Isi *Kitab Fikh Muhammadiyah* sebetulnya sama persis dengan ritual peribadatan NU. Bahkan dicetak sebelum NU ada atau didirikan. Dengan kata lain, pada awalnya Muhammadiyah di zaman KH. Ahmad Dahlan itu secara jelas berfikih dengan Madzab Syafii. Misalnya Muhammadiyah masih menggunakan doa qunut dalam shubuh, shalat tarweh 20 rakaat, adzan Jumat 2 kali, shalat ied di masjid, rukyatul hilal dalam menentukan awal puasa Ramadhan dan hari raya, pakai usholi, sayidina dll. Katakanlah, latar belakang berdirinya Muhammadiyah itu sesungguhnya tidak berkait dengan masalah peribadatan atau fikih, tetapi lebih disebabkan gerakan pembaharuan berkait kemajuan zaman terutama dalam sistem pendidikan Islam. Bisa dimaklumi karena KH. Ahmad Dahlan memiliki interaksi dengan tokoh-tokoh pergerakan Nasional bahkan juga menjadi anggota organisasi Budi Utomo (1908), Jamiatul Khoir (1901) dan SI (Sarekat Islam, 1905). *Kitab Fikih Muhammadiyah,* pernah dibahas detail di _Majalah Tempo edisi 4 Juli 2016_ dengan mewawancarai beberapa tokoh termasuk dari pihak Muhammadiyah sendiri. _Pertama,_ Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahkan "menjamin keasliannya." Beliau menemukan Kitab Fikh Muhammadiyah pertama kalinya di *kantor lama Muhammadiyah* (Jalan K.H.A. Dahlan No. 103) pada saat disela-sela beliau mengetik dan membaca-mbaca. _Kedua,_ menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Kitab Fikih Muhammadiyah juga ada di *Toko Buku Siaran* yang masih dibawah naungan lembaga Muhammadiyah. Kemudian menjadi kantor Suara Muhammadiyah. Lokasinya di Jalan KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta, dekat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Sekarang Suara Muhammadiyah sudah pindah gedung yang berlokasi di Jl KH Ahmad Dahlan No 107 kemudian dinamai Grha Suara Muhammadiyah (GSM). Meski begitu, menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, kitab Fikh Muhammadiyah itu *tidak ditulis oleh KH Ahmad Dahlan,* tetapi oleh lembaga yang menulisnya yaitu Bahagian Taman Pustaka Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan tidak pernah menulis buku. Kitab itu dicetak pada tahun 1924, satu tahun setelah KH. Ahmad Dahlan wafat yaitu pada masa Muhammadiyah dipimpin KH. Ibrahim. _Ketiga,_ tidak hanya di kantor Muhammadiyah lama dan Toko Buku Siaran, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.* Buku tersebut ditemukan oleh adik bungsu Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Joyokusumo. _Keempat ,_ kecuali di Kantor Muhammadiyah lama, Toko Buku Siaran dan Perpustakaan Kraton Yogyakarta, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Islam di Jalan Mangkubumi No. 38 Yogyakarta* oleh Aly As'ad mantan anggota DPR RI yang juga pengasuh pondok pesantren di Ploso Kuning Sleman Yogyakarta. _Kelima,_ penelitian Muhammad Yuanda Zara, Staf pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta menyebutkan bahwa Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah yang diketuai oleh HM Mochtar dan diresmikan KH. Ahmad Dahlan pada 17 Juni 1920, sampai pada tahun 1923 menerbitkan lebih sepuluh buku dengan tema dan tulisan yang beragam, antara lain : *Kitab Fikih Muhammadiyah* Djilid 1 & 2, aksara pegon harga f 0,40 (jilid 3 terbit tahun 1924), Pelajaran Bahasa Arab (Choeroef Hidjaijah, harga f 1,25), dasar-dasar agama Islam (Ringkesan Islam, aksara Latin, harga f 0,40), kisah isra’ mi’rajnya Nabi Muhammad SAW (Mikradnja K.N.M., bahasa Melayu, harga f 0,40) hingga beberapa buku lainnya dalam bahasa Jawa (Mardisampoerno 1 & 2, harga masing-masing f 0,40 dan f 0,60; Piwoelang Siswo, harga f 0,40; Ngakaid Jilid 1 & 2, harga masing-masing f 0,40). Adapun buku-buku yang diterbitkan oleh Taman Pustaka Solo dan daerah lainnya antara lain berjudul Pesalatan Pake Gambar (Jawa, f 0,22 ½), Nikah (Hal Selaki Rabi) (f 0,37 ½), Manasik Hadji (Jawa, f 1,90), Hetjeraning Soeroso (Jawa, f 0,37 ½), dan Tepsier Pegon Djoes 1-2 (Jawa, f 1,65). Demikianlah daftar buku-buku Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah waktu itu beserta harganya dalam gulden Belanda. _Kesimpulan:_ *Kitab Fikih Muhammadiyah* adalah kitab fikih Madzab Syafii yang antara lain berisi ritual peribadatan dan muamalah. Dalam Kitab Fikih Muhammadiyah itu disebutkan membaca ushali dalam niat shalat, iftitah Allahuma kabiran, membaca basmalah diawal surat, shalat tarweh 20 rakaat, membaca doa qunut dalam shalat shubuh, shalat ied di masjid, takbir hari raya 3x, pakai rukyat dalam mengawali puasa Ramadhan dan hari raya dan lain-lain. Sekarang Muhammadiyah sudah mengalami pembaharuan, banyak revisi-revisi yang dilakukan sejak dibentuknya Majlis Tarjih zaman ketuanya KH. Mas Manshur. Bagaimanapun juga Kitab Fikih Muhammadiyah adalah *peninggalan berharga Muhammadiyah* yang masih tetap dilestarikan dan diamalkan oleh NU. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah terkait dengan "pergerakan nasional" seperti Jamiatul Khair, Sarekat Islam, Budi Utomo dll. Bedanya KH. Ahmad Dahlan gerakannya adalah pembaharuan Islam dalam sistem pendidikan dilibatkannya ilmu-ilmu umum dengan model sekolahan _(madrasah)_ seperti Jamiatul Khair yang lebih dahulu berdiri. Sedangkan soal fikih seperti peribadatan, agama Islam pada zaman KH. Ahmad Dahlan "belum ada perbedaan-perbedaan" karena memang bisa dikatakan pola peribadatannya masih seragam dari Indonesia Barat sampai Timur madzab syafii semua. Mewarisi pola tradisional fikih, sejak pertama kali agama Islam masuk Nusantara berabad-abad yang lalu.
Aku cinta Muhammadiyah, aku siap berjuang untuk Muhammadiyah.. jika ada ormas lain y berbeda janganlah kalian membenturkan berbedaan perbedaan kami, karena untuk kita bersatu tidak perlu disamakan, cukup saling mengerti.. "Salam persatuan dari muhammadiyah Tulungagung"
Siapa yang bilang Muhammadiyah bukan Ahlussunnah Wal Jama'ah ? Simbah saya yang Thariqah Na'shabandiyah Wal Qadariyah dari Jombang, Mengatakan Bahwa Muhammadiyah adalah Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Kalau Amalia NU dan Muhammadiyah sama, saya rasa wajar lah KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU) seperguruan / teman mondok pada KH Sholeh darat hingga ke Makkah
Isi *Kitab Fikh Muhammadiyah* sebetulnya sama persis dengan ritual peribadatan NU. Bahkan dicetak sebelum NU ada atau didirikan. Dengan kata lain, pada awalnya Muhammadiyah di zaman KH. Ahmad Dahlan itu secara jelas berfikih dengan Madzab Syafii. Misalnya Muhammadiyah masih menggunakan doa qunut dalam shubuh, shalat tarweh 20 rakaat, adzan Jumat 2 kali, shalat ied di masjid, rukyatul hilal dalam menentukan awal puasa Ramadhan dan hari raya, pakai usholi, sayidina dll. Katakanlah, latar belakang berdirinya Muhammadiyah itu sesungguhnya tidak berkait dengan masalah peribadatan atau fikih, tetapi lebih disebabkan gerakan pembaharuan berkait kemajuan zaman terutama dalam sistem pendidikan Islam. Bisa dimaklumi karena KH. Ahmad Dahlan memiliki interaksi dengan tokoh-tokoh pergerakan Nasional bahkan juga menjadi anggota organisasi Budi Utomo (1908), Jamiatul Khoir (1901) dan SI (Sarekat Islam, 1905). *Kitab Fikih Muhammadiyah,* pernah dibahas detail di _Majalah Tempo edisi 4 Juli 2016_ dengan mewawancarai beberapa tokoh termasuk dari pihak Muhammadiyah sendiri. _Pertama,_ Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahkan "menjamin keasliannya." Beliau menemukan Kitab Fikh Muhammadiyah pertama kalinya di *kantor lama Muhammadiyah* (Jalan K.H.A. Dahlan No. 103) pada saat disela-sela beliau mengetik dan membaca-mbaca. _Kedua,_ menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Kitab Fikih Muhammadiyah juga ada di *Toko Buku Siaran* yang masih dibawah naungan lembaga Muhammadiyah. Kemudian menjadi kantor Suara Muhammadiyah. Lokasinya di Jalan KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta, dekat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Sekarang Suara Muhammadiyah sudah pindah gedung yang berlokasi di Jl KH Ahmad Dahlan No 107 kemudian dinamai Grha Suara Muhammadiyah (GSM). Meski begitu, menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, kitab Fikh Muhammadiyah itu *tidak ditulis oleh KH Ahmad Dahlan,* tetapi oleh lembaga yang menulisnya yaitu Bahagian Taman Pustaka Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan tidak pernah menulis buku. Kitab itu dicetak pada tahun 1924, satu tahun setelah KH. Ahmad Dahlan wafat yaitu pada masa Muhammadiyah dipimpin KH. Ibrahim. _Ketiga,_ tidak hanya di kantor Muhammadiyah lama dan Toko Buku Siaran, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.* Buku tersebut ditemukan oleh adik bungsu Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Joyokusumo. _Keempat ,_ kecuali di Kantor Muhammadiyah lama, Toko Buku Siaran dan Perpustakaan Kraton Yogyakarta, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Islam di Jalan Mangkubumi No. 38 Yogyakarta* oleh Aly As'ad mantan anggota DPR RI yang juga pengasuh pondok pesantren di Ploso Kuning Sleman Yogyakarta. _Kelima,_ penelitian Muhammad Yuanda Zara, Staf pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta menyebutkan bahwa Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah yang diketuai oleh HM Mochtar dan diresmikan KH. Ahmad Dahlan pada 17 Juni 1920, sampai pada tahun 1923 menerbitkan lebih sepuluh buku dengan tema dan tulisan yang beragam, antara lain : *Kitab Fikih Muhammadiyah* Djilid 1 & 2, aksara pegon harga f 0,40 (jilid 3 terbit tahun 1924), Pelajaran Bahasa Arab (Choeroef Hidjaijah, harga f 1,25), dasar-dasar agama Islam (Ringkesan Islam, aksara Latin, harga f 0,40), kisah isra’ mi’rajnya Nabi Muhammad SAW (Mikradnja K.N.M., bahasa Melayu, harga f 0,40) hingga beberapa buku lainnya dalam bahasa Jawa (Mardisampoerno 1 & 2, harga masing-masing f 0,40 dan f 0,60; Piwoelang Siswo, harga f 0,40; Ngakaid Jilid 1 & 2, harga masing-masing f 0,40). Adapun buku-buku yang diterbitkan oleh Taman Pustaka Solo dan daerah lainnya antara lain berjudul Pesalatan Pake Gambar (Jawa, f 0,22 ½), Nikah (Hal Selaki Rabi) (f 0,37 ½), Manasik Hadji (Jawa, f 1,90), Hetjeraning Soeroso (Jawa, f 0,37 ½), dan Tepsier Pegon Djoes 1-2 (Jawa, f 1,65). Demikianlah daftar buku-buku Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah waktu itu beserta harganya dalam gulden Belanda. _Kesimpulan:_ *Kitab Fikih Muhammadiyah* adalah kitab fikih Madzab Syafii yang antara lain berisi ritual peribadatan dan muamalah. Dalam Kitab Fikih Muhammadiyah itu disebutkan membaca ushali dalam niat shalat, iftitah Allahuma kabiran, membaca basmalah diawal surat, shalat tarweh 20 rakaat, membaca doa qunut dalam shalat shubuh, shalat ied di masjid, takbir hari raya 3x, pakai rukyat dalam mengawali puasa Ramadhan dan hari raya dan lain-lain. Sekarang Muhammadiyah sudah mengalami pembaharuan, banyak revisi-revisi yang dilakukan sejak dibentuknya Majlis Tarjih zaman ketuanya KH. Mas Manshur. Bagaimanapun juga Kitab Fikih Muhammadiyah adalah *peninggalan berharga Muhammadiyah* yang masih tetap dilestarikan dan diamalkan oleh NU. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah terkait dengan "pergerakan nasional" seperti Jamiatul Khair, Sarekat Islam, Budi Utomo dll. Bedanya KH. Ahmad Dahlan gerakannya adalah pembaharuan Islam dalam sistem pendidikan dilibatkannya ilmu-ilmu umum dengan model sekolahan _(madrasah)_ seperti Jamiatul Khair yang lebih dahulu berdiri. Sedangkan soal fikih seperti peribadatan, agama Islam pada zaman KH. Ahmad Dahlan "belum ada perbedaan-perbedaan" karena memang bisa dikatakan pola peribadatannya masih seragam dari Indonesia Barat sampai Timur madzab syafii semua. Mewarisi pola tradisional fikih, sejak pertama kali agama Islam masuk Nusantara berabad-abad yang lalu...
yang berSANAD pemahaman berguru tersambung sampai ke kyai ahmad dahlan, berarti mengamalkan sanad AHLUSUNNAHWALJAMAAH, bukan yg baca sendiri pahami sendiri tak bisa d katakn bersanad walau kebetulan ada yg sama pemahaman
muhammadiyah berdasarkan pendirinya termasuk ahlusunnah, NU berdasarkan pendirinya ahlusunnah, tetapi seiring berjalannya waktu keduanya telah bermetamorfosis, Muhammadiyah cenderung ke Saudi, NU ke Iran
KITAB FIKIH MUHAMMADIYAH BUKAN TULISAN KH. AHMAD DAHLAN 👇 portalmajalengka.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-835201497/kitab-fikih-muhammadiyah-bukan-tulisan-kh-ahmad-dahlan
Isi *Kitab Fikh Muhammadiyah* sebetulnya sama persis dengan ritual peribadatan NU. Bahkan dicetak sebelum NU ada atau didirikan. Dengan kata lain, pada awalnya Muhammadiyah di zaman KH. Ahmad Dahlan itu secara jelas berfikih dengan Madzab Syafii. Misalnya Muhammadiyah masih menggunakan doa qunut dalam shubuh, shalat tarweh 20 rakaat, adzan Jumat 2 kali, shalat ied di masjid, rukyatul hilal dalam menentukan awal puasa Ramadhan dan hari raya, pakai usholi, sayidina dll.
Katakanlah, latar belakang berdirinya Muhammadiyah itu sesungguhnya tidak berkait dengan masalah peribadatan atau fikih, tetapi lebih disebabkan gerakan pembaharuan berkait kemajuan zaman terutama dalam sistem pendidikan Islam. Bisa dimaklumi karena KH. Ahmad Dahlan memiliki interaksi dengan tokoh-tokoh pergerakan Nasional bahkan juga menjadi anggota organisasi Budi Utomo (1908), Jamiatul Khoir (1901) dan SI (Sarekat Islam, 1905).
*Kitab Fikih Muhammadiyah,* pernah dibahas detail di _Majalah Tempo edisi 4 Juli 2016_ dengan mewawancarai beberapa tokoh termasuk dari pihak Muhammadiyah sendiri.
_Pertama,_ Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahkan "menjamin keasliannya." Beliau menemukan Kitab Fikh Muhammadiyah pertama kalinya di *kantor lama Muhammadiyah* (Jalan K.H.A. Dahlan No. 103) pada saat disela-sela beliau mengetik dan membaca-mbaca.
_Kedua,_ menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Kitab Fikih Muhammadiyah juga ada di *Toko Buku Siaran* yang masih dibawah naungan lembaga Muhammadiyah. Kemudian menjadi kantor Suara Muhammadiyah. Lokasinya di Jalan KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta, dekat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Sekarang Suara Muhammadiyah sudah pindah gedung yang berlokasi di Jl KH Ahmad Dahlan No 107 kemudian dinamai Grha Suara Muhammadiyah (GSM). Meski begitu, menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, kitab Fikh Muhammadiyah itu *tidak ditulis oleh KH Ahmad Dahlan,* tetapi oleh lembaga yang menulisnya yaitu Bahagian Taman Pustaka Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan tidak pernah menulis buku. Kitab itu dicetak pada tahun 1924, satu tahun setelah KH. Ahmad Dahlan wafat yaitu pada masa Muhammadiyah dipimpin KH. Ibrahim.
_Ketiga,_ tidak hanya di kantor Muhammadiyah lama dan Toko Buku Siaran, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.* Buku tersebut ditemukan oleh adik bungsu Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Joyokusumo.
_Keempat ,_ kecuali di Kantor Muhammadiyah lama, Toko Buku Siaran dan Perpustakaan Kraton Yogyakarta, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Islam di Jalan Mangkubumi No. 38 Yogyakarta* oleh Aly As'ad mantan anggota DPR RI yang juga pengasuh pondok pesantren di Ploso Kuning Sleman Yogyakarta.
_Kelima,_ penelitian Muhammad Yuanda Zara, Staf pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta menyebutkan bahwa Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah yang diketuai oleh HM Mochtar dan diresmikan KH. Ahmad Dahlan pada 17 Juni 1920, sampai pada tahun 1923 menerbitkan lebih sepuluh buku dengan tema dan tulisan yang beragam, antara lain : *Kitab Fikih Muhammadiyah* Djilid 1 & 2, aksara pegon harga f 0,40 (jilid 3 terbit tahun 1924), Pelajaran Bahasa Arab (Choeroef Hidjaijah, harga f 1,25), dasar-dasar agama Islam (Ringkesan Islam, aksara Latin, harga f 0,40), kisah isra’ mi’rajnya Nabi Muhammad SAW (Mikradnja K.N.M., bahasa Melayu, harga f 0,40) hingga beberapa buku lainnya dalam bahasa Jawa (Mardisampoerno 1 & 2, harga masing-masing f 0,40 dan f 0,60; Piwoelang Siswo, harga f 0,40; Ngakaid Jilid 1 & 2, harga masing-masing f 0,40). Adapun buku-buku yang diterbitkan oleh Taman Pustaka Solo dan daerah lainnya antara lain berjudul Pesalatan Pake Gambar (Jawa, f 0,22 ½), Nikah (Hal Selaki Rabi) (f 0,37 ½), Manasik Hadji (Jawa, f 1,90), Hetjeraning Soeroso (Jawa, f 0,37 ½), dan Tepsier Pegon Djoes 1-2 (Jawa, f 1,65). Demikianlah daftar buku-buku Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah waktu itu beserta harganya dalam gulden Belanda.
_Kesimpulan:_
*Kitab Fikih Muhammadiyah* adalah kitab fikih Madzab Syafii yang antara lain berisi ritual peribadatan dan muamalah. Dalam Kitab Fikih Muhammadiyah itu disebutkan membaca ushali dalam niat shalat, iftitah Allahuma kabiran, membaca basmalah diawal surat, shalat tarweh 20 rakaat, membaca doa qunut dalam shalat shubuh, shalat ied di masjid, takbir hari raya 3x, pakai rukyat dalam mengawali puasa Ramadhan dan hari raya dan lain-lain. Sekarang Muhammadiyah sudah mengalami pembaharuan, banyak revisi-revisi yang dilakukan sejak dibentuknya Majlis Tarjih zaman ketuanya KH. Mas Manshur. Bagaimanapun juga Kitab Fikih Muhammadiyah adalah *peninggalan berharga Muhammadiyah* yang masih tetap dilestarikan dan diamalkan oleh NU.
Latar belakang berdirinya Muhammadiyah terkait dengan "pergerakan nasional" seperti Jamiatul Khair, Sarekat Islam, Budi Utomo dll. Bedanya KH. Ahmad Dahlan gerakannya adalah pembaharuan Islam dalam sistem pendidikan dilibatkannya ilmu-ilmu umum dengan model sekolahan _(madrasah)_ seperti Jamiatul Khair yang lebih dahulu berdiri.
Sedangkan soal fikih seperti peribadatan, agama Islam pada zaman KH. Ahmad Dahlan "belum ada perbedaan-perbedaan" karena memang bisa dikatakan pola peribadatannya masih seragam dari Indonesia Barat sampai Timur madzab syafii semua. Mewarisi pola tradisional fikih, sejak pertama kali agama Islam masuk Nusantara berabad-abad yang lalu.
Tpi kenepa ahir²ini banyak Orang²MD subuhnya g pake qunut & juga masjid nya itu khusus orang²MD.bukanya masjid itu untuk umum.
Aku cinta Muhammadiyah, aku siap berjuang untuk Muhammadiyah.. jika ada ormas lain y berbeda janganlah kalian membenturkan berbedaan perbedaan kami, karena untuk kita bersatu tidak perlu disamakan, cukup saling mengerti..
"Salam persatuan dari muhammadiyah Tulungagung"
smuga kkuarga besar muhammadhiyah snantiasa rukun, dn tetap mnjadi benting islam di indonesia. allahumma amiin
SELALU RUKUN, TIDAK GADUH, TIDAK HEBOH, TIDAK GEMPAR, TIDAK RICUH. ITUL HEBATNYA WARGA MUH.DN KEHEBATAN YG LAIN
I love You "" Muhammadiyah "".
Siapa yang bilang Muhammadiyah bukan Ahlussunnah Wal Jama'ah ? Simbah saya yang Thariqah Na'shabandiyah Wal Qadariyah dari Jombang, Mengatakan Bahwa Muhammadiyah adalah Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Hhhhhhhh
Cobalah antum berkunjung ke daerah lamongan itu masih fanatik ama MD min..
Kalau..orang.awam...jaga.yg.wajib.klau.bisa.sunah.dijankan...insaalloh.selamat.akherat
Amiin. Ya TIDAK BERTELE TELE, APLG BER LETE LETE
hehehe penting golek slamet dewe-dewe mbah :D
itu muhammadiyah tolong klarifikasi dg arsip2 terdahulu, apa memang begitu, dan kasih tanggapan, saya kuatir di edit
jangan percaya di medsos. bisa gampang di edit.. bisa tanya langsung ke pusat organisasi Muhammadiyah. atau ke
Kalau Amalia NU dan Muhammadiyah sama, saya rasa wajar lah KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU) seperguruan / teman mondok pada KH Sholeh darat hingga ke Makkah
@@nailyilmiyati4964 DI MAKAH TAMBAH LUAS ILMUNYA
Isi *Kitab Fikh Muhammadiyah* sebetulnya sama persis dengan ritual peribadatan NU. Bahkan dicetak sebelum NU ada atau didirikan. Dengan kata lain, pada awalnya Muhammadiyah di zaman KH. Ahmad Dahlan itu secara jelas berfikih dengan Madzab Syafii. Misalnya Muhammadiyah masih menggunakan doa qunut dalam shubuh, shalat tarweh 20 rakaat, adzan Jumat 2 kali, shalat ied di masjid, rukyatul hilal dalam menentukan awal puasa Ramadhan dan hari raya, pakai usholi, sayidina dll.
Katakanlah, latar belakang berdirinya Muhammadiyah itu sesungguhnya tidak berkait dengan masalah peribadatan atau fikih, tetapi lebih disebabkan gerakan pembaharuan berkait kemajuan zaman terutama dalam sistem pendidikan Islam. Bisa dimaklumi karena KH. Ahmad Dahlan memiliki interaksi dengan tokoh-tokoh pergerakan Nasional bahkan juga menjadi anggota organisasi Budi Utomo (1908), Jamiatul Khoir (1901) dan SI (Sarekat Islam, 1905).
*Kitab Fikih Muhammadiyah,* pernah dibahas detail di _Majalah Tempo edisi 4 Juli 2016_ dengan mewawancarai beberapa tokoh termasuk dari pihak Muhammadiyah sendiri.
_Pertama,_ Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahkan "menjamin keasliannya." Beliau menemukan Kitab Fikh Muhammadiyah pertama kalinya di *kantor lama Muhammadiyah* (Jalan K.H.A. Dahlan No. 103) pada saat disela-sela beliau mengetik dan membaca-mbaca.
_Kedua,_ menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Kitab Fikih Muhammadiyah juga ada di *Toko Buku Siaran* yang masih dibawah naungan lembaga Muhammadiyah. Kemudian menjadi kantor Suara Muhammadiyah. Lokasinya di Jalan KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta, dekat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Sekarang Suara Muhammadiyah sudah pindah gedung yang berlokasi di Jl KH Ahmad Dahlan No 107 kemudian dinamai Grha Suara Muhammadiyah (GSM). Meski begitu, menurut Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, kitab Fikh Muhammadiyah itu *tidak ditulis oleh KH Ahmad Dahlan,* tetapi oleh lembaga yang menulisnya yaitu Bahagian Taman Pustaka Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan tidak pernah menulis buku. Kitab itu dicetak pada tahun 1924, satu tahun setelah KH. Ahmad Dahlan wafat yaitu pada masa Muhammadiyah dipimpin KH. Ibrahim.
_Ketiga,_ tidak hanya di kantor Muhammadiyah lama dan Toko Buku Siaran, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.* Buku tersebut ditemukan oleh adik bungsu Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Joyokusumo.
_Keempat ,_ kecuali di Kantor Muhammadiyah lama, Toko Buku Siaran dan Perpustakaan Kraton Yogyakarta, Kitab Fikh Muhammadiyah juga ditemukan di *Perpustakaan Islam di Jalan Mangkubumi No. 38 Yogyakarta* oleh Aly As'ad mantan anggota DPR RI yang juga pengasuh pondok pesantren di Ploso Kuning Sleman Yogyakarta.
_Kelima,_ penelitian Muhammad Yuanda Zara, Staf pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta menyebutkan bahwa Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah yang diketuai oleh HM Mochtar dan diresmikan KH. Ahmad Dahlan pada 17 Juni 1920, sampai pada tahun 1923 menerbitkan lebih sepuluh buku dengan tema dan tulisan yang beragam, antara lain : *Kitab Fikih Muhammadiyah* Djilid 1 & 2, aksara pegon harga f 0,40 (jilid 3 terbit tahun 1924), Pelajaran Bahasa Arab (Choeroef Hidjaijah, harga f 1,25), dasar-dasar agama Islam (Ringkesan Islam, aksara Latin, harga f 0,40), kisah isra’ mi’rajnya Nabi Muhammad SAW (Mikradnja K.N.M., bahasa Melayu, harga f 0,40) hingga beberapa buku lainnya dalam bahasa Jawa (Mardisampoerno 1 & 2, harga masing-masing f 0,40 dan f 0,60; Piwoelang Siswo, harga f 0,40; Ngakaid Jilid 1 & 2, harga masing-masing f 0,40). Adapun buku-buku yang diterbitkan oleh Taman Pustaka Solo dan daerah lainnya antara lain berjudul Pesalatan Pake Gambar (Jawa, f 0,22 ½), Nikah (Hal Selaki Rabi) (f 0,37 ½), Manasik Hadji (Jawa, f 1,90), Hetjeraning Soeroso (Jawa, f 0,37 ½), dan Tepsier Pegon Djoes 1-2 (Jawa, f 1,65). Demikianlah daftar buku-buku Bahagian Taman Poestaka Muhammadiyah waktu itu beserta harganya dalam gulden Belanda.
_Kesimpulan:_
*Kitab Fikih Muhammadiyah* adalah kitab fikih Madzab Syafii yang antara lain berisi ritual peribadatan dan muamalah. Dalam Kitab Fikih Muhammadiyah itu disebutkan membaca ushali dalam niat shalat, iftitah Allahuma kabiran, membaca basmalah diawal surat, shalat tarweh 20 rakaat, membaca doa qunut dalam shalat shubuh, shalat ied di masjid, takbir hari raya 3x, pakai rukyat dalam mengawali puasa Ramadhan dan hari raya dan lain-lain. Sekarang Muhammadiyah sudah mengalami pembaharuan, banyak revisi-revisi yang dilakukan sejak dibentuknya Majlis Tarjih zaman ketuanya KH. Mas Manshur. Bagaimanapun juga Kitab Fikih Muhammadiyah adalah *peninggalan berharga Muhammadiyah* yang masih tetap dilestarikan dan diamalkan oleh NU.
Latar belakang berdirinya Muhammadiyah terkait dengan "pergerakan nasional" seperti Jamiatul Khair, Sarekat Islam, Budi Utomo dll. Bedanya KH. Ahmad Dahlan gerakannya adalah pembaharuan Islam dalam sistem pendidikan dilibatkannya ilmu-ilmu umum dengan model sekolahan _(madrasah)_ seperti Jamiatul Khair yang lebih dahulu berdiri.
Sedangkan soal fikih seperti peribadatan, agama Islam pada zaman KH. Ahmad Dahlan "belum ada perbedaan-perbedaan" karena memang bisa dikatakan pola peribadatannya masih seragam dari Indonesia Barat sampai Timur madzab syafii semua. Mewarisi pola tradisional fikih, sejak pertama kali agama Islam masuk Nusantara berabad-abad yang lalu...
@@nailyilmiyati4964 betul tpi saya bingung sholatnya kok mering ngadep kiblatnya..
yang berSANAD pemahaman berguru tersambung sampai ke kyai ahmad dahlan, berarti mengamalkan sanad AHLUSUNNAHWALJAMAAH, bukan yg baca sendiri pahami sendiri tak bisa d katakn bersanad walau kebetulan ada yg sama pemahaman
Kecepatan.mas....vidione..sing lebih.baik..20.tumaninah.dijaga...semua.ibadah..wajib.sunah...klau.dijalankan.dengan benar..iklas.inssaalloh...ga.lama.di.nerakanya
amaliah muhammadiyah = nu yang mengatakan beda perlu belajar sejarah........alias generasi baru oe....!!!??
WAJIB BLAJAR BANYAK ILMU. BUKAN SEJARAH SJ. TRUTAMA ILMU HADITS
AKU SUKA MUHAMADIYAH. MUH.BUKAN ROFIDLOH. BUKAN SEKULER. BUKAN LIBERAL/ LIBERALISME. BUKAN ATHEIS, JUGA RADIKALIS, BUKAN. TP AHLUS SUNAH TIDAK TBCS
Ngawur konten ini
Ora opo2
muhammadiyah berdasarkan pendirinya termasuk ahlusunnah, NU berdasarkan pendirinya ahlusunnah, tetapi seiring berjalannya waktu keduanya telah bermetamorfosis, Muhammadiyah cenderung ke Saudi, NU ke Iran
YG BAIK KE SAUDI. LG, SAUDI ARABIYAH. TIDAK IRAN AW IRAQIYAH
Muhammadiyah dan NU sama sama Ahlussunah wal jama'ah yg bukan tidak termasuk Ahlussunah wal jama'ah itu Wahabi sama Syi'ah
MUH TAK SUKA SYI AH
ini ma NU bukan Muhammadyah
KITAB FIKIH MUHAMMADIYAH BUKAN TULISAN KH. AHMAD DAHLAN 👇
portalmajalengka.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-835201497/kitab-fikih-muhammadiyah-bukan-tulisan-kh-ahmad-dahlan