Mungkin beberapa tokoh menolak bahan tidak ramah lingkungan. Dulu ogoh" selalu di bakar sebagai simbol pralina butakala.. bukan nya di bongkar dan di buang seperti zaman sekarang. Mungkin ada beberapa desa masih mempertahankan ogoh" dibakar.. mereka yang menolak bahan tidak ramah lingkungan.. karenak kalau di bakar terhirup manusia bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Dan ada oknum masyarakat yang tak bertanggung jawab yang memakai bahan tidak ramah lingkungan di buang sembarangan begitu saja dan mencemarkan lingkungan.
Permasalahan sampah ya mesti diperdebatkan, lebih2 harus diberikan perhatian khusus, karena ini masalah urgent di Bali. penggunaan sampah anorganik dalam sebuah karya sah2 saja asal dibarengi dengan solusi kongkrit. Kalau solusi kongkritnya adalah sudah dibangun TPA di Ida bagus mantra, pertanyaan saya, hari ini berapa persen pengolahan sampah anorganik sudah berhasil sehingga tidak menjadi limbah? Berapa persentase tampungan sampah anorganik TPA baru Denpasar perhari sehingga kita bisa bilang masalah sampah unorganik tidak usah diperdebatkan? apa solusi pemerintah kota Denpasar misalnya tampungan sampah Unorganik menjadi over capasity? apapun karyanya pasti menghasilkan sampah, khusus untuk ogoh2, karya dari unorganik menghasilkan sampah unorganik, ketika dilebur setelah selesai nyepi jadinya double unorganik attack. 😁😁😁
@@igedeputerabagaswara4966 pidan tahun 2015 ke bawah asane nu liu ngae ogoh ogoh uli gabus ajak spons. ade masih ane ngulat tapi tapel, telapak jari tangan, ajak telapak jari kaki ngango gabus sisane ngulat. dugas to bahan clay belum ditemukan wkwk. 😁
@@igedeputerabagaswara4966 Pidan ogoh2 gabus sudah jelas ada masalah , makanya kampanye pelarangan menggunakan bahan Non Organik dilakukan di tahun 2014 , dan berhasil membuat stt mengulat lgi .
Izinkan saya disini sebagai masyarakat melihat tentang Organik dan Non Organik niki , sekaligus menanggapi tentang pernyataan yg dibuat Bli Kedux : 1. Saya ingin bertanya apakah Tpst itu bener2 siap untuk mengolah semua sampah Non Organik ataupun Organik yg ada di seluruh Bali , karena ketika kampanye itu dilakukan bukan hanya warga denpasar yg menyimak , tapi bahkan seluruh warga Bali menurut saya , atau bisa aja sampe ke saudara2 kita diluar Bali , atau ada Tpst selain di Denpasar di Bali yg siap juga ?? 2. Tentang sampah plastik ,, memang dlu pengadaan plastik digunakan untuk mengendalikan laju ekploitasi terhadap pohon , tapi apakah impelementasinya di masyarakat itu seperti itu ? Masyarakat aja nilai kesadaran masih kurang tentang sampah plastik yg mana dibuang sembarangan , apalagi skrang ada kampanye menggunakan non Organik ,, gak ada kampanye itu saja masyarakat rasa kesadaran diri tentang sampah plastik masih kurang , biarpun sudah beberapa ratus kali sosialisasi yg dilakukan para peduli lingkungan , tapi nyatanya apa , masyarakat masih aja ada yg bakar plastik , buang sembarangan dll ,, lalu ditambah dgn kampanye seperti itu , apakah nanti bakal menjadi pembenaran bagi masyarakat2 yg masih tiang kira rasa kesadaran kurang ,, tiang rasa klo gak mampu mengurangi , minimal jangan menambah , ini sudah bagus sebenarnya solusinya . 3. Tentang Styrofoam,, menurut tiang bukan hanya tentang styrofoamnya yg jdi pokok kita disini , tapi culture ngulatnya,,, bukannya maksud membatasi kreatifitas para Undagi ogoh2 dgn melarang penggunaan Styrofoam , tapi Bali itu dri dlu identik dgn "CIRI KHAS" ,, jdikan ngulat ini ciri khas di ogoh2 sebagai culture ,, klo make Styrofoam, siapapun bisa buat ,, klo ngulat apakah banyak orang bisa ? Klo gak kita wariskan culture ngulat ini , apakah nanti bakal ajeg di Bali ngulat ini ? Selain itu juga untuk menggugah rasa kebersamaan ,, jika ngulat kerja sama team akan kerasa , ada yg nyebit tiing , ada yg menganyam dll ,, klo Styrofoam paling yg kerja cuma 1-2 orang . 4. Tentang bahaya Styrofoam,,, jdi bukan perkara tentang sama2 menghasilkan sampah , setidaknya sampah dri Organik lebih menyehatkan bagi kita ,, ya setidaknya mengurangi lah racun2 yg akan timbul ,, klo penggunaan Styrofoam itu racunnya sudah aja kajian ilmiahnya , sudah terbukti ,,, apalagi di Bali ogoh2 itu rata2 dibakar bukan diolah lgi . Jdi salah besar jika menyamakan organik dan non organik dri segi menghasilkan sampahnya saja . Mungkin itu sekian dri saya . Klo ada salah kata saya mohon maaf ,, cuma keluh kesah pemuda Denpasar melihat para seniman2 sudah tidak para relnya seperti dlu,,, memang jiwa konsisten dan idealisme itu sangat susah ada pada jiwa manusia .
Pembawa acara e bas belad/ lambat dalam memandu sebuah acara. Kliatan flat dan kurang inovatif. Selain itu sdh terlalu tua dalam memandu acara.. Semoga menjadi masukan yang positif bwt kedepan.
Izinkan saya disini sebagai masyarakat melihat tentang Organik dan Non Organik niki , sekaligus menanggapi tentang pernyataan yg dibuat Bli Kedux : 1. Saya ingin bertanya apakah Tpst itu bener2 siap untuk mengolah semua sampah Non Organik ataupun Organik yg ada di seluruh Bali , karena ketika kampanye itu dilakukan bukan hanya warga denpasar yg menyimak , tapi bahkan seluruh warga Bali menurut saya , atau bisa aja sampe ke saudara2 kita diluar Bali , atau ada Tpst selain di Denpasar di Bali yg siap juga ?? 2. Tentang sampah plastik ,, memang dlu pengadaan plastik digunakan untuk mengendalikan laju ekploitasi terhadap pohon , tapi apakah impelementasinya di masyarakat itu seperti itu ? Masyarakat aja nilai kesadaran masih kurang tentang sampah plastik yg mana dibuang sembarangan , apalagi skrang ada kampanye menggunakan non Organik ,, gak ada kampanye itu saja masyarakat rasa kesadaran diri tentang sampah plastik masih kurang , biarpun sudah beberapa ratus kali sosialisasi yg dilakukan para peduli lingkungan , tapi nyatanya apa , masyarakat masih aja ada yg bakar plastik , buang sembarangan dll ,, lalu ditambah dgn kampanye seperti itu , apakah nanti bakal menjadi pembenaran bagi masyarakat2 yg masih tiang kira rasa kesadaran kurang ,, tiang rasa klo gak mampu mengurangi , minimal jangan menambah , ini sudah bagus sebenarnya solusinya . 3. Tentang Styrofoam,, menurut tiang bukan hanya tentang styrofoamnya yg jdi pokok kita disini , tapi culture ngulatnya,,, bukannya maksud membatasi kreatifitas para Undagi ogoh2 dgn melarang penggunaan Styrofoam , tapi Bali itu dri dlu identik dgn "CIRI KHAS" ,, jdikan ngulat ini ciri khas di ogoh2 sebagai culture ,, klo make Styrofoam, siapapun bisa buat ,, klo ngulat apakah banyak orang bisa ? Klo gak kita wariskan culture ngulat ini , apakah nanti bakal ajeg di Bali ngulat ini ? Selain itu juga untuk menggugah rasa kebersamaan ,, jika ngulat kerja sama team akan kerasa , ada yg nyebit tiing , ada yg menganyam dll ,, klo Styrofoam paling yg kerja cuma 1-2 orang . 4. Tentang bahaya Styrofoam,,, jdi bukan perkara tentang sama2 menghasilkan sampah , setidaknya sampah dri Organik lebih menyehatkan bagi kita ,, ya setidaknya mengurangi lah racun2 yg akan timbul ,, klo penggunaan Styrofoam itu racunnya sudah aja kajian ilmiahnya , sudah terbukti ,,, apalagi di Bali ogoh2 itu rata2 dibakar bukan diolah lgi . Jdi salah besar jika menyamakan organik dan non organik dri segi menghasilkan sampahnya saja . Mungkin itu sekian dri saya . Klo ada salah kata saya mohon maaf ,, cuma keluh kesah pemuda Denpasar melihat para seniman2 sudah tidak para relnya seperti dlu,,, memang jiwa konsisten itu sangat SUSAH ada pada jiwa manusia .
🙏 asane jak due lulusan hukum be ne dari segi bicara jeg padat singkat dan jelas rahayu bli sareng bapak🙏
Astungkare, slalu ada penerus seniman" Bali , sampai kapan pun,rahayu
Statement bli kedux sangat kritis, daging semua🙏
Pk man mule top tetep lah rendah hati pk man👌✨
Mantap pakman pongliek dan pakman kedux. Apapun masalahmu tetep mabuk2an
Mungkin beberapa tokoh menolak bahan tidak ramah lingkungan. Dulu ogoh" selalu di bakar sebagai simbol pralina butakala.. bukan nya di bongkar dan di buang seperti zaman sekarang. Mungkin ada beberapa desa masih mempertahankan ogoh" dibakar.. mereka yang menolak bahan tidak ramah lingkungan.. karenak kalau di bakar terhirup manusia bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Dan ada oknum masyarakat yang tak bertanggung jawab yang memakai bahan tidak ramah lingkungan di buang sembarangan begitu saja dan mencemarkan lingkungan.
Kalo di Jeg bali seru pasti
Rahayu🙏
Cerdas banget jawabanya kedux 🔥
Permasalahan sampah ya mesti diperdebatkan, lebih2 harus diberikan perhatian khusus, karena ini masalah urgent di Bali. penggunaan sampah anorganik dalam sebuah karya sah2 saja asal dibarengi dengan solusi kongkrit. Kalau solusi kongkritnya adalah sudah dibangun TPA di Ida bagus mantra, pertanyaan saya, hari ini berapa persen pengolahan sampah anorganik sudah berhasil sehingga tidak menjadi limbah? Berapa persentase tampungan sampah anorganik TPA baru Denpasar perhari sehingga kita bisa bilang masalah sampah unorganik tidak usah diperdebatkan? apa solusi pemerintah kota Denpasar misalnya tampungan sampah Unorganik menjadi over capasity? apapun karyanya pasti menghasilkan sampah, khusus untuk ogoh2, karya dari unorganik menghasilkan sampah unorganik, ketika dilebur setelah selesai nyepi jadinya double unorganik attack. 😁😁😁
Men pidan ngae ogoh2 aji gabus sing je ade masalah ape2 bli? Hehe
@@igedeputerabagaswara4966 pidan tahun 2015 ke bawah asane nu liu ngae ogoh ogoh uli gabus ajak spons. ade masih ane ngulat tapi tapel, telapak jari tangan, ajak telapak jari kaki ngango gabus sisane ngulat. dugas to bahan clay belum ditemukan wkwk. 😁
@@igedeputerabagaswara4966 Pidan ogoh2 gabus sudah jelas ada masalah , makanya kampanye pelarangan menggunakan bahan Non Organik dilakukan di tahun 2014 , dan berhasil membuat stt mengulat lgi .
pak man kedux sangat rendah hati, pertahankan pak man🙏
Mantap om kedux...
Cerdas dan kelaz, gagah
Keren jawaban kedux
Angkat slokini bli kedux sareng pak man jeg pangenange ngorte 😂😂😂
Izinkan saya disini sebagai masyarakat melihat tentang Organik dan Non Organik niki , sekaligus menanggapi tentang pernyataan yg dibuat Bli Kedux :
1. Saya ingin bertanya apakah Tpst itu bener2 siap untuk mengolah semua sampah Non Organik ataupun Organik yg ada di seluruh Bali , karena ketika kampanye itu dilakukan bukan hanya warga denpasar yg menyimak , tapi bahkan seluruh warga Bali menurut saya , atau bisa aja sampe ke saudara2 kita diluar Bali , atau ada Tpst selain di Denpasar di Bali yg siap juga ??
2. Tentang sampah plastik ,, memang dlu pengadaan plastik digunakan untuk mengendalikan laju ekploitasi terhadap pohon , tapi apakah impelementasinya di masyarakat itu seperti itu ? Masyarakat aja nilai kesadaran masih kurang tentang sampah plastik yg mana dibuang sembarangan , apalagi skrang ada kampanye menggunakan non Organik ,, gak ada kampanye itu saja masyarakat rasa kesadaran diri tentang sampah plastik masih kurang , biarpun sudah beberapa ratus kali sosialisasi yg dilakukan para peduli lingkungan , tapi nyatanya apa , masyarakat masih aja ada yg bakar plastik , buang sembarangan dll ,, lalu ditambah dgn kampanye seperti itu , apakah nanti bakal menjadi pembenaran bagi masyarakat2 yg masih tiang kira rasa kesadaran kurang ,, tiang rasa klo gak mampu mengurangi , minimal jangan menambah , ini sudah bagus sebenarnya solusinya .
3. Tentang Styrofoam,, menurut tiang bukan hanya tentang styrofoamnya yg jdi pokok kita disini , tapi culture ngulatnya,,, bukannya maksud membatasi kreatifitas para Undagi ogoh2 dgn melarang penggunaan Styrofoam , tapi Bali itu dri dlu identik dgn "CIRI KHAS" ,, jdikan ngulat ini ciri khas di ogoh2 sebagai culture ,, klo make Styrofoam, siapapun bisa buat ,, klo ngulat apakah banyak orang bisa ? Klo gak kita wariskan culture ngulat ini , apakah nanti bakal ajeg di Bali ngulat ini ? Selain itu juga untuk menggugah rasa kebersamaan ,, jika ngulat kerja sama team akan kerasa , ada yg nyebit tiing , ada yg menganyam dll ,, klo Styrofoam paling yg kerja cuma 1-2 orang .
4. Tentang bahaya Styrofoam,,, jdi bukan perkara tentang sama2 menghasilkan sampah , setidaknya sampah dri Organik lebih menyehatkan bagi kita ,, ya setidaknya mengurangi lah racun2 yg akan timbul ,, klo penggunaan Styrofoam itu racunnya sudah aja kajian ilmiahnya , sudah terbukti ,,, apalagi di Bali ogoh2 itu rata2 dibakar bukan diolah lgi . Jdi salah besar jika menyamakan organik dan non organik dri segi menghasilkan sampahnya saja .
Mungkin itu sekian dri saya . Klo ada salah kata saya mohon maaf ,, cuma keluh kesah pemuda Denpasar melihat para seniman2 sudah tidak para relnya seperti dlu,,, memang jiwa konsisten dan idealisme itu sangat susah ada pada jiwa manusia .
Next Bli Marmar Herayukti
Next jik tolet
Keren pandangan kedux
Ne mare seken podcast
Next marmar herayukti
True
Majuuuu pak man
Pembawa acara e bas belad/ lambat dalam memandu sebuah acara. Kliatan flat dan kurang inovatif. Selain itu sdh terlalu tua dalam memandu acara.. Semoga menjadi masukan yang positif bwt kedepan.
Ogoh2 harus tetap di jalankan ogoh ogoh itu dari nenek moyang kta. Jngan yg di utamakan nenek moyang kta itu bsa di berentikan sama orang2 tidak suka.
Berjayalah
pak man kedux jeg mule matix👍
Kedukkk ohh kedukkk wkwkwkkwkwkk
Pembawa acaranya aga tegang wkwk
Pembawa acara nya buat ngantuk
Daripada memotong2 pembicaraan narasumber 😅
Kuang kopai .. To blaiii
Matik kamu mas kedux
Izinkan saya disini sebagai masyarakat melihat tentang Organik dan Non Organik niki , sekaligus menanggapi tentang pernyataan yg dibuat Bli Kedux :
1. Saya ingin bertanya apakah Tpst itu bener2 siap untuk mengolah semua sampah Non Organik ataupun Organik yg ada di seluruh Bali , karena ketika kampanye itu dilakukan bukan hanya warga denpasar yg menyimak , tapi bahkan seluruh warga Bali menurut saya , atau bisa aja sampe ke saudara2 kita diluar Bali , atau ada Tpst selain di Denpasar di Bali yg siap juga ??
2. Tentang sampah plastik ,, memang dlu pengadaan plastik digunakan untuk mengendalikan laju ekploitasi terhadap pohon , tapi apakah impelementasinya di masyarakat itu seperti itu ? Masyarakat aja nilai kesadaran masih kurang tentang sampah plastik yg mana dibuang sembarangan , apalagi skrang ada kampanye menggunakan non Organik ,, gak ada kampanye itu saja masyarakat rasa kesadaran diri tentang sampah plastik masih kurang , biarpun sudah beberapa ratus kali sosialisasi yg dilakukan para peduli lingkungan , tapi nyatanya apa , masyarakat masih aja ada yg bakar plastik , buang sembarangan dll ,, lalu ditambah dgn kampanye seperti itu , apakah nanti bakal menjadi pembenaran bagi masyarakat2 yg masih tiang kira rasa kesadaran kurang ,, tiang rasa klo gak mampu mengurangi , minimal jangan menambah , ini sudah bagus sebenarnya solusinya .
3. Tentang Styrofoam,, menurut tiang bukan hanya tentang styrofoamnya yg jdi pokok kita disini , tapi culture ngulatnya,,, bukannya maksud membatasi kreatifitas para Undagi ogoh2 dgn melarang penggunaan Styrofoam , tapi Bali itu dri dlu identik dgn "CIRI KHAS" ,, jdikan ngulat ini ciri khas di ogoh2 sebagai culture ,, klo make Styrofoam, siapapun bisa buat ,, klo ngulat apakah banyak orang bisa ? Klo gak kita wariskan culture ngulat ini , apakah nanti bakal ajeg di Bali ngulat ini ? Selain itu juga untuk menggugah rasa kebersamaan ,, jika ngulat kerja sama team akan kerasa , ada yg nyebit tiing , ada yg menganyam dll ,, klo Styrofoam paling yg kerja cuma 1-2 orang .
4. Tentang bahaya Styrofoam,,, jdi bukan perkara tentang sama2 menghasilkan sampah , setidaknya sampah dri Organik lebih menyehatkan bagi kita ,, ya setidaknya mengurangi lah racun2 yg akan timbul ,, klo penggunaan Styrofoam itu racunnya sudah aja kajian ilmiahnya , sudah terbukti ,,, apalagi di Bali ogoh2 itu rata2 dibakar bukan diolah lgi . Jdi salah besar jika menyamakan organik dan non organik dri segi menghasilkan sampahnya saja .
Mungkin itu sekian dri saya . Klo ada salah kata saya mohon maaf ,, cuma keluh kesah pemuda Denpasar melihat para seniman2 sudah tidak para relnya seperti dlu,,, memang jiwa konsisten itu sangat SUSAH ada pada jiwa manusia .