Pameran Keris "Kebo Nirbaya”, Komunitas Keris Lar Gangsir, 13 Feb 2021

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 19 сен 2024
  • Keris merupakan warisan budaya adiluhung Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain sebagai produk karya seni tempa logam yang bernilai estetis tinggi, keris juga mempunyai nilai-nilai tak-benda dan filosofi yang tinggi. Keris mempunyai banyak nilai-nilai yang penting seperti nilai historis, arkeologis, pendidikan, spiritual, sosiologis, ekonomi, iptek, dan lain-lain. Oleh karena itu apresiasi dan pelestarian keris perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan, khususnya di kalangan generasi muda. Sehingga keris yang merupakan identitas atau jati diri manusia Indonesia tetap eksis dan langgeng.
    Keris berdhapur Kebo memiliki banyak variasi dhapur (bentuk) dan juga motif pamornya. Hampir di setiap era (tangguh) keris ini bisa kita jumpai peninggalan-peninggalannya. Dari jaman Kediri, Jenggala, Singasari, Majapahit, Pajajaran, Cirebon, Tuban, Mataram, hingga karya masa kini. Variasi dhapur Kebo atau Mahesa meliputi Kebo Lajer, Kebo Teki, Kebo Kanthong, Kebo Nempuh, Kebo Nabrang, Kebo Dhungkul, Kebo Salurung, dll. Variasi motif pamornya juga bermacam-macam dari pamor beras wutah, kulit semangka, pedaringan kebak, wahyu tumurun, batu lapak, kul buntet, puser bumi, udan mas, adeg, hingga pamor-pamor miring seperti lar gangsir & ganggeng kanyut.
    Komunitas Keris Lar Gangsir Yogyakarta mengadakan pameran keris “Kebo Nirbaya” pada tanggal 13 Februari-14 Maret 2021 di Omah Dhuwung Cangkringan Sleman. Pameran dibuka oleh Bapak GBPH Yudhaningrat dari Kraton Yogyakarta. Pameran ini diselenggarakan bersamaan dengan peringatan tahun baru Imlek 2572 yang merupakan Tahun Kerbau Logam. Dalam pameran ini ditampilkan sejumlah 77 keris yang mewakili bermacam-macam dhapur Kebo (lajer, teki, kanthong, salurung, nabrang, nempuh, dhungkul, lengi, giri, dll.). Era pembuatan (tangguh) keris meliputi tangguh sepuh sampai keris karya baru. Tangguh sepuh meliputi Majapahit, Pajajaran, Pasundan, Mataram, Cirebon, Tuban, HB-V, dan HB-VII.
    Kebo Nirbaya
    Kerbau dalam falsafah Jawa adalah manifestasi dari 𝘬𝘢𝘴𝘢𝘯𝘵𝘰𝘴𝘢𝘯. 𝘒𝘢𝘴𝘢𝘯𝘵𝘰𝘴𝘢𝘯 dalam hal ini berarti kekuatan ataupun keteguhan. Oleh karenanya, "kebo” disematkan sebagai nama-nama leluhur Jawa yang memiliki sifat 𝘬𝘢𝘴𝘢𝘯𝘵𝘰𝘴𝘢𝘯, sebagaimana ungkapan “Sang Bratasena ingkang sentosa jaja baune” yang artinya tokoh Bratasena yang memiliki kekuatan dan keberanian. Sedangkan “nirbaya” yang terdiri dari kata yaitu “nir” bermakna tiada, terlepas, luput, ataupun hilang. Sedangkan “baya” diartikan sebagai sesuatu yang bersifat membahayakan. Jadi “nirbaya” merupakan kondisi terhindar dari segala sesuatu yang mencelakai. Kebo Nirbaya adalah simbolisasi dari ke-𝘴𝘦𝘯𝘵𝘰𝘴𝘢-an sehingga terhindar dari segala marabahaya.
    Masyarakat cukup antusias menyaksikan pameran ini. Walaupun dalam kondisi pandemi Komunitas Keris Lar Gangsir tetap berupaya secara rutin mengadakan kegiatan kebudayaan seperti ini dengan tetap melaksanakan standar protokol kesehatan yang ada.
    Dalam rangkaian acara pembukaan pameran juga dilakukan prosesi “Umbul Donga”, yaitu prosesi doa bersama yang dilakukan oleh perwakilan lintas umat beragama untuk memohon keselamatan dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa.
    Selain pameran keris juga diadakan bursa keris dan tosan aji untuk memfasilitasi bagi masyarakat ataupun kolektor yang ingin memiliki atau memahari keris dan tosan aji lainnya.
    Untuk memberikan pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat, dalam rangkaian kegiatan pameran keris Kebo Nirbaya ini juga diadakan diskusi online (webinar) mengenai keris kebo. Diskusi mengambil tema “Keris Dhapur Kebo: Keris Petani?, Menelisik Makna & Konteks Keris Dhapur Kebo”. Pembicara narasumber Bpk. Andi Wisnu (sutresna tosan aji) membahas tentang relasi makna “kebo” di nusantara & pengejawantahan dhapur keris, sedangkan narasumber kedua adalah Taufiq Hermawan (Lar Gangsir) yang mengulas potret dhapur keris kebo/mahesa di masa lalu berdasarkan tradisi tutur & literatur.
    Kegiatan pameran ini diadakan oleh Lar Gangsir berkerjasama dengan Omah Dhuwung, dan didukung oleh Tirta Kelapa Artspace. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan untuk Gentan Gallery Setya Nugraha dan Ernanto Kusumo Suyik Team yang telah memberikan kontribusi pembuatan dokumentasi video ini.

Комментарии • 3