Khazanah Pontianak diselamatkan oleh Perpusnas RI

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 16 сен 2024
  • Pontianak, 15 - 19 Juli 2024. Khasanah budaya Melayu diselamatkan oleh Tim Pelestarian Perpustakaan Nasional RI.
    Keraton Kadariah merupakan Istana Kesultanan peninggalan Pontianak yang dibangun di masa lampau. Tidak hanya memiliki warisan budaya berupa Istana peninggalan, kerajaan ini juga mewariskan khasanah budaya melayu berupa manuskrip yang telah tersebar dan tersimpan turun temurun oleh keturunan kesultanan, beberapa diantaranya dimiliki oleh Muhammad Saleh.
    Perpustakaan Nasional RI melalui Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan Perpustakaan mengirimkan tim Pelestarian Naskah Kuno yang dipimpin oleh Dewa Ayu Putri. Tim pelestarian ini beranggotakan 7 orang yang terdiri dari konservator, pengalih media, serta pustakawan diantaranya adalah Ahmad Tisa'walad, Tri Susanti, Mulia Widiasana, Wasiran, Miranda Nainggolan, dan Timothy Albert Glenn.
    Didampingi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat, Tim pelestarian melestarikan beberapa manuskrip kertas seperti silsilah kesultanan keraton, Al-quran, hingga bukti-bukti perbatasan antara Borneo Barat dan Belanda.
    ”Terima kasih kepada Perpustakaan Nasional atas kegiatan yang diadakan, mudah-mudahan ke depan semakin banyak naskah kuno yang dapat dilestarikan. Kami menyadari bahwa di daerah (Kalimantan Barat) kekurangan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, sehingga kegiatan ini sangat membantu kami dalam pelaksanaan pelestarian.” Kata Drs. Sugeng Hariadi, M.M, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat.
    Selama lima hari, tim pelestarian berhasil mengalihmediakan 80 judul naskah dan melakukan konservasi 67 naskah. Tindakan konservasi naskah dilakukan berdasarkan tingkat kerusakannya mulai dari paginasi, deasidifikasi, mending, laminasi, serta pembuatan kotak penyimpanan untuk setiap naskah.
    “Saya berharap Perpustakaan Nasional RI sering berkunjung ke Pontianak, karena pengetahuan kami (pemilik manuskrip) yang masih dangkal dalam membersihkan atau memperbaiki naskah kuno. Kami merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.” ujar Muhammad Saleh bin Mahmud bin Muhammad bin Abdul Hamid, pemilik naskah.
    “Satu hal yang ditunggu-tunggu oleh kami (pecinta manuskrip) adalah kedatangan tim Perpustakan Nasional ke Pontianak. Mengapa demikian? Karena kami dapat belajar cara merestorasi dan merawat manuskrip yang kami miliki. Mengapa banyak manuskrip yang terjual atau hilang? Salah satu penyebabnya adalah pemilik naskah yang tidak mengerti bagaimana cara menyimpan manuskrip dengan baik. Kami berharap kegiatan ini terus berlanjut, mengingat masih banyak manuskrip yang perlu didata, diperbaiki, serta dikaji isinya.” - Hendri Avenus, Kolektor Naskah.

Комментарии • 4

  • @user-py8mr7mk3o
    @user-py8mr7mk3o Месяц назад

    keren bgt

  • @utieyakuzhio5244
    @utieyakuzhio5244 Месяц назад

    Semoga makin banyak pemilik naskah kuno yang paham tentang pentingnya melestarikan manuskrip sebagai warisan budaya bangsa Indonesia

  • @flamboyan2239
    @flamboyan2239 Месяц назад

    semoga daerah kalsel (banjarmasin) dan kaltim (kutai) menyusul

  • @moenajadmmh194
    @moenajadmmh194 Месяц назад

    Sejarah dan bukti sejarah yang di kubur kepentingan