Memang bukan hanya bahasa Jawa saja yang mengalami penurunan, tapi bahasa Jawa bisa menjadi tolak ukur kelestarian bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Karena kalau bahasa Jawa dengan populasi penuturnya yang begitu banyaknya saja menurun penggunaannya bahkan bisa terancam punah, apatah lagi bahasa-bahasa daerah yang lebih kecil? Pemerintah harus mulai serius dalam melestarikan bahasa-bahasa daerah. Betul, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Tapi pelestarian bahasa-bahasa daerah yang umurnya "lebih tua" dari bahasa resmi negeri ini juga sangat penting. Jangan sampai bahasa Indonesia malah jadi pembunuh kekayaan keragaman peradaban berabad-abad Nusantara yang membentuk "Kebhinnekaan". Sesuatu yang menjadi fondasi bangsa "artifisial" ini.
@@hendrawanwijayadachi betul, kalau bentuknya federasi juga keliatannya si pembangunan juga bakal lebih merata. makannya dulu bung hatta pengen banget indonesia jadi federal tapi yaa gitu deh banyakan yang dukung negara kesatuan hehe
@@evanpasha Ngapain Pemerintah Lu Salahkan Perkara Bahasa???, yg Bikin Bahasa Daerah Punah itu Para Ibu-ibu muda & Cewek-cewek pada Gengsi Sok-sokan, Mereka Pikir dg Menggunakan Bahasa Indonesia Lantas Mereka di Anggap Intelektual atau Mapan Secara Ekonomi, di Pelosok Desa di Jawa saja pada ngomong Bahasa Indonesia, apalagi di Tengah Kota sudah punah di kalangan Ibu-ibu muda & Cewek-cewek, Justru yg Setia Gunakan Bahasa Daerah itu Para Laki-laki Bapack2
Ingkang wigatos kula nyuwun dhateng para calon bapa biyung, menawi mbenjang sampun gadhah putra, ingkang tiyang jawa mangga dipun kudang ngagem basa jawa mawon. Perkawis basa indonesia, yen bocah sampun mlebet skolah niku mengke saged piyambak.
Makanya bahasa jawa itu selalu istimewa di pondok pesantren ....karna dalam pembelajaran dinniyah semua kitab dipondok dimaknai dengan bahasa jawa halus. Sampai sekarang tetap berjalan....semoga kita semua tidak lupa akan bahasa kita daerah ataupun nasional. SEMANGAT TERUS PARA PEMUDA BANGSA.
Dan bahasa jawa klasik itu santri milenial tidak semua kosa kata paham,dan tantangan orang yg membacakan kitab harus mampu memberi penjelasan dengan bahasa yg milenial pahami tanpa menghilangkan bahasa jawa klasik yg tdk di pahami milenial,contoh haststa=NGGEGEREHI,cah saiki ra ngerti nggegerehi ki opo,maka di beri penjelasan NGGEGEREHI=MEMBERI SEMABGAT/MEMOTIFASI DLL....🙏
Bahasa Jawa itu rumit dengan tingkat tata bahasanya. Generasi yang tua mengharap generasi mudanya bisa bahasa Jawa dengan sopan dan pada tempatnya tapi cuma memarahi kalau salah tanpa mengajari dengan benar. -pengalaman pribadi.
betul saya alami sedari kecil orang tua tak mengajarkan saya basa krama, tapi menegur atau memarahi kalau tahu saya ngomong basa ngoko ke yg lebih tua namun saya sedikit beruntung masih bisa belajar basa krama dari kakek-nenek serta pakdhe-budhe saya, pun juga dari tempat ngaji (pakai kitab terjemah basa jawa huruf pegon)
Bukan mau atau ngga, tapi lingkungan mempengaruhi bagaimana seseorang hidup, misal orang tua dan masyarakat umum menggunakan ngoko tapi kita sendiri atau orang lain smuanya pake kromo ya akan sulit dan sebaliknya,.seseorang yg lingkungan bahasanya ngoko pasti mau tak mau jadi ikut ngoko, meskipun dalam hati ada keinginan bisa kromo,, karna manusia belajar dari mendengar dan menangkap dari apa yg didapat. Jd kita harus melihat juga dari sisi yg lebih luas Skali lagi bukan ada keinginan atau ngga tapi orang jg berkomunikasi memakai bahasa yg lingkungan pakai.
Saya meyakini trend beberapa tahun terkahir yaitu lagu-lagu jawa yang selalu tranding di youtube bisa menjadi salah satu media orang-orang mempelajari dan mempertahankan bahasa jawa. Dulu mendegar lagu jawa dianggap kurang gaul, tapi sekarang saya merasa stigma itu sudah tidak ada. Sebut Didi Kempot, deny caknan, happy asmara, Guyon waton dan beberapa penyanyi lain yang melantunkan tembang-tembang berbahasa jawa memiliki andil dalam pelestarian bahasa jawa diera sekarang ini. Jangan sampai seperti Filipin yang anak mudanya sudah kesulitan berbahasa tagalog, atau orang malaysia yang lebih prefer bahasa inggris.
Walaupun lagu lagu jawa banyak yg tranding di RUclips akan tetapi disetiap lirik lagu itu ada campuran bhs Indonesianya jg dan malahan ada yg bercampur bahasa gaul dan bahasa Inggris
Supaya tidak lupa "Jowone" semua anak-anak saya yang lahir & besar dipapua saya ajarin bahasa jawa sejak dini Allhamdulilah semua anak saya bisa & mampu berkomunikasi dalam bahasa jawa dengan baik meski tidak sehalus kromo inggil anak2 yang besar dan tumbuh di tanah Jawa
saya dilampung, tp lingkungan sy jawa. anak2 kecil dilingkungan saya saat ini sdh bergeser ke b. indonesia..1 rt hanya anak saya yg bhs jawa alus walau usia msh 3.5 thn.tmn2nya berbahas nasional semua... anak sy bs menyesuaikan ketika bicara dg tmn2nya. smg kami terus bisa menjaga anak sy dg baik
bisa dibilang bahsa jawa memang survive namun tidak berkembang, dalam artian bahasa yang berkembang memiliki kemampuan untuk menyerap istilah-istilah asing, sebutlah bahasa indonesia, inggris, arab, bahasa-bahasa ini dikatakan berkembang karena mampu menyerap( ada orang yang melakukan) istilah asing atau pemutakhiran istilah sebutlah gawai, komputer, itu tidak ada istilahnya dalam bahasa jawa. pada akhirnya bahasa daerah hanya akan bertahan hidup hanyalah kata-kata yang memiliki keperluan praktis.
Keyakinan sy semakin kuat,diusia dini anak sy kelak sy ajak berkomunikasi menggunakan bahasa bali nusa.karena sy ingin melestarikan bahasa daerah sy,bahasa ibu sy.saya tak ingin bahasa daerah/ibu sy punah.sy sungguh tak mau alami dilema,mandapati anak sy dilabeli "orang bali kok nggak bisa bahasa bali".
jogja hadir.. alhamdulillah di desa atau kampungku anak kecil masih banyak yang bisa bahasa jawa krama inggil... itu semua tergantung didikan keluarga sih.. mirisnya sekarang anak muda keturunan jawa banyak tidak tahu bahasa jawa krama inggil dan tata krama (sopan santun dan cara menghormati yang lebih tua) "wong jowo ojo ilang jawane" pepatah luhur yang akan kami selalu pegang dimanapun kami berada. kalau lihat orang suriname yang masih fasih bahasa jawa membangkitkan semangat kita untuk selalu melestarikan bahasa daerah dan mengaplikasikannya ke kegiatan2an di lingkungan masyarakat terutama kepada anak2 kecil.
@@sangmunggwingserengan3566 loh kamu tahu budaya jawa ngga sih? Budaya jawa memang. banyak unsur sanskritnya karena pengaruh keagamaan hindu buddha. Kromo inggil ya merupakan indikator utama mengetahui kualitas penutur bahasa jawa. Profil doang ngga tau budaya bener aja tong kosong nyaring bunyinya.
Saya tidak lahir dan tinggal di tempat asal Bapak dan Ibuku (dijawa). Alhamdulillah. Saya ttp menggunakan bahasa jawa. Sampai sekarang dan akan tetap di gunakan sampai turun temurun.
saya besar di Jogja, dididik orang tua menggunakan bahasa jawa. bahkan dituntut untuk bisa berbahasa jawa krama inggil. sehingga bahasa jawa sudah menjadi bahasa ibu selain bahasa indonesia. tapi karena saat ini saya bekerja dengan tuntutan siap bekerja diberbagai daerah, akhirnya dalam mendidik anak, bahasa indonesia saya jadikan bahasa ibu. karena pola kerja yang harus berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain tentu akan menyulitkan anak untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya jika saya memaksa dia menggunakan bahasa jawa. akhirnya kita tidak bisa menyalahkan jika orang tua tidak mengajarkan atau mungkin lebih tepatnya belum mengajarkan bahasa daerah dari mana ia berasal kepada anaknya, lebih mengutamakan bahasa indonesia terlebih dahulu dari bahasa daerah. saling menghormati keputusan dari masing-masing keluarga dalam mendidik generasi penerusnya, karena pasti ada alasan dibalik itu semua.
di satu sisi, adanya bahasa Indonesia membuat saya bangga, saya punya teman dari berbagai negara yang bahkan berkomunikasi antar sesamanya menggunakan bahasa asing, di Nigeria misalnya, mereka punya bahasa daerah masing-masing di tiap suku, dan untuk berkomunikasi antar suku menggunakan bahasa Inggris. Di India, tidak semua bisa bahasa Urdu, orang orang yang berasal dari Kerala punya bahasa sendiri dan tidak semua bisa bahasa Urdu. Bayangin aja, ngobrol dari temen senegaranya tapi pakenya bahasa asing. Karena sejatinya kita mengalah untuk menjadikan bahasa warga Jambi, Riau dan sekitarnya untuk dijadikan bahasa nasional. Meski begitu, saya berharap bahasa Jawa dan bahasa daerah lainnya bisa selalu eksis 😄
apalagi kami yang di Jawa Timur, ada sebagian kota menggunakan bahasa jawa ala keraton Jogja, ada yg Jawa Suroboyoan, Jawa pengaruh Madura, Jawa Osing Banyuwangi. Semakin terbukanya informasi dan komunikasi antar wilayah bahkan dunia, maka suatu saat nanti bahasa akan tinggal 1 berikut budayanya.
@@truckdancingshow6109 emboh wong malang ancen pekok. sakjane jaman londo itu boso walikan,lah saiki londo wes minggat kok sek di gawe. tapi yo gak kabeh,paling mek "sam,oyi" nguno² tok
Semoga bahasa daerah tetap lestari di tengah jaman modernisasi. Kula setuju kaliyan Raden Bima, menawi Urip matinipun basa daerah menika ugi janten tanggung jawab sedayanipun. Mbalik Malih dhumateng kesadaran piyambak-piyambak. Alhamdulillah, Ibu saya sudah dari kecil membiasakan saya dan adek-adek saya menggunakan bahasa Jawa yang benar (Krama Inggil) ketika di rumah. Meskipun lingkungan saya berbahasa Jawa Ngoko (Kasar) dan bahasa Walikan (Bahasa Malang-an), tetapi saya masih selalu berusaha menggunakan bahasa Krama ketika berbicara kepada orang yang lebih tua.
Yang membuat saya memberi like adalah penjelasan oleh ibu Mariatin, tolong sampaikan pada ibu Mariatin, terimakasih untuk penjelasannya tentang jawaban ketika dipanggil....
Di rumah memang sudah seyogyanya menggunakan bahasa daerah secara penuh. Tidak usah khawatir anak tidak bisa berbahasa Indonesia. Internsitas anak di sekolah minimal 12 tahun dengan penggunaan bahasa Indonesia 90% di kelas, literatur ilmu berbahasa Indonesia, media juga mayoritas berbahasa Indonesia. Maka secara alamiah (sebagaimana hakikatnya budaya), anak akan menguasai bahasa Indonesia dengan baik. For English, step by step by our children will be able to talk and write in English perfectly. Moreover, the are more and more international schools. On the other hand, it is easier to find media in English than in Bahasa Daerah. Therefore, we as parents should not be afraid that our children are not able to talk Indonesian and English, we should be afraid that our children can not explore huge knowledge which is only accessible by mastering Bahasa Daerah. Semangat ya para orang tua. Kita lah yang paing bertanggung jawab atas pendidikan bahasa Daerah ke anak-anak kita. I AM PROUD BEING "MEDHOK".
Saya sendiri masih bisa bahasa Jawa Inggil dan Jawa krama alus. Itu semua pengaruh dari didikan orang tua dan ketahanan pendirian diri akan menyadari bahwa "wong jowo ojo ilang jawane" Saya asli Kediri masih menggunakan logat mataraman dan masih banyak di Jawa Timur logat Suroboyoan, Osing, Madure dll. Masih banyak kalangan Jawa yang masih memegang teguh adat istiadatnya. 🙏🏻 tak bisa dipungkiri pengaruh budaya luar terjadi berbagai pelunturan budaya dan bahasa. 🙏🏻 semoga awareness ini menjadi membumi di kalangan penutur bahasa daerah lainnya karena "Bhineka Tunggal Ika".
tugas generasi2 yg sekrg dan akan datang, lestarikan bahasa daerah masing2 tapi tk lupa untuk pemakaian bahasa indo yg baik dan benar, karena pemakaian bahasa indonesia jga udah banyak tercampur bahasa2 lain, karena ini jga termasuk identitas keberagaman bangsa,.
Saya tinggal di riau alhamdulillah masih mudeng sih bahasa jawa,, tapi memang banyak sekali anak muda sekarang yang malu pake bahasa daerahnya padahal seru saat kita jumpa temen beda suku bisa saling bercanda sembari belajar bahasa masing²
Alhamdulillah masih banyak pesantren yg memaknai teks Arab kitab kuning dalam bahasa Jawa... saya lebih banyak belajar basa Jawa dari pondok, ketimbang dari pelajaran mulok di sekolah...
Pelajaran mulok... Jadi ingat masa kecil orang tua sering bilang ayo tak sinauni pelajaran mulok.. sampe sekarang ga faham apa saja yang termasuk pelajaran mulok.
hal yang cukup efektif untuk meneruskan bahasa jawa adalah dengan sering main dengan kakek neneknya ketika masa kecil, karna disitu selalu dibiasakan dan diingatkan untuk menggunakan bahasa krama inggil kepada kakek neneknya,
Aku tinggal di Tangerang, dan teman temanku banyak yang justru ingin belajar dan kagum dengan bahasa Jawa, padahal mereka dari Lampung, Palembang, Sunda, Bali, NTB, dan Maluku.
Aku tinggal daerah sunda tapi percaya setiap Bahasa daerah memiliki tingkatan kuat.. sehingga selain sebagai alat komunikasi Bahasa daerah mengajarkan Etika..
kerenlah memang pak bima ini 😭👍 dulu pernah interview dadakan sama beliau, beliau dosen yg humble banget.. padahal aku mahasiswa dari kampus sebelah, tp beliau menyebut aku sbg mahasiswanya juga.. kebaikan beliau bakal aku inget terus, sehat selalu pak bima 🙏
Saya Sragen Jawa Tengah Saya masih nonton wayang dan sangat suka kisah-kisahnya Saya masih menulis memakai huruf Jawa Saya masih berbahasa Jawa ngoko dan Krama Saya masih punya playlist lagu dolanan dan macapat Saya masih sangat bersyukur dan alkhamdulillah Semoga semua bahasa daerah di Indonesia tetap ada yang melestarikan, aamiin aamiin yaa rabbal'alaamiin
Setiap ada tugas nulis, esai, artikel dll, sering banget bahas ini. Dan ada temen yg tanya "kenapa sih bahas bahasa jawa mulu", miris sebenernya mahasiswa yg diajari buat berpikir kritis, tp menganggap persoalan ini sesuatu yg tdk serius, tdk penting
Mungkin karena dalam perguruan tinggi, bahasa jawa sangat susah dipakai, saat bicara mungkin lebih dari 1/4 kosa kata akan berasal serapan. lagipula, bahasa indonesia pun kosakatanya juga kurang, banyak serapan. gapapa sih asal mudah dimengerti, tapi kadang dalam bbrp kasus itu sangat susah diterjemahkan dengan benar. kaya "vertex angle" yang kalo dimasukkan ke google translate jadi "sudut sudut" hahaha. coba kalo ga percaya ajarin geometri pake bahasa jawa, ngko lak kewohan nk ngarani hahaha. 'Square' jadi kotak, 'cube' jadi kotak juga. Belum lagi fisika, kimia, biologi, apalagi ilmu sosial waduh wkwkwk
Sepertinya role model yang cocok adalah pejuang kemerdekaan, bahasa daerah mereka sangat baik, bahasa Indonesia mereka pun mempunyai sastra yang tinggi, dan juga banyak menguasai bangsa asing. Mungkin keadaan kita saat ini adalah akibat dari kurang nya minat baca dan kurang nya bersosialisasi.
Sangar. Wis ra mangsane skripsi dadi syarat utama gawe nentokne kalulusan Mahasiswa. Kudu ana variasi pilihan gawe tugas akhir sak liyane skripsi. Isa nggawe film, nggawe produk, nggawe gaman, lan liyane.
Saya masih ingat dulu pas SD..ketika itu guru saya bilang, kalau tidak bisa bahasa kromo sama orang yg lebih tua mending pake bahasa indonesia saja biar sopan..dilema juga sih
Itu suatu ketololan namanya, gunakan bahasa Jawa yang sopan, jika tidak bisa tingkatan krama ya gunakan ngoko tapi ada beberapa kata yang perlu kesopanan semisal kata ganti orang pertama, dan kedua, tidak perlu terlalu komplet kosakata kramanya pun tak masalah, daripada diganti ke bahasa Indonesia. Ajur sudah. Saya orang Sala, saya pun bisa tingkatan bahasa , cuman tidak terlalu saklek dengan tingkatan2 macam itu, malah saya lebih ke peningkatan jumlah kosakata asli jawa, walaupun di modern ini serapan bahasa banyak. Tapi yang penting tidak terlalu mencampur bahasa. Lagian tidak semua dialek jawa ada kramanya, entah kenapa sekarang ini banyak oknum dakik dakik yang seolah2 memperjuangkan kemurnian bahasa , tapi ironiknya juga memperjuangkan pengketatan bahasa, dipikir semakin krama itu semakin ori jawa , tidak ada asing gitu, justru sebaliknya Jawa asli itu Endhas bukan sirah (sanskrit), bukan mustaka (sanskrit) Jawa asli itu jeneng/aran, bukan nama (Sansekreta), bukan asma (arab) Jawa asli itu puluh bukan dasa (sanskrit) Dll Di video itupun banyak hipokritnya, mereka bilang sebenarnya bahasa jawa sehari hari masih banyak, tapi kurang halus, lah, apa kalau halus itu asli jawa kah, jangan dibodohi lah. Sekali kali wawancarai pula di masyarakat langsung, tongkrongan, saya di tongkrongan malah banyak nemu bahasa archaic jawa, sangat sedikit serapan, daripada dakik dakik krama hipokrit, yang banyak serapannya Jawa tidak akan pernah hilang, tidak akan pernah musnah, saya 1 tahun merantau di Kalimantan tahun kemarin, banyak nemu orang jawa, berbahasa jawa, jawa akan terus ada dan berlipat ganda :) Kata mereka bahasa juga harus berkualitas, ahh itu cuman standar kualitas mereka saja, coba keliling jawa, dari jawa serang hingga osing, baru bisa menyimpulkan
Sebenarnya ini tidak hanya untuk Bahasa Jawa saja, ini saja bahasa Jawa yang notabene bahasa daerah dengan jumlah penutur terbesar di Indonesia bisa terancam punah, apalagi bahasa" lain yang penggunanya hanya sedikit pasti akan lebih terancam punah lagi
bahasa java dan javascript di pemrograman juga menguasai bahasa pemrograman, sebegitu besar aura kata "jawa". Walaupun popularitas 2 bahasa tersebut menurun juga.
Saya anak muda yang alhamdulillah masih bisa berbahasa sunda halus, juga sampai sekarang saya terus mengajarkan bahasa Sunda ke ponakan² saya yg masih kecil, juga saya senang jika melihat masih ada orang tua yg berbicara dan mengajarkan bahasa sunda dengan anaknya
Bahasa bisa hidup apabila ada sebuah komunikasi antara manusia dengan manusia yang lain, jika itu semakin hari semakin berkurang, tidak bisa dipungkiri bahasa tersebut akan menghilang. Berbeda halnya dengan sebuah budaya. fisik
disetiap kota seharusnya penunjuk jalan dibuat dengan 3 tulisan bahasa yang berbeda,yaitu bahasa indonesia,bahasa daerah dan bahasa inggris,supaya masyarakat bisa menguasai semua bahasa. seperti di jogja.
Saya warga asli solo.. Saya sendiri juga turut prihatin, meski bahasa jawa saya blm benar... Tapi msh saya pakai hingga saat ini, ketika melayani custumer dan mendidik anak msh pakai krama alus... Saat merantau di ibu kota pun msh saya pakai jika ada yg paham /sesama jawa... Karna saya sendiri pakai bahasa indonesia merasa gk pass /kurang lepas bahasanya, sudah terbiasa dgn bahasa jawa yg ada tatarannya untuk menghargai dgn teman bicaranya...
Di kampung saya salah satu kabupaten di jatim daerah bekas wilayah mataraman, ada seorang ibu tetangga lagi momong anak nya, "Hati-hati nak, jalan nya agak susah nanti bisa tiba". Di saat itu menahan tawa sampai sakit ini perut. Yo mbok gawe boso jowo wae, syukur2 boso jowo alus, mergo mengko wiwit sekolah Paud, tk sd sampe sma utowo kuliah bakalan katek gawe boso indonesia.
Sy pikir bukan hanya bahasa Jawa tp hampir semua bahasa daerah makin hari pengguna nya semakin berkurang. ada sebuah artikel menarik yg pernah saya baca di koran Pikiran rakyat, artikel yg di terbitkan sekitar awal tahun 2000an. artikel tersebut membahas mengenai tahun" terakhir pemerintahan kolonial Belanda, yg mewajibakan pegawai di kalangan pemerintahan kolonial Belanda di kota Bandung untuk memakai basa sunda, karena saat itu kebanyakan pekerja menggunakan bahasa Jawa. sayang nya memang artikel tersebut tidak membahas kebijakan penggunaan bahasa daerah di lingkungan kantor pemerintahan di daerah lain.
Klo menurut aku sih balik lagi ke diri kita, kita menggunakan bahasa apa ketika berbicara dengan ponakan atau saudara kita yang masih kecil,. Di sekolah ada pelajaran bahasa daerah.
Saya asli cilacap dan saya sendiri besar dari didikan mbah/nenek karena ortu diperantauan. Mbah saya selalu mengajarkan saya berbahsa (kromo) kalo mau berbicara sama orang walaupun lingkungan sy kebanyakan menggunakan bahasa ngapak dalam sehari hari. Dan Allhamdulilah sy bisa sedikit" bhs kromo walaupun tidak terlalu lancar. Sekarang saya pengen memperlancar bhs kromo saya tp mbah udah sepuh (pikun) agak susah untuk diajak berkomunikasi/belajar bhs kromo seperti dulu lagi.
sebagai manusia berumur 22 tahun, hampir teman-teman saya memilih bicara bahasa Indonesia padahal kami tidak juga dalam forum ilmiah. kami hanya sedang ngopi, kami curhat, bahkan dulu SMP sering banget buat ngomong Jawa malu karena teman-teman pakai bahasa Indonesia semua. Lebih ngeri lagi saat SMA bahasa Jawa hanya ada satu jam per minggu. Bahkan banyak yang biasa saja tidak bisa bahasa Jawa krama. Makin ga ngerti kenapa.
Pernah dengar bahasa Gaul (Gaulish Language)? Itu bahasa Celtic kuno yang sudah lama punah. namun diangkat kembali melalui lirik-lirik lagu oleh Eluveitie, band Folk Metal asal Swiss. Kita bisa mulai lestarikan bahasa-bahasa kita, salah satunya melalui seni musik.
@@camp-lu Punah artinya tidak digunakan lagi atau belum ditemukan lagi suku yang masih berbahasa tsb, tapi peninggalan-peninggalan sejarah dan manuskripnya kan masih ada dan masih bisa diteliti.
Jadi inget dulu paswaktu kecil di kasih tau ibuku, kalo mau ngobrol sama kakek & Nenek wajib Pake bahasa Indonesia. Jadi kangen ngobrol ngo bohoso jowo kromo
TOLONG DIPANTAU JUGA PROGRES PENAMBANGAN MINYAK DI DESA PLANTUNGAN, BLORA, JAWA TENGAH, karna sudah berbulan-bulan tidak ada progres sama sekali, padahal itu diatas tanah orang Dengar dengar yg mengelola pihak ketiga, dan kami juga sudah menanyakan langsung ke bupati Blora lewat WA tapi sampai sekarang belum ada perkembangan
Terimakasih Watchdoc.. aku gunakan video ini untuk bahan analisis siswa SMP ku di SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo di Bulan Bahasa, Oktober 2022 sangat menarik pembahasannya🥰
Sebenarnya anak-anak dan remaja masih menggunakan bahasa jawa sesama mereka. Mereka berbahasa indonesia hanya kepada orang yang perlu dihormati. Jadi bagi anak2 bahasa Indonesia fungsinya sebagai pengganti bahasa krama.
dengan adanya didi kempot, deny caknan, happy asmara, guyon waton dan penyanyi2 jawa lain nya turut andil mengkampanyekan kembali penggunaan bahasa jawa, bahkan temen2 saya non jawa terpapar dengan beberapa kosa kata jawa karena mendengar lagu jawa
Kalau saya selalu berusaha mempelajari bahasa orang yang saya ajak komunikasi, di satu sisi saya mendapat pelajaran baru di sisi lain saya merasa lebih akrab dengan bahasa mereka.
aku sendiri asli jawa, orang tua sejak kecil tidak pernah mengajarkan tentang apa itu krama, setelah dewasa akhirnya belajar otodidak dengan cara mendengar dan praktek dari orang2 tua yang memakai krama, karena menurutku mau tidak mau penggunaan tatanan bahasa jawa yang benar memang harus, balik lagi karena saya hidup di lingkungan jawa yang tidak semua bisa menerima bahasa jawa ngoko
Salah satu pelestari Bahasa Jawa untuk saat ini adalah para guru Bahasa Jawa. Namun para guru Bahasa Daerah, dalam hal ini guru Bahasa Jawa sepertinya kurang diperhatikan oleh pemerintah. Misal, dalam seleksi ASN guru tahun ini, guru-guru bahasa daerah tidak mendapatkan formasi. Kita boleh bangga mempuyai bahasa persatuan. Tapi sungguh miris, bahasa2 daerah perlahan punah dan ditinggalkan...
Suka takjub dan keren gitu liat tata letak bangunan peninggalan kerajaan jaman dulu masih ada bekasnya sampai sekarang bisa dilihat wujud aslinya yang tidak berubah.
Bahasa Daerah (menurut sy) harus di gali kembali dng benar, mumpung masih ada narasumber yg bisa mem berikan penjelasan untuk bisa dikaji & disusun kembali unt diabadikan dan masuk dlm korikulum plajaran di sekolah. Krn bhsa daerah itu juga bisa membawa karakter/prilaku/sopan santun/akhlaq seseorang kpd sesama, utamanya dr yg muda kepd yg lebih tua, antara anak & orang tua, baik dlm jalur usia ataupun jalur sosial, dng tdk mengurangi maksud & tujuan/makna komunikasi dlm disiplin ilmu ataupun bentuk intelextual yg lain. Dlm hal ini dng penyampaian perbedaan pendapat (ump dlm forum diskusi, seminar dlsb) tetap harus diperdebatkan,... hanya etika/sopan santun yg dipakai sbgai instrumen dlm penyampaian nya. ( Pribahasa Jawa,...keno iwak'e ora buthek banyune). Langka utama, dimulai dari kluarga & lingkungan masing2, disekolah bhs Indonesia dan bhs asing. Dan disekolah diajarkan bhs daerah dng tata bhsanya. Sementara diutamakan dlm bhsa daerah adalah sarana komunikasi dulu, baru ke perangkat pengetahuan yg lain2. Ngapunten, mugi2 pemanggih kulo mboten lepat2 sanget, mtr nwun, Sugeng merintis bhsa daerah seluruh Indonesia. Sucses.
karena kebutuhan orang semakin banyak dan semakin susah untuk memenuhi, semakin banyak juga yang tidak peduli dengan estetika. saya cerita di jawa sekitaran jawa timur yang pakai jawa arek an. di sini sopan santun lebih dinilai dari perilaku dan nada bicara bukan tingkatan bahasa jawa, di pelajaran dijelaskan kalau dengan orang tua pakai krama atau malah inggil. disini itu tidak perlu, disini menggunakan bahasa yang dikenal ngoko alus itu sudah sopan jika ditambah gestur yang mendukung, apa itu ngoko alus ya bahasa ngoko yang dicampur krama. kata2 tertentu saja yang harus pakai krama. penggunaan murni krama malah jika tidak digunakan untuk komunikasi antar sesama tetapi untuk memposisikan pembicara lebih rendah dari yang diajak bicara, biasanya jika ke kiai, pimpinan daerah (jika yang diajak bicara paham).
Prihatin juga nasib bahasa Jawa..saya sendiri org Jawa Jateng .tapi dijawa sendiri saya lihat kebanyakan ibu"muda sekarang mengajarkan anak" nya bahasa indonesia.yg seharusnya bahasa Jawa dulu baru bahasa Indonesia...
Lakukan lah hal kecil agar budaya itu tidak hilang(punah) , sederhanya , sejauh apa kita mrantau bila bertemu orang jawa atau yg satu adat , utamakan bicara dengan bahasa asal kita , nek jare simbah “ wong jowo , ojo ngantii ilang jawane”
masalah berbahasa itu dalam komunitas masyarakat yg besar. klo cm sendirian ya sulit jg. sy msh inget sewaktu kelas 1 SD tidak naik kelas karena bahasa Indonesia sy nilainya 3/10 (merah). kelas 1 SD sy msh inget, sm sekali ga paham bhs Indonesia. gmn bs ngerti bhs Indonesia, semua org yg sy temui cm pk bahasa jawa. hiburannya dengerin radio yg pk bhs jawa. TV ga punya. HP apalagi 😂
Alhamdulillah di daerah saya Tulungagung Jatim untuk bahasa Jawa masih lestari. Masih ada kajian agama dengan bahasa Jawa. Masih ada wayang kulit walau jarang (apalagi saat pandemi). Masih banyak pondok pesantren yang mengharuskan santrinya berbahasa dengan sopan (Jawa Halus bukan Ngoko). Masih banyak acara resepsi nikah yang ada "condro" nya (MC Jawa). Walau sama seperti dalam vidio ini, untuk tingkat sekolah, mulai dari PAUD sampai PT bahasanya Indo. Saya dulu ada pelajaran B. Jawa hanya saat SD dan SMP, SMA tidak adanya pelajaran B. Inggris, B. Jepang, B. Jerman :D Lestari Budaya ku, lestari Bahasa ku Matursembahnuwun 🙏
Yang miris adalah yang dialami teman teman sebaya saya Mereka suka salah kaprah dalam menggunakan bahasa Contoh misal dia mau berkata ondho(tangga) Tapi dia malah mengucapkan "tonggo" yang dimana itu artinya tetangga, bukan tangga Dan masih banyak lagi, kasus yang sering adalah melafalkan bahasa indonesia dimana ada suku kata A langsung diganti O mentang" biar jadi bahasa jawa. Dan itu salah, aneh, cah freak
2010 praktek kerja usaha di desa getas, salatiga, jawa tengah. Masih kental banget bahasa, adat & budayanya bahkan di masjid adzan masih menggunakan langgam jawa khutbah jumat juga masih menggunakan bahasa jawa halus. Indah sekali.
Di kampung halaman saya, pedalaman Kabupaten Malang, jawatimur, jika anak desa bergaul di lingkungan kota malang, maka mereka akan cenderung berbahasa indonesia, dan ini masih belum cukup. Agar lebih meningkatkan derajat sosial di pergaulan maka bahasa indonesia yg paling di hargai adalah yg logat jakarta. Dan akhirnya saya pernah mendengar suatu percakapan begini " _Maaf saya tidak bisa bahasa jawa, sebab saya sudah_ *kulina* _bahasa indoneisa_ " .............hagegege.......
Terima kasih. Saya kira perlu diterapkan "skripsi" model begini di kampus2 lain. Bisa cuan juga, banyak yg nonton, ga sekedar menjadi penghias perpustakaan dan "Penelitian terdahulu"
Kuncinya di tatanan pendidikan. Seharusnya seperti dulu. Sebelum SD, semua sekolahan harus memakai bahasa ibu. Dan bahasa asing hanya boleh diperkenalkan di SMA. Semua bergantung kesepakatan kebijakan sistem pendidikan. Sugeng saras sedanten. Nyuwon sekathahe pangapunten menawi wonten klintunipun.
Selagi masih ada muatan lokal bahasa jawa masih aman. Kalo untuk bahasa harian basa jawa ngoko masih aman kelestariannya, tapi kalo bahasa jawa krama alus kayaknya tidak banyak yang bisa.
Aku Setelah melihat Video ini ( Dari Channel Watchdoc Documentary ) pikiran dan hati saya bergetar, dengan jawa yang selalu memberikan pelajaran hidup adigung, adiguno, adiluhung. sebagai generasi muda saya sangat apresiasi dan terimakasih dengan mengangkat dokumenter tersebut agar temen2 tidak lupa akan asal daerahnya di bumi nuswantara ( khususnya Jawa ). Namun Klimaks nya dimana ada Scene kata Nguri Nguri Budaya dan seterusnya, saya langsung berpikir Wong Jowo Ilang Jowone Pepatah tersebut berarti orang jawa yang sudah tidak memiliki jati diri sebagai orang jawa.Halus dan sopan adalah suatu sikap yang melekat di diri orang jawa.Halus dan sopan tercermin ketika orang berbicara dan bersikap Bagaimana Dengan Unggah Ungguh ( Tata Krama ) untuk era Milenial saat ini, saya rasa jarang anak jaman sekarang menerapkan dalam ruang lingkup keluarga terutama. walaupun dengan minusnya bahasa jawa , namun adanya tutur bahasa yang baik ( jawa ) dengan tampan di dampingi Unggah ungguh/Tata krama/perilaku saya rasa... (kurang) . dalam konteks ini karna sejatinya orang jawa khususnya tertanam dan tidak jauh daari watak sungkan/pemalu sering menyapa, kalem, sederhana, luwes higga nriman ing pandum ( menerima Segala sesuatu dengan legawa/ ikhlas ) dll tentang watak jowo sejatine wong jowo sesunggunya. Kawula Pribadi,bertempat Lahir Sidoarjo Jawatimur wulan Juli 1997 , Ngaturaken matur Sembah suwun sanget, kanggih Tyang Tyang Watchdoc Documentary Mbuko Moto Ati Lan Pikiran kanggih putro wayah sedanten Pripun Jawa sing sejatine jawa. lan Mugyo saget ngewei Inspirasi sing sejati. Rahayu Rahayu Rahayu Sagung paraning Dumadi.
bahasa dan budaya itu dinamis, bahasa itu alat untuk mempermudah hidup manusia. jika seandainya muncul kondisi dimana bahasa itu malah mempersulit, maka secara alami manusia akan meninggalkan bahasa tsb. begitu juga sebaliknya jika ada fungsi2 tertentu yg didapatkan lewat bahasa tsb, bahasa tsb tetap akan digunakan sesuai fungsinya. jangan dibuat sedih kawan, kakek dan orangtua kita hidup di jaman mereka. kita hidup di jaman kita. anak dan cucu kita hidup di jaman mereka juga. bahasa jawa tahun 1900 dan tahun 1600 juga beda
Terima kasih liputannya. Menarik. Skripsi jadi dokumenter? Hebat sekali! Tapi saya ada pertanyaan buat Badan Bahasa. Emang buat apa sih melestarikan bahasa daerah? Terus kalau bahasa daerah punah digantikan oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, ruginya apa? Baca sampai akhir. Dalam setiap wacana pelestarian bahasa daerah, yang selalu saya tunggu-tunggu adalah jawaban yang tepat atas pertanyaan “Untuk tujuan apa kita harus melestarikan bahasa daerah?”. Jawabannya selalu berputar dan tak menjawab pertanyaan sebenarnya. Jawabannya hampir selalu “agar bahasa daerah tidak punah dan untuk menjaga identitas dan budaya lokal”. Jawaban ini berputar dan tidak cukup menjelaskan tujuan pelestarian bahasa dalam konteks yang tepat. Memangnya kenapa kalau sebuah bahasa punah? Mengapa identitas tidak boleh berubah? Kenapa budaya lokal harus dilestarikan? Jawaban berupa circulus in probando atau penalaran berputar seperti ini ibarat ‘meong paleng elong’ atau kucing yang mengejar ekornya. Berputar-putar terus. Bandingkan dengan pertanyaan untuk apa kita melestarikan flora dan fauna. Untuk apa kita melestarikan spesies ular tertentu di sawah? Agar populasi tikus tidak melimpah dan produksi padi tidak terganggu. Kalau produksi terganggu, kita tidak bisa makan. Ini jawaban yang tepat. Ada kebaikan dari sisi yang paling fundamental yang menjadi tujuan melakukan sesuatu. Bandingkan dengan apa yang dilakukan untuk melestarikan bahasa-bahasa penduduk asli Australia. Ada bahasa yang sudah mati dihidupkan kembali dengan dana dari pajak. Mengapa? Karena ada tujuan yang jelas yang disuarakan. Suku Barngarla di Tanjung Eyre (South Australia) memiliki sikap kolektif yang holistik tentang kemakmuran mereka. Ketika bahasa mereka terancam oleh invasi kultur barat Australia pendatang, mereka kehilangan identitas, pengetahuan lokal, kedaulatan intelektual, dan kesehatan mental yang berpengaruh ke kesehatan fisik. Ini tujuan melestarikan bahasa. Tujuan pelestarian dan ‘revival’ bisa dibahasakan dengan jelas bahwa bahasa harus dilestarikan untuk tujuan berkehidupan yang lebih baik, terutama bagi masyarakat yang memiliki ikatan holistik dengan budayanya dan tanahnya. Atau sampaikan juga bahwa multilingualisme atau kemampuan menguasai lebih dari dua bahasa itu penting dan bermanfaat bagus untuk kognisi anak jika dilakukan dengan tepat. Tolong pegiat bahasa, jelaskan dengan lengkap tujuan itu. Adakah invasi budaya yang membahayakan aspek kehidupan kita? Jika suatu hari anak saya tak mengenal eskpresi “nggih”, atau “mbe leim iku?” atau “mentelah, inaq kake”, apa yang akan terjadi? Ini bukan penentangan pada tujuan pelestarian. Saya hanya memanggil pegiat bahasa untuk memetakan pengetahuan dalam bahasa lokal kita. Ayo kita lihat pentingnya bahasa untuk masyarakata adat yang masih memiliki ikatan dengan budayanya. Bagaimana dengan masyarakat Anda? Jika Anda sedih kehilangan bahasa, kesedihan kehilangan itu berpengaruhkah ke kesehatan mental? Atau hanya romantisme belaka? Sekali lagi, saya menuntut pemetaan pengetahuan dan kearifan yang eksklusif terkandung dalam bahasa daerah kita. Salam saya, Junet. Penutur Bahasa Sasak berbagai varian yang ingin anaknya bisa Bahasa Sasak, Indonesia, Inggris, dan Javascript :) Sumber artikel revival linguisticnya ada di IG @junaydfloyd.
Iya bener mas, sepakat. Misalnya gini, kenapa harus melestarikan bahasa jawa, terutama bahasa krama? Apa untungnya? Padahal itu rumit sekali loh utk dipelajari sebenernya. Semisal alesannya gini, dengan bahasa krama ketika kita berkonflik sama orang yg lebih tua kita tetep bisa menyanggah namun dengan cara yg sopan sehingga kemungkinan sanggahan kita lebih bisa diterima. Masuk akal kan? Karena diakui apa nggak senioritas di kita masih begitu kuat. Namun ya itu tadi, sy belum pernah mendengar alesan2 yg masuk akal seperti itu dari upaya2 pelestarian budaya, khususnya bahasa.
Karena bahasa daerah adalah bahasa diri/jiwa kita sendiri yang menjadikan ciri khas kita dan membuat kita unik/ berbeda dari orang lain. Juga Bahasa daerah merupakan salah satu unsur budaya yang jika dilestarikan maka akan memperbanyak keberagaman kebudayaan negara. Tetapi jika bahasa daerah tidak dilestarikan dan punah, maka hilanglah ciri khas kita sendiri dimata dunia. tapi diskusimu ini paradox mas, contoh paradox: benda yang bergerak dan tak bisa berhenti bertemu dengan benda yang tidak bisa di gerakkan atau di geser, semoga bisa membantu menjawab
Sebagai tutor les, sy berusaha trs belajar dan mengajarkan bahasa Jawa kpd anak2. Tidak mudah memang krn lingkungan mereka jg tdk membiasakan penggunaan bahasa Jawa. Tp sy yakin, dgn belajar perlahan ank2 akn paham bahasa Jawa mulai dr penggunaan Bhs. Jawa ngoko, krama alus, krama Inggil smpi penggunaan aksara Jawa dan tembung2/kalimat2 bahasa Jawa lainnya.
Bapakku orang tionghoa dari jkt & ibuku orang jawa asli dr Pekalongan. Kami tinggal di semarang, dan yang bisa berbahasa jawa hanya ibu saya dan saya, sementara adik saya tidak bisa. Adik saya logatnya sudah seperti anak jakarta🤦♀️. Setiap ada tugas bahasa jawa pasti gak bisa, untung saya sabar ngajarin dia buat PR jawanya. Rasa ingin menunjukkan video ini 📈📈
Aku orang Malang, Jatim. Dimana rata2 orang Jawa Timur biasanya kebanyakan pakai bahasa Ngoko kasar, dibanding Jawa Tengah. Meski kadang ya aku ngomong kromo Inggil sebisa mungkin meski terbatas dan miskin kosakata ke orang yg lebih tua supaya ttp sopan. Kadang kagum aku liat orang Jawa Tengah bener2 sopan dan halus banget kalau ngomong kromo Inggil, aku pas mau belajar kromo Inggil malah ortu ngomong : Ngapain kamu belajar kromo Inggil, orang ga dipakek, mending kamu ngelanjutin belajar bahasa Jerman lebih prestis dan peluang lbh besar. Kadang sedih jg sih itu pdhl kn budaya dan identitas kita,. Skrg anak jaman skrg lebih sering dituntun utk belajar bhs Inggris (karena lebih global) krna dianggap lebih prestis dan peluang lbh besar utk karier dll, smga kasusnya di Indonesia, ga kayak Malaysia yg lbh suka pakai bhs Inggris drpd bahasa sendiri bhs Melayu atau bahkan lbh suka pakai Mandarin (utk etnis China) disana Mungkin 20 tahun lagi, dg generasi baru, kayaknya bahasa Jawa makin punah (termasuk bhs Sunda dll), kalah sm bhs Indo, skrg anak anak kalau bicara pakai bahasa Indo. Krna dengan bhs Indo lebih mudah jg, dibanding bhs Jawa yg ada unggah ungguh bahasa. Serta pengaruh media dan penggunaan, apa lagi di Asean jg bahasa Indonesia sdh resmi. Generasi yg lebih global tanpa batas mngkin lbh memilih bhs Indo dan Inggris krna dianggap lbh prestis.
Bahasa daerah sejatinya mampu menjadi tolak ukur suatu kepribadian seseorang dalam berperilaku Hal yang sampai saat ini masih sangat membekas dalam benakku yaitu diminta mencontohkan berkata ketika saat bertengkar dengan bahasa jawa krama inggil
menurut saya, tidak ada yang hilang ataupun punah. mungkin bersifat lebih fleksibel saja sekarang, kalo kita mundur ke zaman seblum adanya bahasa, kelompok manusia menggunakan bahasa non ferbal sebagai alat komunikasi, namun percakapan yang menggunakan bahasa non ferbal pun berubah bentuk seiring bertumbuh kembangnya peradaban, pengalaman dan akal budi manusia. terlebih masyarakat yang multikultural.
Aku belajar bahasa jawa dari luar rumah, soalnya di rumah ibu sama bapak pakek bahasa Indonesia, soalnya ibu dari jember trus bapak dari nganjuk yang setelah menika tinggal agak lama di Papua, aku pun kelahiran papua, beruntung sedikit2 belajar dari lingkungan pertemanan, sekolah sama di Pesantren dulu, mari bersama2 kita bangun lagi gairah belajar bahasa daerah sambil tidak melupakan identitas bahasa nasional kita 😊
Entahlah, lama kelamaan juga kedepannya bahasa dunia cuma 1 bahasa. Kemungkinan terbesar bahasa inggris. Yg paling penting di dokumentasikan saja, kamusnya di bikin yg benar, yg bagus. Untung sekarang mbah google bisa paham bahasa jawa, bisa mentranslatekan bahasa jawa. Jadi andai kata 200 tahun lagi bahasa jawa punah, setidaknya masih bisa di pelajari, manuskrip2 jawa masih bisa di pahami. Inilah kenyataan, banyak bahasa2 di dunia yg mulai punah, bahasa2 penduduk lokal aborigin australia misalnya, atau warga lokal america dan canada. Ini semua sudah ada polanya, jumlah bahasa yg aktif juga semakin sedikit, dan pada akhirnya seharusnya akan menyisakan 1 bahasa di dunia. Yg dimana pd saat itu manusia sudah tidak terhalangi lagi dengan perbedaan bahasa satu sama lain. Seluruh dunia cuma punya 1 bahasa. Manusia akan semakin bersatu, ras2 manusia juga mungkin akan melebur jadi satu ras. Karena perkawinan beda ras akan semakin marak. Menyisakan satu ras di dunia. Gk ada lg ras jawa, cina, sunda, bule, papua. Udh ke campur2. Gw sempet terkaget2 sebagai org jawa. Ternyata bahasa jawa yg di pakai kerajaan majapahit sudah sangat berbeda dengan bahasa jawa sekarang, bahkan orang tua saya yg bisa di katakan fasih semua tipe bahasa jawa aja kesusahan memahami. Itu artinya hal ini tidak bisa di hindari. Dan ternyata hal2 ini juga terjadi di semua bahasa termasuk inggris.
Bhs inggris juga mengalami evolusi yang luar biasa,seperti bhs inggris pada masa raja george 1 sampai elizabet 2 mengalami perbedaan yg signifikat.mnrt saya itu sdh jadi jln semesta untuk seperti ini. Dan saya setuju dgn anda dengan tulisan anda .keren👍
@@salixalba9677 ruclips.net/video/_jZiyStJzaE/видео.html silahkan gan hehehe klo bisa paham hebat bgt, klo menurut komen2 itu memang asli bahasa jawa kuno, di tiktok2 juga pada bilang memang bahasa jawa kuno kyk gitu. Klo aku baca2 di google tentang bahasa jawa kuno aku sebagai org jawa aja gk paham. Nanti tolong di komen balik ya, saya mau tau feedbacknya anda, kira2 familiar nggak dengan bahasa itu. 🙏🙏
@@userd588 wkwkwk anda saja gak paham apalagi saya yg notabene penutur bahasa Minang 🤣🤣 tapi saya kerasa sih bedanya ama bahasa Jawa Modern yg sering saya dengar, saya pikir bahasa Jawa Kuna kedengaran mirip sama bahasa Melayu sekarang yg identik dengan penyebutannya "a" nya ketimbang huruf "o" Uniknya hal sebaliknya terjadi pada rumpun bahasa melayu, dimana bahasa melayu tua identik dengan penyebutan huruf "o" (seperti bahasa minang, Kerinci, Palembang) dan melayu modern identik dengan penyebutan huruf "a" (contohnya bahasa Indonesia sekarang) Bisa kebalikannya gitu yaa wkwkwk
saya sdh merasakan hal itu semenjak setelah geger tahun 98 dan kebebasan berpendapat, dan stigma bahwa kedaerahan itu kuno.... karena khawatir saja tidak cukup, tapi di jawa sendiri itu komplek karena kehidupan yg saling mengikat dari banyak segi dan perspektif..... dan akhirnya di masyarakat sendiri ada semacam "kesepakatan" dalam berbahasa yg juga menambah kekhawatiran yg akhirnya bermunculan adanya Jawa-Yogya, jawa-sala, jawa-surabaya(arek), dan jawa2 yang lain.... sementara kita orang jawa(bukan bermaksud jawasentris, karena ini mungkin juga di alami bahasa2 di daerah yg lain) tidak sering mengadakan event2atau giat yg mengarah ke pengakaran bahasa, ini sdh pernah terjadi di Perancis, dan mereka juga kesulitan menggali lagi beerapa bahasa daerahnya yg penuturnya mulai tiada. dan yang paling bertahan mampu menjaganya itu negara jepang
Anak-anak semakin jarang pake bahasa jawa di daerahku.. orang tua mereka lebih senang mengajarkan mereka bahasa Indonesia daripada bahasa jawa.. bahasa keseharian..
Alhamdulillah saking alit sampun diajari ngangge krama inggil kalih tiyang sepah kaliyan keluargi. Mugi mugi saged teras ngangge krama inggil lan ngajaraken teng tiyang lintunipun.
Karena lama-lama bahasa daerah dan budaya ritual daerah dianggap sebagai nilai jual pariwisata untuk turis luar negeri, balik lagi hanya dianggap sebagai nilai ekonomis.
Didaerah saya (Lampung Selatan) yang mayoritasnya orang Jawa dan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Tetapi skrng kebanyakan orang tua yang memiliki anak yang masih belia sudah di ajarkan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik itu komunikasi didalam rumah maupun berkomunikasi di luar rumah bersama teman temanya, entah apa tujuan utamanya, tapi alasan salah satunya yang saya ketahui ialah agar anak anak mereka tidak mengalami kesulitan saat berkomunikasi di sekolah maka dari itu di biasakan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia sejak dini. Entah ini akan menjadi hal yang positif atau bahkan menjadi hal yang negatif dikemudian hari. Semoga kita tidak melupakan bahasa daerah kita masing" dan yang terpenting tidak gengsi untuk berbicara bahasa daerah masing"
@@raihanfauzan44 itu di kampung saya mas, mayoritas orang Jawa gada orang Lampung nya, terkecuali di perbatasan lampung dan di Jawa. Maksudnya menghormati seperti apa ya mas? Kalau kita pake bahasa Jawa terus seakan akan ga hormat sama warga asli lampungnya?
@@raihanfauzan44 ini sama aja kaya orang-orang kulit putih rasis yang bilang "ini amerika! kalo ngomong harus bahasa inggris!" padahal semua orang BEBAS mau bicara pakai bahasa apapun terlebih bahasanya sendiri dimanapun.
@@raihanfauzan44 itulah fungsi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. tetapi saat melakukan komunikasi di komunitas internalnya atau keluarganya saya merasa perlunya melestarikan bahasa daerah. kalau berkomunikasi di tengah orang banyak ya pakai Bahasa Indonesia. saya berasumsi Anda pernah berada di tengah2 orang yang berbahasa daerahnya sehingga Anda merasa tidak dihargai.
@@raihanfauzan44 selain untuk berkomunikasi, bahasa juga mencerminkan perilaku alangkah baiknya kata menghormati anda diganti beradaptasi lagian ngapain si ngemis penghormatan
Aku sering sekali kalau ke pasar, khususnya pasar modern, setiap kali berbicara bahasa jawa sehari hari, malah dianggap aneh, tetapi kalau pakai bahasa indonesia, mahal dianggap biasa, padahal ini di daerah saya.
Sama kak , sy pikir juga kalau pulang kampung sy memakai bahasa jawa kar'na setau sy ya itu memang seharusnya sy memakai bahasa jawa , tapi ternyata justru saya yg dilihat aneh 😂😂 lucu sih
Semoga mata pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa dearah lainnya di Indonesia tidak dihapus dan menjadikan pelajaran tersebut menjadi pelajaran muatan nasional bukan muatan lokal
Memang bukan hanya bahasa Jawa saja yang mengalami penurunan, tapi bahasa Jawa bisa menjadi tolak ukur kelestarian bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Karena kalau bahasa Jawa dengan populasi penuturnya yang begitu banyaknya saja menurun penggunaannya bahkan bisa terancam punah, apatah lagi bahasa-bahasa daerah yang lebih kecil?
Pemerintah harus mulai serius dalam melestarikan bahasa-bahasa daerah. Betul, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Tapi pelestarian bahasa-bahasa daerah yang umurnya "lebih tua" dari bahasa resmi negeri ini juga sangat penting. Jangan sampai bahasa Indonesia malah jadi pembunuh kekayaan keragaman peradaban berabad-abad Nusantara yang membentuk "Kebhinnekaan".
Sesuatu yang menjadi fondasi bangsa "artifisial" ini.
tapi kalo bentuk negara Federasi ku rasa penurunan penutur bahasa daerah ga se signifikan ini
@@hendrawanwijayadachi betul, kalau bentuknya federasi juga keliatannya si pembangunan juga bakal lebih merata. makannya dulu bung hatta pengen banget indonesia jadi federal tapi yaa gitu deh banyakan yang dukung negara kesatuan hehe
@@evanpasha klo federal y bubar to bro
bikin negara sendiri2
leluhur kita berusaha menyatukan
kok malah mau misah lagi
@@evanpasha Ngapain Pemerintah Lu Salahkan Perkara Bahasa???, yg Bikin Bahasa Daerah Punah itu Para Ibu-ibu muda & Cewek-cewek pada Gengsi Sok-sokan, Mereka Pikir dg Menggunakan Bahasa Indonesia Lantas Mereka di Anggap Intelektual atau Mapan Secara Ekonomi, di Pelosok Desa di Jawa saja pada ngomong Bahasa Indonesia, apalagi di Tengah Kota sudah punah di kalangan Ibu-ibu muda & Cewek-cewek, Justru yg Setia Gunakan Bahasa Daerah itu Para Laki-laki Bapack2
Dan kita sendiri jangan lupa dan harus bangga memakai bahasa itu buat diajarkan turun temurun
Ingkang wigatos kula nyuwun dhateng para calon bapa biyung, menawi mbenjang sampun gadhah putra, ingkang tiyang jawa mangga dipun kudang ngagem basa jawa mawon. Perkawis basa indonesia, yen bocah sampun mlebet skolah niku mengke saged piyambak.
Makanya bahasa jawa itu selalu istimewa di pondok pesantren ....karna dalam pembelajaran dinniyah semua kitab dipondok dimaknai dengan bahasa jawa halus. Sampai sekarang tetap berjalan....semoga kita semua tidak lupa akan bahasa kita daerah ataupun nasional. SEMANGAT TERUS PARA PEMUDA BANGSA.
Di pesantren jateng jatim Itu bahawa jawa kawi(jawa tua) bukan hanya jawa halus... Tapi khusus utk konteks penerjemahan(maknai, pakai tulisan pegon).
@@tiny_elephant_ pegon tetap bahasa jawa
Dan bahasa jawa klasik itu santri milenial tidak semua kosa kata paham,dan tantangan orang yg membacakan kitab harus mampu memberi penjelasan dengan bahasa yg milenial pahami tanpa menghilangkan bahasa jawa klasik yg tdk di pahami milenial,contoh haststa=NGGEGEREHI,cah saiki ra ngerti nggegerehi ki opo,maka di beri penjelasan NGGEGEREHI=MEMBERI SEMABGAT/MEMOTIFASI DLL....🙏
alhamdulillah pesantren juga melestatikan bahasa jawa
@@wongdeso6808 bukane nggegerehi itu kata kiasan bukan bahasa kawi/jawa kuno
Bahasa Jawa itu rumit dengan tingkat tata bahasanya. Generasi yang tua mengharap generasi mudanya bisa bahasa Jawa dengan sopan dan pada tempatnya tapi cuma memarahi kalau salah tanpa mengajari dengan benar. -pengalaman pribadi.
Sami mas
betul
saya alami sedari kecil orang tua tak mengajarkan saya basa krama, tapi menegur atau memarahi kalau tahu saya ngomong basa ngoko ke yg lebih tua
namun saya sedikit beruntung masih bisa belajar basa krama dari kakek-nenek serta pakdhe-budhe saya, pun juga dari tempat ngaji (pakai kitab terjemah basa jawa huruf pegon)
Brarti org jawa harus ngutamain ngoko aja dlu drpada gbisa sama sekali
Bener banget
Bener
Saya generasi muda jawa juga sebenarnya pengin bisa menguasai bahasa jawa krama, namun sejak saya kecil, orang tua tidak mengajarkan hal tsb 😭
Masalahe uduk iso opo ora, tapi gelem opo ndak
Krenteg hati yg sma. Semoga bisa mmperbaiki untuk generasi selnjutnya
Bukan mau atau ngga, tapi lingkungan mempengaruhi bagaimana seseorang hidup, misal orang tua dan masyarakat umum menggunakan ngoko tapi kita sendiri atau orang lain smuanya pake kromo ya akan sulit dan sebaliknya,.seseorang yg lingkungan bahasanya ngoko pasti mau tak mau jadi ikut ngoko, meskipun dalam hati ada keinginan bisa kromo,, karna manusia belajar dari mendengar dan menangkap dari apa yg didapat. Jd kita harus melihat juga dari sisi yg lebih luas
Skali lagi bukan ada keinginan atau ngga tapi orang jg berkomunikasi memakai bahasa yg lingkungan pakai.
lingkungan berpengaruh besar..kalo mau lestari orang2nya jgn kemana2 atau jgn ada yg masuk daerah tsb
Wong jowo ilang jowo ne Saiki Yo ngono
Saya meyakini trend beberapa tahun terkahir yaitu lagu-lagu jawa yang selalu tranding di youtube bisa menjadi salah satu media orang-orang mempelajari dan mempertahankan bahasa jawa. Dulu mendegar lagu jawa dianggap kurang gaul, tapi sekarang saya merasa stigma itu sudah tidak ada. Sebut Didi Kempot, deny caknan, happy asmara, Guyon waton dan beberapa penyanyi lain yang melantunkan tembang-tembang berbahasa jawa memiliki andil dalam pelestarian bahasa jawa diera sekarang ini. Jangan sampai seperti Filipin yang anak mudanya sudah kesulitan berbahasa tagalog, atau orang malaysia yang lebih prefer bahasa inggris.
Walaupun lagu lagu jawa banyak yg tranding di RUclips akan tetapi disetiap lirik lagu itu ada campuran bhs Indonesianya jg dan malahan ada yg bercampur bahasa gaul dan bahasa Inggris
@@jovisetiawan1058 sama saja lagu klasik juga kecampuran sanskrit (indiya) dan arab
Pakai kosakata sanskrit lebih nyeni hehe 😏
Banyakan Ngoko. Beda sama pencipta lagu Jawa zaman dulu yg pakai krama
@@zenmaorigami3878 yakin? Nanti bahasa sastra disebut krama lagi
@@sangmunggwingserengan3566 Bahasa pedalangan 😌
Sebenarnya kalau dibanding dengan bahasa jawa, banyak sekali bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah
salah satu bahasa yg tdk akan punah adalah bahasa aceh...👍👍💪💪💪
Apalagi basa sunda aja udh punah
Diganti ke basa jawa serang
Jawa kan 100.000.000 aman lah coba bahasa minoritas seperti bahasa krinci , gayo , dan di papua
@@sandigaming334 Jawa serang itu dipake dadaerah Serang /Bantenbang? Atau didaerah Jawa barat?
@@Riko-lk7oo Di serang ada yg masih basa Sunda lur
Supaya tidak lupa "Jowone" semua anak-anak saya yang lahir & besar dipapua saya ajarin bahasa jawa sejak dini
Allhamdulilah semua anak saya bisa & mampu berkomunikasi dalam bahasa jawa dengan baik meski tidak sehalus kromo inggil anak2 yang besar dan tumbuh di tanah Jawa
saya dilampung, tp lingkungan sy jawa. anak2 kecil dilingkungan saya saat ini sdh bergeser ke b. indonesia..1 rt hanya anak saya yg bhs jawa alus walau usia msh 3.5 thn.tmn2nya berbahas nasional semua...
anak sy bs menyesuaikan ketika bicara dg tmn2nya.
smg kami terus bisa menjaga anak sy dg baik
bisa dibilang bahsa jawa memang survive namun tidak berkembang, dalam artian bahasa yang berkembang memiliki kemampuan untuk menyerap istilah-istilah asing, sebutlah bahasa indonesia, inggris, arab, bahasa-bahasa ini dikatakan berkembang karena mampu menyerap( ada orang yang melakukan) istilah asing atau pemutakhiran istilah sebutlah gawai, komputer, itu tidak ada istilahnya dalam bahasa jawa. pada akhirnya bahasa daerah hanya akan bertahan hidup hanyalah kata-kata yang memiliki keperluan praktis.
Keyakinan sy semakin kuat,diusia dini anak sy kelak sy ajak berkomunikasi menggunakan bahasa bali nusa.karena sy ingin melestarikan bahasa daerah sy,bahasa ibu sy.saya tak ingin bahasa daerah/ibu sy punah.sy sungguh tak mau alami dilema,mandapati anak sy dilabeli "orang bali kok nggak bisa bahasa bali".
Ingin sekali belajar bhs bali halus krn gk bisa 😁
Gaskeun....!!
jogja hadir..
alhamdulillah di desa atau kampungku anak kecil masih banyak yang bisa bahasa jawa krama inggil...
itu semua tergantung didikan keluarga sih..
mirisnya sekarang anak muda keturunan jawa banyak tidak tahu bahasa jawa krama inggil dan tata krama (sopan santun dan cara menghormati yang lebih tua)
"wong jowo ojo ilang jawane"
pepatah luhur yang akan kami selalu pegang dimanapun kami berada.
kalau lihat orang suriname yang masih fasih bahasa jawa membangkitkan semangat kita untuk selalu melestarikan bahasa daerah dan mengaplikasikannya ke kegiatan2an di lingkungan masyarakat terutama kepada anak2 kecil.
iya didikan kelurga dan juga ditambah dari pemerintahnnya juga
Teng panggenan kula madiun basa jawi tasih kathah tiyang muda ngginaaken basa jawi krama nalika matur kaleh tiyang sepah
@@patiwirang257 salam tepang nggih mas... salam paseduluran selawase...
Indikator basa jawa kok cuman bahasa krama inggil, lagian krama inggil juga banyak serapan asing
@@sangmunggwingserengan3566 loh kamu tahu budaya jawa ngga sih? Budaya jawa memang. banyak unsur sanskritnya karena pengaruh keagamaan hindu buddha. Kromo inggil ya merupakan indikator utama mengetahui kualitas penutur bahasa jawa. Profil doang ngga tau budaya bener aja tong kosong nyaring bunyinya.
Saya tidak lahir dan tinggal di tempat asal Bapak dan Ibuku (dijawa). Alhamdulillah. Saya ttp menggunakan bahasa jawa. Sampai sekarang dan akan tetap di gunakan sampai turun temurun.
saya besar di Jogja, dididik orang tua menggunakan bahasa jawa. bahkan dituntut untuk bisa berbahasa jawa krama inggil.
sehingga bahasa jawa sudah menjadi bahasa ibu selain bahasa indonesia.
tapi karena saat ini saya bekerja dengan tuntutan siap bekerja diberbagai daerah, akhirnya dalam mendidik anak, bahasa indonesia saya jadikan bahasa ibu. karena pola kerja yang harus berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain tentu akan menyulitkan anak untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya jika saya memaksa dia menggunakan bahasa jawa.
akhirnya kita tidak bisa menyalahkan jika orang tua tidak mengajarkan atau mungkin lebih tepatnya belum mengajarkan bahasa daerah dari mana ia berasal kepada anaknya, lebih mengutamakan bahasa indonesia terlebih dahulu dari bahasa daerah.
saling menghormati keputusan dari masing-masing keluarga dalam mendidik generasi penerusnya, karena pasti ada alasan dibalik itu semua.
Saya mengucapkan terimakasih kepada komunitas komunitas yang sudah menghidupkan bahasa jawa, seperti permadani matur suwun
di satu sisi, adanya bahasa Indonesia membuat saya bangga, saya punya teman dari berbagai negara yang bahkan berkomunikasi antar sesamanya menggunakan bahasa asing, di Nigeria misalnya, mereka punya bahasa daerah masing-masing di tiap suku, dan untuk berkomunikasi antar suku menggunakan bahasa Inggris. Di India, tidak semua bisa bahasa Urdu, orang orang yang berasal dari Kerala punya bahasa sendiri dan tidak semua bisa bahasa Urdu. Bayangin aja, ngobrol dari temen senegaranya tapi pakenya bahasa asing. Karena sejatinya kita mengalah untuk menjadikan bahasa warga Jambi, Riau dan sekitarnya untuk dijadikan bahasa nasional. Meski begitu, saya berharap bahasa Jawa dan bahasa daerah lainnya bisa selalu eksis 😄
Di kalangan Pesantren masih banyak dituturkan bahasa Jawa baik Krama Inggil maupun bahasa Jawa Klasik dalam kitab-kitab kuning di Pesantren.
apalagi kami yang di Jawa Timur, ada sebagian kota menggunakan bahasa jawa ala keraton Jogja, ada yg Jawa Suroboyoan, Jawa pengaruh Madura, Jawa Osing Banyuwangi.
Semakin terbukanya informasi dan komunikasi antar wilayah bahkan dunia, maka suatu saat nanti bahasa akan tinggal 1 berikut budayanya.
siji sing ora tak pahami mas, ko ono bahasa di wolak walik ngono kae sejarahe piye?
@@truckdancingshow6109 emboh wong malang ancen pekok. sakjane jaman londo itu boso walikan,lah saiki londo wes minggat kok sek di gawe. tapi yo gak kabeh,paling mek "sam,oyi" nguno² tok
@@morningglory95 iki pasti bonek.. ujung2 e ngenyek tonggone.. lek gaiso nerimo perbedaan iku meneng guduk nyangkem tok isone
@@144M_clips sanes Bonek mas,aku wong Pasuruan laskar sakera whekkk
@@morningglory95 Asuuu Podo Jawa timure mbok Yo akur.... Iku masuk sub budaya boso jowo neng alam Jawa wetanan, dadi ora perlu gelud ngawut.
Semoga bahasa daerah tetap lestari di tengah jaman modernisasi.
Kula setuju kaliyan Raden Bima, menawi Urip matinipun basa daerah menika ugi janten tanggung jawab sedayanipun. Mbalik Malih dhumateng kesadaran piyambak-piyambak.
Alhamdulillah, Ibu saya sudah dari kecil membiasakan saya dan adek-adek saya menggunakan bahasa Jawa yang benar (Krama Inggil) ketika di rumah. Meskipun lingkungan saya berbahasa Jawa Ngoko (Kasar) dan bahasa Walikan (Bahasa Malang-an), tetapi saya masih selalu berusaha menggunakan bahasa Krama ketika berbicara kepada orang yang lebih tua.
Wong korea iso boso jowo sk iki?
SAYA BANGGA MENJADI ORANG INDONESIA. SELAMATKAN BUDAYA INDONESIA. JAYALAH BUDAYA NASIONAL INDONESIA.
Yang membuat saya memberi like adalah penjelasan oleh ibu Mariatin, tolong sampaikan pada ibu Mariatin, terimakasih untuk penjelasannya tentang jawaban ketika dipanggil....
Di rumah memang sudah seyogyanya menggunakan bahasa daerah secara penuh. Tidak usah khawatir anak tidak bisa berbahasa Indonesia. Internsitas anak di sekolah minimal 12 tahun dengan penggunaan bahasa Indonesia 90% di kelas, literatur ilmu berbahasa Indonesia, media juga mayoritas berbahasa Indonesia. Maka secara alamiah (sebagaimana hakikatnya budaya), anak akan menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
For English, step by step by our children will be able to talk and write in English perfectly. Moreover, the are more and more international schools. On the other hand, it is easier to find media in English than in Bahasa Daerah. Therefore, we as parents should not be afraid that our children are not able to talk Indonesian and English, we should be afraid that our children can not explore huge knowledge which is only accessible by mastering Bahasa Daerah.
Semangat ya para orang tua. Kita lah yang paing bertanggung jawab atas pendidikan bahasa Daerah ke anak-anak kita.
I AM PROUD BEING "MEDHOK".
Saya sendiri masih bisa bahasa Jawa Inggil dan Jawa krama alus. Itu semua pengaruh dari didikan orang tua dan ketahanan pendirian diri akan menyadari bahwa "wong jowo ojo ilang jawane" Saya asli Kediri masih menggunakan logat mataraman dan masih banyak di Jawa Timur logat Suroboyoan, Osing, Madure dll. Masih banyak kalangan Jawa yang masih memegang teguh adat istiadatnya. 🙏🏻 tak bisa dipungkiri pengaruh budaya luar terjadi berbagai pelunturan budaya dan bahasa. 🙏🏻 semoga awareness ini menjadi membumi di kalangan penutur bahasa daerah lainnya karena "Bhineka Tunggal Ika".
Jawa mataram niku prioun mas 🙏
@@feridwianto7213 Bahasa Jawa mataraman mengacu bahasa Jawa yg dituturkan di wilayah kraton jogja-solo (Jawa bagian tengah dan sebagian jawa timur)
tugas generasi2 yg sekrg dan akan datang, lestarikan bahasa daerah masing2 tapi tk lupa untuk pemakaian bahasa indo yg baik dan benar, karena pemakaian bahasa indonesia jga udah banyak tercampur bahasa2 lain, karena ini jga termasuk identitas keberagaman bangsa,.
Saya tinggal di riau alhamdulillah masih mudeng sih bahasa jawa,, tapi memang banyak sekali anak muda sekarang yang malu pake bahasa daerahnya padahal seru saat kita jumpa temen beda suku bisa saling bercanda sembari belajar bahasa masing²
Alhamdulillah masih banyak pesantren yg memaknai teks Arab kitab kuning dalam bahasa Jawa...
saya lebih banyak belajar basa Jawa dari pondok, ketimbang dari pelajaran mulok di sekolah...
Pelajaran mulok... Jadi ingat masa kecil orang tua sering bilang ayo tak sinauni pelajaran mulok.. sampe sekarang ga faham apa saja yang termasuk pelajaran mulok.
hal yang cukup efektif untuk meneruskan bahasa jawa adalah dengan sering main dengan kakek neneknya ketika masa kecil, karna disitu selalu dibiasakan dan diingatkan untuk menggunakan bahasa krama inggil kepada kakek neneknya,
Aku tinggal di Tangerang, dan teman temanku banyak yang justru ingin belajar dan kagum dengan bahasa Jawa, padahal mereka dari Lampung, Palembang, Sunda, Bali, NTB, dan Maluku.
Aku tinggal daerah sunda tapi percaya setiap Bahasa daerah memiliki tingkatan kuat.. sehingga selain sebagai alat komunikasi Bahasa daerah mengajarkan Etika..
kerenlah memang pak bima ini 😭👍 dulu pernah interview dadakan sama beliau, beliau dosen yg humble banget.. padahal aku mahasiswa dari kampus sebelah, tp beliau menyebut aku sbg mahasiswanya juga.. kebaikan beliau bakal aku inget terus, sehat selalu pak bima 🙏
Saya Sragen Jawa Tengah
Saya masih nonton wayang dan sangat suka kisah-kisahnya
Saya masih menulis memakai huruf Jawa
Saya masih berbahasa Jawa ngoko dan Krama
Saya masih punya playlist lagu dolanan dan macapat
Saya masih sangat bersyukur dan alkhamdulillah
Semoga semua bahasa daerah di Indonesia tetap ada yang melestarikan, aamiin aamiin yaa rabbal'alaamiin
Setiap ada tugas nulis, esai, artikel dll, sering banget bahas ini. Dan ada temen yg tanya "kenapa sih bahas bahasa jawa mulu", miris sebenernya mahasiswa yg diajari buat berpikir kritis, tp menganggap persoalan ini sesuatu yg tdk serius, tdk penting
Mungkin karena dalam perguruan tinggi, bahasa jawa sangat susah dipakai, saat bicara mungkin lebih dari 1/4 kosa kata akan berasal serapan. lagipula, bahasa indonesia pun kosakatanya juga kurang, banyak serapan. gapapa sih asal mudah dimengerti, tapi kadang dalam bbrp kasus itu sangat susah diterjemahkan dengan benar. kaya "vertex angle" yang kalo dimasukkan ke google translate jadi "sudut sudut" hahaha. coba kalo ga percaya ajarin geometri pake bahasa jawa, ngko lak kewohan nk ngarani hahaha. 'Square' jadi kotak, 'cube' jadi kotak juga. Belum lagi fisika, kimia, biologi, apalagi ilmu sosial waduh wkwkwk
Sepertinya role model yang cocok adalah pejuang kemerdekaan, bahasa daerah mereka sangat baik, bahasa Indonesia mereka pun mempunyai sastra yang tinggi, dan juga banyak menguasai bangsa asing. Mungkin keadaan kita saat ini adalah akibat dari kurang nya minat baca dan kurang nya bersosialisasi.
Wah informatif sekali. Terima kasih. Jadi makin sadar akan bahasa lokal harus diteruskan agar tak tenggelam dimakan zaman.
Sangar. Wis ra mangsane skripsi dadi syarat utama gawe nentokne kalulusan Mahasiswa. Kudu ana variasi pilihan gawe tugas akhir sak liyane skripsi. Isa nggawe film, nggawe produk, nggawe gaman, lan liyane.
Saya masih ingat dulu pas SD..ketika itu guru saya bilang, kalau tidak bisa bahasa kromo sama orang yg lebih tua mending pake bahasa indonesia saja biar sopan..dilema juga sih
Itu suatu ketololan namanya, gunakan bahasa Jawa yang sopan, jika tidak bisa tingkatan krama ya gunakan ngoko tapi ada beberapa kata yang perlu kesopanan semisal kata ganti orang pertama, dan kedua, tidak perlu terlalu komplet kosakata kramanya pun tak masalah, daripada diganti ke bahasa Indonesia. Ajur sudah.
Saya orang Sala, saya pun bisa tingkatan bahasa , cuman tidak terlalu saklek dengan tingkatan2 macam itu, malah saya lebih ke peningkatan jumlah kosakata asli jawa, walaupun di modern ini serapan bahasa banyak. Tapi yang penting tidak terlalu mencampur bahasa.
Lagian tidak semua dialek jawa ada kramanya, entah kenapa sekarang ini banyak oknum dakik dakik yang seolah2 memperjuangkan kemurnian bahasa , tapi ironiknya juga memperjuangkan pengketatan bahasa, dipikir semakin krama itu semakin ori jawa , tidak ada asing gitu, justru sebaliknya
Jawa asli itu Endhas bukan sirah (sanskrit), bukan mustaka (sanskrit)
Jawa asli itu jeneng/aran, bukan nama (Sansekreta), bukan asma (arab)
Jawa asli itu puluh bukan dasa (sanskrit)
Dll
Di video itupun banyak hipokritnya, mereka bilang sebenarnya bahasa jawa sehari hari masih banyak, tapi kurang halus, lah, apa kalau halus itu asli jawa kah, jangan dibodohi lah.
Sekali kali wawancarai pula di masyarakat langsung, tongkrongan, saya di tongkrongan malah banyak nemu bahasa archaic jawa, sangat sedikit serapan, daripada dakik dakik krama hipokrit, yang banyak serapannya
Jawa tidak akan pernah hilang, tidak akan pernah musnah, saya 1 tahun merantau di Kalimantan tahun kemarin, banyak nemu orang jawa, berbahasa jawa, jawa akan terus ada dan berlipat ganda :)
Kata mereka bahasa juga harus berkualitas, ahh itu cuman standar kualitas mereka saja, coba keliling jawa, dari jawa serang hingga osing, baru bisa menyimpulkan
Sebenarnya ini tidak hanya untuk Bahasa Jawa saja, ini saja bahasa Jawa yang notabene bahasa daerah dengan jumlah penutur terbesar di Indonesia bisa terancam punah, apalagi bahasa" lain yang penggunanya hanya sedikit pasti akan lebih terancam punah lagi
- lestarikan bahasa daerah.
- gunakan bahasa Indonesia
- pelajari bahasa asing.
bahasa java dan javascript di pemrograman juga menguasai bahasa pemrograman, sebegitu besar aura kata "jawa". Walaupun popularitas 2 bahasa tersebut menurun juga.
Di sunda juga sudah banyak ortu ngajarin anaknya dgn bhsa Indonesia, sehingga anak2 banyak yg kurang bisa bhsa sunda.
Saya anak muda yang alhamdulillah masih bisa berbahasa sunda halus, juga sampai sekarang saya terus mengajarkan bahasa Sunda ke ponakan² saya yg masih kecil, juga saya senang jika melihat masih ada orang tua yg berbicara dan mengajarkan bahasa sunda dengan anaknya
Bahasa bisa hidup apabila ada sebuah komunikasi antara manusia dengan manusia yang lain, jika itu semakin hari semakin berkurang, tidak bisa dipungkiri bahasa tersebut akan menghilang. Berbeda halnya dengan sebuah budaya. fisik
itu yang saya tangkap selama 35 menit, terimakasih ilmunya
Kritikan keras bagi mereka yang paham.
Mosok leh mas , tenan tah ora
@@didikarianto9699 nggih mas wkwk
disetiap kota seharusnya penunjuk jalan dibuat dengan 3 tulisan bahasa yang berbeda,yaitu bahasa indonesia,bahasa daerah dan bahasa inggris,supaya masyarakat bisa menguasai semua bahasa. seperti di jogja.
Di jogja dibikin begitu juga pada ga bisa baca versi tulisan aksara jawa termasuk saya 😭, kecuali generasi 80an ke bawah masih pada paham
Saya warga asli solo..
Saya sendiri juga turut prihatin, meski bahasa jawa saya blm benar...
Tapi msh saya pakai hingga saat ini, ketika melayani custumer dan mendidik anak msh pakai krama alus...
Saat merantau di ibu kota pun msh saya pakai jika ada yg paham /sesama jawa...
Karna saya sendiri pakai bahasa indonesia merasa gk pass /kurang lepas bahasanya, sudah terbiasa dgn bahasa jawa yg ada tatarannya untuk menghargai dgn teman bicaranya...
Di kampung saya salah satu kabupaten di jatim daerah bekas wilayah mataraman, ada seorang ibu tetangga lagi momong anak nya, "Hati-hati nak, jalan nya agak susah nanti bisa tiba". Di saat itu menahan tawa sampai sakit ini perut. Yo mbok gawe boso jowo wae, syukur2 boso jowo alus, mergo mengko wiwit sekolah Paud, tk sd sampe sma utowo kuliah bakalan katek gawe boso indonesia.
"katek" tu apa?
Sy justru pake bahasa jawa diketawain sm orang jawa yg pake bahasa indonesia . Gimana dong
Sy pikir bukan hanya bahasa Jawa tp hampir semua bahasa daerah makin hari pengguna nya semakin berkurang.
ada sebuah artikel menarik yg pernah saya baca di koran Pikiran rakyat, artikel yg di terbitkan sekitar awal tahun 2000an.
artikel tersebut membahas mengenai tahun" terakhir pemerintahan kolonial Belanda, yg mewajibakan pegawai di kalangan pemerintahan kolonial Belanda di kota Bandung untuk memakai basa sunda, karena saat itu kebanyakan pekerja menggunakan bahasa Jawa.
sayang nya memang artikel tersebut tidak membahas kebijakan penggunaan bahasa daerah di lingkungan kantor pemerintahan di daerah lain.
Klo menurut aku sih balik lagi ke diri kita, kita menggunakan bahasa apa ketika berbicara dengan ponakan atau saudara kita yang masih kecil,. Di sekolah ada pelajaran bahasa daerah.
Saya asli cilacap dan saya sendiri besar dari didikan mbah/nenek karena ortu diperantauan. Mbah saya selalu mengajarkan saya berbahsa (kromo) kalo mau berbicara sama orang walaupun lingkungan sy kebanyakan menggunakan bahasa ngapak dalam sehari hari. Dan Allhamdulilah sy bisa sedikit" bhs kromo walaupun tidak terlalu lancar. Sekarang saya pengen memperlancar bhs kromo saya tp mbah udah sepuh (pikun) agak susah untuk diajak berkomunikasi/belajar bhs kromo seperti dulu lagi.
Apakah bahasa kromo disana sama dg solo-jogja?
@@askn995 sami mawon mas ,walaupun beda logat tapi bahasa jawa yang diajarkan di sekolah ² tetep sama ,bahasa jawa versi formal
sebagai manusia berumur 22 tahun, hampir teman-teman saya memilih bicara bahasa Indonesia padahal kami tidak juga dalam forum ilmiah. kami hanya sedang ngopi, kami curhat, bahkan dulu SMP sering banget buat ngomong Jawa malu karena teman-teman pakai bahasa Indonesia semua. Lebih ngeri lagi saat SMA bahasa Jawa hanya ada satu jam per minggu. Bahkan banyak yang biasa saja tidak bisa bahasa Jawa krama. Makin ga ngerti kenapa.
Saya SMA malah tdk ada pelajaran bhs jawa.terakhir smp SMP saja.
Sy yg sekarang tinggal d kota yg mayoritas menggubakan bhs nasional . Tapi ketika pulang ke jawa berbahasa jawa dibilang norak .
Mugi-mugi kula mboten kesupen ngendikan basa Jawa, nguri-uri budoyo Jawa. Matur nuwun sampun ngelingake. Mugi kathah ingkang badhe sinau basa Jawa
Pernah dengar bahasa Gaul (Gaulish Language)?
Itu bahasa Celtic kuno yang sudah lama punah. namun diangkat kembali melalui lirik-lirik lagu oleh Eluveitie, band Folk Metal asal Swiss.
Kita bisa mulai lestarikan bahasa-bahasa kita, salah satunya melalui seni musik.
Ngecek band Eluveitie - memento malah jadi ketemu soundtrack mancing mania haha
Sudah punah bisa di bangkitkan gemana caranya?? Tapi bahasanya kan jadi Neo-Gaul ga bisa sama total dengan bahasa di masa lalu...
@@camp-lu Punah artinya tidak digunakan lagi atau belum ditemukan lagi suku yang masih berbahasa tsb, tapi peninggalan-peninggalan sejarah dan manuskripnya kan masih ada dan masih bisa diteliti.
Bahasanya Asterix dan Obelix bukan ? Demi Toutatis !
Yang lebih jelas nyata, bahasa Ibrani, yang pada awal abad ke 20 sudah punah secara penutur, tapi berhasil dihidupkan kembali
Jadi inget dulu paswaktu kecil di kasih tau ibuku, kalo mau ngobrol sama kakek & Nenek wajib Pake bahasa Indonesia. Jadi kangen ngobrol ngo bohoso jowo kromo
TOLONG DIPANTAU JUGA
PROGRES PENAMBANGAN MINYAK DI DESA PLANTUNGAN, BLORA, JAWA TENGAH,
karna sudah berbulan-bulan tidak ada progres sama sekali, padahal itu diatas tanah orang
Dengar dengar yg mengelola pihak ketiga, dan kami juga sudah menanyakan langsung ke bupati Blora lewat WA tapi sampai sekarang belum ada perkembangan
Terimakasih Watchdoc.. aku gunakan video ini untuk bahan analisis siswa SMP ku di SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo di Bulan Bahasa, Oktober 2022
sangat menarik pembahasannya🥰
Sebenarnya anak-anak dan remaja masih menggunakan bahasa jawa sesama mereka. Mereka berbahasa indonesia hanya kepada orang yang perlu dihormati. Jadi bagi anak2 bahasa Indonesia fungsinya sebagai pengganti bahasa krama.
Pengenalan bhs Jawa yg paling pas utk anak muda jaman sekarang adalah lewat lagu-lagu berbahasa jawa..
dengan adanya didi kempot, deny caknan, happy asmara, guyon waton dan penyanyi2 jawa lain nya turut andil mengkampanyekan kembali penggunaan bahasa jawa, bahkan temen2 saya non jawa terpapar dengan beberapa kosa kata jawa karena mendengar lagu jawa
Suatu saat bahasa jawa yg kita gunakan saat ini akan kembali menjadi bahasa egaliter, kembali ke asal mulanya seperti bahasa jawa kuno dulu .
Semoga secepatnya :)
Kalau saya selalu berusaha mempelajari bahasa orang yang saya ajak komunikasi, di satu sisi saya mendapat pelajaran baru di sisi lain saya merasa lebih akrab dengan bahasa mereka.
aku sendiri asli jawa, orang tua sejak kecil tidak pernah mengajarkan tentang apa itu krama, setelah dewasa akhirnya belajar otodidak dengan cara mendengar dan praktek dari orang2 tua yang memakai krama, karena menurutku mau tidak mau penggunaan tatanan bahasa jawa yang benar memang harus, balik lagi karena saya hidup di lingkungan jawa yang tidak semua bisa menerima bahasa jawa ngoko
Bahasa Jawa adalah bahasa daerah di Indonesia, sudah harus banggalah sbgai org Jawa menuturkan bahasa Jawa.
Salah satu pelestari Bahasa Jawa untuk saat ini adalah para guru Bahasa Jawa. Namun para guru Bahasa Daerah, dalam hal ini guru Bahasa Jawa sepertinya kurang diperhatikan oleh pemerintah. Misal, dalam seleksi ASN guru tahun ini, guru-guru bahasa daerah tidak mendapatkan formasi. Kita boleh bangga mempuyai bahasa persatuan. Tapi sungguh miris, bahasa2 daerah perlahan punah dan ditinggalkan...
Takbirrrrr
Suka takjub dan keren gitu liat tata letak bangunan peninggalan kerajaan jaman dulu masih ada bekasnya sampai sekarang bisa dilihat wujud aslinya yang tidak berubah.
Bahasa Daerah (menurut sy) harus di gali kembali dng benar, mumpung masih ada narasumber yg bisa mem berikan penjelasan untuk bisa dikaji & disusun kembali unt diabadikan dan masuk dlm korikulum plajaran di sekolah. Krn bhsa daerah itu juga bisa membawa karakter/prilaku/sopan santun/akhlaq seseorang kpd sesama, utamanya dr yg muda kepd yg lebih tua, antara anak & orang tua, baik dlm jalur usia ataupun jalur sosial, dng tdk mengurangi maksud & tujuan/makna komunikasi dlm disiplin ilmu ataupun bentuk intelextual yg lain. Dlm hal ini dng penyampaian perbedaan pendapat (ump dlm forum diskusi, seminar dlsb) tetap harus diperdebatkan,... hanya etika/sopan santun yg dipakai sbgai instrumen dlm penyampaian nya. ( Pribahasa Jawa,...keno iwak'e ora buthek banyune). Langka utama, dimulai dari kluarga & lingkungan masing2, disekolah bhs Indonesia dan bhs asing. Dan disekolah diajarkan bhs daerah dng tata bhsanya. Sementara diutamakan dlm bhsa daerah adalah sarana komunikasi dulu, baru ke perangkat pengetahuan yg lain2. Ngapunten, mugi2 pemanggih kulo mboten lepat2 sanget, mtr nwun, Sugeng merintis bhsa daerah seluruh Indonesia. Sucses.
karena kebutuhan orang semakin banyak dan semakin susah untuk memenuhi, semakin banyak juga yang tidak peduli dengan estetika. saya cerita di jawa sekitaran jawa timur yang pakai jawa arek an. di sini sopan santun lebih dinilai dari perilaku dan nada bicara bukan tingkatan bahasa jawa, di pelajaran dijelaskan kalau dengan orang tua pakai krama atau malah inggil. disini itu tidak perlu, disini menggunakan bahasa yang dikenal ngoko alus itu sudah sopan jika ditambah gestur yang mendukung, apa itu ngoko alus ya bahasa ngoko yang dicampur krama. kata2 tertentu saja yang harus pakai krama. penggunaan murni krama malah jika tidak digunakan untuk komunikasi antar sesama tetapi untuk memposisikan pembicara lebih rendah dari yang diajak bicara, biasanya jika ke kiai, pimpinan daerah (jika yang diajak bicara paham).
Prihatin juga nasib bahasa Jawa..saya sendiri org Jawa Jateng .tapi dijawa sendiri saya lihat kebanyakan ibu"muda sekarang mengajarkan anak" nya bahasa indonesia.yg seharusnya bahasa Jawa dulu baru bahasa Indonesia...
Saya berbahasa Jawa Ngapak dan saya bangga, salam dari Randudongkal Pemalang
Nenek saya org moga tapi saya gk bisa bhs ngapak 🤣
Salam seduluran saking Suroboyo
Lakukan lah hal kecil agar budaya itu tidak hilang(punah) , sederhanya , sejauh apa kita mrantau bila bertemu orang jawa atau yg satu adat , utamakan bicara dengan bahasa asal kita , nek jare simbah “ wong jowo , ojo ngantii ilang jawane”
Pakai teknik lama: "mentertawakan temannya yang menggunakan bahasa asing ketika berbicara dengan teman sebayanya".
masalah berbahasa itu dalam komunitas masyarakat yg besar. klo cm sendirian ya sulit jg.
sy msh inget sewaktu kelas 1 SD tidak naik kelas karena bahasa Indonesia sy nilainya 3/10 (merah). kelas 1 SD sy msh inget, sm sekali ga paham bhs Indonesia. gmn bs ngerti bhs Indonesia, semua org yg sy temui cm pk bahasa jawa. hiburannya dengerin radio yg pk bhs jawa. TV ga punya. HP apalagi 😂
Alhamdulillah di daerah saya Tulungagung Jatim untuk bahasa Jawa masih lestari.
Masih ada kajian agama dengan bahasa Jawa.
Masih ada wayang kulit walau jarang (apalagi saat pandemi).
Masih banyak pondok pesantren yang mengharuskan santrinya berbahasa dengan sopan (Jawa Halus bukan Ngoko).
Masih banyak acara resepsi nikah yang ada "condro" nya (MC Jawa).
Walau sama seperti dalam vidio ini, untuk tingkat sekolah, mulai dari PAUD sampai PT bahasanya Indo.
Saya dulu ada pelajaran B. Jawa hanya saat SD dan SMP, SMA tidak adanya pelajaran B. Inggris, B. Jepang, B. Jerman :D
Lestari Budaya ku, lestari Bahasa ku
Matursembahnuwun 🙏
Yang miris adalah yang dialami teman teman sebaya saya
Mereka suka salah kaprah dalam menggunakan bahasa
Contoh misal dia mau berkata ondho(tangga)
Tapi dia malah mengucapkan "tonggo" yang dimana itu artinya tetangga, bukan tangga
Dan masih banyak lagi, kasus yang sering adalah melafalkan bahasa indonesia dimana ada suku kata A langsung diganti O mentang" biar jadi bahasa jawa. Dan itu salah, aneh, cah freak
2010 praktek kerja usaha di desa getas, salatiga, jawa tengah. Masih kental banget bahasa, adat & budayanya bahkan di masjid adzan masih menggunakan langgam jawa khutbah jumat juga masih menggunakan bahasa jawa halus. Indah sekali.
Bahasa jawa yang bagus menurutku ya waktu ada pernikahan adat jawa, MC nya pake bahasa jawa krama, josss😁
Di kampung halaman saya, pedalaman Kabupaten Malang, jawatimur, jika anak desa bergaul di lingkungan kota malang, maka mereka akan cenderung berbahasa indonesia, dan ini masih belum cukup. Agar lebih meningkatkan derajat sosial di pergaulan maka bahasa indonesia yg paling di hargai adalah yg logat jakarta.
Dan akhirnya saya pernah mendengar suatu percakapan begini " _Maaf saya tidak bisa bahasa jawa, sebab saya sudah_ *kulina* _bahasa indoneisa_ " .............hagegege.......
Terima kasih. Saya kira perlu diterapkan "skripsi" model begini di kampus2 lain. Bisa cuan juga, banyak yg nonton, ga sekedar menjadi penghias perpustakaan dan "Penelitian terdahulu"
Kuncinya di tatanan pendidikan. Seharusnya seperti dulu. Sebelum SD, semua sekolahan harus memakai bahasa ibu. Dan bahasa asing hanya boleh diperkenalkan di SMA.
Semua bergantung kesepakatan kebijakan sistem pendidikan.
Sugeng saras sedanten. Nyuwon sekathahe pangapunten menawi wonten klintunipun.
Selagi masih ada muatan lokal bahasa jawa masih aman. Kalo untuk bahasa harian basa jawa ngoko masih aman kelestariannya, tapi kalo bahasa jawa krama alus kayaknya tidak banyak yang bisa.
Aku Setelah melihat Video ini ( Dari Channel Watchdoc Documentary ) pikiran dan hati saya bergetar, dengan jawa yang selalu memberikan pelajaran hidup adigung, adiguno, adiluhung. sebagai generasi muda saya sangat apresiasi dan terimakasih dengan mengangkat dokumenter tersebut agar temen2 tidak lupa akan asal daerahnya di bumi nuswantara ( khususnya Jawa ).
Namun Klimaks nya dimana ada Scene kata Nguri Nguri Budaya dan seterusnya, saya langsung berpikir Wong Jowo Ilang Jowone Pepatah tersebut berarti orang jawa yang sudah tidak memiliki jati diri sebagai orang jawa.Halus dan sopan adalah suatu sikap yang melekat di diri orang jawa.Halus dan sopan tercermin ketika orang berbicara dan bersikap
Bagaimana Dengan Unggah Ungguh ( Tata Krama ) untuk era Milenial saat ini, saya rasa jarang anak jaman sekarang menerapkan dalam ruang lingkup keluarga terutama. walaupun dengan minusnya bahasa jawa , namun adanya tutur bahasa yang baik ( jawa ) dengan tampan di dampingi Unggah ungguh/Tata krama/perilaku saya rasa... (kurang) . dalam konteks ini karna sejatinya orang jawa khususnya tertanam dan tidak jauh daari watak sungkan/pemalu sering menyapa, kalem, sederhana, luwes higga nriman ing pandum ( menerima Segala sesuatu dengan legawa/ ikhlas ) dll tentang watak jowo sejatine wong jowo sesunggunya.
Kawula Pribadi,bertempat Lahir Sidoarjo Jawatimur wulan Juli 1997 , Ngaturaken matur Sembah suwun sanget, kanggih Tyang Tyang Watchdoc Documentary Mbuko Moto Ati Lan Pikiran kanggih putro wayah sedanten Pripun Jawa sing sejatine jawa. lan Mugyo saget ngewei Inspirasi sing sejati. Rahayu Rahayu Rahayu Sagung paraning Dumadi.
Menurut sy sekarang udah miris saya sakit hati berbahasa jawa malah dibilang saya norak
Di Indonesia Memang bahasa Utama Bahasa Daerah Baru Bahas Indonesia
makasi watchdoc, Video watchdoc kali ini menjawab pertanyaan saya pribadi sekitar 4 tahun yang lalu
Mengutamakan bahasa Indonesia
Menghidupkan/menguatkan bahasa daerah
Menguasai bahasa asing
bahasa dan budaya itu dinamis, bahasa itu alat untuk mempermudah hidup manusia. jika seandainya muncul kondisi dimana bahasa itu malah mempersulit, maka secara alami manusia akan meninggalkan bahasa tsb. begitu juga sebaliknya jika ada fungsi2 tertentu yg didapatkan lewat bahasa tsb, bahasa tsb tetap akan digunakan sesuai fungsinya.
jangan dibuat sedih kawan, kakek dan orangtua kita hidup di jaman mereka. kita hidup di jaman kita. anak dan cucu kita hidup di jaman mereka juga. bahasa jawa tahun 1900 dan tahun 1600 juga beda
Terima kasih liputannya. Menarik. Skripsi jadi dokumenter? Hebat sekali! Tapi saya ada pertanyaan buat Badan Bahasa. Emang buat apa sih melestarikan bahasa daerah? Terus kalau bahasa daerah punah digantikan oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, ruginya apa?
Baca sampai akhir.
Dalam setiap wacana pelestarian bahasa daerah, yang selalu saya tunggu-tunggu adalah jawaban yang tepat atas pertanyaan “Untuk tujuan apa kita harus melestarikan bahasa daerah?”. Jawabannya selalu berputar dan tak menjawab pertanyaan sebenarnya. Jawabannya hampir selalu “agar bahasa daerah tidak punah dan untuk menjaga identitas dan budaya lokal”. Jawaban ini berputar dan tidak cukup menjelaskan tujuan pelestarian bahasa dalam konteks yang tepat. Memangnya kenapa kalau sebuah bahasa punah? Mengapa identitas tidak boleh berubah? Kenapa budaya lokal harus dilestarikan? Jawaban berupa circulus in probando atau penalaran berputar seperti ini ibarat ‘meong paleng elong’ atau kucing yang mengejar ekornya. Berputar-putar terus.
Bandingkan dengan pertanyaan untuk apa kita melestarikan flora dan fauna. Untuk apa kita melestarikan spesies ular tertentu di sawah? Agar populasi tikus tidak melimpah dan produksi padi tidak terganggu. Kalau produksi terganggu, kita tidak bisa makan. Ini jawaban yang tepat. Ada kebaikan dari sisi yang paling fundamental yang menjadi tujuan melakukan sesuatu.
Bandingkan dengan apa yang dilakukan untuk melestarikan bahasa-bahasa penduduk asli Australia. Ada bahasa yang sudah mati dihidupkan kembali dengan dana dari pajak. Mengapa? Karena ada tujuan yang jelas yang disuarakan. Suku Barngarla di Tanjung Eyre (South Australia) memiliki sikap kolektif yang holistik tentang kemakmuran mereka. Ketika bahasa mereka terancam oleh invasi kultur barat Australia pendatang, mereka kehilangan identitas, pengetahuan lokal, kedaulatan intelektual, dan kesehatan mental yang berpengaruh ke kesehatan fisik. Ini tujuan melestarikan bahasa. Tujuan pelestarian dan ‘revival’ bisa dibahasakan dengan jelas bahwa bahasa harus dilestarikan untuk tujuan berkehidupan yang lebih baik, terutama bagi masyarakat yang memiliki ikatan holistik dengan budayanya dan tanahnya.
Atau sampaikan juga bahwa multilingualisme atau kemampuan menguasai lebih dari dua bahasa itu penting dan bermanfaat bagus untuk kognisi anak jika dilakukan dengan tepat.
Tolong pegiat bahasa, jelaskan dengan lengkap tujuan itu. Adakah invasi budaya yang membahayakan aspek kehidupan kita? Jika suatu hari anak saya tak mengenal eskpresi “nggih”, atau “mbe leim iku?” atau “mentelah, inaq kake”, apa yang akan terjadi?
Ini bukan penentangan pada tujuan pelestarian. Saya hanya memanggil pegiat bahasa untuk memetakan pengetahuan dalam bahasa lokal kita. Ayo kita lihat pentingnya bahasa untuk masyarakata adat yang masih memiliki ikatan dengan budayanya. Bagaimana dengan masyarakat Anda? Jika Anda sedih kehilangan bahasa, kesedihan kehilangan itu berpengaruhkah ke kesehatan mental? Atau hanya romantisme belaka? Sekali lagi, saya menuntut pemetaan pengetahuan dan kearifan yang eksklusif terkandung dalam bahasa daerah kita.
Salam saya, Junet. Penutur Bahasa Sasak berbagai varian yang ingin anaknya bisa Bahasa Sasak, Indonesia, Inggris, dan Javascript :)
Sumber artikel revival linguisticnya ada di IG @junaydfloyd.
Iya bener mas, sepakat. Misalnya gini, kenapa harus melestarikan bahasa jawa, terutama bahasa krama? Apa untungnya? Padahal itu rumit sekali loh utk dipelajari sebenernya. Semisal alesannya gini, dengan bahasa krama ketika kita berkonflik sama orang yg lebih tua kita tetep bisa menyanggah namun dengan cara yg sopan sehingga kemungkinan sanggahan kita lebih bisa diterima. Masuk akal kan? Karena diakui apa nggak senioritas di kita masih begitu kuat. Namun ya itu tadi, sy belum pernah mendengar alesan2 yg masuk akal seperti itu dari upaya2 pelestarian budaya, khususnya bahasa.
Karena bahasa daerah adalah bahasa diri/jiwa kita sendiri yang menjadikan ciri khas kita dan membuat kita unik/ berbeda dari orang lain.
Juga Bahasa daerah merupakan salah satu unsur budaya yang jika dilestarikan maka akan memperbanyak keberagaman kebudayaan negara.
Tetapi jika bahasa daerah tidak dilestarikan dan punah, maka hilanglah ciri khas kita sendiri dimata dunia.
tapi diskusimu ini paradox mas,
contoh paradox: benda yang bergerak dan tak bisa berhenti bertemu dengan benda yang tidak bisa di gerakkan atau di geser,
semoga bisa membantu menjawab
biar keren om, bagus buat otak dan lidah. krn bhsa lokal kita lbh keren.
kalo anda nonton wayang kulit dg bahasa indonesia masuk gk??
feel nya dapet gk?
ato kesenian2 daerah lainya
Sebagai tutor les, sy berusaha trs belajar dan mengajarkan bahasa Jawa kpd anak2. Tidak mudah memang krn lingkungan mereka jg tdk membiasakan penggunaan bahasa Jawa. Tp sy yakin, dgn belajar perlahan ank2 akn paham bahasa Jawa mulai dr penggunaan Bhs. Jawa ngoko, krama alus, krama Inggil smpi penggunaan aksara Jawa dan tembung2/kalimat2 bahasa Jawa lainnya.
Junjung Tinggi Bahasa INDONESIA, Lestarikan Bahasa DAERAH, Kuasai Bahasa ASING🇮🇩🌏
Bapakku orang tionghoa dari jkt & ibuku orang jawa asli dr Pekalongan. Kami tinggal di semarang, dan yang bisa berbahasa jawa hanya ibu saya dan saya, sementara adik saya tidak bisa. Adik saya logatnya sudah seperti anak jakarta🤦♀️. Setiap ada tugas bahasa jawa pasti gak bisa, untung saya sabar ngajarin dia buat PR jawanya. Rasa ingin menunjukkan video ini 📈📈
Aku orang Malang, Jatim. Dimana rata2 orang Jawa Timur biasanya kebanyakan pakai bahasa Ngoko kasar, dibanding Jawa Tengah. Meski kadang ya aku ngomong kromo Inggil sebisa mungkin meski terbatas dan miskin kosakata ke orang yg lebih tua supaya ttp sopan.
Kadang kagum aku liat orang Jawa Tengah bener2 sopan dan halus banget kalau ngomong kromo Inggil, aku pas mau belajar kromo Inggil malah ortu ngomong : Ngapain kamu belajar kromo Inggil, orang ga dipakek, mending kamu ngelanjutin belajar bahasa Jerman lebih prestis dan peluang lbh besar. Kadang sedih jg sih itu pdhl kn budaya dan identitas kita,.
Skrg anak jaman skrg lebih sering dituntun utk belajar bhs Inggris (karena lebih global) krna dianggap lebih prestis dan peluang lbh besar utk karier dll, smga kasusnya di Indonesia, ga kayak Malaysia yg lbh suka pakai bhs Inggris drpd bahasa sendiri bhs Melayu atau bahkan lbh suka pakai Mandarin (utk etnis China) disana
Mungkin 20 tahun lagi, dg generasi baru, kayaknya bahasa Jawa makin punah (termasuk bhs Sunda dll), kalah sm bhs Indo, skrg anak anak kalau bicara pakai bahasa Indo. Krna dengan bhs Indo lebih mudah jg, dibanding bhs Jawa yg ada unggah ungguh bahasa. Serta pengaruh media dan penggunaan, apa lagi di Asean jg bahasa Indonesia sdh resmi. Generasi yg lebih global tanpa batas mngkin lbh memilih bhs Indo dan Inggris krna dianggap lbh prestis.
Bahasa daerah sejatinya mampu menjadi tolak ukur suatu kepribadian seseorang dalam berperilaku
Hal yang sampai saat ini masih sangat membekas dalam benakku yaitu diminta mencontohkan berkata ketika saat bertengkar dengan bahasa jawa krama inggil
menurut saya, tidak ada yang hilang ataupun punah. mungkin bersifat lebih fleksibel saja sekarang, kalo kita mundur ke zaman seblum adanya bahasa, kelompok manusia menggunakan bahasa non ferbal sebagai alat komunikasi, namun percakapan yang menggunakan bahasa non ferbal pun berubah bentuk seiring bertumbuh kembangnya peradaban, pengalaman dan akal budi manusia.
terlebih masyarakat yang multikultural.
Aku belajar bahasa jawa dari luar rumah, soalnya di rumah ibu sama bapak pakek bahasa Indonesia, soalnya ibu dari jember trus bapak dari nganjuk yang setelah menika tinggal agak lama di Papua, aku pun kelahiran papua, beruntung sedikit2 belajar dari lingkungan pertemanan, sekolah sama di Pesantren dulu, mari bersama2 kita bangun lagi gairah belajar bahasa daerah sambil tidak melupakan identitas bahasa nasional kita 😊
Entahlah, lama kelamaan juga kedepannya bahasa dunia cuma 1 bahasa. Kemungkinan terbesar bahasa inggris. Yg paling penting di dokumentasikan saja, kamusnya di bikin yg benar, yg bagus. Untung sekarang mbah google bisa paham bahasa jawa, bisa mentranslatekan bahasa jawa.
Jadi andai kata 200 tahun lagi bahasa jawa punah, setidaknya masih bisa di pelajari, manuskrip2 jawa masih bisa di pahami.
Inilah kenyataan, banyak bahasa2 di dunia yg mulai punah, bahasa2 penduduk lokal aborigin australia misalnya, atau warga lokal america dan canada. Ini semua sudah ada polanya, jumlah bahasa yg aktif juga semakin sedikit, dan pada akhirnya seharusnya akan menyisakan 1 bahasa di dunia. Yg dimana pd saat itu manusia sudah tidak terhalangi lagi dengan perbedaan bahasa satu sama lain. Seluruh dunia cuma punya 1 bahasa.
Manusia akan semakin bersatu, ras2 manusia juga mungkin akan melebur jadi satu ras. Karena perkawinan beda ras akan semakin marak. Menyisakan satu ras di dunia. Gk ada lg ras jawa, cina, sunda, bule, papua. Udh ke campur2.
Gw sempet terkaget2 sebagai org jawa. Ternyata bahasa jawa yg di pakai kerajaan majapahit sudah sangat berbeda dengan bahasa jawa sekarang, bahkan orang tua saya yg bisa di katakan fasih semua tipe bahasa jawa aja kesusahan memahami. Itu artinya hal ini tidak bisa di hindari. Dan ternyata hal2 ini juga terjadi di semua bahasa termasuk inggris.
Bhs inggris juga mengalami evolusi yang luar biasa,seperti bhs inggris pada masa raja george 1 sampai elizabet 2 mengalami perbedaan yg signifikat.mnrt saya itu sdh jadi jln semesta untuk seperti ini. Dan saya setuju dgn anda dengan tulisan anda .keren👍
emangnya basa jawa era Majapahit seperti apa?apa ada orang yg bisa kah? ada videonya gak pengen nonton
@@salixalba9677 ruclips.net/video/_jZiyStJzaE/видео.html silahkan gan hehehe klo bisa paham hebat bgt, klo menurut komen2 itu memang asli bahasa jawa kuno, di tiktok2 juga pada bilang memang bahasa jawa kuno kyk gitu.
Klo aku baca2 di google tentang bahasa jawa kuno aku sebagai org jawa aja gk paham.
Nanti tolong di komen balik ya, saya mau tau feedbacknya anda, kira2 familiar nggak dengan bahasa itu. 🙏🙏
@@userd588 wkwkwk anda saja gak paham apalagi saya yg notabene penutur bahasa Minang 🤣🤣
tapi saya kerasa sih bedanya ama bahasa Jawa Modern yg sering saya dengar, saya pikir bahasa Jawa Kuna kedengaran mirip sama bahasa Melayu sekarang yg identik dengan penyebutannya "a" nya ketimbang huruf "o"
Uniknya hal sebaliknya terjadi pada rumpun bahasa melayu, dimana bahasa melayu tua identik dengan penyebutan huruf "o" (seperti bahasa minang, Kerinci, Palembang) dan melayu modern identik dengan penyebutan huruf "a" (contohnya bahasa Indonesia sekarang)
Bisa kebalikannya gitu yaa wkwkwk
kalau itu nggak mungkin, setiap negara punya budaya sendiri sendiri, jika ingin mengubah budaya negara, di perlukan perang besar
saya sdh merasakan hal itu semenjak setelah geger tahun 98 dan kebebasan berpendapat, dan stigma bahwa kedaerahan itu kuno.... karena khawatir saja tidak cukup, tapi di jawa sendiri itu komplek karena kehidupan yg saling mengikat dari banyak segi dan perspektif..... dan akhirnya di masyarakat sendiri ada semacam "kesepakatan" dalam berbahasa yg juga menambah kekhawatiran yg akhirnya bermunculan adanya Jawa-Yogya, jawa-sala, jawa-surabaya(arek), dan jawa2 yang lain.... sementara kita orang jawa(bukan bermaksud jawasentris, karena ini mungkin juga di alami bahasa2 di daerah yg lain) tidak sering mengadakan event2atau giat yg mengarah ke pengakaran bahasa, ini sdh pernah terjadi di Perancis, dan mereka juga kesulitan menggali lagi beerapa bahasa daerahnya yg penuturnya mulai tiada. dan yang paling bertahan mampu menjaganya itu negara jepang
Anak-anak semakin jarang pake bahasa jawa di daerahku.. orang tua mereka lebih senang mengajarkan mereka bahasa Indonesia daripada bahasa jawa.. bahasa keseharian..
Betuuuullll pake bangetttt .. miris ya .. sy justru waktu berbahasa jawa dikatain norak
Alhamdulillah saking alit sampun diajari ngangge krama inggil kalih tiyang sepah kaliyan keluargi. Mugi mugi saged teras ngangge krama inggil lan ngajaraken teng tiyang lintunipun.
Dimulai dari diri sendiri saja (diniati saka awak e dewe disek)
Saya sebagai bapak 1 anak berusaha menanamkan jawa melalui sikap dan tingkah laku
Karena lama-lama bahasa daerah dan budaya ritual daerah dianggap sebagai nilai jual pariwisata untuk turis luar negeri, balik lagi hanya dianggap sebagai nilai ekonomis.
Bahasa jawa saat ini masih menjadi trend dengan adanya lagu2 jawa yang sering jadi trending topik di manapun, jowo isoh👆
Didaerah saya (Lampung Selatan) yang mayoritasnya orang Jawa dan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Tetapi skrng kebanyakan orang tua yang memiliki anak yang masih belia sudah di ajarkan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik itu komunikasi didalam rumah maupun berkomunikasi di luar rumah bersama teman temanya, entah apa tujuan utamanya, tapi alasan salah satunya yang saya ketahui ialah agar anak anak mereka tidak mengalami kesulitan saat berkomunikasi di sekolah maka dari itu di biasakan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia sejak dini. Entah ini akan menjadi hal yang positif atau bahkan menjadi hal yang negatif dikemudian hari. Semoga kita tidak melupakan bahasa daerah kita masing" dan yang terpenting tidak gengsi untuk berbicara bahasa daerah masing"
Jawa kan cuman pendatang di provinsi lampung. Sudah seharunya org jawa di lampung menghormati pribumi lampung
@@raihanfauzan44 itu di kampung saya mas, mayoritas orang Jawa gada orang Lampung nya, terkecuali di perbatasan lampung dan di Jawa.
Maksudnya menghormati seperti apa ya mas? Kalau kita pake bahasa Jawa terus seakan akan ga hormat sama warga asli lampungnya?
@@raihanfauzan44 ini sama aja kaya orang-orang kulit putih rasis yang bilang "ini amerika! kalo ngomong harus bahasa inggris!" padahal semua orang BEBAS mau bicara pakai bahasa apapun terlebih bahasanya sendiri dimanapun.
@@raihanfauzan44 itulah fungsi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. tetapi saat melakukan komunikasi di komunitas internalnya atau keluarganya saya merasa perlunya melestarikan bahasa daerah. kalau berkomunikasi di tengah orang banyak ya pakai Bahasa Indonesia. saya berasumsi Anda pernah berada di tengah2 orang yang berbahasa daerahnya sehingga Anda merasa tidak dihargai.
@@raihanfauzan44 selain untuk berkomunikasi, bahasa juga mencerminkan perilaku
alangkah baiknya kata menghormati anda diganti beradaptasi
lagian ngapain si ngemis penghormatan
Aku sering sekali kalau ke pasar, khususnya pasar modern, setiap kali berbicara bahasa jawa sehari hari, malah dianggap aneh, tetapi kalau pakai bahasa indonesia, mahal dianggap biasa, padahal ini di daerah saya.
Sama kak , sy pikir juga kalau pulang kampung sy memakai bahasa jawa kar'na setau sy ya itu memang seharusnya sy memakai bahasa jawa , tapi ternyata justru saya yg dilihat aneh 😂😂 lucu sih
Selalu mengikuti, the best dokumenter
Semoga mata pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa dearah lainnya di Indonesia tidak dihapus dan menjadikan pelajaran tersebut menjadi pelajaran muatan nasional bukan muatan lokal