Inovasi seringkali berbenturan dg aturan, hanya krn aturan yg tidak fleksibel thdp perkembangan keilmuan, sosial, kemanfaatan dll. Semangat Dr. Terawan, sy yakin dimanapun anda berada anda akan berjuang demi nama Indonesia. Karena ilmu dan semangat mengabdi pada kebaikan tdk dpt dipadamkan begitu saja. Semoga melalui anda, Allah Swt membuka keilmuan kedokteran pd perkembangan baru yg bermanfaat bagi hamba2Nya.. Aamiin.. Karena mnrt sy ilmu kedokteran adalah ilmu yg dijinkan oleh Allah untuk menjaga kesehatan dan membahagiakan hamba2Nya dlm menjalani kehidupan karena kematian tetap hak mutlak Allah Swt.
mbak Rosi,saya H.jukarna jamsari. skarang usia saya 77 tahun,6 tahun jl,saya kena struck saat saya bekerja di Samarinda,sampai saat ini saya sehat,setelah cuci otak di RSPAD, saat itu Dr.Terawan blum jadi Direktor RSPAD.Saat itu yang nenjadi direktur RSPAD adalah Brigjend dr..Yusro.Sampai sekarang saya sehat,dan tidak ada masalah.Trima kasih dr.Terawan,tetap semangat untuk mengabdikan diri buat kesehatan manusia,yang penting tetap berada di. NKRI.
Save Dokter Terawan... Badai pasti berlalu... Ujian pasti bisa dilalui dengan mulus... Tetap semangaat dokter teladan.. Sehat dan Sukses selalu Untukmu..
Setiap ilmu pengetahuan apapun, sesungguhnya muncul dari facta empiris, kemudian dijadikan suatu ilmu untuk diketahui oleh generasi selanjutnya sehingga disebut teori disiplin ilmu yg dipelajari kemudian dipraktekkan lagi secara berkelanjutan. suatu penemuan baru dlm facta empiris kehidupan manusia akan menjadi sesuatu pengalaman pengetahuan.
Mesti kekurangannya dicari solusi bukan malah disudutkan, sehingga kelebihan dr.Terawan ini bisa diterima diseluruh lapisan masyarakat indonesia dan juga dunia pada umumnya.
Masyarakat berkata kpd Dr Terawan : I LOVE YOU Dr Terawan makin anda ditekan anda semakin TOP. Banyak yg berterima kasih kpdmu DrTerawan krn anda sdh banyak menolong masyarakat,anda punya hati yg luar biasa.
masyarakat yg awam ilmu medis mengira DSA itu bisa menyembuhkan padahal ini utk diagnosa bukan utk menyembuhkan/ terapi....Dan DSA itu juga bukan temuan Terawan...kasihan masyarakat korban karena tidak tahu.....
@@fakhrulanam1263 betul. Setuju. Dan dalam kegaduhan ketidak tauan masyarakat awam mengenai kelaikan etik, uji klinis, dimana hati nurani dr T sebagai dokter?
Jalan keluarnya, semua dokter di IDI ikut ngeTes lagi Terawan secara ilmiah, kalo gak percaya testimoni orang lain.. Jadi lebih ilmiah.. Karena langsung di lihat IDI, karena kalo seperti ini bentuk konspirasi, kalo bener metode Terawan, maka akan ada bisnis atau obat2an yg akan di tinggalkan oleh masyarakat yg selama ini gunakan standard tersebut..
Pendapat abu abu. Saya tidak sependapat dgn anda. Kalau salah katakan salah kalau benar katakan benar. Jgn abu abu. Kalau idi salah katakan idi salah kalau terawan salah katakan terawan salah. Supaya gampang penyekesaiannya.
Guru besar dari UI ini bijaksana sekali..senior bgt..tenang...nah organisasi itu hrs dikawal sama org yg spt ini..bkn dgn emosi, politik, personal interes lainnya..
salut pada tim Kompas TV dan Rosi yang berusaha menjelaskan kasus ini ke masyarakat awan scr lebih terbuka, dan mendekati presisi. keep up the good work👍👍
Supaya Dunia Kedokteran Indonesia Sehat, harus ada Perbaikan Undang2 Kedokteran yang Bersih dan Sehat. Dan Indonesia memiliki beberapa Ormas Kedokteran yg Sehat (Penyeimbang) di bawah Pengawasan Negara Indonesia. Maju Terus Kedokteran Indonesia. Dan Bongkar Kejahatan dan Mafia2 dalam Kedokteran Indonesia. Bisa libatkan Lembaga2 Hukum Negara dan Tokoh Negara (Sebagai Penyeimbang), Selain Kementrian Kesehatan. Jadi, Inilah wajah karakter2 dokter Indonesia, sehingga Inovasi2 dan Penemuan Teknologi Kedokteran di Indonesia LAMBAT DAN KETINGGALAN. NEGARA HARUS HADIR DAN MENGAMBIL ALIH DARI OKNUM2 DOKTER YG BERKARAKTER MENGHAMBAT TEMUAN INOVASI2 BARU BAGI KEMAJUAN KESEHATAN NEGARA INDONESIA. SEGERA REVISI UNDANG2 KEDOKTERAN INDONESIA DARI SINGLE ORMAS KEDOKTERAN, KARENA TIDAK SEHAT. SEHAT NEGARA SEHAT DOKTER2 INDONESIA YG BERJIWA PATRIOT BANGSA SEHAT SELURUH RAKYAT INDONESIA JOSS TERUS KEDOKTERAN INDONESIA...
terus berkarya dr. Terawan...jangan dengerin yg lain. sy juga pengin banget berobat ke dr. Terawan. Hidup dr. Terawan. bubarin IDI Hidup bu Rosiana Silalahi
Solusi: Ini massalah STANDARDISASI saja. Bentuk sebuah tim dipimpin oleh Dr. Terawan. Lakukan semua tahap-tahap supaya metodenya secara ilmiah bisa diterima didunia kedokteran sedunia. Ini bisa membuat nama Indonesia mendunia. Edit: Dengan cara ini tentunya nama Dr. Terawan juga akan jadi ternama sedunia berkat metodenya yang sudah lulus tes metode saintifik dan peer-reviewed. Ini manfaatnya standardisasi tadi.
Dr Terawan anggota IDI dan juga anggota militer yg masih aktif.... oleh krn itu, untuk menghadirkan dr Terawan haruslah melalui prosedur yg benar. .. yaitu melalui pimpinan instansi dimana dr Terawan bekerja... dalam hal ini Kasad... krn dr Terawan sbg kepala RSPAD, atasan langsungnya adl Kasad... dan jangan gunakan kata *"panggil "* tapi gunakan kata *"Undang"* krn dlm displin militer yg berhak memanggil adalah atasan langsung Jangan harap dr Terawan akan hadir dlm panggilan/undangan IDI, bila tdk prosedural... walau sdh prosedural, itupun masih tergantung atasan langsung,.. boleh /tidaknya menghadiri panggilan/undangan tersebut..
Betul sekali. Kalo IDI memang punya niat baik harusnya senang dg temukan dr. Terawan..dan merespon dg tindakan2 yg sifatnya membantu mengatasi kekurangan2 masalah standard etik dan prosedural nya. Bukan cuma memanggil dan menguji serta mengadilinya, kayak dosen memanggil mahasiswa nya saja.. Kecuali IDI sudah menemukan bukti ilmiah efek mudharat dari temuan ini.
Kalo melihat kronologinya, sepertinya Dr. Terawan tidak mau distandardisasi. Padahal kalau memang niat distandardisasi Metode Cuci Otak-nya akan jauh lebih berguna bagi masyarakat umum karena dengan standardisasi dokter dimana pun bisa melakukannya.
Banyaknya masyarakat indonesia yang berobat ke ponari, pengobatan Alternatif, berobat ke Luar Negeri, membeli batu/alat yang katanya membantu pengobatan, dll seharusnya menjadi bahan instrospeksi bagi IDI bukan bahan ejekan. Ramainya hujatan kepada IDI menurut saya selain kasus Prof, Dr.dr.TAP namun juga sebuah ledakan keluhan masyarakat yang sudah menumpuk terhadap kedokteran di Indonesia yang seharusnya dicarikan jalan keluar oleh IDI, entah itu kekurangan dokter, mahalnya biaya pengobatan, kurangya inovasi, banyaknya malpraktek dll. ayo bersatu jadikan moment ini sebagai pembenahan dunia kedokteran dan kesehatan di Indonesia.
Maaf mas DSA Terawan 40 juta, itupun berulang2....siapa bilang Terawan murah atau bisa pake BPJS? Makanya pasennya pejabat, atau orang biasa yg jual kebun
Ttap Bersabar & Yakin saja ya Pak Trawan Gusti Ora Sare... Biarkan apa kata mereka itulah tanda2 org iri krn tak mampu tuk berbuat baik demi nyawa org lain Smoga Allah Slalu Melindungi Bpk...Aamiiin...
standard internasional kedokteran yaitu evidence based medicine, disini belum terpenuhi.. bukan testimoni pasien/pejabat.. akan lebih bagus lagi dr terawan melanjutkan dengan menyajikan EBM seperti yg diminta IDI dan Kemenkes, jika lolos uji klinis dan bisa diterapkan, publish di jurnal international baru itu yg namanya keren dan kita bisa bangga.. jangan sampai Terapi tanpa evidence Based Medicine, hanya testimoni, hasil anak bangsa dikoar2kan diluar negri nanti malah ga dianggap sama profesional medis di luar negri.. harusnya prosesnya dilanjutkan sesuai kaidah penelitian..
Itulah sifat manusia yang kalau ditelaah secara gamblang bisa dipersulit kenapa dipermudah,dan semua akibat bukan beda2 pendapat tetapi beda pendapatan,sifat 2 oknum2 manusia yg kebanyakan sirik dan dengki
Prof daldiyono merupakan spesialis penyakit dalam, saya sebagai seorang insan pasca stroke/stroke survivor baru dengar prof daldi itu spesiali syaraf ada juga di Indonesia ada beberapa prof spesialis syaraf diantaranya yaitu prof teguh as ranakusumah, prof jusuf misbach, almarhum prof hasan mahfud, dll
Diskusi yang bagus sekali, karena membuka mata, bahwa: usia dan tingkat intelektual seseorang tidak membuat orang itu menjadi bijaksana manakala kerendahan hati tidak dimilikinya. Saran agar kewenangan besar ini dipegang oleh dan hanya Pemerintah saja dengan pengawasan dari DPR. Sulit untuk melihat kewenangan besar dipegang oleh organisasi non Pemerintah dengan kewajiban yang tidak jelas juga..
lah...emang wewenangnya di pemerintah kok. IDI cuma kasih rekomendasi. Apa nurut anda pemerintah gak usah cari rekomendasi dari para dokter? Cukup cari testimoni pasien aja?
@@clitoris6975 eh bambang, elu kalo pergi ke Mayo clinic minta diobatin pake DSA diketawain elu. DSA itu cuman untuk alat diagnosa. Makanya jangan gegara satu dukun heboh negeri wakanda kita
@@candraperkasa3787 ya jelas negara lah melalui organisasi kesehatan negara.... Krn suatu riset yg menyangkut kepentingan bangsa sdh pst jadi tanggungan negara...
Mau komen tp kok ga faham ranah medis. Karena ada hal2 yg kita ga kita fahami terlihat benar tapi bagi yg faham ternyata salah. Bagi kami yg belajar ilmu hukum juga ada hal2 demikian. Mudah-mudahan permasalahan ini segera ada solusinya, aamiin.
Aamiin. Tapi gini sih, rakyat tuh (sebagian) selalu overproud apalagi kalau sebuah penemuan meskipun itu belum tentu 100% benar dan sekalinya memang ada kesalahan yg mendasar pasti dibela habis2an.
saya salut komen yang ini.. tidak asal menjudje tanpa tahu inti pokok permasalahannya dan ilmunya.. dan berdoa yang terbaik.. saya tambahkan inti videonya intinya: 1. semua tindakan kedokteran adalah tindakan yang sudah diteliti sesuai kaidah prosedur evidence based medicine, bukan testimoni based medicine seperti ponari/klinik tongfang, dan tidak memandang siapa yang memberikan opini entah pejabat/mentri sekalipun itulah objektivitas penelitian. 2. idi tidak pernah menghambat kemajuan teknologi, jika ada inovasi silahkan dibuktikan dengan penelitian yg sesuai, jelas, dinilai oleh banyak pakar, dan lulus uji klinik. dan secara etik pasien terlindungi sebelum diterapkan ke masyarakar luas. (demi keamanan dan keselamatan pasien, ini berlaku ke semua temuan kedokteran, tidak hanya ke dr Terawan). 3. masalah ini sudah lama, dan sudah difasilitasi oleh IDI dan Kemenkes zaman dr. Nila F moeluk agar dr Terawan mengajukan temuannya untuk diujikan sebelum jadi standar terapi, tp tidak selesai krn dr Terawan tidak hadir. 4. pembahasan ini murni masalah science dan etika kedokteran, tidak ada unsur kebencian terhadap dr. terawan. 5. masih ada kesempatan sejak keputusan MKEK, agar bisa dibahas ada win win solution.. 6 jalan keluarnya menyamakan pikiran, IDI secara profesional ingin tindakan DSA dibuktikan secara Evidence Based Medicine, dan dr. Terawan Bisa menyajikan Evidence Based medicine tersebut. ketika lolos uji klinis, (disini belum terpenuhi) dan diterima sebagai standard terapi.. disitu selesai maslahnya.. win win solution
yang benar bukan ngga ada yang berani melawan RSPAD tapi cuma RSPAD yang berani dan bisa melawan mafia IDI dari dulu, dan RSPAD jadi harapan Inovasi dan kemerdekaan teknologi kesehatan Indonesia
Dr. Beni bilang dalam kutipan,Seluruh dr di di Indonesia hrus berhati hati dalam mempraktekkan tindakan kedokteran yg belum teruji, yg menimbulkan keresahan bagi masyarakat . Masalah nya belum ada masyarakat yg resah Krn terapi cuci otak, yg ada IDI yg resah.
@@retwinarti2007 anda salah pemahaman. yang berhak mencabut izin praktik ya tetap negara. IDI hanya mencabut surat rekomendasi, sisanya tetap terserah negara mau gimana. setiap melihat diskusi IDI vs dr.terawan saya selalu berpikir kenapa dr.terawan ga pernah hadir mewakili dirinya sendiri dan kenapa harus DPR yang diundang bukan perwakilan Kemenkes sebagai penengah.
1. Catatan penting mulai 24.17 terkait riset vanus di RSDK Smg: - direstui MKEK RSPAD tetapi tidak diketahui MKEK RSDK Smg - siapa yg berani menegur RSPAD? 2. Salah satu softskills penting yg perlu mendapatkan perhatian lebih adalah communication skills. Semoga semua urusan penyelesaian kasus ini dimudahkan & dilancarkan dilandasi niat baik utk semakin banyak bermanfaat bagi semakin banyak orang/pihak & berharap semoga kasus ini mjd titik tolak perubahan ke arah yg lebih baik bagi semua pihak.
Dokter terawan mamang jenius baru satu satunya Dokter yg bisa berhasil di Indonesia untuk terapi cuci otak. Semua keberhasilan yg ia dapati adalah dari kepinteran nya. Lantas Dokter mana yg mau mengu jinya? Karena temuan ini adalah. Dari Dokter Terawan senderi. Yg sebenar nya Doter spesialis yg lain nya sirik dan merasa terkalahkan. Yg sebenarnya ini persaingan ilmu. Ilmu itu mahal. Jgn cari cari kesalahan. DR Terawan 👍👍👍
Sebaiknya di ikuti sistem yg sdh ada supaya pengobatan ini bisa di terapkan si semua rumah sakit supaya menjadi salah satu pengobatan atau pencegahan terhadap penyakit otak
Sedih rasanya melihat konflik internal IDI ...😢😢😢 IDI merupakan organisasi profesi yg superbody dan pada kenyataannya amat sangat feodal dimana banyak dokter muda terutama yg tdk berani bersuara krn masa depannya amat sangat bergantung dgn IDI.... Sebaiknya hrs ada organisasi profesi Dokter lainnya agar ada alternatif penyaluran aspirasi menyangkut profesi ini ...... UU hrs dirubah agar superbody ini tdk terjadi ... Banyak asosiasi profesi tdk tunggal dan ternyata ini menjadi lebih maju .... Sebenarnya IDI berupaya mempermudah sistem agar perbanyak dokter umum, dokter ahli dan praktek dokter yg berkwalitas dan murah prinsipnya serba murah sebagai fungsi sosial ...... Sudahi pola2 feodal yg banyak dikeluhkan oleh para dokter secara umum termasuk keluhan org tua yg berharap anaknya bisa jadi dokter ahli yg berkwalitas tapi kemampuan ekonominya paspasan ..... Bravo dr. Terawan ❤❤❤❤
Saya salut dgn dr.terawan....sangat pintar terlihat dari penjelasan2 nya.....saya juga berpikiran yg sama dgn beliau....medis tdk boleh berpolitik..dan ikut penguasa yg tdk bnr...medis pnya ilmu sendiri fakta dan jurnal penyelesaiannya...
Nggak ada urusannya dengan pemerintah, makanya menkes diam saja, karena ini urusan Internal IDI dengan anggota IDI yang namanya terawan, ibarat, koperasi simpan pinjam kalo ada anggota koperasi yang di pecat karena melanggar aturan sah sah saja, apa anggota DPR mau ikut campur? Kalo alasan UU Koperasi juga dibawah UU.
Semoga suatu hari nanti DSA diakui secara legal dan ilmiah dalam dunia kedokteran, sehingga para dokter ahli khususnya ahli bedah syaraf bisa melakukan praktik DSA.
IDI jaya..I Love IDI dr. terawan jaya..I Love Terawan Smga IDI masih membuka ruang yg bijak & Semoga dr. Terawan mau menurunkan egonya mau melepaskan sementara tanda 3 bintang di pundaknya & melupakan sementara status (ex) menteri maupun ex kepala Rumah sakit TNI AD (karena sblmY sy menduga ada sdkit ego ini) .. Sehingga beliau mau berkenan untuk diundang sma IDI.. Tdk ego merasa sbg perwira tinggi TNI & sebagai ex Kepala RSPAD sehingga tdk mau diatur dan tdk mau dimintai keterangan sma IDI dan dokter lain yg statusY sipil. Secara profesi &fungsional kedokteran beliau punya hubungan sma IDI maupun kemenkes & harus menjaga hubungan baik-koordinasi tsb (smua dokter militer maupun polri) wlopun saat ini IDI kebetulan pengurusY byk yg dr dokter sipil.. Wlopun secara struktural organisasi bertanggungjawab dan wajib lapornya ke KapuskesAD, ke KSAD & panglima TNI. Jgn jg dirasuki sma politik karna buktiY sy perhatikan waktu beliau masih jd menkes dicerca habis2an dan dikritik sani sini baik sma politikus maupun oleh masyarakat... begitu sdh lepas dr pemerintahan/bkn lg menteri..skrg semua berbalik mendukung mati2an.. Ada yg aneh jg. Sy percaya & yakin di IDI jg masih byk org hebat ada byk dokter spesialis maupun guru2besar/professor yg ahli di bidang masing2..jg diantara sekian banyak dr beliau2 jg punya peran untuk &/telah mendidik para ribuan dokter yg sekarang telah ada maupun yg sedang berproses menjadi dokter/spesialis dokter..&temuan2 dibidangY masing2. Smga ad solusi terbaik...dr terawan masih bs mengembangkan ilmuY sehingga lbh menuju ke sempurna dgn didukung oleh IDI sehingga bs diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya ke masyarakat umum yg luas.. Tdk hanya untuk kaum pejabat maupun kaum borjuis kaya.
Prof Daldiyono setuju dengan komparatif juga kaliii. Apaan yang dipengaruhi sirik. Kok gue ketawa sih. Wong beliau setuju dengan dr. Windhu & dr. Zainal kok. Tapi dia juga sayang sama dr. Terawan. Kebanyakan komentar netizen dipenuhi tendensius.
Pada saat kondisi seseorang sdh darurat harus mendapat pertolongan harus dicoba terapi DSA, jika dihalangi maka perorangan atau badan atau organisasi bisa dikategorikan menghalangi seseorang untuk mendapatkan pertolongan. Fakta lapangan dan kondisi pasien jelas terbukti membaik. Terlepas dampaknya permanen atau sementara, itu tergantung kondisi seseorang. Orang atau organisasi yang menghalangi tindakan pertolongan saya kategorikan kejahatan dan tidak etis. Pengetahuan, penemuan dan metode akan terus berkembang, jadi tidak ada yang baku dalam pengetahuan.
@@juniorlaimuslo6470 anda pasti tidak punya keluarga atau orang dekat yang berprofesi sebagai dokter . Kalau ada minta penjelasan mereka dong. Jangan langsung emosi
Memang dr Terawan top yg paling sy kagumi dari beliau tdk susah di temui oleh siapa saja yg membutuhkan beliau apalagi beliau jendral,menteri cona kalau pejabat publik yg lain akan sangat susah bertemu apalagi melayaninya dgn tulus
Menurut saya yang paling disesalkan dalam kasus ini adalah : 1. bagaimana seorang dokter mengatakan bahwa Unhas tertekan sebagai sebuah universitas yang Independen , dimana dosen memiliki Hak penuh serta kompetensi dibidangnya dikatakan tertekan. 2. mengapa ada statment dari salah satu dokter menyamakan case Dr. Terawan sama dengan Ponari serta Dukun. Dr terawan bagaimanapun adalah orang yang pernah menjadi kemenkes, orang yang pernah menjadi bagian IDI sendiri serta memiliki sertifikasi bahkan menjadi pemimpin persatuan dokter militer. dua statment ini yang menurut saya sangat mencederai hati masyarakat. bagaimana seorang yang berbuat baik untuk bangsa dan masyarakat diperlakukan begitu.
Sebenarnya kalau para pengurus IDI peduli terhadap riset kedokteran, dan peduli terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan manusia, jangan hanya menuntut dr Terawan seorang diri yang harus menindaklanjuti hal yang dianggap masih kurang itu. Bergabung saja bersama sama-sama dengan dr Terawan. Dr dr Terawan yang rendah hati itu pasti dengan senang hati. Inilah yang membuat para dr di Indonesia tidak pernah maju di bandingkan dengan Singapura yang hanya kecil itu saja pelayanan mereka sudah diterima dan diakui Dunia. Sedangkan IDI tidak pernah ada pengakuan dari dunia.
IDI jangan allergilah thd inovasi anak bangsa n hanya mau membela pabrik2 farmasi besar dgn alasan evidence based saja, tp tolonglah juga karya anak bangsa untuk bisa tampil di kancah dunia sebagai produsen, bukan sebatas konsumen saja selama bertahun tahun seperti sekarang ini. Selama ini kita terlalu mengagung2kan pabrik farmasi asing. Evidence based vaksin2 asing juga bisa dipertanyakan tp kita toh langsung pakai. Jiwa feodal gini udah bukan masanya lagi. Setiap bangsa juga punya kemampuan inovasi, dibantulah, jangan malah dibantai, oleh bangsanya sendiri. Pathetik sekali..
DSA itu bukan temuan terawan bro .......tapi masyarakat tau nya dia yg nemukan.....dan parahnya itu metode diagnosa di gunakan utk terapi ...pingin ketawa aja 🤣
Ini baru mencerdaskan, tinggal bagaimana cara pandang netizen memandang nya. Saya dulu puny guru spesialis bedah bibir sumbing. Beliau juga mengembangkan teknik bibir sumbing yg luar biasa. Sampai membuat sebuah buku. Alhamudlillah 5000 lebih pasien bibir sumbing dikembalikan senyum nya tanpa harus melanggar kode etik kedokteran dan gratis
@@aristarchusbersinar1294 Bukan soal kuasa mas, tapi pemerintah untuk ambil suatu keputusan sudah tentu baiknya nanya rekomendasi dari yang ahli dibidangnya. Dalah hal kedokteran ya IDI wadahnya. Masak mau minta rekomendasi dari asosiasi pelawak?
Semoga IDI tetap profesional dan mengutamakan keselamatan pasien dan tidak terpengaruh argumentasi awam atau komentar netizen.. kalau salah bilang salah... benar bilang benar. Pencinta sihir abaikan. Tapi kalau memang tidak perlu pemecatan maka jangan malu untuk mencabut putusan dan menemukan jalan tengah untuk kebaikan bersama.
konsepnya bukan langsung judje salah benar.. semua terapi yg sifatnya baru harus dibuktikan scr kaidah ilmiah, mungkin terapi dr terawan itu baik, tp secara ilmiah harus tetap dibuktikan dengan penelitian dengan kaidah yang baik, dan lolos uji klinis, kalau terbukti baik, maka akan diterima, nah pembuktian ini yg ditungu2 IDI tp Beliau tidak hadir dari jaman menkes dr Nila F Moeloek.. kalau dilogikakan, mahasiswa disuruh dosen cepet lulus, disuruh buat penelitian skripsi tapi ga pernah mau sampai ditegur bbrp kali ttp ga mau akhirnya kena DO
Susah bnget sih para IDI ini mengakui bahwa mereka pun tidak pernah melakukan metode seperti ini, ketika ada sesuatu yg baru ya sebaiknya sama² dibantu, dikembangkan, disokong, difasilitasi agar semakin sempurna, bukannya dicari apa kekurangannya....
IDI ada BENAR NYA GAK 100% SALAH ... yaitu untuk melindungi PASIEN dari NAMA NYA MAL PRAKTEK ..... TAPI DR TERAWAN JUGA GAK 100% SALAH KASUS SEORANG DR yg menemukan ( NANO ) untuk pengobatan. Tidak di akui IDI. dan akhirnya di akui JEPANG dan malah sekarang bisa mengembangkan ilmu nya di jepang ......
Buktinya vaksin merah putih yg dikembang oleh dr indonesia dan mengikuti aturan yg baku gak masalah tuh, lancar2 aja, kl terawan kan nyeleneh ya gak bisa dong.
Sikut Menyikut Dan Mecat Memecatkan Demi Ambisi Dan Mempertahankan dan Melanggengkan Kekuasaan Diri Melalui Jabatan Atau Organisasi Ataupun Instansi Yang menjadi Bawahannya. ITULAH Budaya Indonesia Yang Semakin Kokoh Dan Mendunia.
Jika perbebatan ini gak bisa selesai, kementerian kesehatan selaku lembaga yang mewakili pemerintah RI harus turun tangan utk menyelesaikan, malu saya sebagai warga negara Indonesia, jika masalah ini terus berlarut, akan buat malu lembaga kesehatan dan profesi kedokteran bangsa Indonesia dimata dunia.
Kemenkes sejak menterinya nila muluk sudah minta metode pengobatan cuci otak dr.tetawan disempurnakan sesuai standar berdasarkan uji klinis tahap 1,2,3 dan menggunakan hewan percobaan, dan ada kelompok pembanding, IDI juga sudah memberikan petunjuk kepada dr.terawan untuk menyempurnakan innovasinya, tapi semua tidak diperhatikan oleh dr.terawan, padahal jelas ada pelanggaran disiplin dan kode etik. Jadi saat ini biarkan IDI bekerja pemerintah tidak perlu ikut campur.
@@candraperkasa3787 ngaco lo dr duit pemerintah gk boleh ikut campur , menyangkut masyarakat yg berwenang adalah pemerintah , pasien yg mati sono d urus idih mata duitan
@@linarcelande766 kasus terawan sekarang apa komentar kemenkes? Nggak ada komentar dia, karena ini urusan internal IDI dengan anggota IDI, ente nggak paham bro..... Anggaran IDI dari negara karena amanat UU Kedokteran dan dikelola IDI pemerintah nggak boleh ikut campur, belajar ya bro sebelum komentar.
@@candraperkasa3787 oh anggaran dr rakyat trus idit dedemit sesuka hati mengatur negara , emang idit itu lbh berkuasa dr negara dan masyarakat dasar dr cuan
hhhhhhh.......kalah bersaing dalam riset, artinya riset dr. Terawan berhasil dan bermanfaat bagi pasien yg sdh mendapatkan layananan terapi brain wash dr dr. Terawan. pemahaman sy secara awam bahwa dr. Terawan merupakan " the best" . bagi awam yg penting bisa sembuh dan tdk ada efek samping. mestinya IDI mendukung menyempurnakan biar berguna bagi masyarakat umum bukan mematikan karirnya. mendingan IDI dibubarkan saja!!!!
Mohon sejenak kita berpikir apakah kita pernah berandai jika kita pasien ? Apakah kita membiarkan segala jenis pengobatan ke tubuh kita ? Apakah tubuh kita adlh kelinci percobaan ? Kita di berikan rahmat Allah SWT untuk berpikir secara logika termasuk dlm menjaga badan kita agar tidak segala treatment kita bisa terima jika tdk menjadi standard baku SOP treatment penyakit tertentu. Semoga kita sehat selalu
Kalau memang metode DSA tidak bisa diterima oleh IDI, baiknya dr. Terawan gunakan hasil penemuannya sebagai metode pengobatan alternatif agar polemik dengan IDI berakhir, dan tetap dapat membantu orang2 yg membutuhkan tanpa harus bergesekan dengan IDI maupun dengan organisasi kesehatan internasional. Dan yang paling penting, segera patenkan hasil temuannya agar tidak diakui oleh negara lain. Sy perhatikan, sering sekali temuan atau hasil inovasi karya anak bangsa selalu dimentahkan oleh saudara2 satu bangsanya dengan alasan yg kadang2 sepertinya anak bangsa kita tidak layak bila menemukan inovasi baru dalam bidang apapun.
Masalahnya Terawan ada title dokternya, jadi gak bisa beliau melakukan praktek atas nama pengobatan alternatif, titlenya itu melekat pada setiap tindakannya ke pasien.
@@rahadipratoyo9524 benar, mereka serakah.. aku katakan serakah karena saya pasien dengan metode DSA, harusnya dengan penyakit yang aku alami aku sudah di operasi buka tengkorak karena aku menderita penyumbatan pembuluh darah, kalau operasi pasti habis ratusan juta dan masa penyembuhannya lama, akan tetapi menggunakan tindakan DSA biayanya puluhan juta saja dan masa penyembuhan cepat, jadi bisa aku ambil kesimpulan dokter yang kontra merasa lahan keuangannya terpangkas dengan adanya DSA.
Intinya mana laporan uji klinisnya, menggunakan double blind randomized control trial agar lebih terpercaya, kita kan sama2 dokter yaa intinya kalo ada penelitian yaa gabisa dari testimoni aja harus ada laporannya. Padahal kan udah diajarin dari waktu masih sekolah, skripsi buat dari bab 1-5, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil, kesimpulan. Udh itu aja loh yang diminta dari pak Terawan dari dulu. Jadi kita nih yg masih muda2 ga bingung kalau mau menerapkan nantinya begitu loh.
Orang2 yg pernah berobat dgn dr. Terawan sampai saat ini blm pernah ada yg ngeluh. IDI pecat dr. Terawan tapi namanya ttp harum sampai ke manca negara.
Tidak adanya yg melapor bukan indikasi tidak adanya kerugian. Kapok,males balik lagi,mati duluan,terima nasib dan takdir dll, hal2 beginian yg tidak terukur, satu kisah sukses testimoni tidak menggugurkan seratus kesalahan dan problem yg tidak masuk testimoni. Uji klinis menghindari hal2 tsb diatas karna 100 kegagalan tadi akan mencegah metode tsb di pakai untuk umum. Lagian apa susah tinggal penuhi undangan IDI untuk uji klinis emank demen bikin gaduh adeuhhhh.
Mati duluan mngkin mbak, jdnya belum smpat lapor. Harum namanya? Di bidang kedokteran, keharuman nama di dunia internasional itu dinilai dari seberapa valid hasil pnlitianmu dan sbrp banyak pneliti lain mensitasi hasil pnlitianmu. Begitu. Org awam agak susah mngerti sih ya.
Bila dr.Terawan yakin inovasinya adalah benar bermanfaat, ya beliau tinggal tetap melanjutkan tindakan DSA + heparin tersebut tetapi dalam judul sebagai penelitian eksperimental. Jadi menerapkan kaidah penelitian eksperimental, seperti kurang lebih : sampel dilakukan pengacakan dengan tepat, ada kontrol/pembanding, dan tidak meminta biaya dari pasien yg menjadi sampel penelitian alias gratis. Toh jika nanti pada akhirnya ditemukan hasilnya memang bermanfaat secara statistika, ya pasti semua dokter dan peneliti akan menerima dg senang hati. Bahkan mungkin bisa mengharumkan nama Indonesia di kalangan dunia dg temuan barunya, karena jelas sudah terbukti secara EBM. Kalau nggak mau menjalankan penelitian eksperimental ya nggak usah ngaku2 sebagai terapi kedokteran dan seharusnya ada tindak lanjut dari pihak yg berwajib karena jelas2 itu belum terbukti secara ilmiah. Dan yg perlu diperjelas lagi adalah, "bagaimana mungkin terapi yg belum terbukti secara eksperimental bisa diizinkan dilakukan di sebuah RS besar? Kenapa tidak ada pemeriksaan terkait perizinan terapi tersebut disana oleh pihak berwajib?
Namanya juga jendral mbak, di backup.. kebiasaan sesuka hati.. ga bisa berbaur sama yg lain... pasahal tinggal di uni klinis dan di patenkan.. tapi terlalu angkuh untuk hadir diajak berdiskusi BERKALI-KALI..
Terawan nya yg "ndableg", padahal udah di fasilitasi ama menkes n IDI. Saya jadi ragu ama gelar doktornya Terawan, dulu dapet tu gelar bener2 penelitian beneran ato kagak ya...
Pokok persoalannya adalah Dr. Terawan tidak melakukan eksperimen dengan metode komparasi sehingga dapat diketahui tingkat efektifitas dari inovasi Dr. Terawan. Dalam hal ini IDI tidak 100% salah, karena mereka mempertahankan kode etik yg sudah disepakati bersama. Namun yang membuat saya kurang puas dari diskusi ini dan pemberitaan diberbagai media adalah tidak ada klarifikasi dari pihak Dr. Terawan, apakah betul tidak melakukan eksperimen sesuai standar yg berlaku dan dengan alasan apa? Ini akan menimbulkan beragam presepsi dimasyarakat, misalnya ada yg menganggap IDI berkonspirasi atau Dr. Terawan yg arogan. Sehingga lebih baik narasuber dari kedua belah pihak dihadirkan supaya masyarakat paham apa yg sebenarnya terjadi.
Waduh itu penemuan terobosan yg bagus seharusnya jgn ada pembatasan krn ada bukti fakta realita sembuh..itulah indonesia maka bnyk orang2 indonesia yg pintar gk brani mengembangkan potensi kepandaian u/penemuan yg baru...lanjutkan dr Terawan ilmu ini u/kemanusian kembangkan keseluruhan dunia jgn hanya hanya diindonesia yg penuh kekakuan penuh aturan...
prof daldiyono sdh kasih kode sbenarnya, cek di 31:33 beliau katakan "tujuannya juga penyelamatan idi juga ya..." berarti memang ada sesuatu yg gak benar di (pengurus) idi shg harus diselamatkan, stidaknya itu yg tersirat dari tanggapan beliau tsb...
Betul sekali apapun yg dikatakan bukti nyata dr Terawan klo nunggu2 keburu gk ada juntrungannya. Itu ada hasil cepat bisa ada sentimentil maka orang jdi malas menggembangkan potensi padahal indonesia bnyk segudang orang pintar...
@@fluce Bukan su'udzon pak, kami masyarakat awam butuh dokter yg betul2 mampu menangani suatu penyakit dg hasil yg cepat & akurat, mslh tekhnis ini & itu kami tdk perduli apalagi sdh banyak yg membuktikan hasilnya, mslh resiko jangankan dokter terawan yg sedang di permasalahkan, lha wong dokter2 yg resmi pun ada saja koq resikonya bahkan banyak pasien yg berobat terus2an tp ujung2nya keliang lahat,,,!! Ini tanggapan masyarakat awam lho pak,,,!!!
@@ariteakeyboard6682 lha tulisannya itu lho pak, "intinyasemua dokter yg ada di IDI tidak menginginkan pasiennya sembuh dengan cepat...!!" ga suudzonnya dibagian mana? data apa yg anda pakai? coba sajikan datanya.. anda coba browsing prof.dr. Askandar dari UNAIR, bagaimana beliau mendedikasikan hidupnya meneliti ttg diabetes, penegakannya, terapinya, bahkan sampai jenis makanannya, berapa kalori, kombinasi obatnya, olah raganya.. itu buat siapa? anda tahu beliau? prof dr Rusdi Lamsudin, beliau banyak meniliti ttg stroke hingga muncul algoritme gajah mada untuk mempercepat diagnosis stroke, itu untuk siapa? anda tahu beliau? itu hanya bbrp yg saya sebutkan, bahkan saya kenal banyk dokter yg membayar biaya berobat pasien kanker yg harusnya tidak ditanggung asuransi, ditanggung sama dokternya dengan uangnya sendiri ta pa diketahui pasien, pasien tahunya itu ditanggung asuransi.. banyak dokter yg menggratiskan operasinya demi pasien yg ga mampu.. ada yg rela ke pelosok membatu pasien krn ga ada dokter menggunakan biaya sendiri.. dokter yg saya sebutkan masuk dalam statement anda dokter yg tidak ingin pasiennya sembuh?? coba bagian mana yg tidak suudzon pak? mreka yg saya sebutkan tidak terkenal di media, tp mungkin mereka terkenal di akhirat kelak.. tidak semua penyakit berakhir sembuh, krn memang ada penyakit yg akhirnya tetap meninggal, ada yg terapinya hanya improving quality of the end of life.. kalau ga ada data jangan asal buat tuduhan pak..
@@fluce Klo data memang sy gk ada pak tp klo bukti banyak pak yg sdh d tangani oleh dokter terawan, klo bpk sendiri msh tdk mengakui ya sdh pak lagian percuma bpk berdebat dg orang macam sy, sy sbg orang awam taunya bukti pak bukan ngomong ngalor ngidul,,,,
Aturan mengenai Riset yang diambil dari tahun 1960 an sudah tidak relevan dengan zaman milenium. Makanya banyak inovasi anak bangsa yang tidak diakui. Sudah saatnya IDI meninjau kembali aturan riset tersebut agar inovasi kesehatan di Indonesia bisa berkembang pesat
Salute pada Rossy Yang seharusnya dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat luas. Karena ini menyangkut profesi dan ketentuan ilmiah Yang harus dijalankan. Dr.T melakukan kehendaknya hanya berdasarkan kekuasaan.
jika IDI kecewa dgn respon Terawan krn tdk mau penuhi undangan panggilan, ya dicari cara lain agar Terawan bisa datang ... ini khan soal strategi mengatasi kebuntuan komunikasi. bisa jadi cara IDI mengundanag Terawan bernafaskan kekuasaan sbg Penguasa Organisasi Profesi, sehingga Terawan enggan merespon, sebab beliau juga adalah Dokter Tentara yg butuh izin dari KSAD, apalagi Terawan itu Pati Bintang 3 (Letjen) n Mantan Menkes lho ...
@@fakhrulanam1263 betul. Tapi dr terawan juga punya atasan di angkatan TNI. Klau mau idi memanggil dr terawan, harusnya melalui jalur TNI. Tidak bisa se enaknya aja memanggil seorang TNI. Apa lagi pangkat mayor jen.
@@cakpri6701 bukan idi yang harus minta izin ke atasan dr. Terawan di TNI, kalau memang ada itikad baik harusnya yang bersangkutan sendiri yang mngusahakan agar bisa hadir di MKEK., jgan dibentur2kan.
Adanya dua organisasi ini adalah solusi.......mudah2an bersaing secara sehat dan menjadi yang terbaik untuk rakyat Indonesia....sehingga para dokter bekerja lebih keras dan semangat untuk membuktikan pada rakyat..mana yg terbaik untuk rakyat...
Dok, coba baca dulu di BMJ "The illusion of evidence based medicine" (16 maret 2022). Jangan sampai karena terlalu fokus pada proses, kita lupa tujuan yg ingin dicapai. Yg tidak bisa ditawar itu tujuannya, bukan prosesnya karena proses itu relatif bisa berubah2. Tolong bijaksana, jgn demi 1 orang mengorbankan kepercayaan rakyat pada ilmu kedokteran.
Dengar kan video nya sampe habis, biar gak gagal paham. Proses kasus dr. Terawan ini sdah lama. Kalo perusahan SP berapa kali. Wajar dong kalo akhir nya dapat sanksi. Jngan mentang2 dilingkungan kekuasaan bisa se enak nya saja.
@@letarearnaldo7411 Terawannya sengaja gak mau nongol. Gak pernah ada kedengaran bantahan dia. Terawan cuma senyam-senyum biarin netijen dan para pejabat yang ngotot belain dia.
Para dokter pengurus IDI itu merasa iri/cemburu berat dgn Dr. Terawan karena keberhasilan beliau menerapkan metode cuci otak DSA bagi para penderita stroke hingga terkenal sampai ke luar negeri apalagi mereka tidak pernah kecipratan duit hasil kerja keras Dr. Terawan.
Yang menjadi penengah sudah seharusnya adalah yang mengerti mengenai science based medicine. Namun disini Ibu Rosi disini tampaknya tidak begitu mengerti hal itu, bahkan terkesan berat sebelah. Bukan krn membela satu sisi, tapi krn kurang memahami
Cm ada di indonesia, dokter hebat dihambat hehe...hrsnya justru di suport dan kawal trs agar bisa jd dokter yg unggul di indonesia,bs jd kebanggan indonesia kan.
Entah kenapa ya kalo lihat wajahnya dokter terawan langsung kelihatan org baik...
Apa ada yg 1 pendapat ☝️
☝
sama
Untuk mendapat tindakan dari dr TERAWAN ....... Antri .... Panjang BRO...
Kenzpa harus di protes keberhasilan dr.Terawan ada fator apa keberhasilannya.
Selain baik beliau orang jenius,,, banyak dokter lain merasa tersaingi
pantas ada beberapa dokter yang tidak diakui di Indonesia, sekarang praktek di luar negeri dan SUKSES om.....
Inovasi seringkali berbenturan dg aturan, hanya krn aturan yg tidak fleksibel thdp perkembangan keilmuan, sosial, kemanfaatan dll.
Semangat Dr. Terawan, sy yakin dimanapun anda berada anda akan berjuang demi nama Indonesia. Karena ilmu dan semangat mengabdi pada kebaikan tdk dpt dipadamkan begitu saja. Semoga melalui anda, Allah Swt membuka keilmuan kedokteran pd perkembangan baru yg bermanfaat bagi hamba2Nya.. Aamiin..
Karena mnrt sy ilmu kedokteran adalah ilmu yg dijinkan oleh Allah untuk menjaga kesehatan dan membahagiakan hamba2Nya dlm menjalani kehidupan karena kematian tetap hak mutlak Allah Swt.
Indknesia bodoh karena politik
Om
mbak Rosi,saya H.jukarna jamsari. skarang usia saya 77 tahun,6 tahun jl,saya kena struck saat saya bekerja di Samarinda,sampai saat ini saya sehat,setelah cuci otak di RSPAD, saat itu Dr.Terawan blum jadi Direktor RSPAD.Saat itu yang nenjadi direktur RSPAD adalah Brigjend dr..Yusro.Sampai sekarang saya sehat,dan tidak ada masalah.Trima kasih dr.Terawan,tetap semangat untuk mengabdikan diri buat kesehatan manusia,yang penting tetap berada di. NKRI.
Save Dokter Terawan...
Badai pasti berlalu...
Ujian pasti bisa dilalui dengan mulus...
Tetap semangaat dokter teladan..
Sehat dan Sukses selalu Untukmu..
Setiap ilmu pengetahuan apapun, sesungguhnya muncul dari facta empiris, kemudian dijadikan suatu ilmu untuk diketahui oleh generasi selanjutnya sehingga disebut teori disiplin ilmu yg dipelajari kemudian dipraktekkan lagi secara berkelanjutan. suatu penemuan baru dlm facta empiris kehidupan manusia akan menjadi sesuatu pengalaman pengetahuan.
Mesti kekurangannya dicari solusi bukan malah disudutkan, sehingga kelebihan dr.Terawan ini bisa diterima diseluruh lapisan masyarakat indonesia dan juga dunia pada umumnya.
Kelebihan dr. Terawan di pecat dari IDI, kalo dr. Lain nggak. Dipecat,
⁰⁰0
Itu Dokter2 yg suka ngasih Obat2 yg Mahal2 PECAT!!! tuhhh
Kelebihan Terawan tidak dimiliki IDI, SEHINGGA BANYAK YANG IRI DAN ILMUNYA TIDAK DIKASIH IDI, MAKANNYA IDI NGAMUK
SEKARANG IDI YANG DIBUBARKAN😂
Kompas TV memang Beda dengan TV One, berkelas, berkualitas, elegance, proportional, Rossi memang kerennn
betul. dgn berita yg sama, coba cek komentar di tvone. miris.
@@fauzannst8096 tv sebelah itu menyesatkan kasian penonton nya di begoin
Sangat setuju,Kompas sangat profesional
TV one kadron bang
@@peilingwang217 memang KOMPAS sangat hebat!!!
Rossi memang salah satu Presenter Terbaik di Indonesia. Aku sebagai MC - Presenter juga belajar darinya.......
Maju terus pak dokter terawan....masyarakat m3mbutuhkan kecerdasan dan inovasi kedokteran.
sebagai anak bangsa ini adalah tayangan yang sangat hebat. Ternyata Indonesia sudah ada pada taraf negara maju.
Masyarakat berkata kpd Dr Terawan : I LOVE YOU Dr Terawan makin anda ditekan anda semakin TOP. Banyak yg berterima kasih kpdmu DrTerawan krn anda sdh banyak menolong masyarakat,anda punya hati yg luar biasa.
masyarakat yg awam ilmu medis mengira DSA itu bisa menyembuhkan padahal ini utk diagnosa bukan utk menyembuhkan/ terapi....Dan DSA itu juga bukan temuan Terawan...kasihan masyarakat korban karena tidak tahu.....
@@fakhrulanam1263 betul. Setuju. Dan dalam kegaduhan ketidak tauan masyarakat awam mengenai kelaikan etik, uji klinis, dimana hati nurani dr T sebagai dokter?
Itu lah masyarakat indonesia, mudah termakan testimoni.
@@fakhrulanam1263 mereka yang membela dokter Terawan tidak tahu dia itu spesialisnya apa dan yang sudah dilanggar dokter Terawan apa.
Jalan keluarnya, semua dokter di IDI ikut ngeTes lagi Terawan secara ilmiah, kalo gak percaya testimoni orang lain.. Jadi lebih ilmiah.. Karena langsung di lihat IDI, karena kalo seperti ini bentuk konspirasi, kalo bener metode Terawan, maka akan ada bisnis atau obat2an yg akan di tinggalkan oleh masyarakat yg selama ini gunakan standard tersebut..
Prof Dadiono Orang tua yg bijaksana , pendapatnya tdk menyerang salah satu,
Pendapatnya patut diikuti♥️♥️🙏🙏
Pendapat abu abu. Saya tidak sependapat dgn anda. Kalau salah katakan salah kalau benar katakan benar. Jgn abu abu. Kalau idi salah katakan idi salah kalau terawan salah katakan terawan salah. Supaya gampang penyekesaiannya.
Org menjawab tidak pada pointnya,,,, org pinter di Indonesia selalu di bungkam
Guru besar dari UI ini bijaksana sekali..senior bgt..tenang...nah organisasi itu hrs dikawal sama org yg spt ini..bkn dgn emosi, politik, personal interes lainnya..
salut pada tim Kompas TV dan Rosi yang berusaha menjelaskan kasus ini ke masyarakat awan scr lebih terbuka, dan mendekati presisi. keep up the good work👍👍
Makasih mba Rosy yg sdh mengakat masalah ini ke nasional n internasinal..GBU
999p>pwg lebg
Yes, mantaff
Supaya Dunia Kedokteran Indonesia Sehat, harus ada Perbaikan Undang2 Kedokteran yang Bersih dan Sehat. Dan Indonesia memiliki beberapa Ormas Kedokteran yg Sehat (Penyeimbang) di bawah Pengawasan Negara Indonesia. Maju Terus Kedokteran Indonesia. Dan Bongkar Kejahatan dan Mafia2 dalam Kedokteran Indonesia. Bisa libatkan Lembaga2 Hukum Negara dan Tokoh Negara (Sebagai Penyeimbang), Selain Kementrian Kesehatan. Jadi, Inilah wajah karakter2 dokter Indonesia, sehingga Inovasi2 dan Penemuan Teknologi Kedokteran di Indonesia LAMBAT DAN KETINGGALAN.
NEGARA HARUS HADIR DAN MENGAMBIL ALIH DARI OKNUM2 DOKTER YG BERKARAKTER MENGHAMBAT TEMUAN INOVASI2 BARU BAGI KEMAJUAN KESEHATAN NEGARA INDONESIA.
SEGERA REVISI UNDANG2 KEDOKTERAN INDONESIA DARI SINGLE ORMAS KEDOKTERAN, KARENA TIDAK SEHAT.
SEHAT NEGARA
SEHAT DOKTER2 INDONESIA YG BERJIWA PATRIOT BANGSA
SEHAT SELURUH RAKYAT INDONESIA
JOSS TERUS KEDOKTERAN INDONESIA...
IDI(lsm) bs mmberhntkan fungsi dokter berarti lbh bewwenang dp lembaga pemberi ijasah?
Dan mncbut ijin praktik. Berarti lbh tinggi dp negara? Bgm ini?
Kak Rossi kereen acaranya, lugas, padat 👍👍👍👍
terus berkarya dr. Terawan...jangan dengerin yg lain. sy juga pengin banget berobat ke dr. Terawan.
Hidup dr. Terawan. bubarin IDI
Hidup bu Rosiana Silalahi
Prof.dr.Daldiyono sangat mencerahkan dan sangat menyejukkan, Save dr Terawan!
Solusi:
Ini massalah STANDARDISASI saja.
Bentuk sebuah tim dipimpin oleh Dr. Terawan. Lakukan semua tahap-tahap supaya metodenya secara ilmiah bisa diterima didunia kedokteran sedunia. Ini bisa membuat nama Indonesia mendunia.
Edit: Dengan cara ini tentunya nama Dr. Terawan juga akan jadi ternama sedunia berkat metodenya yang sudah lulus tes metode saintifik dan peer-reviewed. Ini manfaatnya standardisasi tadi.
Dr Terawan anggota IDI dan juga anggota militer yg masih aktif.... oleh krn itu, untuk menghadirkan dr Terawan haruslah melalui prosedur yg benar. .. yaitu melalui pimpinan instansi dimana dr Terawan bekerja... dalam hal ini Kasad... krn dr Terawan sbg kepala RSPAD, atasan langsungnya adl Kasad... dan jangan gunakan kata *"panggil "* tapi gunakan kata *"Undang"* krn dlm displin militer yg berhak memanggil adalah atasan langsung
Jangan harap dr Terawan akan hadir dlm panggilan/undangan IDI, bila tdk prosedural... walau sdh prosedural, itupun masih tergantung atasan langsung,.. boleh /tidaknya menghadiri panggilan/undangan tersebut..
Betul sekali.
Kalo IDI memang punya niat baik harusnya senang dg temukan dr. Terawan..dan merespon dg tindakan2 yg sifatnya membantu mengatasi kekurangan2 masalah standard etik dan prosedural nya. Bukan cuma memanggil dan menguji serta mengadilinya, kayak dosen memanggil mahasiswa nya saja..
Kecuali IDI sudah menemukan bukti ilmiah efek mudharat dari temuan ini.
Kalo melihat kronologinya, sepertinya Dr. Terawan tidak mau distandardisasi. Padahal kalau memang niat distandardisasi Metode Cuci Otak-nya akan jauh lebih berguna bagi masyarakat umum karena dengan standardisasi dokter dimana pun bisa melakukannya.
Ada Sesuatu
@@liesliesmulyani9158 expand your answer please?
Ada sesuatu pada IDI atau Dr. Terawan?
Banyaknya masyarakat indonesia yang berobat ke ponari, pengobatan Alternatif, berobat ke Luar Negeri, membeli batu/alat yang katanya membantu pengobatan, dll seharusnya menjadi bahan instrospeksi bagi IDI bukan bahan ejekan. Ramainya hujatan kepada IDI menurut saya selain kasus Prof, Dr.dr.TAP namun juga sebuah ledakan keluhan masyarakat yang sudah menumpuk terhadap kedokteran di Indonesia yang seharusnya dicarikan jalan keluar oleh IDI, entah itu kekurangan dokter, mahalnya biaya pengobatan, kurangya inovasi, banyaknya malpraktek dll. ayo bersatu jadikan moment ini sebagai pembenahan dunia kedokteran dan kesehatan di Indonesia.
Kalo sakit ke Ponari aja
Maaf mas DSA Terawan 40 juta, itupun berulang2....siapa bilang Terawan murah atau bisa pake BPJS? Makanya pasennya pejabat, atau orang biasa yg jual kebun
Masyarakat Indonesia tidak butuh IDI, tapi butuh dokter seperti Pak Terawan.
setuju
ahh masa, nanti jg sembuh sendiri 😂
wes jd dukun...dmn2 profesi ad organisasiny ngab, ad aturan kode etik.
Setuju
Komen tanpa ilmu
Nah kalau bgini pewawancaranya dari awal pasti semua adem ga akan gaduh kiri kanan,..luar biasa Rosi kali ini
Ttap Bersabar & Yakin saja ya Pak Trawan
Gusti Ora Sare...
Biarkan apa kata mereka itulah tanda2 org iri krn tak mampu tuk berbuat baik demi nyawa org lain Smoga Allah Slalu Melindungi Bpk...Aamiiin...
Senang sekali dengan PENJELASAN PROF DALDI, kereeen 👍👍👍.
Terus lah berkarya dr Terawan kami bangga punya dokter standar internasional
standard internasional kedokteran yaitu evidence based medicine, disini belum terpenuhi.. bukan testimoni pasien/pejabat.. akan lebih bagus lagi dr terawan melanjutkan dengan menyajikan EBM seperti yg diminta IDI dan Kemenkes, jika lolos uji klinis dan bisa diterapkan, publish di jurnal international baru itu yg namanya keren dan kita bisa bangga.. jangan sampai Terapi tanpa evidence Based Medicine, hanya testimoni, hasil anak bangsa dikoar2kan diluar negri nanti malah ga dianggap sama profesional medis di luar negri.. harusnya prosesnya dilanjutkan sesuai kaidah penelitian..
Dokter Terawan Luar biasa. Tdk banyak ngomong tapi banyak menolong.
Itulah sifat manusia yang kalau ditelaah secara gamblang bisa dipersulit kenapa dipermudah,dan semua akibat bukan beda2 pendapat tetapi beda pendapatan,sifat 2 oknum2 manusia yg kebanyakan sirik dan dengki
Prof. Daldiyono Terbaik.
Asli ... Rakyat lebih melihat sisi SENTIMENnya drpd niat untuk menjernihkannya.
Sangat benar sekali pendapat Prof Daryono, sbg ahli dr. spesialis ilmu saraf.
@Purbo Laksono, ooh begitu!!!
Purbo Laksono, memang suuuangat benar????
Prof daldiyono merupakan spesialis penyakit dalam, saya sebagai seorang insan pasca stroke/stroke survivor baru dengar prof daldi itu spesiali syaraf ada juga di Indonesia ada beberapa prof spesialis syaraf diantaranya yaitu prof teguh as ranakusumah, prof jusuf misbach, almarhum prof hasan mahfud, dll
Semangat untuk dokter terawan dan dokter lainnya, I think masyarakat sekarang pada pinter pinter kok. Semoga masalah ini tidak dibesar²kan
Diskusi yang bagus sekali, karena membuka mata, bahwa: usia dan tingkat intelektual seseorang tidak membuat orang itu menjadi bijaksana manakala kerendahan hati tidak dimilikinya.
Saran agar kewenangan besar ini dipegang oleh dan hanya Pemerintah saja dengan pengawasan dari DPR.
Sulit untuk melihat kewenangan besar dipegang oleh organisasi non Pemerintah dengan kewajiban yang tidak jelas juga..
Setuju banget! Percayalah pengalaman sy menghadap dr2 senior kebanyakan jauh dr rendah hati
lah...emang wewenangnya di pemerintah kok. IDI cuma kasih rekomendasi. Apa nurut anda pemerintah gak usah cari rekomendasi dari para dokter? Cukup cari testimoni pasien aja?
@@gijonhoverach2410 apa menurut anda lebih bijak mendengarkan rekomendasi daripada fakta di lapangan yg berbeda dgn rekom tsb...??
@@gijonhoverach2410 anda pernah sakit stroke...???
@@clitoris6975 eh bambang, elu kalo pergi ke Mayo clinic minta diobatin pake DSA diketawain elu. DSA itu cuman untuk alat diagnosa.
Makanya jangan gegara satu dukun heboh negeri wakanda kita
Keren Si Rosi, mewakili sekali unek2 kt slma ini
Trims ini benar-benar membuka tabir sebenarnya. Disini kelihatan antara persepsi dan kaidah ilmiah dan UU Kesehatan.
Kalau masih ada prosedur yg terlewati, mestinya para ahli membantu meneliti untuk melengkapi kekurangan.
Kan sudah diundang berkali kali untuk dilengkapin, tpi terawan ga mau datang
Siapa yang mau bayar?
@@jsparrow920 literasi mana yg anda pakai...??? Terawan datang 4x dari 6x undangan... Dan selama 4x pertemuan tsb msh blom tercapai titik temu..
@@candraperkasa3787 ya jelas negara lah melalui organisasi kesehatan negara.... Krn suatu riset yg menyangkut kepentingan bangsa sdh pst jadi tanggungan negara...
@@clitoris6975 ga selalu, riset tsb milik Terawan bkn negara. Negara ga ada kewajiban membiayai selama tidak ada kerjasama dgn badan terkait.
Prof dari UI ini bijak sekali. Harapan nya bisa diaplikasi
Jadi dokter aja sejak tahun 1966, udah sepuh
Mau komen tp kok ga faham ranah medis.
Karena ada hal2 yg kita ga kita fahami terlihat benar tapi bagi yg faham ternyata salah. Bagi kami yg belajar ilmu hukum juga ada hal2 demikian. Mudah-mudahan permasalahan ini segera ada solusinya, aamiin.
Rakyat kecil disini tdk bodoh, sdh pasti bisnis yg iri dengki
Aamiin. Tapi gini sih, rakyat tuh (sebagian) selalu overproud apalagi kalau sebuah penemuan meskipun itu belum tentu 100% benar dan sekalinya memang ada kesalahan yg mendasar pasti dibela habis2an.
@@mshanifa9309 Buktinya mana? Klo terbukti hoax bisa kena UU ITE
@@mshanifa9309. Ini pengobatan bukan untuk rakyat kecil. Kenapa rakyat kecil yg sibuk. Aneh ya.
saya salut komen yang ini.. tidak asal menjudje tanpa tahu inti pokok permasalahannya dan ilmunya.. dan berdoa yang terbaik..
saya tambahkan inti videonya
intinya:
1. semua tindakan kedokteran adalah tindakan yang sudah diteliti sesuai kaidah prosedur evidence based medicine, bukan testimoni based medicine seperti ponari/klinik tongfang, dan tidak memandang siapa yang memberikan opini entah pejabat/mentri sekalipun itulah objektivitas penelitian.
2. idi tidak pernah menghambat kemajuan teknologi, jika ada inovasi silahkan dibuktikan dengan penelitian yg sesuai, jelas, dinilai oleh banyak pakar, dan lulus uji klinik. dan secara etik pasien terlindungi sebelum diterapkan ke masyarakar luas. (demi keamanan dan keselamatan pasien, ini berlaku ke semua temuan kedokteran, tidak hanya ke dr Terawan).
3. masalah ini sudah lama, dan sudah difasilitasi oleh IDI dan Kemenkes zaman dr. Nila F moeluk agar dr Terawan mengajukan temuannya untuk diujikan sebelum jadi standar terapi, tp tidak selesai krn dr Terawan tidak hadir.
4. pembahasan ini murni masalah science dan etika kedokteran, tidak ada unsur kebencian terhadap dr. terawan.
5. masih ada kesempatan sejak keputusan MKEK, agar bisa dibahas ada win win solution..
6 jalan keluarnya menyamakan pikiran, IDI secara profesional ingin tindakan DSA dibuktikan secara Evidence Based Medicine, dan dr. Terawan Bisa menyajikan Evidence Based medicine tersebut. ketika lolos uji klinis, (disini belum terpenuhi) dan diterima sebagai standard terapi.. disitu selesai maslahnya.. win win solution
yang benar bukan ngga ada yang berani melawan RSPAD tapi cuma RSPAD yang berani dan bisa melawan mafia IDI dari dulu, dan RSPAD jadi harapan Inovasi dan kemerdekaan teknologi kesehatan Indonesia
Ciee yg paling benerr..
Dr. Beni bilang dalam kutipan,Seluruh dr di di Indonesia hrus berhati hati dalam mempraktekkan tindakan kedokteran yg belum teruji, yg menimbulkan keresahan bagi masyarakat . Masalah nya belum ada masyarakat yg resah Krn terapi cuci otak, yg ada IDI yg resah.
Faktanya pasiennya banyak yg sembuh,DR.Terawan maju terus
Konsumen jamu tetes SOMAN semua mengaku sembuh juga 🤓
Selalu berpatokan dengan bukti sains,
Dukung dokter terawan,, karena inovasinya membawa manfaat untuk para pasien dan masyarakat😍😍😍
Ciee..yg disebul ponari langsung sembuh
Prof. Daliyono ❤I love Prof Dr Daliyono....bijaksana sekali.
IDI(lsm) bs mmberhntkan fungsi dokter berarti lbh bewwenang dp lembaga pemberi ijasah?
Dan mncbut ijin praktik. Berarti lbh tinggi dp negara? Bgm ini?
@@retwinarti2007 anda salah pemahaman. yang berhak mencabut izin praktik ya tetap negara. IDI hanya mencabut surat rekomendasi, sisanya tetap terserah negara mau gimana. setiap melihat diskusi IDI vs dr.terawan saya selalu berpikir kenapa dr.terawan ga pernah hadir mewakili dirinya sendiri dan kenapa harus DPR yang diundang bukan perwakilan Kemenkes sebagai penengah.
terimakasih kupas tuntasnya mba Rossi,
👍
1. Catatan penting mulai 24.17 terkait riset vanus di RSDK Smg:
- direstui MKEK RSPAD tetapi tidak diketahui MKEK RSDK Smg
- siapa yg berani menegur RSPAD?
2. Salah satu softskills penting yg perlu mendapatkan perhatian lebih adalah communication skills.
Semoga semua urusan penyelesaian kasus ini dimudahkan & dilancarkan dilandasi niat baik utk semakin banyak bermanfaat bagi semakin banyak orang/pihak & berharap semoga kasus ini mjd titik tolak perubahan ke arah yg lebih baik bagi semua pihak.
Dokter terawan mamang jenius baru satu satunya Dokter yg bisa berhasil di Indonesia untuk terapi cuci otak. Semua keberhasilan yg ia dapati adalah dari kepinteran nya. Lantas Dokter mana yg mau mengu jinya? Karena temuan ini adalah. Dari Dokter Terawan senderi. Yg sebenar nya Doter spesialis yg lain nya sirik dan merasa terkalahkan. Yg sebenarnya ini persaingan ilmu. Ilmu itu mahal. Jgn cari cari kesalahan. DR Terawan 👍👍👍
Ulasan Prof DALYONO sangat Bagus sekali, dan berikan solusi yg ADEM, biar rakyat juga ADEM.
Sebaiknya di ikuti sistem yg sdh ada supaya pengobatan ini bisa di terapkan si semua rumah sakit supaya menjadi salah satu pengobatan atau pencegahan terhadap penyakit otak
Sedih rasanya melihat konflik internal IDI ...😢😢😢
IDI merupakan organisasi profesi yg superbody dan pada kenyataannya amat sangat feodal dimana banyak dokter muda terutama yg tdk berani bersuara krn masa depannya amat sangat bergantung dgn IDI....
Sebaiknya hrs ada organisasi profesi Dokter lainnya agar ada alternatif penyaluran aspirasi menyangkut profesi ini ......
UU hrs dirubah agar superbody ini tdk terjadi ...
Banyak asosiasi profesi tdk tunggal dan ternyata ini menjadi lebih maju ....
Sebenarnya IDI berupaya mempermudah sistem agar perbanyak dokter umum, dokter ahli dan praktek dokter yg berkwalitas dan murah prinsipnya serba murah sebagai fungsi sosial ......
Sudahi pola2 feodal yg banyak dikeluhkan oleh para dokter secara umum termasuk keluhan org tua yg berharap anaknya bisa jadi dokter ahli yg berkwalitas tapi kemampuan ekonominya paspasan .....
Bravo dr. Terawan ❤❤❤❤
Saya salut dgn dr.terawan....sangat pintar terlihat dari penjelasan2 nya.....saya juga berpikiran yg sama dgn beliau....medis tdk boleh berpolitik..dan ikut penguasa yg tdk bnr...medis pnya ilmu sendiri fakta dan jurnal penyelesaiannya...
Save dokter terawan,semoga pemerintah bisa menyelesaikan masalah ini,jgn menghambat dokter berprestasi
sangat se7
Prestasi nipu orang
@@indrain1331 nipunya dari mana tlong jelaskan
@@akuadalahaku6253 belum ada uji klinis standarisasi tapi sudah diklaim utk ngobatin, berbayar lagi
Nggak ada urusannya dengan pemerintah, makanya menkes diam saja, karena ini urusan Internal IDI dengan anggota IDI yang namanya terawan, ibarat, koperasi simpan pinjam kalo ada anggota koperasi yang di pecat karena melanggar aturan sah sah saja, apa anggota DPR mau ikut campur? Kalo alasan UU Koperasi juga dibawah UU.
Semoga suatu hari nanti DSA diakui secara legal dan ilmiah dalam dunia kedokteran, sehingga para dokter ahli khususnya ahli bedah syaraf bisa melakukan praktik DSA.
Tinggal bikin publikasi ilmiah tentang terapi DSA, dan buktikan dengan uji klinis sesuai etik kedokteran. Sesimple itu aja...
Selama metode dsa sdh diakui dan dipraktekan di indonesia tapi bukan untuk pengobatan tapi untuk diagnos.
Lhooo DSA udzh diakui sejak dahulu kala di indo juga udah banyaaaaaak wkwkwk baca2 dl ah, dsa tau kan apa? Jangan2 ga tau
@@fredsepto218 sumber2nya dong kasih, lebih tepatnya diakui untuk terapi
DSA Sudah Dipakai Di Seluruh Dunia Dan Di Indonesia sebagai diagnostik
IDI jaya..I Love IDI
dr. terawan jaya..I Love Terawan
Smga IDI masih membuka ruang yg bijak &
Semoga dr. Terawan mau menurunkan egonya mau melepaskan sementara tanda 3 bintang di pundaknya & melupakan sementara status (ex) menteri maupun ex kepala Rumah sakit TNI AD (karena sblmY sy menduga ada sdkit ego ini) .. Sehingga beliau mau berkenan untuk diundang sma IDI.. Tdk ego merasa sbg perwira tinggi TNI & sebagai ex Kepala RSPAD sehingga tdk mau diatur dan tdk mau dimintai keterangan sma IDI dan dokter lain yg statusY sipil.
Secara profesi &fungsional kedokteran beliau punya hubungan sma IDI maupun kemenkes & harus menjaga hubungan baik-koordinasi tsb (smua dokter militer maupun polri) wlopun saat ini IDI kebetulan pengurusY byk yg dr dokter sipil..
Wlopun secara struktural organisasi bertanggungjawab dan wajib lapornya ke KapuskesAD, ke KSAD & panglima TNI.
Jgn jg dirasuki sma politik karna buktiY sy perhatikan waktu beliau masih jd menkes dicerca habis2an dan dikritik sani sini baik sma politikus maupun oleh masyarakat...
begitu sdh lepas dr pemerintahan/bkn lg menteri..skrg semua berbalik mendukung mati2an.. Ada yg aneh jg.
Sy percaya & yakin di IDI jg masih byk org hebat ada byk dokter spesialis maupun guru2besar/professor yg ahli di bidang masing2..jg diantara sekian banyak dr beliau2 jg punya peran untuk &/telah mendidik para ribuan dokter yg sekarang telah ada maupun yg sedang berproses menjadi dokter/spesialis dokter..&temuan2 dibidangY masing2.
Smga ad solusi terbaik...dr terawan masih bs mengembangkan ilmuY sehingga lbh menuju ke sempurna dgn didukung oleh IDI sehingga bs diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya ke masyarakat umum yg luas.. Tdk hanya untuk kaum pejabat maupun kaum borjuis kaya.
Selamat pd Kompas Tv, yg membuka wacana pd masyarakat ttg apa sebenarnya yg terjadi dg pemecatan dr Terawan.
Mantap penpelelasan Prof Delyono, levelnya beda memang kalau otak org tdk dipengaruhi sirik
Prof Daldiyono setuju dengan komparatif juga kaliii. Apaan yang dipengaruhi sirik. Kok gue ketawa sih. Wong beliau setuju dengan dr. Windhu & dr. Zainal kok. Tapi dia juga sayang sama dr. Terawan. Kebanyakan komentar netizen dipenuhi tendensius.
Pada saat kondisi seseorang sdh darurat harus mendapat pertolongan harus dicoba terapi DSA, jika dihalangi maka perorangan atau badan atau organisasi bisa dikategorikan menghalangi seseorang untuk mendapatkan pertolongan. Fakta lapangan dan kondisi pasien jelas terbukti membaik. Terlepas dampaknya permanen atau sementara, itu tergantung kondisi seseorang. Orang atau organisasi yang menghalangi tindakan pertolongan saya kategorikan kejahatan dan tidak etis. Pengetahuan, penemuan dan metode akan terus berkembang, jadi tidak ada yang baku dalam pengetahuan.
Prof Dalyono sangat bijaksana dalam menyampaikan pemikirannya
Masyarakat butuh bukti, bukan omong kosong kalian IDI..
@@juniorlaimuslo6470 anda pasti tidak punya keluarga atau orang dekat yang berprofesi sebagai dokter .
Kalau ada minta penjelasan mereka dong. Jangan langsung emosi
betul, harusnya karakter pengurus IDI begitu
IDI mengada2. Katanya dr Terawan mengiklankan. Coba cari iklannya.
@@genade9318 justru kalau punya kelg dokter pendapatnya selalu bias, krn hny mengutamakan solidaritas tnp mrk sendiri memahami permasalahan yg sebenarnya
Sehat-sehat selalu guru kami Prof Daldiyono.
Memang dr Terawan top yg paling sy kagumi dari beliau tdk susah di temui oleh siapa saja yg membutuhkan beliau apalagi beliau jendral,menteri cona kalau pejabat publik yg lain akan sangat susah bertemu apalagi melayaninya dgn tulus
Menurut saya yang paling disesalkan dalam kasus ini adalah :
1. bagaimana seorang dokter mengatakan bahwa Unhas tertekan sebagai sebuah universitas yang Independen , dimana dosen memiliki Hak penuh serta kompetensi dibidangnya dikatakan tertekan.
2. mengapa ada statment dari salah satu dokter menyamakan case Dr. Terawan sama dengan Ponari serta Dukun. Dr terawan bagaimanapun adalah orang yang pernah menjadi kemenkes, orang yang pernah menjadi bagian IDI sendiri serta memiliki sertifikasi bahkan menjadi pemimpin persatuan dokter militer.
dua statment ini yang menurut saya sangat mencederai hati masyarakat. bagaimana seorang yang berbuat baik untuk bangsa dan masyarakat diperlakukan begitu.
Setuju
Sebenarnya kalau para pengurus IDI peduli terhadap riset kedokteran, dan peduli terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan manusia, jangan hanya menuntut dr Terawan seorang diri yang harus menindaklanjuti hal yang dianggap masih kurang itu. Bergabung saja bersama sama-sama dengan dr Terawan. Dr dr Terawan yang rendah hati itu pasti dengan senang hati. Inilah yang membuat para dr di Indonesia tidak pernah maju di bandingkan dengan Singapura yang hanya kecil itu saja pelayanan mereka sudah diterima dan diakui Dunia. Sedangkan IDI tidak pernah ada pengakuan dari dunia.
VAKSIN YANG DIA SEBUT MANA, GAK KELUAR2 - BERARTI HOAX DONK
@@obrolan_panas3068 yg lu maksud Vaksin Nusantara??
@@obrolan_panas3068 DIJEGAL JG
IDI jangan allergilah thd inovasi anak bangsa n hanya mau membela pabrik2 farmasi besar dgn alasan evidence based saja, tp tolonglah juga karya anak bangsa untuk bisa tampil di kancah dunia sebagai produsen, bukan sebatas konsumen saja selama bertahun tahun seperti sekarang ini. Selama ini kita terlalu mengagung2kan pabrik farmasi asing. Evidence based vaksin2 asing juga bisa dipertanyakan tp kita toh langsung pakai. Jiwa feodal gini udah bukan masanya lagi. Setiap bangsa juga punya kemampuan inovasi, dibantulah, jangan malah dibantai, oleh bangsanya sendiri. Pathetik sekali..
DSA itu bukan temuan terawan bro .......tapi masyarakat tau nya dia yg nemukan.....dan parahnya itu metode diagnosa di gunakan utk terapi ...pingin ketawa aja 🤣
Ini baru mencerdaskan, tinggal bagaimana cara pandang netizen memandang nya.
Saya dulu puny guru spesialis bedah bibir sumbing. Beliau juga mengembangkan teknik bibir sumbing yg luar biasa. Sampai membuat sebuah buku. Alhamudlillah 5000 lebih pasien bibir sumbing dikembalikan senyum nya tanpa harus melanggar kode etik kedokteran dan gratis
Guru elo emg the best, bukan seperti si Jendral
Yang paling penting ijin untuk buka praktek harus menjadi tanggung jawab pemerintah bukan paguyuban begitu
Se77 bro..dgn ada nya main pecat &main tuding Dokter" muda yg baru lulus pasti ketakutan & stress...🤣🤣🤣
Loh ijin praktek memang pemerintah yg mengeluarkan, bukan idi, idi hanya rekomendasi.
Paguyuban crewet,ijin dokter hrs diambil pemerintah
@@irwananwar1452 klu ngak ada rekomendasi IDI pemerintah tidak bisa mengeluarkan ijin praktek. Artinya sama saja IDI yg lebih berkuasa....
@@aristarchusbersinar1294 Bukan soal kuasa mas, tapi pemerintah untuk ambil suatu keputusan sudah tentu baiknya nanya rekomendasi dari yang ahli dibidangnya. Dalah hal kedokteran ya IDI wadahnya. Masak mau minta rekomendasi dari asosiasi pelawak?
semoga prof ini disembuhkan prof tewrawan
Semoga IDI tetap profesional dan mengutamakan keselamatan pasien dan tidak terpengaruh argumentasi awam atau komentar netizen.. kalau salah bilang salah... benar bilang benar. Pencinta sihir abaikan. Tapi kalau memang tidak perlu pemecatan maka jangan malu untuk mencabut putusan dan menemukan jalan tengah untuk kebaikan bersama.
konsepnya bukan langsung judje salah benar.. semua terapi yg sifatnya baru harus dibuktikan scr kaidah ilmiah, mungkin terapi dr terawan itu baik, tp secara ilmiah harus tetap dibuktikan dengan penelitian dengan kaidah yang baik, dan lolos uji klinis, kalau terbukti baik, maka akan diterima, nah pembuktian ini yg ditungu2 IDI tp Beliau tidak hadir dari jaman menkes dr Nila F Moeloek..
kalau dilogikakan, mahasiswa disuruh dosen cepet lulus, disuruh buat penelitian skripsi tapi ga pernah mau sampai ditegur bbrp kali ttp ga mau akhirnya kena DO
Sehat sllu buk Rossi dan pak terawan
Susah bnget sih para IDI ini mengakui bahwa mereka pun tidak pernah melakukan metode seperti ini, ketika ada sesuatu yg baru ya sebaiknya sama² dibantu, dikembangkan, disokong, difasilitasi agar semakin sempurna, bukannya dicari apa kekurangannya....
IDI ada BENAR NYA GAK 100% SALAH ... yaitu untuk melindungi PASIEN dari NAMA NYA MAL PRAKTEK .....
TAPI DR TERAWAN JUGA GAK 100% SALAH
KASUS SEORANG DR yg menemukan ( NANO ) untuk pengobatan. Tidak di akui IDI. dan akhirnya di akui JEPANG dan malah sekarang bisa mengembangkan ilmu nya di jepang ......
Tt4
Bantunya gimana. Metodenya gak pernah dipublikasikan.
Buktinya vaksin merah putih yg dikembang oleh dr indonesia dan mengikuti aturan yg baku gak masalah tuh, lancar2 aja, kl terawan kan nyeleneh ya gak bisa dong.
@@wantowanto7925 untuk yg Jepang di Indonesia sdh legal karena melalui pembuktian jls.
Bkn seperti DSA yg sbg terapi yg tdk ada pembuktian jls
Guru besar UI baru profesor. Bisa menjelaskan secara paradigmatis
Sikut Menyikut Dan
Mecat Memecatkan
Demi Ambisi Dan
Mempertahankan dan Melanggengkan
Kekuasaan Diri
Melalui Jabatan Atau Organisasi
Ataupun Instansi
Yang menjadi Bawahannya.
ITULAH Budaya Indonesia Yang Semakin Kokoh Dan
Mendunia.
Jika perbebatan ini gak bisa selesai, kementerian kesehatan selaku lembaga yang mewakili pemerintah RI harus turun tangan utk menyelesaikan, malu saya sebagai warga negara Indonesia, jika masalah ini terus berlarut, akan buat malu lembaga kesehatan dan profesi kedokteran bangsa Indonesia dimata dunia.
Kemenkes sejak menterinya nila muluk sudah minta metode pengobatan cuci otak dr.tetawan disempurnakan sesuai standar berdasarkan uji klinis tahap 1,2,3 dan menggunakan hewan percobaan, dan ada kelompok pembanding, IDI juga sudah memberikan petunjuk kepada dr.terawan untuk menyempurnakan innovasinya, tapi semua tidak diperhatikan oleh dr.terawan, padahal jelas ada pelanggaran disiplin dan kode etik. Jadi saat ini biarkan IDI bekerja pemerintah tidak perlu ikut campur.
@@candraperkasa3787 ngaco lo dr duit pemerintah gk boleh ikut campur , menyangkut masyarakat yg berwenang adalah pemerintah , pasien yg mati sono d urus idih mata duitan
@@linarcelande766 kasus terawan sekarang apa komentar kemenkes? Nggak ada komentar dia, karena ini urusan internal IDI dengan anggota IDI, ente nggak paham bro..... Anggaran IDI dari negara karena amanat UU Kedokteran dan dikelola IDI pemerintah nggak boleh ikut campur, belajar ya bro sebelum komentar.
@@candraperkasa3787 oh anggaran dr rakyat trus idit dedemit sesuka hati mengatur negara , emang idit itu lbh berkuasa dr negara dan masyarakat dasar dr cuan
@@candraperkasa3787 urusin sana banyak org mati d tangan dr cuan
hhhhhhh.......kalah bersaing dalam riset, artinya riset dr. Terawan berhasil dan bermanfaat bagi pasien yg sdh mendapatkan layananan terapi brain wash dr dr. Terawan. pemahaman sy secara awam bahwa dr. Terawan merupakan " the best" . bagi awam yg penting bisa sembuh dan tdk ada efek samping. mestinya IDI mendukung menyempurnakan biar berguna bagi masyarakat umum bukan mematikan karirnya. mendingan IDI dibubarkan saja!!!!
Setuju... harus nya mensupport dan bersama2 melegalkan agar bisa di pakai secara umum
Sekalian ponari sm tongfang dkk di bantu yah 😅🤣
Maturnuwun pencerahannya Eyang Prof Dalyono...
Dr.terawan sungguh mulia ,bijak pintar lg...I LOVE YOU dr.terawan...sehat selalu y dr terawan semangat ...dr idaman sy
Mohon sejenak kita berpikir apakah kita pernah berandai jika kita pasien ? Apakah kita membiarkan segala jenis pengobatan ke tubuh kita ? Apakah tubuh kita adlh kelinci percobaan ? Kita di berikan rahmat Allah SWT untuk berpikir secara logika termasuk dlm menjaga badan kita agar tidak segala treatment kita bisa terima jika tdk menjadi standard baku SOP treatment penyakit tertentu. Semoga kita sehat selalu
Kalau memang metode DSA tidak bisa diterima oleh IDI, baiknya dr. Terawan gunakan hasil penemuannya sebagai metode pengobatan alternatif agar polemik dengan IDI berakhir, dan tetap dapat membantu orang2 yg membutuhkan tanpa harus bergesekan dengan IDI maupun dengan organisasi kesehatan internasional. Dan yang paling penting, segera patenkan hasil temuannya agar tidak diakui oleh negara lain. Sy perhatikan, sering sekali temuan atau hasil inovasi karya anak bangsa selalu dimentahkan oleh saudara2 satu bangsanya dengan alasan yg kadang2 sepertinya anak bangsa kita tidak layak bila menemukan inovasi baru dalam bidang apapun.
Bang Hikmat, konflik MKEK-ID vs dr. Terawan mempercepat deklarasi PSDI. Sekarang ada 'second opinion', kita tunggu saja.
Masalahnya Terawan ada title dokternya, jadi gak bisa beliau melakukan praktek atas nama pengobatan alternatif, titlenya itu melekat pada setiap tindakannya ke pasien.
Dr. Terawan orangnya mulia dan jujur, idi didalamnya terdiri orang2 arogan dan serakah
@@rahadipratoyo9524 benar, mereka serakah.. aku katakan serakah karena saya pasien dengan metode DSA, harusnya dengan penyakit yang aku alami aku sudah di operasi buka tengkorak karena aku menderita penyumbatan pembuluh darah, kalau operasi pasti habis ratusan juta dan masa penyembuhannya lama, akan tetapi menggunakan tindakan DSA biayanya puluhan juta saja dan masa penyembuhan cepat, jadi bisa aku ambil kesimpulan dokter yang kontra merasa lahan keuangannya terpangkas dengan adanya DSA.
Prof Dalyanto mantap.. 👍👍
Semoga makin banyak yang tertolong.dr Terawan kreatif....kalo SDH ada dr lain melakukan kenapa dicela.carilah keadilan
IDI(lsm) bs mmberhntkan fungsi dokter berarti lbh bewwenang dp lembaga pemberi ijasah?
Dan mncbut ijin praktik. Berarti lbh tinggi dp negara? Bgm ini?
@@retwinarti2007 makanya buk banyakin baca buku. Idi hanya memecat terawan, ya dia masih tetap bisa praktek kok
Intinya mana laporan uji klinisnya, menggunakan double blind randomized control trial agar lebih terpercaya, kita kan sama2 dokter yaa intinya kalo ada penelitian yaa gabisa dari testimoni aja harus ada laporannya. Padahal kan udah diajarin dari waktu masih sekolah, skripsi buat dari bab 1-5, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil, kesimpulan. Udh itu aja loh yang diminta dari pak Terawan dari dulu. Jadi kita nih yg masih muda2 ga bingung kalau mau menerapkan nantinya begitu loh.
Setuju banget dok, kalo benar tinggal buat penelitian valid aja kok sulit
Anda sdh pernah kena stroke...???
Semoga anda kena stroke...
Nti baru bicara lagi sesuai prinsip anda...
SAYA MENDUGA PEMECATAN DR TERAWAN *BERNUANSA SEIMAN* IDI SUDAH TIDAK INDEPENDEN, SUDAH TIDAK FAIRPLAY, SUDAH TIDAK PROFESIONAL
dasar nya yes"Faith and Jealousy"....
Dugaanmu ngawur
Bahaya pengurus IDI kebanyakan jenggot.
Ini bukan profesi tapi sudah ideologi.
Dokter TERAWAN hrs angkat bicara, biar masalah ini cepat selesai. Secepat nya Dr Terawan d pertemukan sm IDI. GBU.....Dokter Terawana..
Mba rosy mantap, senang mendengar anda mewawancarai.👍
Orang2 yg pernah berobat dgn dr. Terawan sampai saat ini blm pernah ada yg ngeluh. IDI pecat dr. Terawan tapi namanya ttp harum sampai ke manca negara.
Tidak adanya yg melapor bukan indikasi tidak adanya kerugian.
Kapok,males balik lagi,mati duluan,terima nasib dan takdir dll, hal2 beginian yg tidak terukur, satu kisah sukses testimoni tidak menggugurkan seratus kesalahan dan problem yg tidak masuk testimoni.
Uji klinis menghindari hal2 tsb diatas karna 100 kegagalan tadi akan mencegah metode tsb di pakai untuk umum.
Lagian apa susah tinggal penuhi undangan IDI untuk uji klinis emank demen bikin gaduh adeuhhhh.
Mati duluan mngkin mbak, jdnya belum smpat lapor. Harum namanya? Di bidang kedokteran, keharuman nama di dunia internasional itu dinilai dari seberapa valid hasil pnlitianmu dan sbrp banyak pneliti lain mensitasi hasil pnlitianmu. Begitu. Org awam agak susah mngerti sih ya.
Saya tau ada pasien yg meninggal setelah "terapi dsa" hanya saja tidak mau melapor
Ga ke up ajah, bukan berarti ga ada
@@kevinsanjaya9088 Ah masa? Source? Trust me bro? 🤣🤣🤣
Bila dr.Terawan yakin inovasinya adalah benar bermanfaat, ya beliau tinggal tetap melanjutkan tindakan DSA + heparin tersebut tetapi dalam judul sebagai penelitian eksperimental. Jadi menerapkan kaidah penelitian eksperimental, seperti kurang lebih : sampel dilakukan pengacakan dengan tepat, ada kontrol/pembanding, dan tidak meminta biaya dari pasien yg menjadi sampel penelitian alias gratis.
Toh jika nanti pada akhirnya ditemukan hasilnya memang bermanfaat secara statistika, ya pasti semua dokter dan peneliti akan menerima dg senang hati.
Bahkan mungkin bisa mengharumkan nama Indonesia di kalangan dunia dg temuan barunya, karena jelas sudah terbukti secara EBM.
Kalau nggak mau menjalankan penelitian eksperimental ya nggak usah ngaku2 sebagai terapi kedokteran dan seharusnya ada tindak lanjut dari pihak yg berwajib karena jelas2 itu belum terbukti secara ilmiah.
Dan yg perlu diperjelas lagi adalah, "bagaimana mungkin terapi yg belum terbukti secara eksperimental bisa diizinkan dilakukan di sebuah RS besar? Kenapa tidak ada pemeriksaan terkait perizinan terapi tersebut disana oleh pihak berwajib?
Namanya juga jendral mbak, di backup.. kebiasaan sesuka hati.. ga bisa berbaur sama yg lain... pasahal tinggal di uni klinis dan di patenkan.. tapi terlalu angkuh untuk hadir diajak berdiskusi BERKALI-KALI..
Dah dibayar...ya pak ?
Saya setuju dg andah...
Setujuu bu hajiii 🤩
Terawan nya yg "ndableg", padahal udah di fasilitasi ama menkes n IDI.
Saya jadi ragu ama gelar doktornya Terawan, dulu dapet tu gelar bener2 penelitian beneran ato kagak ya...
Pokok persoalannya adalah Dr. Terawan tidak melakukan eksperimen dengan metode komparasi sehingga dapat diketahui tingkat efektifitas dari inovasi Dr. Terawan. Dalam hal ini IDI tidak 100% salah, karena mereka mempertahankan kode etik yg sudah disepakati bersama.
Namun yang membuat saya kurang puas dari diskusi ini dan pemberitaan diberbagai media adalah tidak ada klarifikasi dari pihak Dr. Terawan, apakah betul tidak melakukan eksperimen sesuai standar yg berlaku dan dengan alasan apa? Ini akan menimbulkan beragam presepsi dimasyarakat, misalnya ada yg menganggap IDI berkonspirasi atau Dr. Terawan yg arogan. Sehingga lebih baik narasuber dari kedua belah pihak dihadirkan supaya masyarakat paham apa yg sebenarnya terjadi.
1 Word.. this is the Real Conspiration from "THEM".. NKRI selalu kita jaga..
Waduh itu penemuan terobosan yg bagus seharusnya jgn ada pembatasan krn ada bukti fakta realita sembuh..itulah indonesia maka bnyk orang2 indonesia yg pintar gk brani mengembangkan potensi kepandaian u/penemuan yg baru...lanjutkan dr Terawan ilmu ini u/kemanusian kembangkan keseluruhan dunia jgn hanya hanya diindonesia yg penuh kekakuan penuh aturan...
Banyak dokter dokter berbakti dengan sepenuh hati tapi mereka ketakutan saat ingin bicarakan kebusukan di tubuh IDI
benar bangettt 🙈
justru IDI melindungi para anggotanya, tp klo anggota nya ga mau diatur ya gmn 😂
Berbakti apaan? Salah kontek lu bro
@@selowajah1253 lindungi apanya,.
@@selowajah1253 bisnis tersaingi...
IDI hanya pecat keanggotaan Dr. Terawan. Kalau emerintah tidak mencabut ijin praktek.....dr. Terawan tetap memiliki legalitas utk tetap praktek
God bless you pak Terawan semoga sehat selalu dan tetep semangat
prof daldiyono sdh kasih kode sbenarnya, cek di 31:33 beliau katakan "tujuannya juga penyelamatan idi juga ya..." berarti memang ada sesuatu yg gak benar di (pengurus) idi shg harus diselamatkan, stidaknya itu yg tersirat dari tanggapan beliau tsb...
Intinya Semua Dokter yg ada di IDI tidak menginginkan pasiennya sembuh dg cepat,,,,!!
Betul sekali apapun yg dikatakan bukti nyata dr Terawan klo nunggu2 keburu gk ada juntrungannya. Itu ada hasil cepat bisa ada sentimentil maka orang jdi malas menggembangkan potensi padahal indonesia bnyk segudang orang pintar...
anda suudzon pikirannya.. itu menunjukkan bagaimana pola pikir anda.. ya udah berobat aja semua penyakit ke dr terawan..
@@fluce Bukan su'udzon pak, kami masyarakat awam butuh dokter yg betul2 mampu menangani suatu penyakit dg hasil yg cepat & akurat, mslh tekhnis ini & itu kami tdk perduli apalagi sdh banyak yg membuktikan hasilnya, mslh resiko jangankan dokter terawan yg sedang di permasalahkan, lha wong dokter2 yg resmi pun ada saja koq resikonya bahkan banyak pasien yg berobat terus2an tp ujung2nya keliang lahat,,,!!
Ini tanggapan masyarakat awam lho pak,,,!!!
@@ariteakeyboard6682 lha tulisannya itu lho pak, "intinyasemua dokter yg ada di IDI tidak menginginkan pasiennya sembuh dengan cepat...!!" ga suudzonnya dibagian mana? data apa yg anda pakai? coba sajikan datanya..
anda coba browsing prof.dr. Askandar dari UNAIR, bagaimana beliau mendedikasikan hidupnya meneliti ttg diabetes, penegakannya, terapinya, bahkan sampai jenis makanannya, berapa kalori, kombinasi obatnya, olah raganya.. itu buat siapa? anda tahu beliau?
prof dr Rusdi Lamsudin, beliau banyak meniliti ttg stroke hingga muncul algoritme gajah mada untuk mempercepat diagnosis stroke, itu untuk siapa? anda tahu beliau? itu hanya bbrp yg saya sebutkan, bahkan saya kenal banyk dokter yg membayar biaya berobat pasien kanker yg harusnya tidak ditanggung asuransi, ditanggung sama dokternya dengan uangnya sendiri ta pa diketahui pasien, pasien tahunya itu ditanggung asuransi.. banyak dokter yg menggratiskan operasinya demi pasien yg ga mampu.. ada yg rela ke pelosok membatu pasien krn ga ada dokter menggunakan biaya sendiri..
dokter yg saya sebutkan masuk dalam statement anda dokter yg tidak ingin pasiennya sembuh?? coba bagian mana yg tidak suudzon pak? mreka yg saya sebutkan tidak terkenal di media, tp mungkin mereka terkenal di akhirat kelak..
tidak semua penyakit berakhir sembuh, krn memang ada penyakit yg akhirnya tetap meninggal, ada yg terapinya hanya improving quality of the end of life.. kalau ga ada data jangan asal buat tuduhan pak..
@@fluce Klo data memang sy gk ada pak tp klo bukti banyak pak yg sdh d tangani oleh dokter terawan, klo bpk sendiri msh tdk mengakui ya sdh pak lagian percuma bpk berdebat dg orang macam sy, sy sbg orang awam taunya bukti pak bukan ngomong ngalor ngidul,,,,
Aturan mengenai Riset yang diambil dari tahun 1960 an sudah tidak relevan dengan zaman milenium. Makanya banyak inovasi anak bangsa yang tidak diakui. Sudah saatnya IDI meninjau kembali aturan riset tersebut agar inovasi kesehatan di Indonesia bisa berkembang pesat
Betul banget. Mungkin di negara2 maju lain sudah memodifikasi aturan mengenai riset tersebut agar inovasi tidak menjadi stagnan bahkan lambat
Salute pada Rossy Yang seharusnya dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat luas.
Karena ini menyangkut profesi dan ketentuan ilmiah Yang harus dijalankan.
Dr.T melakukan kehendaknya hanya berdasarkan kekuasaan.
Chammal Nadjir , haaaah 🤣🤣‼️
Ooh begitu???????
SOK TAU LO🤣🤣
jika IDI kecewa dgn respon Terawan krn tdk mau penuhi undangan panggilan, ya dicari cara lain agar Terawan bisa datang ... ini khan soal strategi mengatasi kebuntuan komunikasi. bisa jadi cara IDI mengundanag Terawan bernafaskan kekuasaan sbg Penguasa Organisasi Profesi, sehingga Terawan enggan merespon, sebab beliau juga adalah Dokter Tentara yg butuh izin dari KSAD, apalagi Terawan itu Pati Bintang 3 (Letjen) n Mantan Menkes lho ...
Menandakan IDI tidak tebang pilih terhadap anggotanya
terawan profesi dokternya itu dibawah idi .....jadi harus patuh idi ....siapapun dia ...dia di bawah IDI
@@fakhrulanam1263 betul. Tapi dr terawan juga punya atasan di angkatan TNI. Klau mau idi memanggil dr terawan, harusnya melalui jalur TNI. Tidak bisa se enaknya aja memanggil seorang TNI. Apa lagi pangkat mayor jen.
Yaudah elu kalo sekarat ke tentara aja sono jangan ke dokter bambang
@@cakpri6701 bukan idi yang harus minta izin ke atasan dr. Terawan di TNI, kalau memang ada itikad baik harusnya yang bersangkutan sendiri yang mngusahakan agar bisa hadir di MKEK., jgan dibentur2kan.
Sukses sllu dr.Terawan
Adanya dua organisasi ini adalah solusi.......mudah2an bersaing secara sehat dan menjadi yang terbaik untuk rakyat Indonesia....sehingga para dokter bekerja lebih keras dan semangat untuk membuktikan pada rakyat..mana yg terbaik untuk rakyat...
Dok, coba baca dulu di BMJ "The illusion of evidence based medicine" (16 maret 2022).
Jangan sampai karena terlalu fokus pada proses, kita lupa tujuan yg ingin dicapai. Yg tidak bisa ditawar itu tujuannya, bukan prosesnya karena proses itu relatif bisa berubah2.
Tolong bijaksana, jgn demi 1 orang mengorbankan kepercayaan rakyat pada ilmu kedokteran.
Bagaimana bs dikatakan tujuan tercapai tapi tdk ada pembedahan detil di proses?
Adanya EBM untuk mempekuat bukti bahwa terapi tsb berjalan dgn baik
Dengar kan video nya sampe habis, biar gak gagal paham. Proses kasus dr. Terawan ini sdah lama. Kalo perusahan SP berapa kali. Wajar dong kalo akhir nya dapat sanksi. Jngan mentang2 dilingkungan kekuasaan bisa se enak nya saja.
tujuan yang dilupakan apa?
@@letarearnaldo7411 Terawannya sengaja gak mau nongol. Gak pernah ada kedengaran bantahan dia. Terawan cuma senyam-senyum biarin netijen dan para pejabat yang ngotot belain dia.
@@letarearnaldo7411 mecat atas rekomen mkek itu ga langsung pecat bro, cb baca2 lagi kasus udah sejak jaman menkes nila moeloek
Para dokter pengurus IDI itu merasa iri/cemburu berat dgn Dr. Terawan karena keberhasilan beliau menerapkan metode cuci otak DSA bagi para penderita stroke hingga terkenal sampai ke luar negeri apalagi mereka tidak pernah kecipratan duit hasil kerja keras Dr. Terawan.
Bener banget..
Yang menjadi penengah sudah seharusnya adalah yang mengerti mengenai science based medicine. Namun disini Ibu Rosi disini tampaknya tidak begitu mengerti hal itu, bahkan terkesan berat sebelah. Bukan krn membela satu sisi, tapi krn kurang memahami
Iya geregetan bgt denger pertanyaannya.hihi
Wa wa wa....sebetulnya guru2 besar kedokteran di Indonesia hrs membantu Dr terawan
Cm ada di indonesia, dokter hebat dihambat hehe...hrsnya justru di suport dan kawal trs agar bisa jd dokter yg unggul di indonesia,bs jd kebanggan indonesia kan.