Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Part One Pembelajaran Ke-4 hadits Ke-289 dari Ibnu Umar رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا, di atas adalah sebagai berikut; Pentingnya iman dalam kehidupan rumah tangga dan dari sini kita bisa menyadari bahwa imanlah yang bisa mengontrol seorang suami, sebagaimana imanlah yang mengontrol sikap seorang istri. Imanlah yang membuat suami tidak menggunakan power kepemimpinannya dengan semena-mena, sebagaimana iman juga yang membuat istri lebih mudah tunduk kepada suaminya dan menjalankan tanggungjawabnya di rumah dan anak-anak dan itu fungsinya iman. Karena kalau “Kalian adalah Pemimpin” orang akan merasa bebas melakukan apapun, namun kalau dilanjutkan kata-katanya “Dan kalian akan ditanya oleh Allah” itu membuat kita menginjak pedal rem dalam kehidupan. Itu yang membuat kita berfikir 1000x untuk melakukan kezhaliman untuk arogan dihadapan istri kita jika kita suami, dan membuat istri untuk berfikir 1000x untuk membantah suaminya atau tidak nurut sama suaminya kecuali kalau itu maksiat atau menghalangi dia dari kewajiban kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Selama itu tidak mengahalangi dia dari kewajiban kepada Allah dia akan سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا dihadapan suaminya. Karena dia akan ditanya sama Allah. Jadi kalau wanita itu beriman meskipun dia typical misalnya kalau bahasa kita Alpha Woman adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perempuan dengan kemauan kuat, dominan, tegas, dan berkualitas dalam memimpin dan tidak akan bermasalah dan performa dia sangat baik ketika menjadi istri. Sebagaimana apabila suami itu punya watak yang keras tapi kalau dia beriman dan dia yakin akan ditanya sama Allah, dia akan berusaha baik dengan istrinya. Jadi faktor Iman sebelum menikah dan ketika membangun pernikahan itu bukan untuk mengekang atau menghalang-halangi seseorang dari sosok yang dia sukai secara pisik atau personal yang dipikir sebagian orang, tapi justru untuk membantu dia dalam menjalani rumah tangga dan mensupport dia agar bisa menjalankan rumahtangganya dengan baik sehingga mendapatkan Sakinah Mawaddah Warahmah. Sebagian para ulama mengatakan, jangan jadikan kesalahan orang lain atau kesalahan pihak lain menjadi alasan kita melakukan kesalahan karena itu tidak ada manfaatnya di Hari Kiamat untuk diri kita. Session Tanya-Jawab: Tanya: Bagaimana cara agar mendapatkan suami atau istri yang beriman dan bagi yang sudah taaruf atau proses menuju pernikahan. Bagaimana cara mengetahui pasangan kita adalah orang yang beriman agar tidak salah dalam memilih pasangan hidup, mohon nasihatnya. Jawab: Do’a kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى minta pertolongan kepada Allah. Tidak ada yang lebih tahu tentang kualitas pasangan kita kecuali الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan benar-benar minta kepada Rabbul A’lamiin dan manfaatkan waktu-waktu mustajab seperti 1/3 malam terakhir, pada waktu sujud, sore hari di Hari Jum’at, kalau bisa Umrah berdo’a pada saat Umrah, kalau bisa Haji berdo’a di Arafah karena pasangan itu merupakan keputusan besar dalam hidup dan itu game changer dalam kehidupan seseorang, peta bisa berubah 180° dengan pernikahan, jadi sangat layak untuk diperjuangkan di waktu-waktu terbaik dan di tempat-tempat terbaik dalam berdo’a. Lalu coba perbaiki diri kita, karena الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman dalam QS An-Nur; 26 yang berbunyi; الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ Yang artinya, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (QS An-Nur; 26). Dan ayat ini tidak bisa dipisahkan dengan kejadian yang dialami oleh Aisyah رضي الله تَعَالَى عنها ketika beliau di fitnah melakukan perzinahan atau perselingkuhan. Lalu الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membersihkan dan memutihkan nama baik beliau dan mengatakan bahwa karena suami beliau adalah laki-laki terbaik maka beliau adalah wanita terbaik. Lalu kita juga tahu hadits Nabi ﷺ, Bunda ‘A`isyah رضي الله تَعَالَى عنها mendengar Nabi ﷺ bersabda: الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ artinya, “Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok” (HR Bukhari). Makanya Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى mengatakan bahwa orang baik akan cenderung dan mencari orang baik dan orang buruk akan cenderung dan mencari orang buruk, jadi kalau kita ingin mencari pasangan orang baik dan beriman coba perjuangkan iman kita dulu. Karena itu hukum umum, bukan mutlak memang, karena kita tahu Nabi Nuh dengan istrinya, Nabi Luth dengan istrinya, Asiyah dengan suaminya, tapi hukum umumnya demikian. Adapun satu dua contoh itu pengecualian atau anomali, dan kaidah itu dikaitkan dengan kasus mayoritas dan kasus mayoritas wanita yang baik akan Allah pertemukan dengan laki-laki yang baik dan begitu juga sebaliknya. Kemudian hati-hati dalam berproses dan cari informasi selengkapnya tentang calon kita dan tanya orang-orang yang sudah sangat mengenal orang ini dan tahu bagaimana kualitas orang ini dan usahakan khususnya, kata para ulama hendaknya kita bermusyawarah dengan orang yang agamanya baik, ilmunya baik dan berpengalaman, baik laki-laki apalagi wanita. Jadi jangan proses sendirian kata para ulama, tiba-tiba bagi-bagi undangan saja. Minta pandangan atau pendapat khususnya orang-orang bijak yang kita kenal, orang-orang yang berilmu yang mengerti apalagi orang tersebut mengerti karakter kita, tanya ke mereka khususnya kita wanita, karena hukum asalnya wanita hendaknya melibatkan walinya, karena itu fungsi wali dijelaskan para ulama. Fungsi walia adalah mengawal putrinya kalau itu Ayah atau kakak, adik wanita yang ada dikeluarganya dari proses awal sampai ke pelaminan dan menikahkan. Jadi fungsi wali bukan sebatas hanya ‘saya nikahkan putri atau kakak atau adik saya’ itu klimaks dalam proses Akad, namun hendaknya wali itu mengawal dari awal, dari mulai ‘siapa orang ini, jujur atau tidak, terpercaya atau tidak, coba lakukan fit and proper lalu konfrontir dengan apa yang dia sampaikan, double cross check, dia mengaku kerja dimana kalau perlu cek ke tempat kerjanya, dan seterusnya, harus di cek dan hati-hati dalam masalah ini lalu diskusi dengan ahlinya. Setelah itu tawakal kepada Allah dan jangan lupa Shalat Istikharah dan semoga Allah memberikan taufik agar kita mendapatkan yang terbaik. To be continued Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Jum’at, 28 Muharram 1444 AH/26 Agustus 2022 M Ahida Muhsin
Last Part Tanya: Ini adalah masalah yang saya hadapi, dan saya bicarakan ke suami untuk mendapatkan arahan karena hati saya lagi buruk, apakah ini termsuk gibah? Atau semua masalah kita diam saja dan tidak memberitahukan suami dalam hal apapun dan apakah kita boleh berdiskusi kepada pihak terkait tentang masalah tersebut? Setiap dosa pasti ada balasannya meski sudah ditobati dan apakah setiap dosa pasti ada balasannya meski sudah di tobati, mohon nasihatnya. Jawab: Kalau memang kita tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut kecuali konsultasi, minta masukan, arahan, nasihat atau fatwa, maka pada saat kita meminta tersebut itu tidak termasuk gibah yang diharamkan. Namun yang perlu kita ingat ini kondisi darurat atau hajat, dan kaidah fiqih mengatakan, ‘untuk melakukan ini seperlunya saja’ artinya kalau kita cukup menceritakan ini 5 menit jangan sampai 10 menit, kalau kita buka aib orang dalam satu sisi diri dia, jangan buka dua aibnya. Jadi buka yang ada hubungannya saja dengan masalah atau masalah itu saja, adapun kita tahu aibnya di point-point yang lain atau sisi-sisi yang lain itu tidak boleh di buka. Jadi hanya yang berkaitan dengan masalah itu saja lalu kalau bisa tidak menyebutkan nama, jangan menyebutkan nama dihadapan suami, kecuali kalau dibutuhkan, jadi seperlunya. Dan kita tahu orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa dan itu dijelaskan Nabi ﷺ. dan kita tahu arti dari Istighfar itu meminta agar dosa itu di kubur, dihilangkan dan tidak ada efeknya. Dan Allah janji akan kabulkan do’a kita. Dan semoga tidak ada balasannya. Namun pertanyaannya, sudah benar kah taubat dan istighfar kita?. Istighfar dan taubat bukan hanya di ucapkan, tapi harus dihayati dan yang dikabulkan sama Allah itu do’a dan minta ampun yang melibatkan hati “Berdo’alah kepada Allah dan dalam kondisi anda yakin dikabulkan dan ketahuilah Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai dan tidak fokus”, jadi kalau benar-benar taubat dengan Taubatan Nasuha In Sha Allah, Allah terima bahkan pasti Allah terima. Yang menjadi masalah seberapa bagus kualitas tobat kita. Belum lagi kalau dosa itu berkaitan dengan orang lain, lalu disumpah dido’akan keburukan, karena Nabi ﷺ bersabda, “Hati-hati dengan do’a orang yang terzhalimi, karena tidak ada hijab antara dia dengan Allah”, benar kita bertaubat, namun taubat kita tidak langsung setelah berapa tahun dengan Taubatan Nasuha, sedangkan dari dia melakukan kezhaliman itu sampai dia taubat mungkin ada jangka waktu 1-2 tahun orang tersebut menyumpahi terus, sedangkan disumpahi itu diijabah sama Allah, dan dia belum bertaubat. Lalu pertanyaannya apakah semua orang yang langsung bertaubat itu langsung Allah kabulkan? Makanya itu alasannya Nabi ﷺ beristighfar dan bertaubat 100x setiap hari. Coba evaluasi diri kita, di H+ berapa kita bertaubat dan istighfar? Itu hal penting. Jadi tidak akan ada balasannya jika benar-benar Taubat dengan Taubatan Nasuha. Tanya: Terkait kutipan cerita yang Ustadz sampaikan dengan dosa zina di masa lalu terhadap orang yang single jika sudah Taubat dengan Taubatan Nasuha namun masih menemui effect hingga saat ini. Lalu taubat apa lagi yang harus dilakukan atau di tempuh agar Allah mengampuni sebesar-besarnya ampunan, mohon saran dan nasihatnya. Jawab: Sekali lagi apabila kita Taubat dengan Taubatan Nasuha Allah akan ampuni. Itu kaidah, hanya saja pertanyaanya apakah kita benar-benar Taubat dengan Taubatan Nasuha? Dan apakah kita segera taubat setelah melakukan dosa tersebut? Karena semakin ditunda maka semakin banyak hal yang bisa terjadi. Kalau dosanya ke pihak lain, atau orang itu menzhalimi temannya lalu temannya tersebut terlanjur mendo’akan yang buruk dan dia belum bertaubat, maka do’a temannya itu yang kejadian, karena do’a orang yang terzhalimi diijabah. Sebagian ulama seperti ulama Madzhab Syafiiyah menjelaskan bahwa zina itu dosa yang sangat serius, maka diantara efeknya bisa mendowngrade seseorang walaupun secara dosa sudah diampuni oleh Allah. Makanya dalam Bab Kesetaraan dalam ilmu fiqh antara suami istri secara umum hendaknya suami itu levelnya setara dengan level istri atau lebih dalam beberapa sisi khususnya dalam masalah agama dan sudut pandangnya adalah suami ke istri atau lebih dari istrinya dalam beberapa sisi yang dijelaskan oleh para ulama fiqh dan ada beberapa silang pendapat dalam sisi-sisi tersebut khususnya masalah agama. Karena suami adalah pemimpin, dan pemimpin seyogyanya minimum selevel, kalau bisa diatasnya. Dan dalam Bab Kesetaraan ini, sebagian ulama seperti ulama-ulama Madzhab Syafiiyah mengatakan, ‘Wanita yang berzina walaupun sudah bertaubat tetap tidak bisa satu level dengan suaminya secara kafaah jika suaminya tidak pernah berzina’. Tapi apakah boleh menikah? Kalau sudah bertaubat boleh. Jadi di dalam kehidupan ini ada hal-hal atau kesalahan-kesalahan yang walaupun secara dosa sudah tidak ada, tapi tetap meninggalkan bekas atau membuat seseorang tidak bisa mendapatkan titik itu lagi. Jadi untuk memberikan pesan bahwa ada kesalahan-kesalahan yang memang fatal dan itu sebagai ibrah bagi yang lain, tapi apakah kartu mati? Pintu taubat tetap terbuka dan orang bisa bertaubat. Ada banyak kemungkinan kalau kita mendengar kisah seperti ini dan kisah ini memang benar-benar terjadi. Maka bisa dilihat apa dosanya, apakah dosa itu meninggalkan jejak atau tidak, membekas atau tidak, lalu cacat atau tidak. Karena dosa atau kesalahan itu bertingkat-tingkat. Kemudian apakah benar-benar sudah bertaubat? Dan apakah langsung bertaubat atau tidak? Jangan-jangan di tunda. Sama dengan penyakit, ada penyakit yang harus di operasi di golden time, kalau tidak misalnya akan menimbulkan efek yang macam-macam misalnya terjadi pengentalan darah atau darahnya menjalar kemana-mana. Artinya bisa terjadi diberbagai macam kehidupan, kalau sudah terjadi akhirnya timbul penyesalan karena ketidaktahuan dan kurangnya ilmu. Begitu juga dengan dosa, ada dosa yang perlu ditangani langsung kalau tidak akan menyebar kemana-mana dan itulah pentingnya belajar. Namun intinya kalau kita benar dan jujur Allah tidak akan zhalimi kita dan jangan putus asa. Dan berbeda antara dampak dosa ketika orang itu tidak mengerti dan tidak tahu dengan saat dia berdosa dia tahu. Allah katakan “Apakah sama orang yang sudah tahu dengan orang yang belum tahu?” jadi ada banyak bacaan yang memungkinkan dalam sebuah kasus. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Jum’at, 28 Muharram 1444 AH/26 Agustus 2022 M Ahida Muhsin
Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush, semoga Allah selalu merahmati imam Nawawi, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami dan seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz
Semoga imam Nawawi, orang tua beliau dan guru guru beliau dirahmati Alloh. Para ulama, umat muslim semuanya, ustad dan tim yang dirahmati Alloh. Pertanyaan kunci di akhir sesi : apakah sama antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu ?
Alhamdulillah, Jazakumullah Khairan Katsira Ustadz dan team 🙏 Semoga Allah limpahkan rahmat-Nya kepada semua ulama kita, guru kita, untuk Ustadz sekeluarga, untuk team, dan untuk semua umat muslim di manapun berada Alhamdulillah Ustadz, saya inget, jauh sebelumnya (beberapa tahun yg lalu) saya pernah dengerin kajian Ustadz (masih lewat RUclips belum bisa langsung, insyaallah suatu saat nanti bisa kajian langsung), waktu itu Ustadz sampaikan bahwa "Barangsiapa yang jujur Allah akan wujudkan cita citanya", lalu Ustadz sampaikan sebuah ayat yaitu QS Al Isra:80. Ustadz rekomendasikan untuk baca doa dari ayat tersebut dan. Ustadz sampai kan bahwa ayat tersebut memiliki makna yg indah (berhubungan dg pembahasan jujur dan cita cita). Dan ustadz sampaikan "Insyallah akan dikaji untuk membedah makna ayat tersebut" Dan sampai saat ini saya masih menyimpan penasaran ,rasa ingin tau tentang makna ayat tersebut Ustadz Semoga suatu saat nanti Allah takdirkan, Ustadz untuk mengkaji makna ayat tersebut dan menyampaikan dalam kajian, Aamiin Barakallahu fikum Ustadz 🙏🙏
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Part One
Pembelajaran Ke-4 hadits Ke-289 dari Ibnu Umar رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا, di atas adalah sebagai berikut;
Pentingnya iman dalam kehidupan rumah tangga dan dari sini kita bisa menyadari bahwa imanlah yang bisa mengontrol seorang suami, sebagaimana imanlah yang mengontrol sikap seorang istri. Imanlah yang membuat suami tidak menggunakan power kepemimpinannya dengan semena-mena, sebagaimana iman juga yang membuat istri lebih mudah tunduk kepada suaminya dan menjalankan tanggungjawabnya di rumah dan anak-anak dan itu fungsinya iman. Karena kalau “Kalian adalah Pemimpin” orang akan merasa bebas melakukan apapun, namun kalau dilanjutkan kata-katanya “Dan kalian akan ditanya oleh Allah” itu membuat kita menginjak pedal rem dalam kehidupan. Itu yang membuat kita berfikir 1000x untuk melakukan kezhaliman untuk arogan dihadapan istri kita jika kita suami, dan membuat istri untuk berfikir 1000x untuk membantah suaminya atau tidak nurut sama suaminya kecuali kalau itu maksiat atau menghalangi dia dari kewajiban kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Selama itu tidak mengahalangi dia dari kewajiban kepada Allah dia akan سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا dihadapan suaminya. Karena dia akan ditanya sama Allah. Jadi kalau wanita itu beriman meskipun dia typical misalnya kalau bahasa kita Alpha Woman adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perempuan dengan kemauan kuat, dominan, tegas, dan berkualitas dalam memimpin dan tidak akan bermasalah dan performa dia sangat baik ketika menjadi istri. Sebagaimana apabila suami itu punya watak yang keras tapi kalau dia beriman dan dia yakin akan ditanya sama Allah, dia akan berusaha baik dengan istrinya. Jadi faktor Iman sebelum menikah dan ketika membangun pernikahan itu bukan untuk mengekang atau menghalang-halangi seseorang dari sosok yang dia sukai secara pisik atau personal yang dipikir sebagian orang, tapi justru untuk membantu dia dalam menjalani rumah tangga dan mensupport dia agar bisa menjalankan rumahtangganya dengan baik sehingga mendapatkan Sakinah Mawaddah Warahmah.
Sebagian para ulama mengatakan, jangan jadikan kesalahan orang lain atau kesalahan pihak lain menjadi alasan kita melakukan kesalahan karena itu tidak ada manfaatnya di Hari Kiamat untuk diri kita.
Session Tanya-Jawab:
Tanya: Bagaimana cara agar mendapatkan suami atau istri yang beriman dan bagi yang sudah taaruf atau proses menuju pernikahan. Bagaimana cara mengetahui pasangan kita adalah orang yang beriman agar tidak salah dalam memilih pasangan hidup, mohon nasihatnya.
Jawab: Do’a kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى minta pertolongan kepada Allah. Tidak ada yang lebih tahu tentang kualitas pasangan kita kecuali الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan benar-benar minta kepada Rabbul A’lamiin dan manfaatkan waktu-waktu mustajab seperti 1/3 malam terakhir, pada waktu sujud, sore hari di Hari Jum’at, kalau bisa Umrah berdo’a pada saat Umrah, kalau bisa Haji berdo’a di Arafah karena pasangan itu merupakan keputusan besar dalam hidup dan itu game changer dalam kehidupan seseorang, peta bisa berubah 180° dengan pernikahan, jadi sangat layak untuk diperjuangkan di waktu-waktu terbaik dan di tempat-tempat terbaik dalam berdo’a. Lalu coba perbaiki diri kita, karena الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman dalam QS An-Nur; 26 yang berbunyi;
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Yang artinya, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (QS An-Nur; 26).
Dan ayat ini tidak bisa dipisahkan dengan kejadian yang dialami oleh Aisyah رضي الله تَعَالَى عنها ketika beliau di fitnah melakukan perzinahan atau perselingkuhan. Lalu الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membersihkan dan memutihkan nama baik beliau dan mengatakan bahwa karena suami beliau adalah laki-laki terbaik maka beliau adalah wanita terbaik. Lalu kita juga tahu hadits Nabi ﷺ, Bunda ‘A`isyah رضي الله تَعَالَى عنها mendengar Nabi ﷺ bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ artinya, “Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok” (HR Bukhari). Makanya Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى mengatakan bahwa orang baik akan cenderung dan mencari orang baik dan orang buruk akan cenderung dan mencari orang buruk, jadi kalau kita ingin mencari pasangan orang baik dan beriman coba perjuangkan iman kita dulu. Karena itu hukum umum, bukan mutlak memang, karena kita tahu Nabi Nuh dengan istrinya, Nabi Luth dengan istrinya, Asiyah dengan suaminya, tapi hukum umumnya demikian. Adapun satu dua contoh itu pengecualian atau anomali, dan kaidah itu dikaitkan dengan kasus mayoritas dan kasus mayoritas wanita yang baik akan Allah pertemukan dengan laki-laki yang baik dan begitu juga sebaliknya. Kemudian hati-hati dalam berproses dan cari informasi selengkapnya tentang calon kita dan tanya orang-orang yang sudah sangat mengenal orang ini dan tahu bagaimana kualitas orang ini dan usahakan khususnya, kata para ulama hendaknya kita bermusyawarah dengan orang yang agamanya baik, ilmunya baik dan berpengalaman, baik laki-laki apalagi wanita. Jadi jangan proses sendirian kata para ulama, tiba-tiba bagi-bagi undangan saja. Minta pandangan atau pendapat khususnya orang-orang bijak yang kita kenal, orang-orang yang berilmu yang mengerti apalagi orang tersebut mengerti karakter kita, tanya ke mereka khususnya kita wanita, karena hukum asalnya wanita hendaknya melibatkan walinya, karena itu fungsi wali dijelaskan para ulama. Fungsi walia adalah mengawal putrinya kalau itu Ayah atau kakak, adik wanita yang ada dikeluarganya dari proses awal sampai ke pelaminan dan menikahkan. Jadi fungsi wali bukan sebatas hanya ‘saya nikahkan putri atau kakak atau adik saya’ itu klimaks dalam proses Akad, namun hendaknya wali itu mengawal dari awal, dari mulai ‘siapa orang ini, jujur atau tidak, terpercaya atau tidak, coba lakukan fit and proper lalu konfrontir dengan apa yang dia sampaikan, double cross check, dia mengaku kerja dimana kalau perlu cek ke tempat kerjanya, dan seterusnya, harus di cek dan hati-hati dalam masalah ini lalu diskusi dengan ahlinya. Setelah itu tawakal kepada Allah dan jangan lupa Shalat Istikharah dan semoga Allah memberikan taufik agar kita mendapatkan yang terbaik.
To be continued
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Jum’at, 28 Muharram 1444 AH/26 Agustus 2022 M
Ahida Muhsin
Syukron...
Last Part
Tanya: Ini adalah masalah yang saya hadapi, dan saya bicarakan ke suami untuk mendapatkan arahan karena hati saya lagi buruk, apakah ini termsuk gibah? Atau semua masalah kita diam saja dan tidak memberitahukan suami dalam hal apapun dan apakah kita boleh berdiskusi kepada pihak terkait tentang masalah tersebut? Setiap dosa pasti ada balasannya meski sudah ditobati dan apakah setiap dosa pasti ada balasannya meski sudah di tobati, mohon nasihatnya.
Jawab: Kalau memang kita tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut kecuali konsultasi, minta masukan, arahan, nasihat atau fatwa, maka pada saat kita meminta tersebut itu tidak termasuk gibah yang diharamkan. Namun yang perlu kita ingat ini kondisi darurat atau hajat, dan kaidah fiqih mengatakan, ‘untuk melakukan ini seperlunya saja’ artinya kalau kita cukup menceritakan ini 5 menit jangan sampai 10 menit, kalau kita buka aib orang dalam satu sisi diri dia, jangan buka dua aibnya. Jadi buka yang ada hubungannya saja dengan masalah atau masalah itu saja, adapun kita tahu aibnya di point-point yang lain atau sisi-sisi yang lain itu tidak boleh di buka. Jadi hanya yang berkaitan dengan masalah itu saja lalu kalau bisa tidak menyebutkan nama, jangan menyebutkan nama dihadapan suami, kecuali kalau dibutuhkan, jadi seperlunya. Dan kita tahu orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa dan itu dijelaskan Nabi ﷺ. dan kita tahu arti dari Istighfar itu meminta agar dosa itu di kubur, dihilangkan dan tidak ada efeknya. Dan Allah janji akan kabulkan do’a kita. Dan semoga tidak ada balasannya. Namun pertanyaannya, sudah benar kah taubat dan istighfar kita?. Istighfar dan taubat bukan hanya di ucapkan, tapi harus dihayati dan yang dikabulkan sama Allah itu do’a dan minta ampun yang melibatkan hati “Berdo’alah kepada Allah dan dalam kondisi anda yakin dikabulkan dan ketahuilah Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai dan tidak fokus”, jadi kalau benar-benar taubat dengan Taubatan Nasuha In Sha Allah, Allah terima bahkan pasti Allah terima. Yang menjadi masalah seberapa bagus kualitas tobat kita. Belum lagi kalau dosa itu berkaitan dengan orang lain, lalu disumpah dido’akan keburukan, karena Nabi ﷺ bersabda, “Hati-hati dengan do’a orang yang terzhalimi, karena tidak ada hijab antara dia dengan Allah”, benar kita bertaubat, namun taubat kita tidak langsung setelah berapa tahun dengan Taubatan Nasuha, sedangkan dari dia melakukan kezhaliman itu sampai dia taubat mungkin ada jangka waktu 1-2 tahun orang tersebut menyumpahi terus, sedangkan disumpahi itu diijabah sama Allah, dan dia belum bertaubat. Lalu pertanyaannya apakah semua orang yang langsung bertaubat itu langsung Allah kabulkan? Makanya itu alasannya Nabi ﷺ beristighfar dan bertaubat 100x setiap hari. Coba evaluasi diri kita, di H+ berapa kita bertaubat dan istighfar? Itu hal penting. Jadi tidak akan ada balasannya jika benar-benar Taubat dengan Taubatan Nasuha.
Tanya: Terkait kutipan cerita yang Ustadz sampaikan dengan dosa zina di masa lalu terhadap orang yang single jika sudah Taubat dengan Taubatan Nasuha namun masih menemui effect hingga saat ini. Lalu taubat apa lagi yang harus dilakukan atau di tempuh agar Allah mengampuni sebesar-besarnya ampunan, mohon saran dan nasihatnya.
Jawab: Sekali lagi apabila kita Taubat dengan Taubatan Nasuha Allah akan ampuni. Itu kaidah, hanya saja pertanyaanya apakah kita benar-benar Taubat dengan Taubatan Nasuha? Dan apakah kita segera taubat setelah melakukan dosa tersebut? Karena semakin ditunda maka semakin banyak hal yang bisa terjadi. Kalau dosanya ke pihak lain, atau orang itu menzhalimi temannya lalu temannya tersebut terlanjur mendo’akan yang buruk dan dia belum bertaubat, maka do’a temannya itu yang kejadian, karena do’a orang yang terzhalimi diijabah. Sebagian ulama seperti ulama Madzhab Syafiiyah menjelaskan bahwa zina itu dosa yang sangat serius, maka diantara efeknya bisa mendowngrade seseorang walaupun secara dosa sudah diampuni oleh Allah. Makanya dalam Bab Kesetaraan dalam ilmu fiqh antara suami istri secara umum hendaknya suami itu levelnya setara dengan level istri atau lebih dalam beberapa sisi khususnya dalam masalah agama dan sudut pandangnya adalah suami ke istri atau lebih dari istrinya dalam beberapa sisi yang dijelaskan oleh para ulama fiqh dan ada beberapa silang pendapat dalam sisi-sisi tersebut khususnya masalah agama. Karena suami adalah pemimpin, dan pemimpin seyogyanya minimum selevel, kalau bisa diatasnya. Dan dalam Bab Kesetaraan ini, sebagian ulama seperti ulama-ulama Madzhab Syafiiyah mengatakan, ‘Wanita yang berzina walaupun sudah bertaubat tetap tidak bisa satu level dengan suaminya secara kafaah jika suaminya tidak pernah berzina’. Tapi apakah boleh menikah? Kalau sudah bertaubat boleh. Jadi di dalam kehidupan ini ada hal-hal atau kesalahan-kesalahan yang walaupun secara dosa sudah tidak ada, tapi tetap meninggalkan bekas atau membuat seseorang tidak bisa mendapatkan titik itu lagi. Jadi untuk memberikan pesan bahwa ada kesalahan-kesalahan yang memang fatal dan itu sebagai ibrah bagi yang lain, tapi apakah kartu mati? Pintu taubat tetap terbuka dan orang bisa bertaubat. Ada banyak kemungkinan kalau kita mendengar kisah seperti ini dan kisah ini memang benar-benar terjadi. Maka bisa dilihat apa dosanya, apakah dosa itu meninggalkan jejak atau tidak, membekas atau tidak, lalu cacat atau tidak. Karena dosa atau kesalahan itu bertingkat-tingkat. Kemudian apakah benar-benar sudah bertaubat? Dan apakah langsung bertaubat atau tidak? Jangan-jangan di tunda. Sama dengan penyakit, ada penyakit yang harus di operasi di golden time, kalau tidak misalnya akan menimbulkan efek yang macam-macam misalnya terjadi pengentalan darah atau darahnya menjalar kemana-mana. Artinya bisa terjadi diberbagai macam kehidupan, kalau sudah terjadi akhirnya timbul penyesalan karena ketidaktahuan dan kurangnya ilmu. Begitu juga dengan dosa, ada dosa yang perlu ditangani langsung kalau tidak akan menyebar kemana-mana dan itulah pentingnya belajar. Namun intinya kalau kita benar dan jujur Allah tidak akan zhalimi kita dan jangan putus asa. Dan berbeda antara dampak dosa ketika orang itu tidak mengerti dan tidak tahu dengan saat dia berdosa dia tahu. Allah katakan “Apakah sama orang yang sudah tahu dengan orang yang belum tahu?” jadi ada banyak bacaan yang memungkinkan dalam sebuah kasus.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Jum’at, 28 Muharram 1444 AH/26 Agustus 2022 M
Ahida Muhsin
Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush, semoga Allah selalu merahmati imam Nawawi, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami dan seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz
Semoga imam Nawawi, orang tua beliau dan guru guru beliau dirahmati Alloh. Para ulama, umat muslim semuanya, ustad dan tim yang dirahmati Alloh.
Pertanyaan kunci di akhir sesi : apakah sama antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu ?
Barokallahu fiykum
Masya Allah Tabarakallah
Bismillah alhamdulilah syukron wa jazakumulloh khoiron atas ilmunya ustadz wa yubarokalloh fikum
MasyaAllah.. barakallahu fiik ustadz
Alhamdulillah
Jazakumullahu Khair
Alhamdulillah, Jazakumullah Khairan Katsira Ustadz dan team 🙏
Semoga Allah limpahkan rahmat-Nya kepada semua ulama kita, guru kita, untuk Ustadz sekeluarga, untuk team, dan untuk semua umat muslim di manapun berada
Alhamdulillah Ustadz, saya inget, jauh sebelumnya (beberapa tahun yg lalu) saya pernah dengerin kajian Ustadz (masih lewat RUclips belum bisa langsung, insyaallah suatu saat nanti bisa kajian langsung), waktu itu Ustadz sampaikan bahwa "Barangsiapa yang jujur Allah akan wujudkan cita citanya", lalu Ustadz sampaikan sebuah ayat yaitu QS Al Isra:80. Ustadz rekomendasikan untuk baca doa dari ayat tersebut dan. Ustadz sampai kan bahwa ayat tersebut memiliki makna yg indah (berhubungan dg pembahasan jujur dan cita cita). Dan ustadz sampaikan "Insyallah akan dikaji untuk membedah makna ayat tersebut"
Dan sampai saat ini saya masih menyimpan penasaran ,rasa ingin tau tentang makna ayat tersebut Ustadz
Semoga suatu saat nanti Allah takdirkan, Ustadz untuk mengkaji makna ayat tersebut dan menyampaikan dalam kajian, Aamiin
Barakallahu fikum Ustadz 🙏🙏
Jaazakalllah khyr ustadz✨
❤