BATU SIUNGKAPUNGKAPON TIPANG

Batu Siungkapungkapon di Tanah Toguan Tipang
Tersebutlah Siraja Sumba, anak sulung Sorba Dibanua, memilih tempat di Barat Daya Danau Toba untuk menghindari konflik di Baligeraja. Bersama Siraja Oloan, abangnya dari lain ibu, mereka meninggalkan Samosir dan memilih tempat baru. Siraja Oloan bertemu Siraja Sumba di Meat setelah meninggalkan Samosir. Kedua adik Siraja Sumba, Siraja Sobu dan Siraja Naipospos, juga meninggalkan Baligeraja dan menetap di Dolok Tolong sebelum pindah ke Dolok Imun.
Keturunan Siraja Sobu dan Siraja Naipospos kini ada di Silindung, Hurlang, dan Bakkara.
Tempat yang dipilih Siraja Oloan, kini disebut Bakkara, dulunya bagian dari Dairi Bagasan.
Siraja Sumba menikah dengan putri Siraja Lontung, Boru Siamakpandan, dan mendapatkan Batu Siungkapungkapon dari Siraja Lontung sebagai simbol pertanian. Batu tersebut menyerupai tutup batu singkam, wadah kubur berbentuk lesung dengan tutup bulat dan simetris, yang ditemukan di tempat tinggi di Barat Danau Toba. Sarkofagus, wadah kubur yang lebih halus, ditemukan di tepian danau.
Batu Siungkapungkapon, kemungkinan dibawa dari Ulu Darat, berada di lahan yang dikuasai keturunan Raja Bintoa Hutasoit. Lahan itu adalah tempat upacara bius, organisasi gabungan kampung. Tujuh cucu Siraja Sumba dari dua anaknya membentuk sub-marga Simamora dan Sihombing, yang kini berperan simbolis dalam praktik adat dalihan natolu.
Hutasoit sebagai sub-marga adalah cucu bungsu Siraja Sumba dan anak bungsu dari Sihombing, bukan Simamora. Tujuh cucu Siraja Sumba menjadi penting dalam kaitan Batu Siungkapungkapon yang digunakan dalam upacara pertanian untuk menentukan jenis bibit padi dari warna semut di bawah tutup batu. Tiga batu simbolik di dekat Batu Siungkapungkapon disebut batu sinur, batu gabe, dan batu torop, yang menandakan kelimpahan, keturunan, dan anak-pinak.
Lahan tempat Batu Siungkapungkapon disebut toguan, berarti kiblat, yang menegaskan adanya upacara tertentu seperti pertanian dan leluhur. Toguan mengikat ingatan keturunan Siraja Sumba dengan Siraja Lontung. Tempat ini pernah menjadi kompleks pemakaman sebelum menjadi perkampungan Hutasoit, yang dibangun oleh Ompu Tualan dan ayahnya Ompu Raja Ujian.
Perkampungan Hutasoit di Siamakpandan (Desa Tipang) diidentifikasi dengan huta sebagai induk perkampungan, berbeda dengan lumban, sosor, dan lobu yang merupakan perluasan.
Nama banjar digunakan oleh beberapa perkampungan marga Manalu, dengan Banjar Dolok sebagai contoh.
Nama perkampungan Hutasoit berarti suara burung atau tumbuhan tertentu yang ditemukan di sana. Nama Hutasoit dan Siraja Sumba menjadi populer, sementara Borsak Junjungan (Silaban) dan Borsak Mangatasi (Nababan) tidak terkait dengan pembentukan perkampungan.
Marga Silaban memiliki situs mata air di Urat Samosir, sedangkan Lumbantoruan memiliki tugu yang dibangun tahun 2014 di lahan terkait Sihombing.
Tugu Lumbantoruan berdekatan dengan Batu Siungkapungkapon, yang kini menjadi situs wisata setelah benteng perkampungan Hutasoit dihancurkan untuk pembangunan jalan.
Batu ini mendapat pemaknaan baru dalam kepentingan pariwisata.
Medan, 21 Juli 2017
Penulis: Thompson Hs, penerima Penghargaan Kebudayaan 2016 dari Kemendikbud, penulis lepas dan sutradara.
Sebagian video drone Tipang dari ‪@rayantarachannel5727‬
#laketoba360 #danautoba #batak

[@benripandiangan1223]

terbayang masa² kcil dlu waktu msh ikut mana bisa, indahnya suasana pedesaan

[@damearuan7077]

Ito indah bgt pemandangan dari atas ❤ mauliate untuk vlog yang indah ini ❤ God bless you

[@edwardhutasoit8904]

Semoga berkat berkelimpahan dari Tuhan memenuhi tanah Tipang dan masyarakat/ penduduknya...A m i n

[@kongtamanchannel]

Selamat pagi bang suasana pesawahan yang indah

[@johnnysiahaan]

Selamat pagi, terimakasih

[@Homasi-oi]

Mantap tulang📸