Ini gak ada kaitannya dengan pertentangan Sunni-Syiah 😂Tapi kesadaran berdaulat negara mana pun yang menolak hegemoni AS-Israel yang represif di Timur Tengah. Kalau komunis aja yang jelas-jelas kontra dengan Islam menentang Barat, kenapa Syiah tidak? Iran pun sudah merasakan kediktatoran sekular Raja Pahlavi yang pro AS dan Israel, perlakuannya 11-12 dengan Kemal Atatturk, menginginkan westernisasi bagi Iran yang menurutnya adalah "kemajuan modern," hijab sampai dilarang, pakaian tradisional keulamaan Syiah sampai dipaksa ganti dengan busana jas Barat, dll. Isu pertentangan Sunni-Syiah cuma diangkat ke permukaan politik oleh propaganda rezim-rezim Arab sekutu Barat aja karena merasa terganggu sejak revolusi Iran yang membuatnya tidak lagi sejalan. Nih biar paham simak aja alm aktivis Palestina terkenal bicara tentang Iran: ruclips.net/video/6Dv1IaoBl00/видео.html
@@nurulhamirasumbernya aktivis Palestina saja? Menurut aktivis dan pejuang Suriah, mereka awalnya bersama2 dalam perjuangan untuk merdeka, sampai pada saat sekelompok pejuang Palestina memilih dibantu syiah. Di sana para pejuang Suriah kecewa karena mereka merasakan sendiri bagaimana syiah membantu rezim lama untuk membantai mereka. Meski demikian, mereka tetap mendukung perjuangan Palestina (silahkan lihat wawancaranya di liveupdatesfromsyria). Jadi wajar kalau anti dengar dari bbrp sumber pejuang Palestina, agak bias mengenai syiah. Para ulama, dan fakta sejarah juga sudah membuktikan. Syiah di Suriah, di Lebanon, di Yaman, rudal ke Mekkah, bahkan pemimpin syiah sendiri yang menyatakan visi mereka menyebarkan akidah syiah ke seluruh dunia. Kalau agenda mereka menentang barat, kenapa sejak revolusi Iran 1979, proxy warnya di negara sunni saja, sehingga ratusan ribu warga sipil sunni dibunuh, jutaan melarikan diri, rumah dan negara mereka hancur? Pernahkah dalam sejarah, syiah membantai barat sebagaimana mereka membantai sunni?
@ Ketika demonstrasi di Daraa pada tahun 2011, yang menjadi peristiwa kunci di mana kekacauan Suriah ini bermula, narasi-narasi media mainstream yang tersebar kala itu bahwa para demonstran pro-demokrasi turun ke jalan memprotes ‘kediktatoran’ dan ditanggapi dengan kekerasan hingga pembunuhan. Namun yang tidak diberitakan media-media mainstream bahwa realita di lapangan jauh lebih kompleks, dan banyak kesaksian-kesaksian di Suriah angkat bicara soal ini. Pastor Belanda Frans Van der Lugt yang tinggal di Suriah selama hampir lima dekade dan dibunuh oleh para militan di Homs pada tanggal 7 April 2014, berulang kali menuliskan dia melihat para demonstran bersenjata dalam protes-protes awal, yang mulai menembaki polisi terlebih dahulu. Seringkali kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan merupakan respon atas kekerasan brutal yang dilakukan oleh para pemberontak bersenjata. Sejak awal sudah ada masalah kelompok-kelompok bersenjata, yang juga merupakan bagian dari oposisi. Oposisi jalanan jauh lebih kuat daripada oposisi lainnya. Dan oposisi ini bersenjata dan sering menggunakan kebrutalan dan kekerasan, hanya untuk kemudian menyalahkan pemerintah. Profesor Tim Anderson yang sudah lama mengikuti isu Suriah juga menuliskan fakta-fakta ini dalam artikelnya di sini dan bagaimana AS dan sekutunya (Arab Saudi, Qatar, Turki dan elemen tertentu dari Lebanon) mensponsori serangan bersenjata di Suriah sejak awal. Dalam artikel lain, beliau mengatakan bahwa Arab Saudi, sekutu regional utama AS, telah mempersenjatai dan mendanai para ekstremis Sunni (Salafi dan Wahabi) untuk bergerak melawan pemerintah “sekular.” Pejabat Saudi Anwar Al-Eshki kemudian mengkonfirmasi kepada televisi BBC bahwa senjata memang telah diberikan kepada kelompok-kelompok di Suriah, dan mereka menyimpannya di masjid al-Omari. Masalah inilah yang luput dari perhatian publik terkait kekacauan yang terjadi pada demonstrasi saat itu. Dan tidak juga dipungkiri bahwa adanya demonstrasi di Daraa berangkat dari permasalahan-permasalahan politik dalam negeri yang sedang disorot, perdebatan mengenai reformasi politik, kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, namun kepentingan-kepentingan asing yang menungganginya bahkan diperparah dengan menjadikan ini “konflik identitas” berdasarkan sentimen kepercayaan atau mazhab tertentu hanya karena Presiden Bashar al-Assad tidak segolongan dengan mereka dalam urusan agama adalah masalah yang lebih besar, termasuk bagi rakyat Suriah itu sendiri, dan menjadi hambatan bagi program dan proses reformasi yang telah dicanangkan Bashar al-Assad. Konflik sektarian agama yang dimunculkan justru hendak menggagalkan hal itu.
Barakallahu fiik saudaraku, terus sebarkan kesesatan sekte Syi'ah bedul saba
Tolong buat bahasan min baca komen saya, kenapa kaum syiah sangat getol dalam bela palestina apa ada rencana lain dibalik itu
Mereka sengaja pansos kepada umat Islam, agar dianggap peduli Islam, padahal kejahatan mereka kepada Islam mengerikan, Suriah menjadi saksinya
Taqiyah Drama Korea @@andalusofficial
Ini gak ada kaitannya dengan pertentangan Sunni-Syiah 😂Tapi kesadaran berdaulat negara mana pun yang menolak hegemoni AS-Israel yang represif di Timur Tengah. Kalau komunis aja yang jelas-jelas kontra dengan Islam menentang Barat, kenapa Syiah tidak? Iran pun sudah merasakan kediktatoran sekular Raja Pahlavi yang pro AS dan Israel, perlakuannya 11-12 dengan Kemal Atatturk, menginginkan westernisasi bagi Iran yang menurutnya adalah "kemajuan modern," hijab sampai dilarang, pakaian tradisional keulamaan Syiah sampai dipaksa ganti dengan busana jas Barat, dll. Isu pertentangan Sunni-Syiah cuma diangkat ke permukaan politik oleh propaganda rezim-rezim Arab sekutu Barat aja karena merasa terganggu sejak revolusi Iran yang membuatnya tidak lagi sejalan. Nih biar paham simak aja alm aktivis Palestina terkenal bicara tentang Iran: ruclips.net/video/6Dv1IaoBl00/видео.html
@@nurulhamirasumbernya aktivis Palestina saja? Menurut aktivis dan pejuang Suriah, mereka awalnya bersama2 dalam perjuangan untuk merdeka, sampai pada saat sekelompok pejuang Palestina memilih dibantu syiah. Di sana para pejuang Suriah kecewa karena mereka merasakan sendiri bagaimana syiah membantu rezim lama untuk membantai mereka. Meski demikian, mereka tetap mendukung perjuangan Palestina (silahkan lihat wawancaranya di liveupdatesfromsyria). Jadi wajar kalau anti dengar dari bbrp sumber pejuang Palestina, agak bias mengenai syiah. Para ulama, dan fakta sejarah juga sudah membuktikan. Syiah di Suriah, di Lebanon, di Yaman, rudal ke Mekkah, bahkan pemimpin syiah sendiri yang menyatakan visi mereka menyebarkan akidah syiah ke seluruh dunia. Kalau agenda mereka menentang barat, kenapa sejak revolusi Iran 1979, proxy warnya di negara sunni saja, sehingga ratusan ribu warga sipil sunni dibunuh, jutaan melarikan diri, rumah dan negara mereka hancur? Pernahkah dalam sejarah, syiah membantai barat sebagaimana mereka membantai sunni?
@ Ketika demonstrasi di Daraa pada tahun 2011, yang menjadi peristiwa kunci di mana kekacauan Suriah ini bermula, narasi-narasi media mainstream yang tersebar kala itu bahwa para demonstran pro-demokrasi turun ke jalan memprotes ‘kediktatoran’ dan ditanggapi dengan kekerasan hingga pembunuhan. Namun yang tidak diberitakan media-media mainstream bahwa realita di lapangan jauh lebih kompleks, dan banyak kesaksian-kesaksian di Suriah angkat bicara soal ini.
Pastor Belanda Frans Van der Lugt yang tinggal di Suriah selama hampir lima dekade dan dibunuh oleh para militan di Homs pada tanggal 7 April 2014, berulang kali menuliskan dia melihat para demonstran bersenjata dalam protes-protes awal, yang mulai menembaki polisi terlebih dahulu. Seringkali kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan merupakan respon atas kekerasan brutal yang dilakukan oleh para pemberontak bersenjata. Sejak awal sudah ada masalah kelompok-kelompok bersenjata, yang juga merupakan bagian dari oposisi. Oposisi jalanan jauh lebih kuat daripada oposisi lainnya. Dan oposisi ini bersenjata dan sering menggunakan kebrutalan dan kekerasan, hanya untuk kemudian menyalahkan pemerintah.
Profesor Tim Anderson yang sudah lama mengikuti isu Suriah juga menuliskan fakta-fakta ini dalam artikelnya di sini dan bagaimana AS dan sekutunya (Arab Saudi, Qatar, Turki dan elemen tertentu dari Lebanon) mensponsori serangan bersenjata di Suriah sejak awal.
Dalam artikel lain, beliau mengatakan bahwa Arab Saudi, sekutu regional utama AS, telah mempersenjatai dan mendanai para ekstremis Sunni (Salafi dan Wahabi) untuk bergerak melawan pemerintah “sekular.”
Pejabat Saudi Anwar Al-Eshki kemudian mengkonfirmasi kepada televisi BBC bahwa senjata memang telah diberikan kepada kelompok-kelompok di Suriah, dan mereka menyimpannya di masjid al-Omari.
Masalah inilah yang luput dari perhatian publik terkait kekacauan yang terjadi pada demonstrasi saat itu. Dan tidak juga dipungkiri bahwa adanya demonstrasi di Daraa berangkat dari permasalahan-permasalahan politik dalam negeri yang sedang disorot, perdebatan mengenai reformasi politik, kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, namun kepentingan-kepentingan asing yang menungganginya bahkan diperparah dengan menjadikan ini “konflik identitas” berdasarkan sentimen kepercayaan atau mazhab tertentu hanya karena Presiden Bashar al-Assad tidak segolongan dengan mereka dalam urusan agama adalah masalah yang lebih besar, termasuk bagi rakyat Suriah itu sendiri, dan menjadi hambatan bagi program dan proses reformasi yang telah dicanangkan Bashar al-Assad. Konflik sektarian agama yang dimunculkan justru hendak menggagalkan hal itu.
Wow! Inilah fakta hubungan rezim-rezim Arab dan Israel:
ruclips.net/video/1ezwykzQ6ng/видео.html