1492. MENDAKWAHI ORANG TUA YANG KERAS | Tanya Jawab | Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 8 сен 2024

Комментарии • 13

  • @ahidamuhsin953
    @ahidamuhsin953 Месяц назад +2

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
    بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
    Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
    PART ONE
    Session Tanya-Jawab:
    Tanya: Bagaimana cara berdakwah kepada orangtua yang sifatnya keras kepala dan egonya lebih tinggi, terutama ayah saya. Beliau memang cerdas, terkadang dalam berbicara itu pintar dan sering menggunakan kalimat Aku. Bahkan auranya orang-orang itu segan ke dia, tetapi segan dalam tanda kutif. Saya sebagai anak pertama sudah berdo’a minta tolong kepada Allah agar Allah lembutkan hati kedua orangtua saya dan berbicara baik-baik ke beliau, tetapi belum membuahkan hasil. Saya tidak mau saat nanti ajal tiba nasib kedua orangtua saya jauh dari rahmat Allah, meskipun saya juga tidak berputus asa berdo’a dan berikhtiar mengingatkannya. Mohon nasihatnya apa yang harus saya lakukan, Jazakallah khairan.
    Jawab: Sebagaimana tadi sempat kita bahas bahwa pertanyaan ini tidak hanya untuk yang bertanya, namun ada banyak pihak atau anak-anak yang mengalami hal serupa. Menghadapi orangtua yang keras kepala, egois, maunya menang sendiri, ingin haknya dipenuhi dengan dalih Birrul Walidain, tetapi tidak memberikan hak anak dan ada banyak kasus demikian. Sebagaimana juga banyak orangtua yang baik, bertanggung jawab, memenuhi hak anak dan seterusnya. Pertama jangan berkecil hati lalu berhusnudzon lah kepada Allah, bahwa ini banyak hikmah dan pelajaran yang di petik, bukankah tanpa sadar kita sedang di asah dan di didik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى? Artinya kalau ada anak menghadapi orangtua seperti itu lalu anak ini bisa bersabar dan bisa tetap tegas dan tegar di atas kebenaran, tetapi tetap berbakti kepada orangtua, tetap santun dihadapan orangtua dan tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk orangtua semampu dia dan sesuai dengan batasan-batasan syariat. Maka tanpa di sadari misalnya dia berbuat itu dalam setahun dia menjalani dan lihat hasil kedepannya kualitasnya akan berbeda dan tahun berikutnya kualitasnya akan jauh lebih berbeda dan seterusnya. Dan di Masyarakat, kita lihat ada banyak orang yang matang dari segi karakter, sikap dan sifat itu karena menghadapi orangtua yang tidak perform, tetapi dengan berusaha husnudzon kepada Allah, dengan berusaha menunaikan hak orangtua dan tidak terlalu menuntut haknya sendiri sebagai seorang anak, maka hasilnya luar biasa. Bahkan hasilnya jauh lebih baik daripada anak-anak yang dimanjakan oleh orangtuanya, artinya anak-anak yang terlalu di sayang atau over dosis, maka hasilnya jauh lebih bagus. Makanya jangan pernah suudzon dengan Allah, Allah Ahkamul Hakimin, Allah Al-Latif yang Maha Lembut serta Halus, Allah bisa memberikan hal-hal yang sangat menguntungkan kita dengan cara atau dengan memberikan takdir yang kita tidak suka, sebagaimana mayoritas obat itu rasanya pahit. Jadi seringkali yang membuat kita terpuruk bukan orangtua yang demikian, tetapi belum kuatnya iman kita dan ketidakmatangan kita dalam menyikapi hal-hal tersebut, maka selalu minta pertolongan kepada Rabbul ‘Alamin. Lalu berikutnya, jaga hak Allah lalu berusaha penuhi hak orangtua yang tidak melanggar hak الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Kemudian sabar ketika orangtua tidak memenuhi hak kita dan kita tetap kepada prinsip kita dan tetap berada di dalam kebenaran di atas hak Allah. Allah berfirman dalam QS Luqman: 15, bagaimana menghadapi orangtua yang tidak perform bahkan dalam ayat ini, ketidak perform-annya orangtua itu pada level kezhaliman yang besar yaitu musyirik, Allah berfirman, وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya”, dan tetap dalam menjalankan prinsip dan tetap di jalan yang benar. Lalu Allah melanjutkan ayatnya, وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”, di Dunia. Lihat bagaimana Allah meminta kita untuk menunaikan hak-Nya, karena hak Allah yang paling besar adalah mentauhidkan Allah dan tidak melakukan kesyirikan. Lalu menunaikan hak orangtua selama tidak melanggar hak Allah dan di waktu yang sama Allah tetap meminta kita tetap di atas prinsip, tanpa harus arogan, menjatuhkan, membodoh-bodohi, mendebat, lalu suara tinggi kepada orang tua. Lalu وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ “dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”, jadi tetap on track, di atas prinsip dan tetap di jalan orang-orang yang kembali kepada Allah dan jangan mengikuti arahan yang tidak benar dan tetap berbuat baik kepada mereka. Dan berada di atas kebenaran itu tidak perlu dengan marah-marah atau menunjuk-nunjuk atau menghardik orangtua atau debat kusir, namun katakan, ‘Jazakumullah khairan, tetapi ini jalan yang saya akan jalani kedepan lalu sampaikan ayat dan hadits Nabi ﷺ dan sampaikan keterangan para ulama. Lalu Allah mengatakan di penghujung ayatnya, ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ “Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS Luqman: 15). Dan semua akan kembali kepada Allah, lalu bagaimana mungkin kita menempuh jalan selain jalan Allah Tabaroka wa Ta’ala. Dan semua akan kembali kepada Allah dengan suka rela atau di paksa, maka jadilah orang yang kembali kepada Allah dengan suka rela. Dan orang yang tidak mau kembali kepada Allah, lalu dia ingin hidup kekal dan tidak mau mati dan seterusnya, suatu saat dia akan mati juga. Setelah mati dia akan masuk ke Alam Barzah dan akan kembali kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala, walaupun dalam kondisi terpaksa karena dia tidak menginginkan bertemu dengan Rabb-Nya. Maka pilihlah dan bersikaplah sebagai orang-orang yang kembali kepada Allah dengan kesukarelaan, orang-orang yang مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ “Jalan orang yang kembali kepada Allah”, dengan penuh keimanan, ketaqwaan. Jadi kita di suruh mengikuti orang-orang yang kembali kepada Allah dan bukan orang yang membuat jalan sendiri karena kita bukan orang yang pertama kali hidup di Dunia, dan kita tidak diperintahkan untuk mengikuti pandangan orangtua yang salah, tetapi tetap berbakti kepada mereka secara umum.
    To be continued 1 of 2 part
    Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    Barakallahu fikum…
    Jakarta, Sabtu, 28 Muharram 1446 AH/3 Agustus 2024
    Ahida Muhsin

  • @syaputrifebrinasari4840
    @syaputrifebrinasari4840 28 дней назад

    Masya Allah Tabarakallah

  • @Dhon-rb9mq
    @Dhon-rb9mq Месяц назад +1

    Assalamualaikum
    Bismillah
    Alhamdulillah
    Aamiin
    ☺️
    🤲
    🙋 Hai teman-teman
    Mantap ini kajiannya pa Ustad
    Syukron Syukron Syukron
    😁🤏

    • @husaini7521
      @husaini7521 Месяц назад

      Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh

  • @riskalutfhi7262
    @riskalutfhi7262 Месяц назад +1

    Bismillaah
    MaaSyaa Alloh
    Baarakallahu fiikum Ustadz
    Jazakumullahu Khairan atas faedah ilmunya yg sangat bermanfaat

  • @Dhon-rb9mq
    @Dhon-rb9mq Месяц назад

    Assalamualaikum
    Bismillah
    Alhamdulillah
    Aamiin
    ☺️
    🤲
    Surah Al-Ikhlas
    Surah Al-Baqarah
    🤲

  • @netirusdwiastuti1898
    @netirusdwiastuti1898 Месяц назад

    Jazaakallahu khoyran..barakallahu fiik

  • @suryadinata2545
    @suryadinata2545 Месяц назад

    Barakallahi ustad ...

  • @user-fr4wp5fo1v
    @user-fr4wp5fo1v Месяц назад

    Bismillah 😊

  • @hj.wiwikrumiati6791
    @hj.wiwikrumiati6791 Месяц назад

    Alhamdulillah

  • @dzikristore528
    @dzikristore528 Месяц назад

    Alhamdulilah

  • @ahidamuhsin953
    @ahidamuhsin953 Месяц назад

    LAST PART
    Tanya: Saya pernah mendengar bahwa jika manusia tahu akan tujuan hidupnya yaitu berharap wajah Allah, maka ketika di timpa masalah dan ujian dia tetap tenang dan merasa bahagia. Lalu apakah itu berarti orang beriman itu tidak sedih dan menangis ketika tertimpa ujian Allah? Karena seringkali rasa sakit di dada muncul lebih dulu di banding rasa tenang bahwa setiap takdir Allah itu yang terbaik untuk kita. Bagaimana dalam menyikapi hal ini Ustadz? Dan mohon nasihatnya, Jazakallah khairan.
    Jawab: Itu level ideal dan itu kedudukan yang sangat tinggi, Allah berfirman dalam QS Yunus: 62-63 yang berbunyi;
    أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
    Yang artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus: 62).
    Dan Allah juga berfirman di ayat berkutnya yaitu,
    الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
    Yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”. (QS Yunus: 63).
    Namun kita tahu bersama-sama bahwa tingkatan Iman dan Taqwa orang itu berbeda-beda dan kita tidak di tuntut menjadi orang yang sempurna oleh Allah. Artinya qadarullah pada saat musibah itu datang, iman dan taqwa kita tidak di titik maksimum lalu kita merasakan sedih dan sesak yang otomatis berarti kita gagal menjadi orang yang bertaqwa. Karena orang shalih sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam Ibnu Qoyyim رحمه الله تَعَالَى adalah kebaikan cabang keimanannya lebih besar daripada dosanya, dan apabila kondisi demikian itu sangat bisa terjadi dosa-dosa yang masih ada pada dirinya pada saat musibah itu datang dan membuat dia sesak, tetapi tidak membuat dia hancur dan terpuruk dan dia akan bangkit lagi, tetapi memang ada pengaruh dari dosa-dosa itu. Dan cara mengobatinya dengan bertaqwa. Dengan adanya dosa dalam diri seseorang bukan berarti dia langsung dikafirkan atau dimusyirikan atau difasikan, karena sekali lagi orang yang bertaqwa adalah orang yang pahalanya lebih besar dari dosanya dan amal shalihnya lebih besar daripada maksiatnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al Imam Ibnu Qoyyim dan para ulama lain, otomatis begitu ada ujian, musibah di saat itu, dia merasakan ketidaknyamanan karena masih ada dosa. Makanya benar-benar plong dan ridha adalah ketika hentakan pertama musibah itu bukan sesuatu yang diwajibkan, namun yang ditekankan adalah sabar, sebagaimana hadits Nabi ﷺ dalam hadits Anas bin Malik رضي الله تَعَالَى عنه bahwa, إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى “Kesabaran itu dihentakan pertama” (HR. Bukhari, no. 1283). Dan hentakan pertama itu paling berat dan rumit dan paling menyakitkan. Dan Allah dan Rasul-Nya meminta kita untuk sabar. Dan arti sabar adalah menahan. Dan yang namanya menahan itu berarti ada beban yaitu sesak, sedih dan kalau tidak ada itu semua, maka tidak ada yang perlu di tahan. Dan kalau itu semua tidak ada, maka itu bukan menahan namun itu ridha dan akan plong. Allah dan Rasul-Nya menjelaskan berbagai macam keutamaan tentang sabar dan ini memberikan pelajaran besar bahwa secara umum kita demikian dan itu yang menjadi parameter yaitu SABAR. Dan itu yang menjadi palang pintu keberhasilan atau kegagalan seseorang, apakah anda bisa menahan rasa itu atau anda biarkan liar rasa tersebut, namun kalau anda bisa tahan seperti sesak, sakit hati, kecewa dan seterusnya, dan kita tidak mengungkapkan kecuali apa yang Allah ridhai dari kita, maka jaga lisan kita lalu kita jaga sikap kita kecuali dalam hal yang Allah ridhai, maka itulah sabar dan anda berhasil. Rasulullah ﷺ bersabda, وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Ketahuilah bahwasannya kemenangan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan” (Hr. Tirmidzi). Artinya adalah walaupun kita masih merasakan sesak, kecewa dan sakit hati, selama kita tahan dan kita sabar maka kita akan menang, In Sha Allah. Walaupun tentu saja plong lebih enak daripada masih ada perasaan tersebut dan itulah Ridha, apalagi kalau kita bisa bersyukur, tetapi tidak semua orang bisa berada pada level tersebut atau tidak semua orang ketika ujian itu datang dan kita tidak tahu kapan ujian itu datang, apakah iman kita sedang tinggi-tingginya atau tidak dan belum tentu demikian. Tetapi itulah Allah Al-Muhsin Maha Baik, Allah Ar-Rahman Ar-Rahim, untuk bisa menang di setiap ujian kita tidak harus berada di level itu. Dan kita masih ditolelir untuk merasa sakit hati, kita masih di tolelir untuk meneteskan air mata dan dengan syarat di tahan itu semua dan jangan di lepas dan jangan dibiarkan meladak dan liar dalam diri kita. Dan kalaupun sakit, tetapi itu inti dari kemenangan dan itu sudah keMaha Baikan Allah. Coba kalau kita tidak boleh sakit hati dan kecewa betapa hancurnya kita begitu ujian datang dan manusia tahu tentang kondisinya, tetapi Allah Al-Karim yang Maha Dermawan. Makanya ketika di perang Uhud, kaum muslimin kalah dan yang wafat 70 orang sahabat sahid dan itu benar-benar musibah besar, lalu apa kata Allah ketika orang-orang beriman gagal memenangkan perang tersebut? Allah berfirman dalam QS Ali-‘Imran: 139 yaitu وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. Alih-alih di cela atau dinyinyirin, sebagaimana yang dirasakan banyak pihak ketika gagal, namun Allah justru menghibur dan Allah memberikan motivasi dan kegagalan ini adalah bagian dari takdir Allah dan Allah Maha Bijak ketika memberikan cobaan atau musibah atau ujian kepada kita. Bayangkan pada saat itu 70 orang sahabat sahid, ada banyak wanita menjadi janda, anak-anak menjadi yatim, Nabi ﷺ kehilangan pamannya yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib رضي الله تَعَالَى عنه. Lalu Allah melanjutkan firmannya,إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” (QS Ali-‘Imran: 140). Sebuah ayat yang perlu kita renungkan ketika kita mendapatkan musibah, ujian atau dizhalimi, maka kalau kalian merasakan luka dan sakit sesungguhnya musuh kalian pun juga merasakan hal yang sama dan serupa dengan kalian, namun beginilah kehidupan Allah putar terkadang kita di atas dan terkadang kita di bawah, terkadang kita menang atau kalah, terkadang kita di puji atau di maki, terkadang kita mendapatkan kebaikan dari manusia atau kezhaliman manusia dan kehidupan itu demikian. Lalu kenapa Allah putar kehidupam tersebut? Agar Allah membedakan siapa orang-orang yang beriman dan siapa yang mau berjuang dan siapa yang mau berkorban, sehingga menjadi sahid. Lalu Allah tutup ayatnya, وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ “Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” (QS Ali-‘Imran: 140). Sebuah statement yang tegas dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang luar biasa, sebagaimana yang dikatakan penanya, maka apa yang Allah firmankan kepada para sahabat setelah perang Uhud,وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS Ali-‘Imran: 139). Ini juga sebagai pedoman bagi setiap kita yang sedang terkena musibah, yang sedang di uji oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan merasa terpuruk dan merasa sedih maka, وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.
    Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    Barakallahu fikum…
    Jakarta, Sabtu, 28 Muharram 1446 AH/3 Agustus 2024
    Ahida Muhsin

  • @ilhamabad1664
    @ilhamabad1664 Месяц назад

    Ustadz, Hukum bermain Bridge Base apa ya?