Diabolos itu diterjemahkan sebagai iblis. Daimonion diterjemahkan sebagai roh Jahat. Buku Derek Prince Maka Mereka akan mengusir setan demi namaku memberi penjelasan gamblang soal itu.
Dalam konteks teologis, istilah "diabolos" dan "daimonion" memiliki makna yang penting dan sering dibahas dalam studi Alkitab. 1. Diabolos: Istilah ini umumnya diterjemahkan sebagai "iblis" dan merujuk pada penggoda atau penuduh. Dalam konteks teologis, Diabolos dianggap sebagai sosok yang menentang Allah dan menggoda manusia untuk berbuat dosa. Dalam banyak teks, iblis berfungsi sebagai lawan Allah dan umat-Nya, berusaha untuk menghancurkan hubungan manusia dengan Tuhan. 2. Daimonion: Istilah ini sering diterjemahkan sebagai "roh jahat" dan merujuk kepada entitas spiritual yang mengganggu atau menyesatkan manusia. Dalam pengertian ini, daimonion bisa diartikan sebagai roh-roh yang tidak setia kepada Allah dan berfungsi sebagai alat iblis dalam menghasut manusia untuk berbuat jahat. Dalam memahami kedua istilah ini, penting untuk melihat konteks Alkitabiah serta tujuan teologis yang ingin disampaikan. Berikut beberapa poin penting dalam hermeneutika teologis: Konsep Dualisme: Banyak teks Alkitab menunjukkan adanya pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Diabolos sebagai iblis mewakili kejahatan yang ingin menghancurkan ciptaan Tuhan, sementara Roh Kudus dan para malaikat mewakili kebaikan. Pengusiran Setan: Dalam kitab-kitab Injil, Yesus mengusir setan dan roh jahat, menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa atas mereka. Dalam konteks buku Derek Prince, pengusiran setan bukan hanya ritual, tetapi merupakan pernyataan kuasa Tuhan atas semua bentuk kejahatan. Pemulihan Hubungan: Inti dari pengusiran setan adalah pemulihan hubungan antara manusia dan Allah. Ketika Yesus mengusir roh-roh jahat, itu bukan hanya untuk membebaskan individu, tetapi juga untuk mengembalikan mereka ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Tanggung Jawab Manusia: Teologi Kristen juga menekankan pentingnya tanggung jawab manusia dalam menghadapi kejahatan. Meskipun ada kuasa jahat, individu diharapkan untuk berjuang dalam iman dan bergantung pada kekuatan Allah. Dalam keseluruhan, pemahaman tentang "diabolos" dan "daimonion" membawa kita pada pengertian yang lebih dalam mengenai konflik spiritual, kuasa Yesus atas kejahatan, dan panggilan untuk hidup dalam ketaatan dan hubungan yang benar dengan Tuhan.
Pernyataan yang Anda ajukan menyentuh topik penting dalam teologi dan hermeneutika, terutama terkait dengan pemahaman tentang iblis dan setan dalam konteks Alkitab. Mari kita analisis pernyataan tersebut secara hermeneutis teologis: 1. Definisi dan Konteks Iblis dan Setan: Dalam banyak tradisi teologis, "iblis" sering kali dikaitkan dengan penggoda dan penuduh, sedangkan "setan" merujuk pada entitas yang menentang Allah dan umat-Nya. Memang, dalam teks-teks Alkitab, istilah-istilah ini digunakan secara bergantian dalam konteks yang berbeda. 2. Hermeneutika Alkitabiah Konteks Penafsiran: Untuk memahami apakah istilah "iblis" dan "setan" ada dalam Alkitab atau tidak, penting untuk melakukan analisis konteks. Dalam kitab-kitab seperti Ayub, Matius, dan Wahyu, keduanya disebutkan dalam berbagai konteks yang menunjukkan peranan mereka dalam rencana Tuhan dan hubungan manusia dengan kejahatan. Bahasa dan Budaya: Memahami asal kata dan konteks budaya saat teks-teks itu ditulis juga krusial. Istilah-istilah ini muncul dalam konteks pertarungan spiritual yang lebih besar dan seringkali menggambarkan sifat antagonistik terhadap Allah. 3. Teologi Keberadaan Iblis dan Setan Pertarungan Spiritual: Dalam banyak pemahaman teologis, keberadaan iblis dan setan dilihat sebagai bagian dari realitas spiritual yang harus dihadapi oleh umat manusia. Mereka bukan hanya konsep abstrak, tetapi entitas yang nyata dalam dunia yang berdosa. Tujuan Penulisan Alkitab: Alkitab tidak hanya berfokus pada kehadiran mereka, tetapi juga memberikan panduan tentang bagaimana umat manusia dapat mengatasi godaan dan serangan mereka melalui iman dan kuasa Allah. 4. Penegasan dan Relevansi Mengabaikan Keberadaan: Menyatakan bahwa "iblis dan setan tidak tertulis di Alkitab" bisa berisiko karena itu dapat mengabaikan ajaran penting tentang perjuangan spiritual dan penegasan kekuasaan Allah atas kejahatan. Kehadiran Roh Jahat: Dalam kitab Injil, Yesus berhadapan langsung dengan roh jahat, menunjukkan bahwa mereka berfungsi dalam rencana Allah dan sangat relevan bagi pemahaman teologis tentang keselamatan dan pemulihan.
*❞ 𝑰𝒃𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒂 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒊 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒆 ❞ , jadi ❞ 𝑰𝒃𝒍𝒊𝒔 ❞ dan ❞ 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒏 ❞ Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒊𝒌𝒂𝒍 ❞ , dan Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑺𝒄𝒓𝒊𝒑𝒕𝒖𝒓𝒂 ❞ ...* *Yang ❞ 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒊𝒌𝒂𝒍 ❞ dan yang ❞ 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑺𝒄𝒓𝒊𝒑𝒕𝒖𝒓𝒂 ❞ adalah ❞ 𝑫𝒊𝒂𝒃𝒐𝒍𝒐𝒔 ❞ dan ❞ 𝑫𝒂𝒊𝒎𝒐𝒏𝒊𝒐𝒏 ❞ ....*
1. Kedaulatan Allah Teologi Calvin menekankan kedaulatan Allah, yang berarti Allah memiliki kuasa mutlak atas segala sesuatu, termasuk reaksi terhadap penghinaan atau pencelaan nama-Nya. Allah tidak memerlukan pembelaan dari manusia, karena Dia adalah Mahakuasa dan tahu bagaimana menangani setiap situasi dengan sempurna. Dalam hal ini, Allah tidak terganggu oleh pencelaan manusia, karena Dia berdaulat atas segala ciptaan. 2. Penghakiman Allah Kedaulatan Allah juga mencakup hak-Nya untuk mengadili. Dalam Alkitab, kita melihat bahwa Allah adalah Hakim yang adil dan akan menuntut pertanggungjawaban atas setiap tindakan dan perkataan manusia. Dalam pandangan Calvinis, ada keyakinan bahwa setiap penghinaan terhadap nama Tuhan akan dihadapi dengan keadilan-Nya, baik di dunia ini maupun di akhir zaman. 3. Keterbatasan Manusia Teologi Calvin juga mengajarkan tentang keterbatasan manusia dan total depravity (depravity total) akibat dosa asal. Ketika orang mencela nama Tuhan, itu mencerminkan keadaan hati yang terpisah dari-Nya. Namun, sebagai ciptaan, manusia tidak memiliki otoritas untuk mengadili atau memahami sepenuhnya cara Tuhan bekerja. Keterbatasan ini menekankan bahwa kita harus bersandar pada kebijaksanaan dan rencana Allah yang lebih besar. 4. Peran Manusia dalam Ibadah dan Penghormatan Meskipun Allah tidak membutuhkan pembelaan, teologi Calvin mengajarkan bahwa umat percaya memiliki tanggung jawab untuk memuliakan nama Tuhan melalui hidup mereka. Menghormati dan memuliakan Allah adalah panggilan bagi setiap orang percaya. Ini termasuk menjelaskan kebenaran tentang Allah dan menghadapi pencelaan dengan iman, tetapi tidak dalam konteks membela Tuhan secara defensif-melainkan sebagai respons terhadap kasih dan pengabdian kita kepada-Nya. 5. Kesadaran akan Anugerah Dalam memahami bahwa Tuhan tidak membutuhkan kita, teologi Calvin juga menekankan konsep anugerah. Meskipun Allah tidak membutuhkan manusia, Dia memilih untuk berhubungan dengan kita dan menawarkan keselamatan melalui Kristus. Kesadaran akan anugerah ini mendorong kita untuk hidup dalam ketaatan dan rasa syukur, yang dapat menjadi kesaksian bagi orang lain tentang kasih dan kuasa Allah.
@@stephensihombing : *❞ Allah adalah Hakim yang adil dan akan menuntut pertanggungjawaban atas setiap tindakan dan perkataan manusia ❞ ....* *❞ 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒌𝒊𝒎𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒖𝒏𝒕𝒖𝒕𝒂𝒏 𝑻𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝑱𝒂𝒘𝒂𝒃 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝑻𝒊𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒃𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 ❞ , Bertentangan dengan Doktrin ❞ 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑭𝒊𝒅𝒆 ❞ ...*
Terimakasih papen Sihombing
Sesi ini berkaitan dgn angelologi.
Bikin terus paparan sistematika seperti ini pak buat kami presbiter🙏
Tx pak Pdt atas pencerahan dan pengetahuan ttg Satanologi 🙏🏼🙏🏼🙏🏼
Terima kasih
Diabolos itu diterjemahkan sebagai iblis. Daimonion diterjemahkan sebagai roh Jahat. Buku Derek Prince Maka Mereka akan mengusir setan demi namaku memberi penjelasan gamblang soal itu.
Dalam konteks teologis, istilah "diabolos" dan "daimonion" memiliki makna yang penting dan sering dibahas dalam studi Alkitab.
1. Diabolos: Istilah ini umumnya diterjemahkan sebagai "iblis" dan merujuk pada penggoda atau penuduh. Dalam konteks teologis, Diabolos dianggap sebagai sosok yang menentang Allah dan menggoda manusia untuk berbuat dosa. Dalam banyak teks, iblis berfungsi sebagai lawan Allah dan umat-Nya, berusaha untuk menghancurkan hubungan manusia dengan Tuhan.
2. Daimonion: Istilah ini sering diterjemahkan sebagai "roh jahat" dan merujuk kepada entitas spiritual yang mengganggu atau menyesatkan manusia. Dalam pengertian ini, daimonion bisa diartikan sebagai roh-roh yang tidak setia kepada Allah dan berfungsi sebagai alat iblis dalam menghasut manusia untuk berbuat jahat.
Dalam memahami kedua istilah ini, penting untuk melihat konteks Alkitabiah serta tujuan teologis yang ingin disampaikan. Berikut beberapa poin penting dalam hermeneutika teologis:
Konsep Dualisme: Banyak teks Alkitab menunjukkan adanya pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Diabolos sebagai iblis mewakili kejahatan yang ingin menghancurkan ciptaan Tuhan, sementara Roh Kudus dan para malaikat mewakili kebaikan.
Pengusiran Setan: Dalam kitab-kitab Injil, Yesus mengusir setan dan roh jahat, menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa atas mereka. Dalam konteks buku Derek Prince, pengusiran setan bukan hanya ritual, tetapi merupakan pernyataan kuasa Tuhan atas semua bentuk kejahatan.
Pemulihan Hubungan: Inti dari pengusiran setan adalah pemulihan hubungan antara manusia dan Allah. Ketika Yesus mengusir roh-roh jahat, itu bukan hanya untuk membebaskan individu, tetapi juga untuk mengembalikan mereka ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan.
Tanggung Jawab Manusia: Teologi Kristen juga menekankan pentingnya tanggung jawab manusia dalam menghadapi kejahatan. Meskipun ada kuasa jahat, individu diharapkan untuk berjuang dalam iman dan bergantung pada kekuatan Allah.
Dalam keseluruhan, pemahaman tentang "diabolos" dan "daimonion" membawa kita pada pengertian yang lebih dalam mengenai konflik spiritual, kuasa Yesus atas kejahatan, dan panggilan untuk hidup dalam ketaatan dan hubungan yang benar dengan Tuhan.
*Karena ❞ 𝑰𝒃𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒏 ❞ Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒊 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒆 ❞ maka ❞ 𝑰𝒃𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒏 ❞ Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒊𝒌𝒂𝒍 ❞ , dan Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑺𝒄𝒓𝒊𝒑𝒕𝒖𝒓𝒂 ❞ ...*
*Yang ❞ 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑺𝒄𝒓𝒊𝒑𝒕𝒖𝒓𝒂 ❞ adalah ❞ 𝑫𝒊𝒂𝒃𝒐𝒍𝒐𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒂𝒊𝒎𝒐𝒏𝒊𝒐𝒏 ❞ ....*
Pernyataan yang Anda ajukan menyentuh topik penting dalam teologi dan hermeneutika, terutama terkait dengan pemahaman tentang iblis dan setan dalam konteks Alkitab. Mari kita analisis pernyataan tersebut secara hermeneutis teologis:
1. Definisi dan Konteks
Iblis dan Setan: Dalam banyak tradisi teologis, "iblis" sering kali dikaitkan dengan penggoda dan penuduh, sedangkan "setan" merujuk pada entitas yang menentang Allah dan umat-Nya. Memang, dalam teks-teks Alkitab, istilah-istilah ini digunakan secara bergantian dalam konteks yang berbeda.
2. Hermeneutika Alkitabiah
Konteks Penafsiran: Untuk memahami apakah istilah "iblis" dan "setan" ada dalam Alkitab atau tidak, penting untuk melakukan analisis konteks. Dalam kitab-kitab seperti Ayub, Matius, dan Wahyu, keduanya disebutkan dalam berbagai konteks yang menunjukkan peranan mereka dalam rencana Tuhan dan hubungan manusia dengan kejahatan.
Bahasa dan Budaya: Memahami asal kata dan konteks budaya saat teks-teks itu ditulis juga krusial. Istilah-istilah ini muncul dalam konteks pertarungan spiritual yang lebih besar dan seringkali menggambarkan sifat antagonistik terhadap Allah.
3. Teologi Keberadaan Iblis dan Setan
Pertarungan Spiritual: Dalam banyak pemahaman teologis, keberadaan iblis dan setan dilihat sebagai bagian dari realitas spiritual yang harus dihadapi oleh umat manusia. Mereka bukan hanya konsep abstrak, tetapi entitas yang nyata dalam dunia yang berdosa.
Tujuan Penulisan Alkitab: Alkitab tidak hanya berfokus pada kehadiran mereka, tetapi juga memberikan panduan tentang bagaimana umat manusia dapat mengatasi godaan dan serangan mereka melalui iman dan kuasa Allah.
4. Penegasan dan Relevansi
Mengabaikan Keberadaan: Menyatakan bahwa "iblis dan setan tidak tertulis di Alkitab" bisa berisiko karena itu dapat mengabaikan ajaran penting tentang perjuangan spiritual dan penegasan kekuasaan Allah atas kejahatan.
Kehadiran Roh Jahat: Dalam kitab Injil, Yesus berhadapan langsung dengan roh jahat, menunjukkan bahwa mereka berfungsi dalam rencana Allah dan sangat relevan bagi pemahaman teologis tentang keselamatan dan pemulihan.
*❞ 𝑰𝒃𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒎𝒂 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒊 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒆 ❞ , jadi ❞ 𝑰𝒃𝒍𝒊𝒔 ❞ dan ❞ 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒏 ❞ Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒊𝒌𝒂𝒍 ❞ , dan Sama Sekali ❞ 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑺𝒄𝒓𝒊𝒑𝒕𝒖𝒓𝒂 ❞ ...*
*Yang ❞ 𝑩𝒊𝒃𝒍𝒊𝒌𝒂𝒍 ❞ dan yang ❞ 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑺𝒄𝒓𝒊𝒑𝒕𝒖𝒓𝒂 ❞ adalah ❞ 𝑫𝒊𝒂𝒃𝒐𝒍𝒐𝒔 ❞ dan ❞ 𝑫𝒂𝒊𝒎𝒐𝒏𝒊𝒐𝒏 ❞ ....*
Tidak perlu membela Tuhan. Jika orang mencela nama Tuhan, Tuhan itu mahakuasa.. Ia tau cara yg terbaik utk mengadili...Tuhan tidak butuh kita
1. Kedaulatan Allah
Teologi Calvin menekankan kedaulatan Allah, yang berarti Allah memiliki kuasa mutlak atas segala sesuatu, termasuk reaksi terhadap penghinaan atau pencelaan nama-Nya. Allah tidak memerlukan pembelaan dari manusia, karena Dia adalah Mahakuasa dan tahu bagaimana menangani setiap situasi dengan sempurna. Dalam hal ini, Allah tidak terganggu oleh pencelaan manusia, karena Dia berdaulat atas segala ciptaan.
2. Penghakiman Allah
Kedaulatan Allah juga mencakup hak-Nya untuk mengadili. Dalam Alkitab, kita melihat bahwa Allah adalah Hakim yang adil dan akan menuntut pertanggungjawaban atas setiap tindakan dan perkataan manusia. Dalam pandangan Calvinis, ada keyakinan bahwa setiap penghinaan terhadap nama Tuhan akan dihadapi dengan keadilan-Nya, baik di dunia ini maupun di akhir zaman.
3. Keterbatasan Manusia
Teologi Calvin juga mengajarkan tentang keterbatasan manusia dan total depravity (depravity total) akibat dosa asal. Ketika orang mencela nama Tuhan, itu mencerminkan keadaan hati yang terpisah dari-Nya. Namun, sebagai ciptaan, manusia tidak memiliki otoritas untuk mengadili atau memahami sepenuhnya cara Tuhan bekerja. Keterbatasan ini menekankan bahwa kita harus bersandar pada kebijaksanaan dan rencana Allah yang lebih besar.
4. Peran Manusia dalam Ibadah dan Penghormatan
Meskipun Allah tidak membutuhkan pembelaan, teologi Calvin mengajarkan bahwa umat percaya memiliki tanggung jawab untuk memuliakan nama Tuhan melalui hidup mereka. Menghormati dan memuliakan Allah adalah panggilan bagi setiap orang percaya. Ini termasuk menjelaskan kebenaran tentang Allah dan menghadapi pencelaan dengan iman, tetapi tidak dalam konteks membela Tuhan secara defensif-melainkan sebagai respons terhadap kasih dan pengabdian kita kepada-Nya.
5. Kesadaran akan Anugerah
Dalam memahami bahwa Tuhan tidak membutuhkan kita, teologi Calvin juga menekankan konsep anugerah. Meskipun Allah tidak membutuhkan manusia, Dia memilih untuk berhubungan dengan kita dan menawarkan keselamatan melalui Kristus. Kesadaran akan anugerah ini mendorong kita untuk hidup dalam ketaatan dan rasa syukur, yang dapat menjadi kesaksian bagi orang lain tentang kasih dan kuasa Allah.
@@stephensihombing : *❞ Allah tidak memerlukan pembelaan dari manusia ❞ ...*
*❞ 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒂 ❞ nya , ❞ 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝑴𝒆𝒏𝒈𝒖𝒕𝒖𝒔 𝑵𝒂𝒃𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒂 𝑵𝒚𝒂 , 𝑴𝒆𝒎𝒖𝒍𝒊𝒂𝒌𝒂𝒏 𝑵𝒂𝒎𝒂 𝑵𝒚𝒂 , 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉𝒌𝒂𝒏 𝑵𝒂𝒎𝒂 𝑵𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑯𝒖𝒋𝒂𝒕𝒂𝒏-𝑯𝒖𝒋𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑭𝒊𝒕𝒏𝒂𝒉-𝑭𝒊𝒕𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 ❞ , dsb ...*
*Hakikat nya , ❞ 𝑷𝒂𝒓𝒂 𝑻𝒆𝒐𝒍𝒐𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝑨𝒑𝒐𝒍𝒐𝒈𝒆𝒕 𝑲𝒓𝒊𝒔𝒕𝒆𝒏 ❞ , Mempunyai Tugas Untuk ❞ 𝑴𝒆𝒏𝒆𝒓𝒖𝒔𝒌𝒂𝒏 𝑻𝒖𝒈𝒂𝒔 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝑵𝒂𝒃𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍 ❞ yaitu ❞ 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒂 𝑵𝒚𝒂 , 𝑴𝒆𝒎𝒖𝒍𝒊𝒂𝒌𝒂𝒏 𝑵𝒂𝒎𝒂 𝑵𝒚𝒂 , 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉𝒌𝒂𝒏 𝑵𝒂𝒎𝒂 𝑵𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑯𝒖𝒋𝒂𝒕𝒂𝒏-𝑯𝒖𝒋𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑭𝒊𝒕𝒏𝒂𝒉-𝑭𝒊𝒕𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 ❞ , dsb ...*
@@stephensihombing : *❞ Allah adalah Hakim yang adil dan akan menuntut pertanggungjawaban atas setiap tindakan dan perkataan manusia ❞ ....*
*❞ 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒌𝒊𝒎𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒖𝒏𝒕𝒖𝒕𝒂𝒏 𝑻𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝑱𝒂𝒘𝒂𝒃 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝑻𝒊𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒃𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 ❞ , Bertentangan dengan Doktrin ❞ 𝑺𝒐𝒍𝒂 𝑭𝒊𝒅𝒆 ❞ ...*