalau di dalam kawsan dalam kok ada perumahan kan secara menorial kan tidak logis... Sebeb tidak identik dengan suwasana kraton yang sesungguh nya
Namanya juga Indonesia penjabat nya aja malas buat tata kota di Indonesia lebih rapih eh kelamaan dah jadi seperti india aja kalah sama negara tetangga tapi apalagi sekarang lagi berbenah apalagi ada rencana seluruh kota kabal nya mau di kasih ke bawah tanah
Kalo Tembok Baluwarti Keraton Surakarta apakah juga diapit oleh bangunan rumah seperti Yogya? Bagaimana kondisi tembok Baluwarti di Surakarta min? Apakah Baluwarti Surakarta luasnya sama dengan di Yogyakarta?
Ya itu sama aja pembohongan sejarah. Ini bukan era Mataram Islam awal abad 16-17 yg masih pake bata merah tanpa plester. Setelah pecahnya Mataram, pembangunan bangunan dari batu bata mulai diplester, ini jg terpengaruh kolonial dmn temboknya rata2 diplester. Diplester spt ini lebih kuat, Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan HB I ) belajar dari jebolnya benteng2 Mataram baik di Pleret /Kerta, dan Kartasura. Waktu gegernya Kartasura, para pasukan Tionghoa menjebol benteng Baluwerti dan dikeruk dg mudahnya, sampean bisa menemukan bekasnya di Kartasura. Sementara Baluweti Yogyakarta butuh ditembaki meriam bertubi2, sehingga Bastion Timur Laut hancur
@@deanbowie3774 masalahnya musuhnya Inggris, sedang Belanda negara kecil dan kalahan di Eropa, akibatnya di serang Inggris Belanda takluk Keraton Jogja jatuh ke Inggris, Inggris senjata canggih mudah menghancurkan beteng Keraton Jogja dan kemudian Keraton Jogja pecah menjadi Pakualaman pas jaman di jajah Inggris, setelah Inggris tidak menjajah Keraton Jogja maka Keraton Jogja kembali ke Belanda sesuai dengan perjanjian Giyanti, perjanjian Giyanti berakhir pas Belanda di jajah Nazi Hitler Jerman
Tanah stasiun tugu sdng digugat oleh pihak kraton. Ada klaim tanah itu milik kraton. Kalo milik negara saja digugat.... Jgn2 tanah milik warga terutama yg ada di dalam beteng bisa jadi suatu saat juga akan diklaim oleh kraton?? 😢😢😢
@qadrinurrahman tapi banyak yg punya sertifikat tanah lho... dan yg menerbitkan sertifikat tanah itu kan pemerintah (negara RI). Kalo setau sy tanah yg ada kekancingan itu tanah magersari dan tanah yg bersertifikat itu bukan magersari.
@@qadrinurrahman Setahu sy tanah yg bersertifikat spt itu dahulunya adalah tanah "paringan ndalem" yg diberikan oleh Ngarsodalem kepada Abdidalem dgn status milik penuh dan bisa diperjualbelikan... cmiiw Untuk contoh tanah magersari itu tanah beteng yg bangunan2nya kini dibongkar dan didirikan (renovasi) beteng baru skrng ini. Tanah2 itu dulu memang dipinjamkan oleh pihak kraton kpd warga tertentu dan boleh didirikan bangunan model "kotangan". Dlm perjanjiannya bila sewaktu-waktu diminta oleh pihak kraton maka hrs diserahkan dan ternyata warga dpt ganti rugi...... lumayan lah...
Satu hal yg saya amati dari keraton2 di Jawa Tengah dan Jogja ini adalah, tidak adanya kajian ulang sejarah budaya Jawa kuno yg masih belum terpengaruh Belanda. Seperti busana prajuritnya, patung2 Eropa yg nyempil di keraton, tembok yg dicat putih bukannya tembok khas Jawa yg menonjolkan bata merah dgn ragam hias ulir dan relief indah.
Menyerap budaya Cina atau India ke dalam budaya Jawa masih aman, sebab sebagai sesama bangsa Asia, kita pada dasarnya punya budaya yg hampir sama. Tapi budaya Eropa adalah kisah berbeda, sebagai orang Jawa dari subs suku Arek'an utara, hal paling tdk nyaman di mata adalah saat parade keraton, dimana para prajurit yg berbaris memakai busana yg 180° berbeda dgn busana Jawa kuno. Entah apa yg dipikirkan pihak keraton sampai2 menggabungkan busana Jawa dgn busana Belanda yg (mohon maaf sebesar2nya) sangat tidak membuat saya sebagai orang Jawa bangga🙏🙏🙏
Sekali lagi saya minta maaf
Tolong dikaji ulang, saya tidak ada masalah dgn blangkon yg merupakan pengaruh islam, meskipun di wilayah saya tinggal tdk terlalu menyerap budaya blangkon, tapi saya sangat bermasalah dgn busana2 Belanda yg ikut dilestarikan.
Kalo leluhur Kesultanan Demak bisa merubah busana prajurit Majapahit dgn blangkon, dan kalo Kesultanan Jogja Solo dulu bisa merubah busana peninggalan Demak jadi berbau kolonialisme seperti saat ini, bukankah keraton Jogja Solo saat ini juga bisa mengembalikan marwah budaya Jawa kuno tanpa ada tanda sisa2 penjajah?
Tidak harus balik ke era Majapahit, cukup balik ke busana blangkon ala Mataram islam sudah sangat cukup.
Beberapa wilayah di Jawa Timur punya budaya yg mirip dgn Bali, orang2 di wilayah Tengger saya yakin juga pasti sangat heran jika disuruh melihat parade keraton Jogja, yg prajuritnya berbusana setengah Belanda. Sesuatu yg tidak akan pernah singkron di mata awam mereka, yg seumur hidupnya menggunakan busana dan budaya warisan Majapahit.
Dengan "dianggapnya" Jogja Solo sebagai identitas budaya Jawa, kami yg berasal dari kawasan budaya Jawa tanpa pengaruh busana Belanda jadi dianggap meniru2 Bali saat parade karnaval, bahkan saking tdk terkenalnya budaya Jawa Timur, Bujang Anom pernah dikira dari papua oleh "oknum" Influencer, dan pura2 yg ada di Jawa Timur sisi selatan dan Timur selalu dibilang meniru budaya Bali.
Saya bangga dgn semua budaya Jawa, tapi saya kurang bangga dgn busana pengaruh Belanda yg masih dilestarikan di keraton, dan sayangnya keraton tersebut "diklaim" sebagai sumber budaya Jawa.
Hal ini sudah dijelaskan Pramudya Ananta Tur di novelnya Bumi Manusia. Baca di sana secara seksama.
pergantian seragam prajurit karena kebijakan modernisasi pasukan keraton jaman itu
imo lompatan budayanya terlalu jauh. bahkan, kalau gak mau tanggung2, langsung ke jaman mataram kuno. dan kalau lompatnya terlalu jauh, malah gak punya pakem resmi yang bisa digunakan, karena catatan jaman mataram kuno pun tidak terlalu jelas.. dan gimanapun, malah terjadi gegar budaya yang sangat jauh dengan kondisi masyarakat dan teknologinya. sama aja ngebayangin ratu elizabeth setiap hari pake gaun yang bawahnya pake mirip kandang ayam itu, dan kemana mana pake kereta kuda.
Eyang kakung saya sebagai amtenaar jaman Belanda. Kepala Bagian Pekerjaan Umum sebelum perang dunia ke II , setelan pakaiannya kain batik, jas putih, blangkon / udeng batik alas kakinya selop.adat makannya sendok, garpu dan pisau, wijikan dg gelas minum mengkilat dan serbet putih itulah budaya synkron sesuai dg.zaman bermobil Buick dg. sopir berseragam berwarna khaki.Eyang, beliau orang pribumi Jawa namanya Raden Rameli,nama kehormatan dari Kesultanan yg juga diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda atas karir dan jabatannya.
Ini dari pribadi saya yg belajar sejarah kerajaan2 Jawa
Yang anda maksudkan karena "tidak sedap" dipandang ada bagian Belandanya, sebetulnya itu sudah eksis dari tahun 1800an akhir menjelang abad 20. Penggunaan beskap dan dibordir emas itu saja sudah pengaruh kolonial. Memasuki abad 19 dan bertepatan dg Perang Jawa/Perang Diponegoro, prajurit2 Kraton mulai diatur cara berbusana tiap2 bregada. Abad 19 sdh terpengaruh byk budaya kolonial, dan itu sudah ada sejak era Sultan pertama, Sri Sultan HB I hingga sekarang. Sri Sultan HB I jg sdh terpengaruh kolonial, baik penggunasn beskap, arsitektur, menggunakan mandor portugis, dll.
Jika anda menginginkan keraton Surakarta dan Yogyakarta seperti tradisional abad 16-17, sama saja anda menghancurkan warisan tradisi lainnya dari abad 18-20. Justru pengaruh Eropa di Surakarta dan Yogyakarta itu biarlah menjadi kejujuran dalam melihat sejarah dan arkeologi, perbedaan Mataram Islam sebelum dan sesudah perjanjian Giyanti.
Soal pendapat anda kita kurang riset,saya setuju. Saya meneliti keras transisi Jawa dari Hindu ke Islam abad 15-17, baik dari Arsitektur, Busana, budaya, makanan, bahasa & tulisan, dll. Penggunaan baju takwa yg diklaim ciptaan Sunan Kalijaga saja saya tidak percaya. Busana Demak, Cirebon, Giri Kedaton, Banten, dan Mataram Islam awal juga saya yakin sangat berbeda dg busana sekarang, yg dikira semua memskai surjan/baju takwa, blangkon, dll.
Saya meneliti lithografi dari arsip2 asing yg mendokumentasikan Jawa abad 16-17 itu berbeda dr bayangan org sekarang. Dokumen mengenai bangsawan Banten dan Jawa, dimana bangsawan memakai baju berkancing rapat, ada yang terbuka dadanya tidak dikancing. Mereka dikawal pelayan bertelanjang dada dan memakai kain selutut, ada yg membawakan payung dan pedang. Pemutup kepala ada dari sorban, ada kombinasi sorban dan kuluk, ada yg tergerai panjang rambut. Hal ini berbeda bayangan org sekarang seolah2 memakai beskap dan bros, memakai cinde dan kain batik menjulur.
Rakyat Jawa abad 16-17 masih banyak bertelanjang dada, memakai ikat kain tak beraturan (bukan blangkon, itu ciptaan Mangkunegoro VIII), memakai kain selutut utk beraktifitas (seperti relief candi2), ada yg memaksi seperti peci dan berambut pendek, ada yg memakai baju sederhana seperti baju kurung melayu. Para wanita cuma memakai kain sampai menutup payudara, bersanggul, ada yg sdh memakai baju tetapi bukan kebaya tapi semacam baju kurung tradisional, memakai selendang.
Saya support sekali revitalisasi tembok keraton Baluwarti ini dan akan kebanggaan masyarakat Yogyakarta dan Indonesia dan semoga Pemerintah Indonesia juga bisa merevitalisasi keraton keraton lain yang ada di Nusantara
Yang paling menantang adalah menjaga agar tembok-tembok benteng ini afar tetap bersih dari grafiti dan coret-coretan yang menyakitkan mata.
Berarti hrs ada patroli 24jam lbh keren patroli berkuda sklian atraksi wisata😅😅😅
@TrisSabirin-wl8th dikasih kawat listrik sekalian
Terimakasih atas vidionya. Sangat jelas. Dan tentunya menantikan update benteng keraton berikutnya.
Assalamualaikum wr.wbr...terimakasih berita update nya ttg revitalisasi benteng baluwerti yg kami2 tunggu2, karena selalu komplet, visualisasi, drone,dan narasinya....salam dr Tulungagung.
Semangat
Dan jangan ragu dalam mengambil tiap keputusan demi kelangsungan hidup bermasyarakat
Kebersihan bagian dari iman
Mestinya Bangunan didepan Benteng yg terletak di samping Jalan raya/besar ikut dibongkar juga..jangan yg ndalem benteng saja...😊😊😊😊
Ya, pasti seluruh benteng lur, ini sdg berjalan revitalisasinya.
Tinggal nunggu proses karena juga butuh biaya juga kan
Baik pak lurah...matur suwun arahannya
Menunggu habis HGB nya dulu
siap pak nanti biar saya proses
Mari kita lestarikan budaya dan lestarikan peninggalan leluhur kita bravo Ngayogyokarto
😂😂
mantab mas.. saya selalu ikuti perkembanganya.. salam dari Blitar
seyogyanya bangunan yang menempel di seputar tembok di pisahkan . melingkar seluruh bangunan tembok . biar lebih afdol. baik yang didalam atau diluar tembok. ok
Di tenda biru itu di bawah pohon beringin tempat saya naik bentor karena sudah gak sanggup keliling eh tembus nya di situ pas di tujuk yg tmbus ke timur , terimakasih chanel ini mengingatkan kembali saat itu di jogya
Terimakasih kembali pak, sehat selalu
Legowo bagi yg menempati tanah kraton beberapa generasi apabila diminta oleh kraton iklas lahir batin kalau kontrak bertahun tahun berapa duit
andai bangunan depan beteng bersih dari bangunan ...jalan di lebarin dan beteng kelihatan bagus dan gagah ...seperti dulu kala
Seharusnya dibuat agar beberapa meter di luar tembok dan beberapa meter di dalam tembok itu tidak boleh ada bangunan. Jadi dibuat ruang terbuka hijau (taman). Seperti di Thailand Tembok Kerajaannya di luar dan dalam itu kosong tidak ada bangunan. Dan itu jadi destinasi wisata. Orang datang dan berfoto di tembok kerajaan, karena tembok kerajaannya juga menggunakan arsitektur tradisional dan diukir, serta menggunakan desain yang menarik.
Perlu proses luur dan perlu anggaran kalo yang di luar benteng itu bersertifikat
Baik pak lurah...
Awalnya dulu di luar benteng malah dikelilingi parit atau jagang
wah saya baru tau jokteng wetan yang hancur karena geger sepehi sudah selesai di restorasi. mantap!
sy peenah kos di dalam beteng ini daerah nagan lor, samping mangkuwilayahan.sejarang smpn 17. 2thn. 85 sampai 87, oh sangat berkesan.
Harusnya sisi luar juga dibongkar, biar kelihatan bagus dan gagah sebagai destinasi wisata 👍🏽👍🏽
Nah bener bgt, jadikan taman kota keren
Perlu proses pembebasannya
Baik pak lurah....matur suwun arahannya...
Besok mendekati hari h mau buat vlog buat kenang2an rumah di kampung masa kecil ku ini 😢
Tiang dan tali listriknya ditanam dengan bentengnya agar tidak mengangu pejalan kaki.
Semoga benteng kalau sudah jadi tidak di tanami pohon. Ada pot. Ada jemuran..
Biar enak buat sepedaan
Sayang tembok keraton itu sudah Hancur ( semoga ada pemugaran demi mempertahankan Peninggalan Budaya )....📌
Satu yg aku agak greget sama revitalisasi keraton jogja ini : pertama lapangan alun² keraton yg diisi pasir bukan rumput dan yg kedua rumah² didalam tembok keraton dan yg bersinggungan sama tembok baluwarti ini gak bs di gusur.... Pdhl jogja bisa punya ruang terbuka hijau yg luar biasa luas klw bisa digusur itu bangunan terus di buat taman2 kayak istana² di eropa
Terimakasih update benteng keraton Yogyakarta
Sama-sama pak, semoga bermanfaat
Ikut nyimak.. benteng kraton Yogyakarta..bossque👍😁
Kenapa hunian ga di revitalisasi.. Jarak 10 mtr min dr benteng... Jd keliatan megah benteng nya... Ga teelibahat ruwet... Dan tinggi nya juga di batasi... Jgn melebihi benteng.. Pasti lbh rapi dan asri rapi
Maaf mas Agus, mungkin nama kampung di sebelah plengkung Wijilan adalah Mangunegaran, bukan Mangkunegaran🙏 beda satu huruf, beda lokasi jauh
Terimakasih pak koreksinya ,
Ya mangunnegaran betul ...
Yang bagian luar bentenh harusnya di bongkar juga, dan diganti jalur pedestrian, taman dan spot2 wisata tanpa PKL.. jadi wujud benteng nampak dr luar dan dalam..
Itu semua HGB..nanti kedepannya ada lg revitalisasi...butuh proses
Mantap 👍, bro. Jadi berapa KM tadi keliling lewat bagian dalam benteng? Lebih kali ya kalau cuma 4KM...
lebih om sampe kelupaan , tapi keliatan di grafisnya
sok nek wes rampung kabeh, nyobo duwure benteng didadikne jogging track + area wisata, dikei kursi2 + tempat sampah koyo malioboro. no penjual, no pengamen, no tukang parkir.....dijamin unik dan rame wisatawan. dijaga 24 jam karo abdi dalem, ono sing mlaku gowo tombak, ono sing meneng koyo ng krajaan inggris. 100% menambah suasana jaman kerajaan.
Baik pak lurah...matur suwun arahannya,,tapi maaf gak masuuuuuukkkkkk
Lah pas lihat denah benteng, koq bagian depan keraton koq malah bolong? Itu kalo diserang musuh gimana? Kayanya ga masalah klo dibikin pelengkung besar dan dinding tinggi pas depan keraton.
Apakah plengkung zaman dulu ada pintu gerbangnya? Sepertinya ada. Kalau tidak kan bisa diserang oleh musuh?
Ada mas dan pas selesai perang dengan keadaan aman baru di lepas dan di bongkar
Masalahnya musuhnya Inggris sedang Belanda adalah negara kecil di Eropa dan negara kalahan di Eropa, akibatnya Belanda kalah di kuasai Inggris karena Keraton Jogja terikat perjanjian Giyanti
dan mereka bilang, kraton itu budaya Islam 😂😂😂 Islam itu tdk membuat parit, Islam itu menjalin koneksi, dgn syarat, parit dan syarat tentu berbeda dalam hal tawar menawar,
Gusur saja semua bangunan yang ada di pinggir jalan di luar benteng nya biar kelihatan
Sabarr, nantinya akan begituu..
0:42
Betapa indahnya kalau bisa di kembalikan kebentuk semula..
Kok kemudian bisa ada bangunan ruko2 di luar benteng itu sejarahnya gimana ya.??
Atau diperjualbelikan.?? Atau hanya HGB.??
Itu hanya HGB..nnti ada proses revitalisasi lgi kedepannya..
Mas apa rumah rumah yg mepet benteng dari arah luar akan diterbitkan juga masa bentengnya depetan sama rumah orang
Tinggal keraton kreatif buat sesuatu yg gak pernah dunia lihat.
Lovely Jogja
Apakah pembangunan ini didanai dengan danais? Di Jogja namanya Baluwerti kalau di Kraton Solo namanya Baluwarti dan lebih tinggi temboknya, tapi tidak ada struktur segi empat di pojok-pojoknya. Btw Jogja bersih & rapi. 🙂
@@YusufAbdurrohman betul dengan danais
keren y
Kalo sebelumnya itu bangunan apa.rumah/toko???
Ya ada rumah/warung/toko bahkan masjid..tp semua surat hnya HGB bkn SHM...
Sangat di sayang kan kenapa banyak pemungiman di dalam benteng dan kenapa juga kok bisa dulu2 nya tanah dalam benteng itu bisa jadi hak milik warga.... Seharus nya demi ke lestarian kraton sebaik nya di dalam pagar benteng itu di kosong kan di kembali kan fusi nya sebagai tanah kraton dan di kosong kan jadi kelihatan estetika nya kraton... Kalau benteng di refitalisasi lagi tapi kalau di dalam kawsan dalam kok ada perumahan kan secara menorial kan tidak logis... Sebeb tidak identik dengan suwasana kraton yang sesungguh nya
Namanya juga Indonesia penjabat nya aja malas buat tata kota di Indonesia lebih rapih eh kelamaan dah jadi seperti india aja kalah sama negara tetangga tapi apalagi sekarang lagi berbenah apalagi ada rencana seluruh kota kabal nya mau di kasih ke bawah tanah
Min beteng sebelah timur alun alun utara lupa ke rivew
@@Analog_horor_indonesia woo iya betul he he
@agusbintarto plengkung wijilan ke barat masih ada sepotong beteng yang jarang kesorot media min. Di belakang kafe kafe yang ada pendoponya min
@@Analog_horor_indonesia siap om kapan kapan tak mlipir, moga bisa melihat dari dekat
@@agusbintarto mantap min . Semoga sukses min
Apa bila bangunan di luar benteng di hilangkan kelihatan megah sekali
Nnti kedepannya ada revitalisasi lgi...
Mas untuk aplikasi spedo meter apa ya....boleh share tulisannya...matur suwun
@@mellianproperty aplikasi ULYSSE SPEDOMETER , di Android utk ambil data gps. Nanti diolah di virb edit garmin
@@agusbintarto ok terima kasih mas
Tanah diluar benteng itu milik siapa? Kalo bisa di pindahkan aja yang tinggal dan usaha disitu.
Titik startnya mulai dari kandang macan jane min 🥲
Kalo Tembok Baluwarti Keraton Surakarta apakah juga diapit oleh bangunan rumah seperti Yogya?
Bagaimana kondisi tembok Baluwarti di Surakarta min?
Apakah Baluwarti Surakarta luasnya sama dengan di Yogyakarta?
Kok lama sekali membangun bentengnya
Kenapa ngk bata halus dan rapi persisi aja ya pagernya ngk sah di cor smen halus biar dpet kuno nya kaya pager candi2 atau kota2 era jaman dulu😂
Kalo gaya kraton jogja eman sudah diplester n cat putih, kalo bata halus era mataram islam sampe mataram hindu.
@MatiusDwi-ww9zp oh gtu ya..😂🤭
Ya itu sama aja pembohongan sejarah. Ini bukan era Mataram Islam awal abad 16-17 yg masih pake bata merah tanpa plester. Setelah pecahnya Mataram, pembangunan bangunan dari batu bata mulai diplester, ini jg terpengaruh kolonial dmn temboknya rata2 diplester. Diplester spt ini lebih kuat, Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan HB I ) belajar dari jebolnya benteng2 Mataram baik di Pleret /Kerta, dan Kartasura. Waktu gegernya Kartasura, para pasukan Tionghoa menjebol benteng Baluwerti dan dikeruk dg mudahnya, sampean bisa menemukan bekasnya di Kartasura. Sementara Baluweti Yogyakarta butuh ditembaki meriam bertubi2, sehingga Bastion Timur Laut hancur
@deanbowie3774 oh ini mah kerajaan modern ya jaman belanda..
@@deanbowie3774 masalahnya musuhnya Inggris, sedang Belanda negara kecil dan kalahan di Eropa, akibatnya di serang Inggris Belanda takluk Keraton Jogja jatuh ke Inggris, Inggris senjata canggih mudah menghancurkan beteng Keraton Jogja dan kemudian Keraton Jogja pecah menjadi Pakualaman pas jaman di jajah Inggris, setelah Inggris tidak menjajah Keraton Jogja maka Keraton Jogja kembali ke Belanda sesuai dengan perjanjian Giyanti, perjanjian Giyanti berakhir pas Belanda di jajah Nazi Hitler Jerman
Kami adalah pemeriksa tawangan anda, jadi bukan teman2 .Pergunakanlah bahasa Indonesia selayaknya, seribu terima kasih atas perhatiannya
yo jelas banyak, beranak banyak, sekeluarga anaknya 6 kere semua
Tanah stasiun tugu sdng digugat oleh pihak kraton. Ada klaim tanah itu milik kraton.
Kalo milik negara saja digugat.... Jgn2 tanah milik warga terutama yg ada di dalam beteng bisa jadi suatu saat juga akan diklaim oleh kraton?? 😢😢😢
Kalo dalam benteng itu semua sultan ground to ya den... yang nempati dapetnya kekancingan/hak guna bangunan
@qadrinurrahman tapi banyak yg punya sertifikat tanah lho... dan yg menerbitkan sertifikat tanah itu kan pemerintah (negara RI). Kalo setau sy tanah yg ada kekancingan itu tanah magersari dan tanah yg bersertifikat itu bukan magersari.
@@juliantomsi5449 kok bisa ya kalo jeron beteng ada sertifikat tanah, bisa jadi dulunya dijual gtu apa ya.m
@@qadrinurrahman Setahu sy tanah yg bersertifikat spt itu dahulunya adalah tanah "paringan ndalem" yg diberikan oleh Ngarsodalem kepada Abdidalem dgn status milik penuh dan bisa diperjualbelikan... cmiiw
Untuk contoh tanah magersari itu tanah beteng yg bangunan2nya kini dibongkar dan didirikan (renovasi) beteng baru skrng ini. Tanah2 itu dulu memang dipinjamkan oleh pihak kraton kpd warga tertentu dan boleh didirikan bangunan model "kotangan". Dlm perjanjiannya bila sewaktu-waktu diminta oleh pihak kraton maka hrs diserahkan dan ternyata warga dpt ganti rugi...... lumayan lah...
@@juliantomsi5449 bisa jadi mas, soalnya kakek saya dlu juga diberi tanah sm PG
Ternyata kota yogya banysk warga miskon
Maaf itu gunanya apa ya