KISAH PATUNG BATU BERUSIA 2000 TAHUN

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 14 дек 2024

Комментарии • 22

  • @adekriaefita
    @adekriaefita 4 года назад +1

    Informasinya bagus sekali,,
    Semangat terus untuk gali terus tentang sejarahnya

  • @ahmadghumilangit9685
    @ahmadghumilangit9685 4 года назад +1

    Saya suka sejarah lanjut terus semangat bang

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  4 года назад

      Terimakasih.
      Dari sejarah kita bisa banyak belajar, mana yg harus ditiru dan tidak untuk bekal kita melanjutkan hidup. Semoga bermanfaat ya Kakak. Terimakasih sudah berkunjung ke Family Semesta 11:11

  • @nifaanakpakakbar3791
    @nifaanakpakakbar3791 4 года назад +1

    super sekali...

  • @jannatantekper7541
    @jannatantekper7541 4 года назад +1

    Mantabb.
    Explore terusss..
    Di utaranya lagi ada arca lebih besar, tapi mukanya cukup jelas.

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  4 года назад

      Siap Mas, nanti lain kali di eksplore yg posisinya lebih utaranya lagi..

  • @sugengjawa1597
    @sugengjawa1597 4 года назад +1

    nambah ilmu saya bang...

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  4 года назад

      Terimakasih Bang, smoga bermanfaat..

  • @talenankayu
    @talenankayu 4 года назад +1

    pengetahuan baru

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  3 года назад

      Terimakasih, semoga bermanfaat. Semoga sehat2 sekeluarga ya 🙏

  • @saraheloni5439
    @saraheloni5439 3 года назад +2

    Gunung Samalas/Rinjani adalah Paku Nusantara, inilah makna Gunung Tidar (Paku Bumi) yg dimaksud dalam kisah Syeikh Subakir saat berjumpa Eyang Semar. Nama Syeikh Subakir itu adalah nama samaran untuk Sunan Kalijaga saat datang ke Lombok dan bertemu dengan Pangeran Sangupati/Wali Nyatoq/Raden Datang/P.Sakti Wawu Rawuh/Dang Hyang N. Sepertinya itu batu Meteor, tempat duduk dan bertapanya Pangeran Sangupati.

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  3 года назад

      Terimakasih informasinya..
      Tetapi perlu ditelaah lagi, karena Syekh Subakir berbeda jaman dan asal dengan Sunan Kalijaga. Syekh Subakir berasal dari Timur Tengah dan Sunan Kalijaga asal Jawa.
      Dang Hyang Nirartha (DHN) pun masih diperdebatkan oleh sejarawan Lombok dalam kaitannya dengan Pangeran Sangupati/Wali Nyatoq/dll. Karena yg diajarkan berbeda dan misi mereka juga berbeda. DHN mengajarkan Shiwa Buddha, sedangkan yang lainnya mengajarkan Islam.

    • @saraheloni5439
      @saraheloni5439 3 года назад +2

      ​@@FamilySemesta Syekh Subakir itu memang nama samaran, dan tahunnya dibuat rancu memang untuk menyamarkan. Kalau memang Syeikh Subakir itu tokoh nyata tidak ada catata sejarah apapun yg memuat namanya di Nusantara. Tidak seperti tokoh lainnya yg jelas ada catatannya. Masalah perdebatan itu hal yang lumrah dalam membedah sejarah, apalgi terkait masalah keyakinan. Analisa orang jaman sekarang melihat seorang tokoh agama hanya sebatas kulitnya saja, karena memakai tolak ukur jaman sekarang, tidak berlaku bagi jaman dahulu. Tokoh spriritual jaman dahulu lintas agama, memahami hakekat agama, mau sampulnya A atau B toh isinya sama, dan beliau sudah tau itu. Sebenarnya banyak sumber2 sejarah, namun karena ego memang selalu dimentahkan (sesuai analisa kartu tarotnya). Btw kenapa DHN juga bernama Mpu Dwijendra?, karena dulunya beliau adalah Pendeta Buddha yg akhirnya menjadi Pendeta Siwa, maka beliau juga berganti nama menjadi Mpu Dwijendra. Kembali ke Lombok daerah Bayan dan Lombok Utara umumnya masih ada pemeluk Buddhanya, karena memang Beliau juga yg mengajarkan. Ini salah satu buktinya lintas agama. Hakekat ajaran Metu Telu di Bayan itu adalah Tri Loka (Bhur, Bwah, Swah), di Bali di kenal dengan Tri Paksa/Siwa Siddhanta dll yg semua memang adalah warisan ajaran DHN. Dan di Jawa sepulang dari Lombok Sunan Kalijaga mengajarkan ajaran Metu Telu yg dikenal Betal Mukadas,Betal Mukaram dan Betal Makmur. Konsepnya sama hanya bahasanya yg beda. Dan perlu diingat, ajaran yg memuliakan 3 alam ini masih konsisten dijalankan di Bali sampai saat ini, dengan 3 pendetanya yg di kenal dengan sebutan Tri Saddhaka (Bujangga, Buddha, SIwa). Sayangnya warisan ajaran Kanjeng Sunan Kalijaga tidak konsisten dijalankan oleh penerusnya, terputus mungkin karena memang tidak ada yg mumpuni untuk meneruskannya, entahlah. Ada beberapa bukti juga, seperti Wayang Semar warisan Sunan Kalijaga memakai anting dari Cabai/Lombok, itu pengingat dan makna tersirat bahwa di pulau Lombok beliau mendapat nasehat yg keras (membuat kuping panas) dari Eyang Semar. Selain wayang Semar, Sunan Kalijaga juga mewarisi tradisi Tumpengan yg memakai Cabai/Lombok di puncaknya, yg maknanya kesempurnaan ilmunya ya di Lombok. Tumpengan itu juga menggambarkan 3 alam tersebut/Tri Loka/Metu Telu ,dengan manifestasi Jawa-Bali-Lombok sebagai (Bhur,Bwah,Swah) nya. Disingkat menjadi JABAL/GUNUNG. Maaf panjang lebar, semoga bermanfaat, saya yakin suatu saat misteri ini akan terungkap, karena memang sudah waktunya untuk diungkap. Seperti perjanjian Syeikh Subakir dengan Eyang Semar di Gunung Tidar yg ucapannya sbb, 'kelak jika umatku tidak lagi menjalankan adat,budaya dan kehilangan jati dirinya, disanalah akan ku kembalikan kepada Eyang Semar'. Dan yg mengajarkan agama Islam berbalut budaya hanya Kanjeng Sunan Kalijaga, tidak ada tokoh yg lain. Rahayu.

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  3 года назад +1

      Terimakasih sharing infonya.
      Untuk Syekh Subakir, Sy pernah lihat refrensi yang menyebutkan bahwa kisah Beliau d bahas dalam Babad Tanah Jawa. Beliau disebutkan berasal dari Persia, utusan Sultan Ustmaniyah untuk menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Jadi, Beliau datang ke Jawa pada masa awal Penyebaran Islam di Jawa, sedangkan Sunan Kalijaga lahir dari rahim orang Jawa yang bernama asli Raden Syahid dan dijuluki Kalijaga Krn Beliau menjadi sunan disana. Sunan Ampel merupakan guru para wali di tanah Jawa yang mengajarkan wejangan rahasia dan didakwahkan oleh Para Wali, salah satunya Sunan Kalijaga ini (sumber : Wirid Hidayat Jati).
      Banyak nama desa yang mirip di Jawa, Bali, dan Lombok Krn memang adanya jalinan historis diantara warga pulau tersebut, termasuk desa Kalijaga ini. Desa Dangiang juga mungkin ada sangkut pautnya dengan DHN, tetapi istilah Danghyang itu disematkan ke Beliau setelah mencapai Moksa di Uluwatu, Bali. Sewaktu Beliau masih hidup kemungkinan tidak dikenal dengan Danghyang, Krn itu sebutan untuk para leluhur. Seperti Eyang Semar, dikenal Danghyang tanah Jawa, Krn Beliau bersifat Maya tanpa badan fisik dalam artian Beliau leluhur tanah Jawa.
      Nah, mengenai umat Buddha di Lombok Utara, Sy sempat berdiskusi dengan tokoh adat, bahwa aslinya nama agama mereka ada Boda yg setelah dianalisa merupakan Sinkretisme Siwa dan Buddha dilihat dari tata cara ritualnya. Dan dari Buku Damar Shasangka, memang di Jawa agama Siwa Buddha dikenal dengan Buda atau Jawabuda. Kalau ditarik benang merahnya agama itu dibawa oleh Rsi Jawa ke daerah itu atau penduduk tersebut berasal dari Jawa. Tapi, dikarenakan dulu era PKI, harus memilih satu diantara 5 agama, maka mereka memilih Buddha, mungkin dari kemiripan nama tadi.
      Nah, memang Sy pernah dengar pernyataan Mas Budi Tri Marhaen bahwa Sunan Kalijaga bertemu Sabdo Palon (keturunannya, DHN) di Lombok, tepatnya Bayan. Tapi sampai saat ini belum ada babad yang menyatakan Beliau pernah ke Lombok. Ya, smoga dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, seiring waktu kalau memang Beliau pernah ke Lombok, pasti akan terungkap. Terimakasih.

  • @saraheloni5439
    @saraheloni5439 3 года назад +2

    Analisa kartu 1. Animal Spirit itu makna Kekuatan dan keagungan Gunung Samalas, karena tidak banyak orang yg mengakui itu semua. Hampir tersembunyi dengan sangat rapih kekuatan dan kedahsyatannya. Kekuatan dan Keagungan Samalas siap menghancurkan keserakahan Dunia, (dampaknya sampai ke Eropa dan Dunia). 2. Full Moon, kaitannya dengan kartu pertama sangat erat. Bulan penuh dan sempurna berkaitan juga dengan kesempurnaan Ilmu Pengetahuan (cahaya penuh). Dan Rahasia yg dimaksud adalah pertemuan Syeikh Subakir dengan Eyang Semar di sana perlahan mulai terungkap, yaitu sejatinya pertemuan Sunan Kalijaga dengan Pangeran Sangupati yg selama ini memang dirahasiakan. 3. Crows, menjelaskan kembali apa makna Gunung Samalas/Rinjani sebagai Paku Nusantara/ Gunung Tidar. 4. Jinx Bahwa sesungguhnya perbedaan agama hanya pada tatanan kulit saja, buktinya disitu (lokasi) kaki Gunung Rinjani tempat menyatukan pemahaman Sunan Kalijaga yg selama ini berbeda terhadap ajaran asli Nusantara. Sepulang dari Lombok lah Sunan Kalijaga mendapat kesempurnaan ilmunya (Hakekat) , kemudian mengajarkan agama Islam dengan tetap menjaga warisan Nusantara. Saat ini hanya orang lemah dan rendah pemahamannya yg masih memperdebatkan itu semua. Menyalahkan ini-itu padahal dirinya lah yg belum mengerti apa2. Rahasia ini sudah saatnya terungkap, karena Lombok adalah Paku Nusantara, tonggak Nusantara. Ini juga makna tersirat saat presiden Jokowi mengumumkan pemindahan Ibu Kota dengan memakai pakaian adat Sasak-Lombok. Entah kebetulan atau pesan tersirat, namun gempa Lombok tahun 2018 yg berpusat di Bayan adalah tonggak dibukanya portal dimensi, dimana kebenaran akan mencari jalannya untuk masuk ke nurani Anak Cucu penerus di Nusantara. RAHAYU MULYANING JAGAD.

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  3 года назад

      Luar biasa analisanya Sobat.. 🙏
      Informasi lain juga yang Saya dapatkan, bahwa Sunan Kalijaga mengembangkan ajaran Kejawen (yang diprakarsai Sunan Ampel, keponakan Raja Brawijaya V atau Raden Said) Dan terinspirasi oleh Syekh Siti Jenar yang beraliran Sufi akan ajaran kemanunggalan.
      Hingga ajaran Kejawen (Islam Tasawuf) ini dibuktikan keampuhannya saat Kerajaan Demak berupaya melupakan ajaran luhur Nusantara dimana terjadi pagebluk/grubuk di wilayahnya yang hanya dapat diatasi dengan ritual dalam ajaran Kejawen tersebut (mengandung ritual yang dilakukan Jaman Majapahit).
      Tetapi Hingga saat ini, belum Saya temukan Jejak Sunan Kalijaga di Lombok. Kalau Sunan Prapen, ada Jejak Beliau dalam Syiar Islam pada abad XVI pasca keruntuhan Majapahit di Lombok.
      Saya setuju Sobat, semua ajaran agama sejatinya mengajarkan kebaikan, hanya beberapa umatnya yang belum paham mengotak-otakan dan mempolitisasinya. Salam Rahayu. 🙏

    • @saraheloni5439
      @saraheloni5439 3 года назад +2

      @@FamilySemesta Bicara Sesuhunan ing Ngampeldenta atau Sunan Ampel, beliau adalah Tokoh yg sangat dihormati di Jawa karena Jasanya bagi berkembangnya agama Islam di Jawa dan Nusantara. Selepas wafatnya Sunan Ampel barulah terjadi pergolakan antara Demak dan Majapahit. Disitulah jaman dikisahkannya Syeikh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga. dengan kata lain sedikit berbeda jaman. Meski ketiganya pernah hidup di masa yg sama. Sunan Ampel sepertinya bukan mengajarkan Islam Kejawen, karena itu adalah ajaran Syeikh Siti Jenar, saat Syeikh Siti Jenar sudah mendapatkan pencerahan dari Eyang Semar (Sabda Palon/Ayah DHN), semenjak itulah beliau (Syeikh Siti Jenar) berubah haluan dan termasuk tokoh yg menolak keras penyerangan Demak ke Majapahit. Kembali ke Sunan Kalijaga, beliau pernah berguru pada Sunan Bonang (putra Sunan Ampel). Pernah suatu saat Sunan Bonang membahas pengetahuan agama dengan Syeikh Siti Jenar didengarkan juga oleh Sunan Kalijaga , disanalah Sunan Kalijaga kagum dengan pemahaman Syeikh Siti Jenar. Mungkin merasa kalah pemahamannya maka Syeikh Siti Jenar dijuluki berasal dari Cacing. Karena memang Syeikh Siti Jenar bukanlah kaum Bangsawan seperti Sesuhunan Bong Ang (marga Bong dri garis ayahnya yaitu Sunan Ampel/Bong Swie Hoo). Sunan Kalijaga pun akhirnya diam2 berguru padan Syeikh Siti Jenar. Saat Syeikh Siti Jenar merasa ajalnya sudah dekat, di masa pergolakan Demak vs Majapahit, disana Syeikh Siti Jenar berpesan pada Sunan Kalijaga, sepeninggalnya agar berguru pada Sabda Palon. Nah Sunan Kalijaga kaget, karena beliau sebelumnya pernah bertemu terakhir di Blambangan bersama Brawijaya. Mendengar amanat Gurunya makanya Sunan Kalijaga ke Timur, awalnya mencari di Bali . Di Bali Sunan Kalijaga di panggil dengan nama Syeikh Melaya ,sampai akhirnya bertemu di Lombok. Satu bukti sedikit kalau Sunan Kalijaga pernah ke Lombok adalah diabadikan namanya menjadi nama Desa di Lombok Timur, yaitu Desa Kalijaga, dan nama Pangeran Sangupati menjadi Desa Dangiang (Dang Hyang). Petilasan di Masjid Kuno Bayan ada Maqom Sesait, berasal dari Raden Sayid/Syeikh Sayid yg lama2 menjadi Sye Sayid (Sesait). Bukti lainnya masih banyak, tp silahkan cermati sendiri alur sejarah maka akan ada benang merahnya. Sepulang dari Lombok lah Sunan Kalijaga mantab hatinya mengajarkan Islam Kejawen warisan Syeikh Siti Jenar , atas saran DHN juga Sunan Kalijaga memilih mengasuh keturunan Bondan Kejawen dibanding mengasuh Demak, sangat berbeda haluan politiknya waktu di Blambangan saat bertemu Brawijaya dan Sabda Palon.

    • @saraheloni5439
      @saraheloni5439 3 года назад +2

      @@FamilySemesta Ralat sedikit Sunan Ampel atau Raden Ahmad atau nama Cinanya Bong Swie Hoo. Beliau Sunan Ampel adalah Keponakan dari Ratu Amvarawati seorang putri kerajaan Champa yg menjadi Permaisuri Brawijaya. Kalau Raden Sayid/Raden Sahid/Syeikh Sayid adalah putra Adipati Tuban atau yg dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.

    • @saraheloni5439
      @saraheloni5439 3 года назад +2

      @@FamilySemesta oh ya sedikit juga tambahan, Sunan Giri Prapen penulis Jangka Jayabaya dalam Serat Musarar adalah saudara ipar Kanjeng Sunan Kalijaga. Kita bisa berandai mengapa di antara sekian banyak Wali dan Sesuhunan yg tercatat di sejarah hanya Sunan Prapen yg datang ke Lombok dan menyebarkan agama Islam di Lombok?. Mungkin Sunan Prapen meneruskan cita2 Sunan Kalijaga?. Sebelumnya KSKJ diperkirakan hanya 3 tahun berada di Lombok dan dirasa terlalu singkat untuk menyebarkan agama Islam di Lombok. Ini juga bukti logis bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga meminta Sunan Giri untuk ke Lombok, karena sebelumnya Sunan Kalijaga 'mengenalkan' pulau Lombok kepada iparnya dengan cukup baik.

    • @FamilySemesta
      @FamilySemesta  3 года назад +1

      Luar biasa pemaparan analisa sejarahnya sobat. Sangat menambah wawasan. Terimakasih, semoga sehat selalu. 🙏