Tolong banyakin kaya gini ya Mas, jadi kebantu mikir, kebantu ngga buru2 judge siapa yg salah mana yg bener, mau ngga mau jadi mau peduli sama yg terjadi di negara ini, thankyoy!
Soal operasi yutisi.. Jika memang operasi yutisi ttp di berlakukan, dengan alasan meminimalisiri warga dari luar Jakarta untuk masuk ke Jakarta.. Nah emang, org luar Jakarta dateng ke Jakarta hanya pas lebaran, sementara yg kita tau operasi yustisi dilakukan pada saat lebaran aja.. Jadi kayak gak guna operasi yutisi itu.. Menurut saya..
Gw salah satu yg kena dampak lgsg pemblokiran sosmed krn ladang duit gw dr online ji Tp mengenai kebijakan kmrn diambil dalam kondisi jkt sedang genting, gw jadi fine aj. Krn mmg terbukti berhasil menangkal dan menyebarkan hoax Apakah pemerintah akan melakukan pemblokiran kembali diluar alasan genting spt kmrn? Mnrt gw blm tentu juga, kalaupun iy.. walaupun gw pro jokowi, pasti akan bersuara lantang utk menentang
pemerintah udah mulai mantau wa dan nentuin mana yg 'fakta' dan mana yg 'hoaks', apa yg dilakukan ini beresiko tinggi disalahgunakan karena pemerintah yg ngejudge sedangkan power dalam negara demokrasi itu harus merata dan tersebar ga boleh ada satupun yg lebih kuat dengan menentukan yg mana yg benar dan salah. Harusnya yg dilakukan pemerintah itu mengedukasi masyarakatnya bukan nyuapin yang mana yg harus dimakan.
Gue sangat setuju dengan sistem zonasi, 1. Jarak tempuh siswa pendek 2. Tidak adanya sekolah tertentu yang favorit 3. Meratanya jumlah siswa 4. Berkurang kemacetan Walau ada minusnya, karena 1. Belum merata kualitas semua sekolah 2. Sekolahnya sendiri belum merata di semua daerah, karena sekolah menumpuk di daerah tertentu Sebenarnya banyak sih alasan lain untuk pro dan kontra, tapi semoga dengan sistem zonasi sekolah menjadi merata, kalau nunggu merata dulu sulit, kenapa bagaimana kualitas merata jika siswanya tidak ada.
Pendapat gw : 1. Kebijakan pemblokiran sosmed : Kebijakan ini terbukti efektif untuk menurunkan hoax, namun yang perlu dicatat, kebijakan ini oke hanya untuk tujuan yang spesifik (dimana kalau kebijakan tidak diterapkan, probabilitas dampak yg ditimbulkan bisa lebih parah) dan sifatnya sementara. Misal kaya kemaren, untuk menghindari kerusuhan yang lebih besar akibat hoax, kebijakan ini terbukti efektif. Memang ada kerugian finansial bagi sebagian masyarakat, namun jika kerusuhan yang terjadi lebih puarah, bisa jadi kerugian mereka akan lebih besar. 2. Penghapusan operasi yustisi : 100% setuju 3. Zonasi : 100% tidak setuju. Karena masyarakat berhak untuk memilih sekolah sesuai dengan keinginan mereka. Itu hak asasi.
Nomor tiga ga setuju karena hak asasi tapi nomor dua setuju tapi itu juga hak. Coba dilihat tepat atau tidaknya sistem zonasi apakah rata 100% ? Jika diterapkan di daerah tertentu saja bagaimana? Seperti daerah yang sangat padat penduduk. Bukannya dengan begitu orang tua murid lebih bisa berkontribusi dalam pengawasan terhadap sekolah jadi tidak asal percaya dari anak yang mungkin berbohong
Pada riweuh ttg sistem zonasi yang pada faktanya masih menggunakan kombinasi prioritas peringkat nilai, bagaimana mau terbuka wacana untuk mengadministrasi keadilan sosial? Di satu sisi memang negri ini darurat revolusi pendidikan nasional; pengembangan budi pekerti berbasis Pancasila-Bhinneka Tunggal Ika, dekat dengan konsep 'alam', dan upgrade HOTS. Saya punya harapan, either Bu Susi atau Pak BTP jadi mendikbud. Boleh share dikit pengalaman pribadi ya, dulu saya tinggal di pejaten barat (sebelah Gonz) dan bersekolah di pondok labu, kena label 'rebel', cuma 2 mapel (bio dan kimia) nilai saya lumayan gara2 gurunya masih 'open'. Bahkan mereka sampai bingung ketika dewasa, bertemu di workshop guru, dan heran saya pada saat itu ikutan berprofesi guru, dan saya bilang.."penebusan dosa masa lalu". Dan ingat betul, ketika nonton Laskar Pelangi, saya nangis terisak ingat masa lalu sering cabut sekolah, dan tidak menghargai apa yang sudah diupayakan Ibu saya. Suatu waktu saya pernah nangis dalam mobil, melihat seorang bapak mendorong gerobak dengan 2 anaknya di dalamnya, mereka tertawa lepas terlihat bahagia menikmati momen itu. One thing I learned from my journey...hidup dalam kemewahan belum tentu membahagiakan..ada hal2 yang jauh lebih esensial, dan itu yang saya mau perbaiki untuk keberlanjutan kehidupan anak2 saya, mereka tinggal di komplek (tempat ketua tkn) dan ikut bersekolah di sd negri dalam komplek (yang kata tetangga depan sekolah, adalah lahan 'kasian' untuk orang kampung), dan mereka berteman dengan anak-anak para pekerja di dalam komplek itu. Dan saya bisa bilang, pengalaman mereka jauh lebih lengkap ketimbang saya yang dulu tinggal dalam 'sangkar emas'. Kalau mereka mau pergi rekreasi (jalan2/nonton/main ke playground/dsb), kadang mereka suka izin untuk patungan bayarin temannya supaya bisa ikut, berbagi kesenangan. Harapan saya sebagai orang tua, saya mau anak-anak saya tumbuh jadi insan yang bermanfaat (cerdas berkehidupan bukan pinter ngaka2lin), bukan cuma numpang menuh2in bumi. Dibutuhkan rasa empati dan nurani bersih untuk berdedikasi kebermanfaatan dalam kehidupan. Ortu lainnya pun bingung ketika n-un anak saya cukup lumayan untuk mendaftar SMPN unggulan/favorit, dan kami orang tuanya justru memilih sekolah non-favorit dekat rumah, yang 'ternyata' terlihat dari pemeliharaan lingkungan sekolah saya bisa bilang ada 'vibe' yang homey dan upaya membentuk karakteristik berbudi pekerti baik. But again, itu dari 'kacamata&sepatu' saya. Salam 🙏
@@nurhayatirini7311 kyknya masih boleh deh mbak, asal hukumannya bukan perkara pidana dan semisal kena kasus korupsi juga kl vonisnya dibawah 5 thn penjara juga masih bisa menempati jabatan politik seperti menteri atau anggota legislatif.CMIIW Jadi ya maklum aja negeri kita jd lucu macem gini...😅😅😅
@@ahmadg.notonagoro3699 Kalau mnrt saya sih, untuk menteri pendidikan sebaiknya saringannya diperketat, jadi selain kemampuan manajerial dan teknis terkait sistem pendidikan juga diutamakan sesorang yang bisa jadi inspirasi bagi generasi muda untuk meraih pendidikan sebaik mungkin ....kalo BTP mah kayaknya gak masuk kualifikasi deh !!🙄🙄
@@jamilguitar2015 tapi kalo melihat realita sekarang mah kayaknya kualitas pendidikan makin mundur ... - Guru2 di sekolah negeri dibebani terlalu banyak urusan administrasi (laporan, dll) sehingga tidak fokus mengajar di kelas.... -tingkat pemahaman sebagian besar anak akan bahan ajar menurun...soal diubah sedikit aja sdh gak paham....karena basicnya tidak dapat... -banyak siswa yg tergantung pada bimbel di luar sekolah...bukti yg sangat nyata kegagalan sistem pengajaran di kelas... - biaya kuliah di kampus negeri, terutama yg bonafid sangat mahal....zaman dulu mah kalo sdh keterima di kampus negeri orang tua pasti lega....dapat pendidikan berkualitas dgn biaya murah, jaminan masa depan cerah ....zaman sekarang kampus negeri hanya namanya aja, rasanya jadi kampus swasta...
Mas Panji kmaren ogah milih Pak Prabowo karna khawatir pengekangan dan represif.. Tp trnyata pemerintahan Pak Jokowi juga bisa lo melakukan tindakan represif yg ditakutkan Panji.. :) dan Mas Panji tetap jujur ngebahasnya.. Makanya sy salut ama Mas Panji.. Tetaplah jujur dan adil dikubu manapun Anda berada.. Krna menurut sy, kedua kubu kmren sama2 munafik.. Kalau sekiranya junjungannya bikin salah dimaafin.. Tapi kalau kesalahan yg sama dilakukan lawannya, habis dah tu dihujat.. Jiwa keadilannya raib.. Memang bener cinta itu buta.. 😅
@@arindioafrilian8741 sayangnya seperti yang dijelaskan sama bos panji kalo yang melakukan figur yang disukai tidak banyak yang protes tapi ini sesuatu yang nantinya bisa dipakai kemudian hari untuk melakukan hal yang sama dengan alasan "melindungi keamanan negara" tanpa definisi yang jelas. a very very slippery slope.
bukan represif kalo menurut saya pemblokiran sementara sosial media adalah solusi yang sangat malas. memang sangat cepat dan efektif tapi hal ini akan menjadi sesuatu yang bisa dilakukan oleh pemimpin pemimpin lain kedepannya dengan alasan "demi kemananan negara" btw buat apa ada polisi kalo kemanan Indonesia bisa terancam hanya dengan sebar gambar dan video hoax? apakah Indonesia sama rentannya seperti seleb seleb ig?
Bang konten spt ini diperbanyak dong, saya sbg mahasiswa ekonomi jadi belajar banyak tentang kebijakan publik yang ada di indonesia. Apalagi pembawaan bang pandji juga netral.
Waktu ad kebijakan pemblokiran smntr sosmed slm bbrp Hari, TS Saya sesama dokter pada ngomel2 Krn mrka g bs konsul hasil pemeriksaan/lab k konsulen. Umumnya yg ngomel lg pada jaga IGD dg pasien gawat darurat.. Kebayang dong gedeg nya kami dg kebijakan itu 😅😅 Klo Saya pribadi, ketika kebijakan itu d berlakukan, Saya lgsg keinget masa kecil. Wktu itu papa beliin mainan yg sdh lama Saya impikan. Pas smp rmh, sy Dan kakak lgsg maen. D tengah2 permainan, kami berantem.. biasalah.. selisih umur kami dikit, Jadi masih ad sibling rivalry. Nah papa saya yg mgkn lg capek, langsung Naik pitam Dan d bantinglah mainan itu sampai hancur berkeping2. Hancur juga hati Saya tapi g berani nangis krn papa saya galak. Persepsi Saya sbg anak kecil gini: ini semua gr2 kakak Saya shg mainan yg Saya sukai d ambil dari Saya. Dan itu berulang. Shg Saya menganggap sumber ketidakbahagiaan Saya adl kakak. Gitu jg dg kakak. Akhirnya hubungan kami g pernah deket. Jiaahh.. malah curhat Saya 😅 Nah yg Saya rasakan skrg persis seperti masa kecil Saya. pendukung2 paslon yg sama2 saling menyalahkan Karena "mainan" nya d renggut pemerintah, saling benci Karena merasa masing2 adl penyebab dari ketidakbahagiaan yg lain. Seperti terbelah.
Pemblokiran sosmed, gw setuju sama poin lu bang. Skrg di era pak Jokowi, sosok yang dicintai rakyat, mungkin kita bisa sedikit maklum krn sosoknya dicintai, namun beberapa orang yg setuju itu tidak memikirkan bahwa kebijakan tsb bisa diadopsi pemerintah lain dikemudian hari yang bisa jadi merupakan sosok yang dibenci. Kerugian finansial juga dialami kakak saya, dimana dia jualan lewat instagram juga. Maka, selayaknya kita kritis pada kebijakan ini, layaknya UU ITE juga. Saya setuju poin pada UU ITE tentang cyber bullying namun tidak pada poin soal penyebar hoax ikut dipersalahkan. Krn menurut saya, jaman sekarang terlalu bias, mana yang hoax atau tidak apalagi jika menyangkut pemerintahan. Sistem zonasi, saya di pihak yg kontra. Seperti debat duluan mana ayam sama telor, kalo melihat anak akhirnya jadi korban, ya jadi gak tega. Siapa yg bisa menjamin sistem zonasi ini akan memperbaiki sistem pendidikan di sekolah antah berantah? Atau menjamin sekolah yg tidak kita percaya bisa menjadikan anak kita memiliki masa depan yang baik. Adik temen saya, terpaksa masuk ke swasta karena di daerahnya tidak ada sekolah negeri yang dianggap mumpuni dan akhirnya cuma bisa pasrah. Beli kaosnya dimana bang???
Sistem zonasi saya setuju banget, karena anak punya waktu banyak untuk melakukan hal/minatnya seusai sekolah, tapi untuk menjawab keresahan orang tua2 itu pemerintah punya kewajiban utk meningkatkan mutu sekolahnya
Sistem zonasi kalau gak diikutin peningkatan kualitas sekolah, malah akan membuat orang tua2 lari ke swasta, bukannya malah nanti memperburuk kualitas sekolah negeri ya?
Soal pemblokiran medsos, awalnya sy kesel kenapa mesti blokir. Tp setelah lihat Twitter yang somehow g di block, melihat banyak sekali hoax yang langsung disebarkan soal kerusuhan, sy berbalik dukung pemblokiran tsb. Kita tidak tahu brp nyawa yg diselamatkan berkat pemblokiran tsb.
Ikut menanggapi ya bang 1. Pembatasan medsos kmrin mungkin merugikan banyak orang yang tidak terlibat kegiatan tgl 21-22 tapi berhasil membatasi komunikasi para provokator dan meredam tersebarnya hoax untuk membatasi kerusuhan menyebar 2. Penghapusan Operasi Yustisi gak akan jadi masalah di era kepemimpinan pak anis tapi bakalan jadi masalah gubernur lain berikutnya karena efeknya jangka panjang. 3. Zonasi Sekolah ada baiknya ada buruknya salah satu baiknya bisa mengurangi beban orang tua karena sekolah anak jadi deket rumah, rumah gw ke pusat kota sekitar +20 KM dan gak ada kendaraan umum disini. Jadi rata2 anak2 yang mau sekolah dikota pada minta motor ke ortu untuk transportasi pdhl mayoritas ortu kerja cuma petani dan belom lagi masalah uang beli BBM dan uang jajan. Sekolah jauh kontrol orang tua pun berkurang alasan ada kegiatan sekolah tapi malah bolos dan lainnya
Pandji dan Netijen disini sadar ga sih, ketika bicara topik zonasi. Coba kilas balik ke masa jaman kalian sekolah. Pernah ga orang tua kita, memasukkan Kita ke sekolah dg pertimbangan guru atau pengajar yang buruk? Kayaknya orang tua jaman dulu ga segitu nya, lalu kalau Ada pengajar yang buruk/tidak layak, kenapa masih pengajar? Ini berarti kan ada sedikit kesalahan dari mendik, berarti juga tidak semua orang bisa jadi pengajar. Jangan salahkan sekolah kalau memang permasalahan nya cuman pengajar yang buruk, kalau Ada permasalahan ini, masih kah wajar ribut tentang kesejahteraan pengajar, bagaimana kesejahteraan murid yaitu mendapat pendidikkan yang baik? Just saying 🙏 Respect mas pandji 🤘
wah akhirnya ada konten yg saya sudah dambakan yaitu masyarakat dapat membahas kebijakan politik secara real melalui yucub dan bahkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah langsung ataupun instrument negara lainnya..semoga kontennya bisa bertahan dan sukses memberikan kesejahteraan ke rakyat (didenger presiden/gubernur/dll)
Sekolah favorit itu ada udah dari puluhan cycle nerima murid dan nge lulusin murid. Yang saya liat yang masuk sekolah favorit tu tersaring oleh nilai UN jadi cenderung yang masuk tu dah "pinter". So dalam proses pembelajaran sekolah favorit relatif lebih mudah membuat siswa pinter dari bibit yang udah bagus. Dengan zonasi harusnya bisa lebih merata siswanya jadi kualitas sekolah bisa beneran dilihat dan kalo kurang ya beneran diperbaiki. Tujuannya kan pendidikan yang lebih merata. Saya ada usulan gimana kalo dengan zonasi ini di ikuti rotaso guru gurunya juga bisa tiap 5 tahunan misalnya, tujuannya juga biar semua sekolah bisa punya kesempatan dapet guru yang sama juga. Semoga nangkep maksut saya. Lanjut Bang..
gua seneng sama tulisan kaos bang panji "Pemerintah Jangan Dilawan tetapi harus Diselamatkan dari Kebodohan Mereka Sendiri" berarti pemerintah bodoh dong.. :D
Sistem zonasi uda dicoba di Bandung. Saya sempet ngerasain dan jadi bagian dr itu. Jarak rumah ke sekolah kalau tdk salah radius 2 km. Menurut saya sih berjalan cukup baik. Emg rada ribet buat ortu krn sistem baru. Tp biasa lah namanya aturan baru pasti ada kontroversi. Klo ga dimulai sekarang, Mau kpn lagi. Pendidikan harus merata. Itu bagian dr hak warga negara dlm pembukaan uud 1945 yg mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini jadi pemacu para pendidik utk bisa lbh mengembangkan kompetensi biar ga kalah sama anak didiknya. Kn malu kalo muridnya lbh pinter dr guru.😁
Gw setuju banget dgn semua narasi lu bg, harapannya sih lebih sering lagi buatin konten yang bikin kita jadi lebih maksimal untuk mikir tanpa judgement gini bg, respect sama abg nih👏
gw setuju zonasi dengan tambahan harus ada kebijakan untuk memetakan & mengkaji sekolah sesuai kualitasnya,jadi dengan itu untuk beberapa sekolah di wilayah tertentu yg memang dibawah standard(standard disini ya sesuai yg pemerintah tetapkan tentunya).Nah untuk sekolah2 yg belum memenuhi standard ini, nantinya di wilayah itu bisa di ikutkan dalam sistem zonasi. Setelah kualitas sekolah itu di perbaiki, dalam hal pengajar & infrastruktur, barulah dia bisa di ikutkan dalam sistem zonasi.
Izin menanggapi bang Pandji: 1. Mengenai pembatasan sosmed gua pribadi bisa pro bisa kontra tergantung dasar penerapan kebijakan tersebut. Kontra: jika kebijakan diambil untuk membatasi kritik / koreksi terhadap pemerintah. Kenapa? Karena pemerintah membutuhkan check & balance bukan hanya dari oposisi, tapi juga dari rakyat. Karena rakyat lah yg merasakan kebijakan yg diambil oleh pemerintah. Pro: jika media sosial dijadikan tempat untuk menghasut / menyebarkan berita bohong dan bisa mengganggu stabilitas nasional. Mungkin emang gak semua pengguna sosmed ngelakuin itu, tapi lu dan gua pasti tau betapa berisiknya mereka yg melakukan itu. Saran: harus ada parameter yg jelas kapan dan dengan alasan apa sosmed bisa diblokir. Mungkin bisa dirumuskan dalam undang2 dan dilakukan secara transparan dan rakyat pun bisa mengoreksi jika poinnya dirasa kurang tepat. 2. Penghapusan operasi yustisi gua jadi salah satu yg pro, tapi dengan alasan. Alasannya: semua orang berhak berjuang untuk hidupnya dimana pun. Namun, pemprov harus punya suatu regulasi yang mengatur tentang bagaimana seseorang bisa mendiami suatu wilayah dalam jangka waktu lama dengan parameter tertentu. Dan harus berkomitmen dengan regulasi tersebut (jangan tebang pilih). Di sisi lain, pemprov selain DKI Jakarta harus bersinergi membangun daerahnya. Dengan daerah2 yg mulai berkembang, arus perpindahan penduduk pun (sepertinya) bisa ditekan. 3. Sistem zonasi: gua pro dengan kebijakan ini. Gua adalah orang yg tidak setuju dengan label "sekolah unggulan", menurut gua sifat sejati anak dibangun dilingkungan dimana dia dibesarkan / bergaul, bagaimana cara dia dibesarkan / bergaul. Keluarga dan lingkungan adalah hal terpenting dalam membangun pribadi seseorang. Pendidikan bagi gua cuma alat penyempurnaan, sekolah adalah tempat buat kita mencari tau, tapi tentang bagaimana lu survive bagaimana pola pikir lu, bagaimana cara lu menghargai orang lain itu di bangun dalam keluarga / lingkungan lu bergaul. Selain itu, pendidikan kita timpang bgt gara2 label "sekolah unggulan" hingga seolah-olah jika ada murid dari sekolah antahberantah diterima di universitas ternama dianggap sebuah keajaiban. Percaya deh, emas tetaplah emas biarpun dia ada di dasar comberan sekalipun. Sekali lagi, ini semua menurut pendapat gua ya bang hehe.
Setuju zonasi tapi dengan masterplan atau peta jalan serius, dilakukan bertahap, pilot project di beberapa provinsi dan dibarengi dengan distribusi + regenerasi guru yg mumpuni
Opini gw sebagai seorang yg pro pak Jokowi 1.pemblokiran medsos itu salah, meskipun yang terjadi kemarin memang sangat efektif, kedepannya bisa di pakai pemerintah untuk menekan opini publik dan tinggal bilang presiden yang dulu juga pernah gini 2 soal yustisi gw dukung pemprov JKT buat di ilangin 3 zonasi.fakta bahwa sekolah di Indonesia kualitas nya memang berbeda beda tidak bisa di bantah memang memperihatinkan tapi di rubah jadi zonasipun 90% itu terlalu ekstrim
sistem zonasi (gw setuju banget), kalo minta sekolah memperbaiki prestasi dulu pasti kepala sekolahnya akan beralasan: bagaimana mau berprestasi, murid2nya sisaan semua. gak bisa dipungkiri, di komplek gw dulu temen2 sd gw yg pinter2 semua pada masuk ke smp yg ada di priok, jadi gak adil sih buat sekolah yang udah terpuruk ya akan terpuruk terus, sampe sekolah itu dapet bedol desa anak2 pinter yg nyasar masuk sekolah itu. dengan adanya zonasi kepala sekolah sekarang udah gak bisa beralasan lagi, tinggal nanti pakai standar nilai rata2 siswa, kalau nilai rata2nya di bawah standard, maka manajemen sekolah itu yg bermasalah dan bisa diganti kepala sekolahnya. buat jangka panjangnya sih ini bagus banget, jadi nanti semua sekolah negri akan merata kualitasnya. dan banyak keuntungan juga, selain mengurangi macet, juga bisa mengurangi tawuran. mungkin kebijakan ini perlu didukung dan dilengkapi dengan bus sekolah (jemputan sekolah) jadi gak ada lagi anak2 sekolah berangkat sendiri atau dianter orang tuanya. gila aja tuh di daerah kelapa gading pagi2 macet total cuma gara2 anak sekolah dianter orang tuanya 1 anak 1 mobil.
oh iya ada saran lagi, kalo bisa kedepannya kepala sekolah itu jangan diambil dari pns, mending tarik dari swasta aja, bikin kontrak dan target, kalo gak achieve ya tinggal putus dan cari yg lain.
Harusnya sih Operasi yustisi tetap diterapkan Karna kalau gak terkontrol yg masuk ke jkt jadi banyak pemulung,gembel, pengamen dll kejahatan kriminalitas makin tinggi.
Zonasi itu perlu, tapi bukan sekarang. Secara finansial banyak orang yang dirugikan misal yang punya kost, warung makan dekat sekolah, atau supir angkot/transportasi umum lainnya. kan kasihan mereka.
Kalo gua lebih condong setuju. Karena, sekarang kan informasi udh gampang banget diakses. Tinggal org tuanya aja gimana ngebentuk anak itu supaya mereka bisa mengakses informasi sebanyak mungkin dan membentuk mentalitasnya
Jawaban simple untuk 3 topik: 1. Pemblokiran: resiko demokrasi. Gini aja biar adil. Minta di pemiluin aja tu rakyat dukung apa ga pemblokiran maren dah..... 2. Operasi Yustisi: orang daerah gak usa ke jakarta pas lebaran. Kalo gubernurnya serajin ali sadikin laen lagi yah.... 3. Sistem Zonasi Sekolah: aduh........tidak ada bukti konkrit dan kuat kalau sekolah seratus persen tanpa kecuali bakal bikin murid2nya sukses dimasa depan toh?
Kerusuhan -> sosmed diblokir -> masyarakat pake VPN semua -> kerusuhan kelar -> kemkominfo himbau unt uninstall VPN 😂... ya kalo udah tau semua bakal pake VPN untuk buka sosmed, terus ngapain juga diblokir 🤨
Macet solusinya naik kendaraan umum, bukan melarang seseorang pergi ke suatu tempat (sekolah yang jauh misalnya) Pendidikan, solusinya peningkatan sarana dan sdm pengajar, bukan pelajar nya yang disebar
Zonasi belum siap kalo diterapkan skrg. Ya setidaknya pemerintah mesti berusaha menyamakan standar semua sekolah dulu. Kasih dana yg sama, dll, biar seragam. Kalo ga niat, ya balikin aja ke sistem sekolah favorit-non favorit.
om panji menurut saya, saat pemblokiran sosmed itu adalah saat dimana puncak chaos. sebenarnya sebagian besar rakyat indonesia tidak sepenuhnya mengerti apa dampak mereka berbicara melalui media sosial. dimasa sebelumnya berita melalui media massa seperti tv, surat kabar dan radio ada tahap filterisasi sebelum disiarkan. sedangkan sekarang rakyat indonesia banyak yang alay. begitu dapat berita langsung disebarkan agar viral dan terlihat seperti pahlawan yang paling tahu, tanpa memikirkan apakah dia tau persis sebuah kejadian ( seperti reporter profesional). wajar sih pemerintah bertindak seperti itu karena mereka melihat sifat kealayan sebagian besar masyarakat indonesia seperti itu dan saya mendukung upaya pemerintah untuk mengamankan kedamaian indonesia. yang selama 5 tahun belakangan ini terus dicerca, dibuat panas dengan mengadu domba rakyat indonesia dengan politik bernuansa sara. yang tujuannya cuma ingin menduduki kekuasaan di tanah indonesia kita yang tercinta
gw suka sama pemikiran lu bang idealis, ga ribet juga.. harus nya wakil rakyat di indonesia yaaa walaupun kaga setingkat sama pemikiran lu ya dibawah satu gpp lah.. cm gw mau nanya aja sama lu bang, kaga ada nih minat buat maju ke "kursi" DPR ?, gw sih percaya lu bisa ngerubah pola pemikiran orng kalo DPR itu ga se rendah sekarang kalo lu ada didalam nya...
kalo masalah zonasi sekolah, gw rasa dngan kondisi di indo sekarang, mo dari fasilitas sekolah, tata kota, kualitas guru, sistem pendidikannya(?), zonasi sekolah=big no no. liat aja dari fasilitasnya, emang tiap sekolah punya lapangan? palingan lapangannya cuman satu, itupun serba guna nan buluk. lab biologi, kimia dll? kalo ada tugas eksperimen pun cuman dilakuin dalem kelas, dan alat2nya yg ngsediainnya siswa. siswa loh yg ngsediain alat2nya? kelas? gw jamin, 50%+ meja nan kursi tak layak pakai. udh gitu, ada aja oknum2 yg ngmainin dana buat sekolahnya. hal yg kek ginian ngbikin sekolah2 yg tak favorit susah berkembang. "tapi, zonasi sekolahkan mempermudah siswanya, maksudnya datang pergi dan jarak yg singkat dari sekolah ke rumah?" hm, jarak singkat tapi trotoarnya yg menantang? trotoarnya sering dipake buat kendaraan nan parkir? tata kotanya aja udh buluk. tata kota+kondisi sekolah buluk=situ mengharap hasil didikannya jadi bagus? ngarep aja sampe indo punya astronot udh gitu nancepin bendera indo di bulan
Opini ya.. karena faktanya pemerintah tidak mampu memberikan fasilitas pendidikan yang rata, Makanya... Daripada membuat semua sekolah sama rata (bagus), kenapa ngga buat satu sekolah yang bagus saja (favorit) ditiap daerah, jadi orang yang emang niat belajar akan berlomba2 masuk sekolah favorit tersebut. Sedangkan orang yang lebih minat ke bidang lain seperti olahraga, akan cari sekolah dengan fasilitas olahraga yang baik (seperti saya sengaja cari sekolah yang ekskul basketnya terkenal bagus). hasilnya sekolah dengan lab komputer baik akan digunakan oleh orang yang minat dengan komputer, dan sekolah dengan fasilitas olahraga yang baik akan digunakan oleh orang yang minat dibidang olahraga. mohon dikoreksi jika ada yang salah.
kalau ada yg komen merasa dirugikan karena di blokir sementara, terlalu egois... apa yg demo gk jelas itu bikin rugi? bahkan nyawa melayang? terlalu egois kalau di moment tersebut berbicara tentang rugi finansial, sedangkan taruhan yang lebih berat ialah nyawa. Tidak usah, membandingkan dengan jaman Presiden sebelum nya, karena konteks nya berbeda, kondisi nya juga berbeda, informasi tidak semudah sekarang menyebar dalam hitungan detik. Masyarakat Indonesia, sudah jelas belum dewasa dalam menggunakan sosmed, baik orang yg berpendidikan dan tidak sama saja.
24:00 lah orang tua yang tdk bisa memasukkan anaknya kesekolah unggulan apakah tdk pantas memiliki kesempatan yang sama anaknya dapat guru2 yang baik??
sistem zonasi juga ada di sd ke smp, tetapi bang buat smp dibekasi aja, penyebaran/pembangunan sekolah negri aja ada yg baru dibangun beberapa tahun terakhir, yaaa namanya sekolah2 baru, pasti ortu2 mikir fasilitas2nya gimana, toh bangunan sekolah aja masih kecil. pun SMA di bekasi juga msh ada gedung sekolah numpang di ged SD, jadi masih mau diterusin sistem ini? dan buat universitas menerima calon mahasiswanya masih berdasar sekolah2 tertentu atau engga? yaa tidak dipungkiri orang2 mau masuk sma "favorit" karna nyiapin biar gampang masuk ptn tertentu
Tentang sistem zonasi bang, Saya termasuk yang mendukungnya. Dan... Terkait kurangnya kualitas guru, saya juga setuju. Namun, Sedikit salah juga saat berpikir guru di sekolah swasta itu kompeten. Saya dulu bersekolah di sekolah favorit di daerah saya. Dan saya pun merasa, dari semua guru yg pernah mengajar saya, saya bisa beranggapan ada 20% guru yg sangat kompeten, 60% guru yang biasa aja yang mana kualitas guru seperti ini juga ada buanyak di sekolah tak favorit dan 20% saya bisa beranggapan tidak kompeten (saya juga mengalami perdebatan seperti bang Pandji, namun saya memilih... Sudahlah terserah 😄). Menurut saya mengapa sekolah favorit tetap favorit, adalah karena siswa2 yang bisa di bilang pintar berkumpul dalam satu lingkungan dimana mereka punya keinginan belajar dan mencari tahu yang juga tinggi. Saya juga sangat yakin jika guru2 sekolah favorit mengajar murid yang (mohon maaf) kurang pintar, guru2 tersebut mungkin juga akan mengalami kesulitan dan sangat mungkin juga mereka tidak dapat menghasilkan output yang sama sepeti tahun2 sebelumnya. Sistem zonasi mungkin bisa meratakan kualitas "bahan baku" ini. Tentu saja lebih mudah bagi Sir Alex mengajar Ronaldo mencetak gol dibandingan mengajarkan Bang Pandji dong 😄. Satu lagi terkait pemerataan kualitas guru. Saya paham apa yg bang Pandji alami dulu terkait kualitas guru. Namun akhir2 ini jika Bang Pandji mengikuti, untuk menjadi guru hari ini bahkan juga membutuh kan PPG(Pendidikan Profesi Guru) setelah mereka menyelesaikan Pendidikan sarjana, selain itu juga sudah ada sistem sertifikasi untuk Guru yang memenuhi kriteria tertentu dengan Insentif Gaji tambahan yang juga menstimulasi Guru2 di Indonesia meningkatkan Kualitas nya. Saya pikir dengan program2 bagi pendidik yang sudah dimiliki ini cukup baik untuk meningkatkan Kualitas Guru. Setidaknya menambahkan kualitas Guru yang biasa menjadi baik. Saya kira Pemerintah sudah cukup lama mempersiapkan dan mengupayakan pemerataan kualitas pendidik. Namun tidak di pungkiri juga mungkin, program2 tersebut akan selalu menghasilkan pendidik luar biasa tiap tahun. Namun tentu saja upaya ini akan selalu berusaha ke arah lebih baik tiap tahunnya. La Masia pun juga tak bisa menghasilkan Lionel Messi tiap tahunnya bukan? Itu pendapat saya. Bisa salah bisa benar. Jika Bang Pandji membaca ini, saya ingin tahu komentar Bang Pandji juga..... 😊
Yang paling gua rasain akhir" iNi sih, masalah zonasi bang.. nyokap gua guru sd deket rumah , dan beliau jadi penanggung jawab atauxdipercaya sama orabgtua buat bantuin daftar anak"nya , dan otomatis gua yg bantuin nyokap kan , mulain dari masukin data dan yg gua kaget ada form tentang "latitude longitude" dari lokasi rumah siswa , disitu gua langsung mikir , wagilaasih daftar sekolah sekarang , mending dulu pake nem atau tes sekalian. Udah gitu masalah kebijakan ini juga berimbas ke adenya cewekgua , yang gabisa masuk ke sma yg dia ingin karna terbentur sistem zonasi , dan akhirnya terpaksa masuk sekolah yg deket rumah walaupun dia ga sepenuhnya mau. Agak riskan juga sebenernya tapi daripada gasekolah mau jadi apa nanti 😣 Masalah kebijakan iNi walaupun maksud dan niatnya baik tapi kalo caranya gadiperhitungkan denganbaik , mungkin untuk menuju apa yg diharapkan juga bakal berat .
Bang Pandji, konten nya selalu informatif. Lebih baik lagi kalo bikin podcast juga bang. Kemaren di asumsi bersuara, katanya minat bikin podcast bang 😁
Pro kontra tentang zonasi sekolah ini menarik. Kaya ayam ama telor. Ada yang bilang, "ya diratain dulu dong muridnya, biar ga ngumpul semua yang pinter2, supaya pembagian kualitas guru dan fasilitasnya jadi merata" Ada yang bilang "ya benerin dulu dong kualitas guru ama fasilitasnya, supaya anak yang masuk ke sekolah manapun, orang tuanya ga kuatir" Yang lebih menarik lagi, di kota asal gw, Surabaya. Ada satu blok yang isinya sekolah favorit semua. Bener2 ngumpul semua. Dari Sma5, sma2, sma1 dan sma9, dan bahkan ada smp favoritnya smp1. Dan ga jauh dari situ, ada sma favorit lain lagi, yaitu sma6 Jelas yang diuntungkan adalah yang tinggal disekitar situ. Masalahnya, yang tinggalnya agak jauh dari situ lalu bagaimana? 5 dari Sma favorit yang ada di kota itu ngumpul semua cuy! Hahaha. Buat yang tinggal di Jakarta nih, biar kebayang, SMA70 ama SMA6 kan udah ngumpul tuh. Nah tinggal lu tambahin aja SMA8 , SMA28, SMA81. Udah deh ngumpul semua. Jadi orang tua yang rumahnya didaerah Blok M situ ga usah kuatir, karena klo ga ketrima dia SMA8, masi bisa ke SMA70, masi bisa ke SMA28, masi bisa ke SMA81 atau ke SMA6.
pendengar setia bang panji. mantap lanjutkan bang. untuk orang daerah kayak saya. sangat perlu orang yang berbicara berdasarkan pendapat yang independen.
1. Negara/pemerintah memang mempunyai kuasa untuk merampas hak rakyatnya dalam situasi dan waktu tertentu. Jangankan di negara kaya Indonesia, di Eropa sekalipun, ketika memang dinilai situasi sedang bahaya, negara bisa mengambil hak/kebebasan warganya.. misalnya penerapan jam malam saat terjadi riot atau kerusuhan.. sejauh kebijakannya bersifat temporer, menurut gw gak masalah... asal jangan kaya di China dengan kebijakan tiananmen. Dan gw sih lebih memilih gak medsos an daripada kena jam malam.. 2. Setuju Yustisi, dengan cara penyaringan yang lebih jelas dan disertai dengan pelatihan atau training tertentu. At least pendatang dikasih penjelasan atau pelatihan yang jelas untuk bisa hidup di Jakarta tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain 3. Yang penting pendidikan di rumah.. toh pandji sekarang juga bisa ngomong vegetables dengan baik dan benar sekalipun gurunya gak bener.. gw juga bisa tunjukin orang orang yang melakukan banyak kesalahan sekalipun bersekolah di sekolah favorit... kalo gak yakin ama sekolahnya, ya masuk swasta atau ikut les ini itu... kan waktunya udah banyak karena jaraknya deket...
2.50 - 11.14 (pemblokiran sosmed) (Jokowi) 11.20 - 13.20 (operasi yustisi) (Anies) 13.30 - 31.00 (sistem zonasi) (Jokowi) Sisanya kamera mati (bersambung vid berikutnya, semoga banyak dan panjang yg dibahas karena diliat dari menitnya anda banyak paham masalah pa jokowi ketimbang anies, dan ini tema paling akdudjeisnaloahrjekskwiwjaomhkouggddyhj menurut saya mengenai IMB reklamasi ini) Suwun.
Yah sama bro..gw sebgai gru danortu merasa bahwa zonasi...ini msh trlalu terburu-buru utk skrg...krna mengingat jdinya anak...yg "berprestasi" Harus mati2an utk dpt kuota disekolah favoritnya...Kalau saya lbh stuju pembenahan sistem gurunya terlebih dahulu..dan sistem pendidikan karakter
buat sistem zonasi, gw sebenernya setengah2 juga nih bang, secara dulu gw alumni SMA favorit di kota gw, tapi didalemnya gw keseret2 ngikutin ritme si anak2 jenius, beda sama waktu SMP yang gak terlalu favorit gw masih setiap caturwulan masih sempet dapet ranking 10 besar. Nah, yang rame itu kan sebenernya kemauan orangtuanya yang pengen anaknya sekolah di sekolah favorit, sementara si anak apakah dianya juga pingin, toh menurut gw ya, yang sekolah kan mereka, yang tau kemampuan dirinya itu kan mereka. okelah sebagai orangtua kita perlu menggali potensi2 terpendam dari anak, tapi kalo itu pada akhirnya menimbulkan pressure yg tinggi buat si anak kan gak baik juga, udah mana sekolahnya jauh, balik ke rumah juga larut, udah gitu mesti kerjain PR, dll.. kalo sekolahnya deket kan waktu istirahat dan bermain anak juga masih ada sisanya, dan lagi kalo memang anaknya pinter, cerdas, kan justru peluang dia buat dapet beasiswa jauh lebih tinggi di sekolah yang dekat dibanding bersaing dengan si jenius2 di sekolah yang favorit. bicara dari pengalaman gw SMP yang gak terlalu favorit naik ke SMA terfavorit se kotamadya. levelnya jauh bedanya .
Tapi kayaknya negara kita belom siap di level itu.. Di amerika mah bebassssss... Disana presiden mo disindir sindir kayak gimanapun mah bebasssss... So we're not there yet..
50% setuju 50% tidak setuju Sama sistem zonasi, soalnya ..bener kata om Panji tadi kalo di daerah luar Jakarta itu ngukur zonasi pake jarak rumah..jadi ada anak yang satu kelurahan tapi beda rw gitu ngga ketrima karena rumahnya lebih jauh..😀
Gw pribadi soal zonasi sekolah, kebetulan gw ada di kota kecil, Salatiga, gw setuju karena pilihan sekolahnya dikit dan kebetulan ga beda jauh soal kualitas & fasilitasnya. Ditambah justru karena sistem ini, ada sekolah di tempat gw kualitasnya meningkat. Tapi, kalo gw tinggal di kota gede, dan sistem zonasinya ruwet. Gw mending milih ke sekolah swasta, karena gw pribadi males ribet, dan buang" tenaga & waktu.
Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah selama memiliki alasan yang penting untuk kepentingan pertama rakyat dan kedua negara bisa diterima. 1. Keputusan pemblokiran sementara. Untuk waktu itu gw setuju, karena seperti yang u bilang Bang Pandji, hasilnya efektif. Karena sudah terjadi dan cuma untuk sementara jadi ya udah lah ya... 2. Keputusan pembatasan orang yang masuk Jakarta. Gw sih salah satu yang pro. Kenapa..? Karena Jakarta emang udah padet banget. Kebayang gag berapa banyak lapangan pekerjaan yang harus disiapkan..? Klo dibatasi kan, mereka akan fokus untuk menmbangun wilayah mereka sendiri. Hal ini tidak ada hubungan dengan hak asasi. Kalau mau ke Jakarta dengan tujuan jalan", dsb silahkan saja. Tapi klo mau tinggal dan belum punya pekerjaan serta tempat tinggal, lebih baik Anda membangun daerah Anda sendiri supaya lebih maju. 3. Keputusan sistem zonasi sekolah. Gw lebih setuju klo cara kerjanya dibalik. Perbaiki dulu sekolahnya, maka murid pasti akan dateng. Klo sekolah di dekat daerah rumah memiliki mutu yang sama dengan sekolah 'unggulan' yang jauh, maka pasti orang tua akan dengan rela dan sukacita serta bersemangat untuk mendaftarkan anaknya di sekolah terdekat. Karena bisa menghemat waktu dan biaya. Gw setuju dengan u Bang dengan alasan yang sama. Saya guru dan memang miris melihat pendidikan saat ini. Secara kurikulum, gw setuju dan mendukung. Tapi pelaksanaan di sekolah" masih penuh perjuangan. Takutnya, kebiasaan 'ganti menteri ganti juga kurikulumnya'. Makanya gag maju", jalan di tempat mulu. Bahkan, buku panduan guru untuk kurikulum 2013 masih susah didapat sampai bulan Maret 2019. Jadi kesimpulannya, alasan / motivasi di belakang keputusan itu apa..? Apakah sudah siap sarana dan prasarana pendukungnya.?
3....memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan itu butuh waktu, bisa 3-4th, kenapa memberlakukan sekarang?krn target jokowi 5th kedepan memperbaiki SDM....termasuk kesehatan , pendidikan, dll....krn target jokowi 5th yg lalu memang fokus di infrastruktur untuk mengejar ketinggalan dgn negara lain. Krn ibaratnya buah simalakama....mau tidak mau, siap atau tidak siap?....mau gak mau
9:00 Setau gue orangnya ga dilindes sama tank, justru orang tsb berhasil menghentikan iring iringan tank. Dan orang itu ga cuma sendiri, ada shift bergantian gitu kek security di mall :v
Ikut beropini sedikit 1. Pembatasan medos kemarin tidak bisa hanya dilihat dari logika kebijakan dan alasannya saja. Tapi juga konteks kejadiannya. Tidak bisa dianalogikan dengan Pemblokiran untuk mengurangi komentar negatif terhadap presiden. Awalnya saya juga merasa "Apasih sampai blokir2 segala" namun melihat informasi keseluruhan kejadian (meskipun mungkin hanya luarnya saja), saya baru mengerti yang dikawatirkan oleh pemerintah adalah Korban Jiwa. Memang akhirnya terjadi betul adanya korban jiwa, mungkin apabila tidak diberlakukan kebijakan tersebut, korbannya akan lebih besar. Satu-satunya aspek yang tidak dapat dikontrol oleh teknologi adalah perilaku penggunanya. Sayangnya memang sebagian pengguna di Indonesia belum juga dewasa untuk menyikapi informasi yang diterima Dan apabila pertanyaanya "Kenapa semua orang yg diblokir ?", karena belum ada teknologi yang mampu memfilter konten Hoax dengan cepat dan akurat. Segala bentuk hukum terhadap konten Hoax baru sebatas reaktif (diproses setelah terjadi), belum bisa sampai level preventif (pencegahan). Dalam dunia IT, ada saat dimana Teknologi berpotensi keluar dari kontrol dan cenderung merusak, shutdown atau suspend adalah pilihan yang bijak (menurut saya) 3. Saya Setuju-Sebagian dengan kebijkan zonasi. Bahwa idenya adalah siswa dapat bersekolah di sekolah yang dekat dengan rumah adalah hal baik. Namun pembangunan sekolah di daerah belum semerata di kota-kota besar. Di kota saya sendiri, sebaran sekolah antara Kota dengan Kabupaten saja masih timpang jauh. Siswa di kabupaten harus menempuh jarak yg lumayan jauh karena sekolah terdekatnya justu malah di Kota. Menurut saya, jarak rumah ke sekolah lebih relevan apabila dijadikan poin pertimbangan dalam seleksi masuk. Siswa yang dekat dari sekolah diprioritaskan tapi bukan sebagai ukuran absolute.
00::;;44, 4:::::Pendidikan bisa buat orang kreatif ((Stimulus otak)) Bandung adalah kota terbaik untuk urusan kreatif, mengapa::kharakter orang yang tinggal dan besar disini, dari etnis apapun, akan kreatif, walau sekolahnya di Inpres, bukan Taruna Bakti atau Santa Angela, boss!!!!
Kalo gua yah... kalo gua nih, kalo emang mau eksperimen mending yang ekstrim sekalian misalkan( di database pemprov kyknya ada) lewat peringkat sekolah negeri berdasarkan nilai UN,prestasi, kualitas guru, bla bla, dan (sekali lagi misalkan ) ada 100 sekolah yang menandakan ada peringkat 1-100 NAH!! kalo mau eksperimen ekstrim.... Coba tuker aja tiba tiba semua muridnya dari yang unggulan(mis top 1-20) ke yang caur (bottom 1-20), biar kita liat guru2nya bisa adaptasi ga tuh ketemu murid2 yang emang udah ada "kemampuan" dan yang masih harus diasah. Ntar lama2 juga gurunya struggle sendiri pasti, apalagi muridnya dong pun!!! karena sejatinya manusia cenderung homeostasis. Konklusi: Jangan terlalu ditanggepin serius yak, ini bentuk kritik gua ke sistem zonasi dan juga label "sekolah unggulan", karena harusnya orang bebas mau sekolah dimana aja, dan sekolah harusnya bertanggung jawab membuat anak dengan latar belakang macam apapun menjadi satu,dua, bahkan tiga level lebih tinggi dari dirinya yang kemarin2. Supaya anak itu bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Dinamakan ilmu pengetahuan supaya orang yang dari gak tahu jadi tahu, bukan dari tahu jadi makin tahu.
Nah masalahnya bung apakah para orangtua murid rela kalau anaknya dijadikan bahan "eksperimen" tersebut Potensi dan masa depan anak-anak itu ga bisa dipermainkan Pasti orang tua mau pendidikan yg terbaik buat anaknya apalagi anak yg punya potensi tinggi
Pemerintah amanat nya untuk memintarkan masyarakat bukan untuk mencoba sistem dan mengorbankan anak anak dari semua masalah yang bang pandji angkat intinya sama pemerintah gagap dalam ngehadapin masalah
Curhat aja nih bang Kebetulan gua yang urusin adik gua masuk sekolah. Yang pertama adik gua yang yang mau masuk SMA tahun 2018 kemaren nah kalo pas tahun 2018 meskipun disebut zonasi tapi tetep masih di jumlah dengan nilai UN jadinya meskipun jarak sekolah dari rumah 2 km masih dapet dia sekolah di SMA negeri. Beda sama adik gua yang baru mau masuk SMP tahun ini. Sistem zonasi nya bener bener zonasi murni jadinya gak pake di jumlah sama nilai UN lagi makanya yang masuk sistem zonasi murni cuma anak-anak yang jarak dari rumah ke sekolah nya gak sampe 500 meter, dan juga masalah nya lagi sekolah itu lokasinya di perumahan jadi otomatis hampir seluruh kuota nya abis cuma buat warga komplek situ doang dan buat gua yang rumah nya 1,7 km gak mungkin dapet kalo pake sistem zonasi, untungnya nilai UN nya masih lumayan tinggi jadi masuk pake nilai UN. Dan yang parah nya juga karena banyak yang udah tau sistem zonasi dari tahun lalu banyak orang tua calon siswa yang ngontrak rumah gak jauh dari sekolah itu dari 6 bulan sebelumnya padahal mereka punya rumah dan bahkan banyak orang dari luar daerah sini yang ikut-ikutan pake cara tersebut biar anaknya masuk sekolah yang diinginkan. Di satu sisi sih baik sistem zonasi tapi kalo kondisinya kaya di daerah rumah gua jadi gak efektif karena lokasi sekolah di daerah perumahan jadi gak merata kesian warga yang gak tinggal di perumahan tersebut. Dan juga dalam radius 5 km cuma ada satu sekolah negeri itu aja gak ada sekolah lain, jadi yang pasti banyak anak-anak yang jarak rumah nya lebih dari 500 meter gak bakal keterima. Kalo sistem zonasi terus diberlakukan maka akan ada peluang usaha baru yaitu rumah kontrakan deket sekolah karena pasti banyak yang membutuhkan 😆 Buat informasi aja gua domisili di kabupaten Bogor
mau comment ya Boss. 1. Pemblokiran sosmed sebagian: menurut gw ini sebenernya yang paling mengkhawatirkan dari 3 isu yang dibahas karena setting up bad precedent for others. pemerintah bisa dengan gampangnya melakukan sensor informasi dengan alasan "demi keamanan negara" tanpa dasar yang jelas, apalagi tidak disosialisasikan dengan benar. kurang lebih sama lah seperti UU ITE yang dianggap sebagai pasal plastik. saya sudah pernah share di group dan teman teman sekitar tapi mereka nanggapinnya dengan santai dengan alasan daripada kerusuhan pilih mana lo? kalo mau ngirim gambar bisa pake vpn dll dll yang intinya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sepele dan tidak penting padahal saya kenal beberapa orang yang dirugikan secara finasial karena kebijakan ini terutama mereka yang berjualan online lewat ig. saya lebih prefer pemerintah jujur dan mensosialisaikan kondisi apa adanya sesuai yang terjadi, jika ada yang menyebarkan hoax atau merencanakan kerusuhan biar polisi yang menangani sesuai hukum yang berlaku atau kalo perlu berlakukan martial law. 2. Penghapusan operasi yustisi: ini sudah terbaca sebagai virtue signaling dari gubernur DKI Jakarta karena dampaknya lebih banyak yang negatif daripada yang positif. bertahun tahun operasi tersebut diberlakukan dan tidak dicabut pasti ada alasan dan pertimbangannya. memang argumennya adalah melanggar hak asasi manusia karena setiap warga Indonesia berhak untuk bergerak bebas tapi jangan lupa hak mereka adalah tanggung jawab untuk pemerintah DKI Jakarta dan warga Jakarta pada umumnya. apakah karena hak sebagian orang maka kita harus mengorbankan kepentingan warga Jakarta secara keseluruhan? 3.Sistem Zonasi Sekolah: ada yang positif ada yang negatif tapi kalo orang tua membebankan tanggung jawab pendidikan pada sekolah makan orang tuanya yang salah. tanggung jawab pendidikan adalah tetap tanggung jawab orang tua, sekolah adalah sarana untuk membantu menerapkan standarisasi untuk pendidikan. sekolah tidak bertanggung jawab untuk tingkat pendidikan anak. memulai hal baru memang susah dan harus ada pengorbanan tapi sistem zonasi sekolah ini sudah umum di negara maju dan beberapa negara berkembang dan sebenarnya sudah ada konsep yang bisa ditiru secara umum. jika merasa sekolah tidak memberikan pendidikan secara cukup untuk anak, orang tua bisa memberikan tambahan dengan kegiatan les atau kegiatan eksta kulikuler lainnya. menurut saya hal yang penting dipelajari di sekolah adalah bagaimana bersosialisasi, membangun pertemanan, berpikir kritis, hormat terhadap guru dan hal hal lain yang sekarang dianggap kurang penting karena yang dikejar adalah bagaimana membangun anak yang pintar dan bukan anak yang cerdas (clever vs smart) 4. karena bos panji belum bahas jadi saya tidak bisa menanggapi banyak tapi bukannya gubernur sendiri yang waktu itu menghentikan proses reklamasi karena pertimbangan dampak terhadap lingkungan hidup? cmiiw. kenapa tiba tiba mengeluarkan IMB di daerah proyek reklamasi? apakah lupa ingatan? atau lupa daratan?
sistem zonasi sih sebenernya setuju, untuk menghindari tawuran, soalnya rata2 tawuran kan dulu ada basis nya, yg punya kearah mana gitu, trus itu kan hanya berlaku untuk negri, so aman, kualitas yg swasta tetep. intinya sistem zonasi menurut saya sih keputusan yg baik, bahkan saya sempet memikirkanya sewaktu SMP, dulu smp di cipete , rumah di pamulang, jauh bgt.
Well, as u mention menjelang ending juga bang, imo, poin utama dari ketiga topiknya ya ini: KESIAPAN pemerintah dalam menangani "after-effect" kebijakan tuh entah kenapa gue rasa masih sangat kecil. Pernah ada dosen yg bilang, "orang Indonesia itu jago dan demen bikin sesuatu, tapi susah dalam merawatnya.." Masyarakat sekarang udah pinter-pinter, kritis-kritis, tentu kita pengen 'guarantee' mengenai "korban ujicoba kebijakan" itu tadi sih bang. Ini kaga ada fakta dan data empiris yang menunjukkan bahwa kebijakan akan berhasil, eh main teken aja. Tapi tentu, kebijakan itu juga dapat kita lihat ssuai konteks keadaan yg sedang terjadi sih~ yah gitu dah
Salfok dengan tulisan dibaju nya..
"Pemerintah jangan dilawan, tetapi harus DISELAMATKAN dari KEBODOHAN mereka sendiri"
kebodohan rakyat yg dilawan
@Aimer Shanju yg kata katanya udah jelas bgt gitu masih bingung apalagi kalau pesennya kiasan, penduduk negara +62 😭😭😭
jadi ..gimana kita Selamatkan?? apa jokowi yg bego atau prabowo yg bego
beli dimana uy?
Hahahaha sama
Tolong banyakin kaya gini ya Mas, jadi kebantu mikir, kebantu ngga buru2 judge siapa yg salah mana yg bener, mau ngga mau jadi mau peduli sama yg terjadi di negara ini, thankyoy!
Kalau Zonasi dianggap menghambat Siswa masuk PTN karna sekolahnya Maka HAPUS SNMPTN.. buat SBMPTN semua tanpa melihat darimana dia sekolahnya..
Well said
Soal operasi yutisi..
Jika memang operasi yutisi ttp di berlakukan, dengan alasan meminimalisiri warga dari luar Jakarta untuk masuk ke Jakarta..
Nah emang, org luar Jakarta dateng ke Jakarta hanya pas lebaran, sementara yg kita tau operasi yustisi dilakukan pada saat lebaran aja..
Jadi kayak gak guna operasi yutisi itu..
Menurut saya..
Gw salah satu yg kena dampak lgsg pemblokiran sosmed krn ladang duit gw dr online ji
Tp mengenai kebijakan kmrn diambil dalam kondisi jkt sedang genting, gw jadi fine aj. Krn mmg terbukti berhasil menangkal dan menyebarkan hoax
Apakah pemerintah akan melakukan pemblokiran kembali diluar alasan genting spt kmrn?
Mnrt gw blm tentu juga, kalaupun iy.. walaupun gw pro jokowi, pasti akan bersuara lantang utk menentang
Dan nyatanya gak cm berita hoax/salah aja,tapi berita yg bener jg ikut terblokir
pemerintah udah mulai mantau wa dan nentuin mana yg 'fakta' dan mana yg 'hoaks', apa yg dilakukan ini beresiko tinggi disalahgunakan karena pemerintah yg ngejudge sedangkan power dalam negara demokrasi itu harus merata dan tersebar ga boleh ada satupun yg lebih kuat dengan menentukan yg mana yg benar dan salah. Harusnya yg dilakukan pemerintah itu mengedukasi masyarakatnya bukan nyuapin yang mana yg harus dimakan.
@@imanafdar uhhh paten... mantap kali bang, setuju .
Panji cerdas dlm komedi, merasa cerdas dlm politik..itu yg bikin bukunya gk laku.
@@imanafdar setuju. cecebs mah taunya ngegedein perut doang. sbodo amat ma bangsa. mo ancur2dah
Gue sangat setuju dengan sistem zonasi, 1. Jarak tempuh siswa pendek 2. Tidak adanya sekolah tertentu yang favorit 3. Meratanya jumlah siswa 4. Berkurang kemacetan
Walau ada minusnya, karena 1. Belum merata kualitas semua sekolah 2. Sekolahnya sendiri belum merata di semua daerah, karena sekolah menumpuk di daerah tertentu
Sebenarnya banyak sih alasan lain untuk pro dan kontra, tapi semoga dengan sistem zonasi sekolah menjadi merata, kalau nunggu merata dulu sulit, kenapa bagaimana kualitas merata jika siswanya tidak ada.
bang Panji , bahas tentang Keputusan MK dong, tentang mengapa semua Bukti kubu 02 di Tolak
Bagus juga tuh kalau di bahas
Pendapat gw :
1. Kebijakan pemblokiran sosmed : Kebijakan ini terbukti efektif untuk menurunkan hoax, namun yang perlu dicatat, kebijakan ini oke hanya untuk tujuan yang spesifik (dimana kalau kebijakan tidak diterapkan, probabilitas dampak yg ditimbulkan bisa lebih parah) dan sifatnya sementara. Misal kaya kemaren, untuk menghindari kerusuhan yang lebih besar akibat hoax, kebijakan ini terbukti efektif. Memang ada kerugian finansial bagi sebagian masyarakat, namun jika kerusuhan yang terjadi lebih puarah, bisa jadi kerugian mereka akan lebih besar.
2. Penghapusan operasi yustisi : 100% setuju
3. Zonasi : 100% tidak setuju. Karena masyarakat berhak untuk memilih sekolah sesuai dengan keinginan mereka. Itu hak asasi.
Nomor tiga ga setuju karena hak asasi tapi nomor dua setuju tapi itu juga hak. Coba dilihat tepat atau tidaknya sistem zonasi apakah rata 100% ? Jika diterapkan di daerah tertentu saja bagaimana? Seperti daerah yang sangat padat penduduk. Bukannya dengan begitu orang tua murid lebih bisa berkontribusi dalam pengawasan terhadap sekolah jadi tidak asal percaya dari anak yang mungkin berbohong
Pada riweuh ttg sistem zonasi yang pada faktanya masih menggunakan kombinasi prioritas peringkat nilai, bagaimana mau terbuka wacana untuk mengadministrasi keadilan sosial?
Di satu sisi memang negri ini darurat revolusi pendidikan nasional; pengembangan budi pekerti berbasis Pancasila-Bhinneka Tunggal Ika, dekat dengan konsep 'alam', dan upgrade HOTS. Saya punya harapan, either Bu Susi atau Pak BTP jadi mendikbud.
Boleh share dikit pengalaman pribadi ya, dulu saya tinggal di pejaten barat (sebelah Gonz) dan bersekolah di pondok labu, kena label 'rebel', cuma 2 mapel (bio dan kimia) nilai saya lumayan gara2 gurunya masih 'open'. Bahkan mereka sampai bingung ketika dewasa, bertemu di workshop guru, dan heran saya pada saat itu ikutan berprofesi guru, dan saya bilang.."penebusan dosa masa lalu". Dan ingat betul, ketika nonton Laskar Pelangi, saya nangis terisak ingat masa lalu sering cabut sekolah, dan tidak menghargai apa yang sudah diupayakan Ibu saya.
Suatu waktu saya pernah nangis dalam mobil, melihat seorang bapak mendorong gerobak dengan 2 anaknya di dalamnya, mereka tertawa lepas terlihat bahagia menikmati momen itu. One thing I learned from my journey...hidup dalam kemewahan belum tentu membahagiakan..ada hal2 yang jauh lebih esensial, dan itu yang saya mau perbaiki untuk keberlanjutan kehidupan anak2 saya, mereka tinggal di komplek (tempat ketua tkn) dan ikut bersekolah di sd negri dalam komplek (yang kata tetangga depan sekolah, adalah lahan 'kasian' untuk orang kampung), dan mereka berteman dengan anak-anak para pekerja di dalam komplek itu.
Dan saya bisa bilang, pengalaman mereka jauh lebih lengkap ketimbang saya yang dulu tinggal dalam 'sangkar emas'. Kalau mereka mau pergi rekreasi (jalan2/nonton/main ke playground/dsb), kadang mereka suka izin untuk patungan bayarin temannya supaya bisa ikut, berbagi kesenangan.
Harapan saya sebagai orang tua, saya mau anak-anak saya tumbuh jadi insan yang bermanfaat (cerdas berkehidupan bukan pinter ngaka2lin), bukan cuma numpang menuh2in bumi. Dibutuhkan rasa empati dan nurani bersih untuk berdedikasi kebermanfaatan dalam kehidupan.
Ortu lainnya pun bingung ketika n-un anak saya cukup lumayan untuk mendaftar SMPN unggulan/favorit, dan kami orang tuanya justru memilih sekolah non-favorit dekat rumah, yang 'ternyata' terlihat dari pemeliharaan lingkungan sekolah saya bisa bilang ada 'vibe' yang homey dan upaya membentuk karakteristik berbudi pekerti baik.
But again, itu dari 'kacamata&sepatu' saya. Salam 🙏
BTP jadi menteri???? Mantan napi boleh ya???😔😔
@@nurhayatirini7311 kyknya masih boleh deh mbak, asal hukumannya bukan perkara pidana dan semisal kena kasus korupsi juga kl vonisnya dibawah 5 thn penjara juga masih bisa menempati jabatan politik seperti menteri atau anggota legislatif.CMIIW
Jadi ya maklum aja negeri kita jd lucu macem gini...😅😅😅
@@ahmadg.notonagoro3699 Kalau mnrt saya sih, untuk menteri pendidikan sebaiknya saringannya diperketat, jadi selain kemampuan manajerial dan teknis terkait sistem pendidikan juga diutamakan sesorang yang bisa jadi inspirasi bagi generasi muda untuk meraih pendidikan sebaik mungkin ....kalo BTP mah kayaknya gak masuk kualifikasi deh !!🙄🙄
@@jamilguitar2015 tapi kalo melihat realita sekarang mah kayaknya kualitas pendidikan makin mundur ...
- Guru2 di sekolah negeri dibebani terlalu banyak urusan administrasi (laporan, dll) sehingga tidak fokus mengajar di kelas....
-tingkat pemahaman sebagian besar anak akan bahan ajar menurun...soal diubah sedikit aja sdh gak paham....karena basicnya tidak dapat...
-banyak siswa yg tergantung pada bimbel di luar sekolah...bukti yg sangat nyata kegagalan sistem pengajaran di kelas...
- biaya kuliah di kampus negeri, terutama yg bonafid sangat mahal....zaman dulu mah kalo sdh keterima di kampus negeri orang tua pasti lega....dapat pendidikan berkualitas dgn biaya murah, jaminan masa depan cerah ....zaman sekarang kampus negeri hanya namanya aja, rasanya jadi kampus swasta...
guru2 yang sudah old dan g berkompeten harusnya di cut
masalahnya sudah g kompetitif kerjaanya nyuruh doang ama guru2 muda yang honorer
Mas Panji kmaren ogah milih Pak Prabowo karna khawatir pengekangan dan represif.. Tp trnyata pemerintahan Pak Jokowi juga bisa lo melakukan tindakan represif yg ditakutkan Panji.. :) dan Mas Panji tetap jujur ngebahasnya.. Makanya sy salut ama Mas Panji.. Tetaplah jujur dan adil dikubu manapun Anda berada.. Krna menurut sy, kedua kubu kmren sama2 munafik.. Kalau sekiranya junjungannya bikin salah dimaafin.. Tapi kalau kesalahan yg sama dilakukan lawannya, habis dah tu dihujat.. Jiwa keadilannya raib.. Memang bener cinta itu buta.. 😅
Kl di blokir tdk sampai 1x 24 jam dan dg alasan keamanan yg lebih masif, kenapa tidak? Demi keutuhan NKRI
Yang coment bahasnya apa, yang bales coment bahasnya apa 😂
Kalo diliat dari sudut pandang swing voters emang sama sama munafik sih, gua setuju itu 👍👍
Anda Sangat Cerdaaaaas.. harus lebih banyak Anda Anda di negeri berflower yang serba subjektif ini 🤣😂
@@arindioafrilian8741 sayangnya seperti yang dijelaskan sama bos panji kalo yang melakukan figur yang disukai tidak banyak yang protes tapi ini sesuatu yang nantinya bisa dipakai kemudian hari untuk melakukan hal yang sama dengan alasan "melindungi keamanan negara" tanpa definisi yang jelas. a very very slippery slope.
bukan represif kalo menurut saya pemblokiran sementara sosial media adalah solusi yang sangat malas. memang sangat cepat dan efektif tapi hal ini akan menjadi sesuatu yang bisa dilakukan oleh pemimpin pemimpin lain kedepannya dengan alasan "demi kemananan negara"
btw buat apa ada polisi kalo kemanan Indonesia bisa terancam hanya dengan sebar gambar dan video hoax? apakah Indonesia sama rentannya seperti seleb seleb ig?
Ehh bang ini lagi, Wkwkwk.. Kok bawaannya pengen ketawa ya., makasih bang dah menghibur
Bang konten spt ini diperbanyak dong, saya sbg mahasiswa ekonomi jadi belajar banyak tentang kebijakan publik yang ada di indonesia. Apalagi pembawaan bang pandji juga netral.
Sebagai mahasiswa ekonomi kalo aku sih rekomen Rizal Ramli atau Kwik Kian Gie
Diam memang pilihan politik terbaik untuk mengademkan Indonesia saat ini :)
Tugas kita bukanlah masuk ke sekolah favorit, tugas kita adalah memfavoritkan setiap sekolah :)
Gw orang yg setuju pemblokiran sosmed di kala situasi negara sedang genting saat politik sedang memanas, keutuhan negara jauh lebih penting...
Waktu ad kebijakan pemblokiran smntr sosmed slm bbrp Hari, TS Saya sesama dokter pada ngomel2 Krn mrka g bs konsul hasil pemeriksaan/lab k konsulen. Umumnya yg ngomel lg pada jaga IGD dg pasien gawat darurat..
Kebayang dong gedeg nya kami dg kebijakan itu 😅😅
Klo Saya pribadi, ketika kebijakan itu d berlakukan, Saya lgsg keinget masa kecil.
Wktu itu papa beliin mainan yg sdh lama Saya impikan. Pas smp rmh, sy Dan kakak lgsg maen.
D tengah2 permainan, kami berantem.. biasalah.. selisih umur kami dikit, Jadi masih ad sibling rivalry.
Nah papa saya yg mgkn lg capek, langsung Naik pitam Dan d bantinglah mainan itu sampai hancur berkeping2. Hancur juga hati Saya tapi g berani nangis krn papa saya galak.
Persepsi Saya sbg anak kecil gini: ini semua gr2 kakak Saya shg mainan yg Saya sukai d ambil dari Saya. Dan itu berulang. Shg Saya menganggap sumber ketidakbahagiaan Saya adl kakak. Gitu jg dg kakak. Akhirnya hubungan kami g pernah deket.
Jiaahh.. malah curhat Saya 😅
Nah yg Saya rasakan skrg persis seperti masa kecil Saya. pendukung2 paslon yg sama2 saling menyalahkan Karena "mainan" nya d renggut pemerintah, saling benci Karena merasa masing2 adl penyebab dari ketidakbahagiaan yg lain. Seperti terbelah.
Analogi yabg bagus.
Mantaff
Pemblokiran sosmed, gw setuju sama poin lu bang. Skrg di era pak Jokowi, sosok yang dicintai rakyat, mungkin kita bisa sedikit maklum krn sosoknya dicintai, namun beberapa orang yg setuju itu tidak memikirkan bahwa kebijakan tsb bisa diadopsi pemerintah lain dikemudian hari yang bisa jadi merupakan sosok yang dibenci. Kerugian finansial juga dialami kakak saya, dimana dia jualan lewat instagram juga. Maka, selayaknya kita kritis pada kebijakan ini, layaknya UU ITE juga. Saya setuju poin pada UU ITE tentang cyber bullying namun tidak pada poin soal penyebar hoax ikut dipersalahkan. Krn menurut saya, jaman sekarang terlalu bias, mana yang hoax atau tidak apalagi jika menyangkut pemerintahan.
Sistem zonasi, saya di pihak yg kontra. Seperti debat duluan mana ayam sama telor, kalo melihat anak akhirnya jadi korban, ya jadi gak tega. Siapa yg bisa menjamin sistem zonasi ini akan memperbaiki sistem pendidikan di sekolah antah berantah? Atau menjamin sekolah yg tidak kita percaya bisa menjadikan anak kita memiliki masa depan yang baik. Adik temen saya, terpaksa masuk ke swasta karena di daerahnya tidak ada sekolah negeri yang dianggap mumpuni dan akhirnya cuma bisa pasrah.
Beli kaosnya dimana bang???
Twiiidhhaaakk pedhooooliiii....
Anaaakkk sayaaa swaaasstaaaaaaa
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sistem zonasi saya setuju banget, karena anak punya waktu banyak untuk melakukan hal/minatnya seusai sekolah, tapi untuk menjawab keresahan orang tua2 itu pemerintah punya kewajiban utk meningkatkan mutu sekolahnya
Sistem zonasi kalau gak diikutin peningkatan kualitas sekolah, malah akan membuat orang tua2 lari ke swasta, bukannya malah nanti memperburuk kualitas sekolah negeri ya?
Dan nyatanya gak cm berita hoax/salah aja,tapi berita yg bener jg ikut terblokir
Bener, kalo hoax d larang ada alasannya, kalo berita benar yg ditakutkan dilarang mo bilang apa.
nyatanya brita hoax lebih banyak drpd brita yg bener
Nyatanya kita g tau mana yg hoax mana yg nggak... Kalau kita gak nerima beritanya dulu
Soal pemblokiran medsos, awalnya sy kesel kenapa mesti blokir. Tp setelah lihat Twitter yang somehow g di block, melihat banyak sekali hoax yang langsung disebarkan soal kerusuhan, sy berbalik dukung pemblokiran tsb. Kita tidak tahu brp nyawa yg diselamatkan berkat pemblokiran tsb.
@@fikrinafis1471 jadi endorsement artist lebih penting dr pada situasi keamanan negara dan nyawa orang? Menarik..
bang coba buat vidio sama bpk anies nya langsung dong, biar semua rasa kecurigaan lu terbayarkan.
Udah kok,,
Lihat deh
Ikut menanggapi ya bang
1. Pembatasan medsos kmrin mungkin merugikan banyak orang yang tidak terlibat kegiatan tgl 21-22 tapi berhasil membatasi komunikasi para provokator dan meredam tersebarnya hoax untuk membatasi kerusuhan menyebar
2. Penghapusan Operasi Yustisi gak akan jadi masalah di era kepemimpinan pak anis tapi bakalan jadi masalah gubernur lain berikutnya karena efeknya jangka panjang.
3. Zonasi Sekolah ada baiknya ada buruknya salah satu baiknya bisa mengurangi beban orang tua karena sekolah anak jadi deket rumah, rumah gw ke pusat kota sekitar +20 KM dan gak ada kendaraan umum disini. Jadi rata2 anak2 yang mau sekolah dikota pada minta motor ke ortu untuk transportasi pdhl mayoritas ortu kerja cuma petani dan belom lagi masalah uang beli BBM dan uang jajan. Sekolah jauh kontrol orang tua pun berkurang alasan ada kegiatan sekolah tapi malah bolos dan lainnya
Pandji dan Netijen disini sadar ga sih, ketika bicara topik zonasi. Coba kilas balik ke masa jaman kalian sekolah.
Pernah ga orang tua kita, memasukkan Kita ke sekolah dg pertimbangan guru atau pengajar yang buruk? Kayaknya orang tua jaman dulu ga segitu nya, lalu kalau Ada pengajar yang buruk/tidak layak, kenapa masih pengajar? Ini berarti kan ada sedikit kesalahan dari mendik, berarti juga tidak semua orang bisa jadi pengajar.
Jangan salahkan sekolah kalau memang permasalahan nya cuman pengajar yang buruk, kalau Ada permasalahan ini, masih kah wajar ribut tentang kesejahteraan pengajar, bagaimana kesejahteraan murid yaitu mendapat pendidikkan yang baik?
Just saying 🙏 Respect mas pandji 🤘
Setuju.. khas indonesia.. bahkan sampe permisif sama yg pernah korupsi.. yg penting senang.. bukan pake akal sehat..
Bagus nih konten. Lanjutkan
wah akhirnya ada konten yg saya sudah dambakan yaitu masyarakat dapat membahas kebijakan politik secara real melalui yucub dan bahkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah langsung ataupun instrument negara lainnya..semoga kontennya bisa bertahan dan sukses memberikan kesejahteraan ke rakyat (didenger presiden/gubernur/dll)
Sekolah favorit itu ada udah dari puluhan cycle nerima murid dan nge lulusin murid. Yang saya liat yang masuk sekolah favorit tu tersaring oleh nilai UN jadi cenderung yang masuk tu dah "pinter". So dalam proses pembelajaran sekolah favorit relatif lebih mudah membuat siswa pinter dari bibit yang udah bagus. Dengan zonasi harusnya bisa lebih merata siswanya jadi kualitas sekolah bisa beneran dilihat dan kalo kurang ya beneran diperbaiki. Tujuannya kan pendidikan yang lebih merata.
Saya ada usulan gimana kalo dengan zonasi ini di ikuti rotaso guru gurunya juga bisa tiap 5 tahunan misalnya, tujuannya juga biar semua sekolah bisa punya kesempatan dapet guru yang sama juga.
Semoga nangkep maksut saya.
Lanjut Bang..
Guru di rotasi tiap tahun bro
gua seneng sama tulisan kaos bang panji "Pemerintah Jangan Dilawan tetapi harus Diselamatkan dari Kebodohan Mereka Sendiri" berarti pemerintah bodoh dong.. :D
Sistem zonasi uda dicoba di Bandung. Saya sempet ngerasain dan jadi bagian dr itu. Jarak rumah ke sekolah kalau tdk salah radius 2 km. Menurut saya sih berjalan cukup baik. Emg rada ribet buat ortu krn sistem baru. Tp biasa lah namanya aturan baru pasti ada kontroversi.
Klo ga dimulai sekarang, Mau kpn lagi. Pendidikan harus merata. Itu bagian dr hak warga negara dlm pembukaan uud 1945 yg mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ini jadi pemacu para pendidik utk bisa lbh mengembangkan kompetensi biar ga kalah sama anak didiknya. Kn malu kalo muridnya lbh pinter dr guru.😁
Gw setuju banget dgn semua narasi lu bg, harapannya sih lebih sering lagi buatin konten yang bikin kita jadi lebih maksimal untuk mikir tanpa judgement gini bg, respect sama abg nih👏
gw setuju zonasi dengan tambahan harus ada kebijakan untuk memetakan & mengkaji sekolah sesuai kualitasnya,jadi dengan itu untuk beberapa sekolah di wilayah tertentu yg memang dibawah standard(standard disini ya sesuai yg pemerintah tetapkan tentunya).Nah untuk sekolah2 yg belum memenuhi standard ini, nantinya di wilayah itu bisa di ikutkan dalam sistem zonasi. Setelah kualitas sekolah itu di perbaiki, dalam hal pengajar & infrastruktur, barulah dia bisa di ikutkan dalam sistem zonasi.
Wkwkwk akhirnya di buat juga sama bang panji 😂😂 makasih lo bang 😅
Materi keren dgn dukungan Mic yg keren.. Yoi keren
Izin menanggapi bang Pandji:
1. Mengenai pembatasan sosmed gua pribadi bisa pro bisa kontra tergantung dasar penerapan kebijakan tersebut. Kontra: jika kebijakan diambil untuk membatasi kritik / koreksi terhadap pemerintah. Kenapa? Karena pemerintah membutuhkan check & balance bukan hanya dari oposisi, tapi juga dari rakyat. Karena rakyat lah yg merasakan kebijakan yg diambil oleh pemerintah. Pro: jika media sosial dijadikan tempat untuk menghasut / menyebarkan berita bohong dan bisa mengganggu stabilitas nasional. Mungkin emang gak semua pengguna sosmed ngelakuin itu, tapi lu dan gua pasti tau betapa berisiknya mereka yg melakukan itu. Saran: harus ada parameter yg jelas kapan dan dengan alasan apa sosmed bisa diblokir. Mungkin bisa dirumuskan dalam undang2 dan dilakukan secara transparan dan rakyat pun bisa mengoreksi jika poinnya dirasa kurang tepat.
2. Penghapusan operasi yustisi gua jadi salah satu yg pro, tapi dengan alasan. Alasannya: semua orang berhak berjuang untuk hidupnya dimana pun. Namun, pemprov harus punya suatu regulasi yang mengatur tentang bagaimana seseorang bisa mendiami suatu wilayah dalam jangka waktu lama dengan parameter tertentu. Dan harus berkomitmen dengan regulasi tersebut (jangan tebang pilih). Di sisi lain, pemprov selain DKI Jakarta harus bersinergi membangun daerahnya. Dengan daerah2 yg mulai berkembang, arus perpindahan penduduk pun (sepertinya) bisa ditekan.
3. Sistem zonasi: gua pro dengan kebijakan ini. Gua adalah orang yg tidak setuju dengan label "sekolah unggulan", menurut gua sifat sejati anak dibangun dilingkungan dimana dia dibesarkan / bergaul, bagaimana cara dia dibesarkan / bergaul. Keluarga dan lingkungan adalah hal terpenting dalam membangun pribadi seseorang. Pendidikan bagi gua cuma alat penyempurnaan, sekolah adalah tempat buat kita mencari tau, tapi tentang bagaimana lu survive bagaimana pola pikir lu, bagaimana cara lu menghargai orang lain itu di bangun dalam keluarga / lingkungan lu bergaul. Selain itu, pendidikan kita timpang bgt gara2 label "sekolah unggulan" hingga seolah-olah jika ada murid dari sekolah antahberantah diterima di universitas ternama dianggap sebuah keajaiban. Percaya deh, emas tetaplah emas biarpun dia ada di dasar comberan sekalipun.
Sekali lagi, ini semua menurut pendapat gua ya bang hehe.
Kalau jateng
Zonasi 60%
Zonasi prestasi 20%
Perpindahan ortu 5%
Prestasi luar zona 15%
Setuju zonasi tapi dengan masterplan atau peta jalan serius, dilakukan bertahap, pilot project di beberapa provinsi dan dibarengi dengan distribusi + regenerasi guru yg mumpuni
Opini gw sebagai seorang yg pro pak Jokowi
1.pemblokiran medsos itu salah, meskipun yang terjadi kemarin memang sangat efektif, kedepannya bisa di pakai pemerintah untuk menekan opini publik dan tinggal bilang presiden yang dulu juga pernah gini
2 soal yustisi gw dukung pemprov JKT buat di ilangin
3 zonasi.fakta bahwa sekolah di Indonesia kualitas nya memang berbeda beda tidak bisa di bantah memang memperihatinkan tapi di rubah jadi zonasipun 90% itu terlalu ekstrim
Sangat extrim sih... Gw sebelumnya setuju sekali, trus pas gw sadar kalau adik gw tahun depan bakal masuk smp, gw jadi mikir lg😂
Alhamdulillah, pemikiran gw sama sama bang panji. Logika di pake saat kita ga tau bisikan A atau B yg bener.
sistem zonasi (gw setuju banget), kalo minta sekolah memperbaiki prestasi dulu pasti kepala sekolahnya akan beralasan: bagaimana mau berprestasi, murid2nya sisaan semua. gak bisa dipungkiri, di komplek gw dulu temen2 sd gw yg pinter2 semua pada masuk ke smp yg ada di priok, jadi gak adil sih buat sekolah yang udah terpuruk ya akan terpuruk terus, sampe sekolah itu dapet bedol desa anak2 pinter yg nyasar masuk sekolah itu. dengan adanya zonasi kepala sekolah sekarang udah gak bisa beralasan lagi, tinggal nanti pakai standar nilai rata2 siswa, kalau nilai rata2nya di bawah standard, maka manajemen sekolah itu yg bermasalah dan bisa diganti kepala sekolahnya. buat jangka panjangnya sih ini bagus banget, jadi nanti semua sekolah negri akan merata kualitasnya. dan banyak keuntungan juga, selain mengurangi macet, juga bisa mengurangi tawuran. mungkin kebijakan ini perlu didukung dan dilengkapi dengan bus sekolah (jemputan sekolah) jadi gak ada lagi anak2 sekolah berangkat sendiri atau dianter orang tuanya. gila aja tuh di daerah kelapa gading pagi2 macet total cuma gara2 anak sekolah dianter orang tuanya 1 anak 1 mobil.
oh iya ada saran lagi, kalo bisa kedepannya kepala sekolah itu jangan diambil dari pns, mending tarik dari swasta aja, bikin kontrak dan target, kalo gak achieve ya tinggal putus dan cari yg lain.
Karna meneladani dari negara yang sangat restiktif terhadap info yang menyebar di rakyatnya.
Sistem zonasi tujuannya bagus untuk jangka panjang. Tapi ya ngeselin aja buat yg sedang terdampak sekarang
Harusnya sih Operasi yustisi tetap diterapkan Karna kalau gak terkontrol yg masuk ke jkt jadi banyak pemulung,gembel, pengamen dll kejahatan kriminalitas makin tinggi.
Zonasi baik kalau sekolahnya secara infrastruktur dan SDM sudah merata seperti di Finlandia.
Asik release topik baru, ditunggu di Spotify. Tapi yg di youtube tidak akan lupa like.
Zonasi itu perlu, tapi bukan sekarang. Secara finansial banyak orang yang dirugikan misal yang punya kost, warung makan dekat sekolah, atau supir angkot/transportasi umum lainnya. kan kasihan mereka.
Ha? Dimana letak kerugiannya?
@@wahyuutomo9728 dana sekolah diiberikan tergantung banyaknya murid
@@wahyuutomo9728 mau sampe kapan?
@@amirulachmad9078 brarti kalo memang siswanya sedikit dananya sedikit n kualitas buruk??
@@irvanhermawan9362 sampe pemerintah serius bnerin sekolah
Kalo gua lebih condong setuju. Karena, sekarang kan informasi udh gampang banget diakses. Tinggal org tuanya aja gimana ngebentuk anak itu supaya mereka bisa mengakses informasi sebanyak mungkin dan membentuk mentalitasnya
Jawaban simple untuk 3 topik:
1. Pemblokiran: resiko demokrasi. Gini aja biar adil. Minta di pemiluin aja tu rakyat dukung apa ga pemblokiran maren dah.....
2. Operasi Yustisi: orang daerah gak usa ke jakarta pas lebaran. Kalo gubernurnya serajin ali sadikin laen lagi yah....
3. Sistem Zonasi Sekolah: aduh........tidak ada bukti konkrit dan kuat kalau sekolah seratus persen tanpa kecuali bakal bikin murid2nya sukses dimasa depan toh?
Kerusuhan -> sosmed diblokir -> masyarakat pake VPN semua -> kerusuhan kelar -> kemkominfo himbau unt uninstall VPN 😂... ya kalo udah tau semua bakal pake VPN untuk buka sosmed, terus ngapain juga diblokir 🤨
Penyebar hoax ga oake vpn
Karena ga ada otak
Macet solusinya naik kendaraan umum, bukan melarang seseorang pergi ke suatu tempat (sekolah yang jauh misalnya)
Pendidikan, solusinya peningkatan sarana dan sdm pengajar, bukan pelajar nya yang disebar
Zonasi belum siap kalo diterapkan skrg. Ya setidaknya pemerintah mesti berusaha menyamakan standar semua sekolah dulu. Kasih dana yg sama, dll, biar seragam. Kalo ga niat, ya balikin aja ke sistem sekolah favorit-non favorit.
Pak jokowi sudah menang, sudah saatnya kita menjadi rakyat yg kritis dan mulai mengkritik kebijakannya yg ngawur
@Bowo Zireq move on dong bong
@Bowo Zireq emg U punya bukti apa kalo pak Anies Baswedan korupsi ?
Keren loe bang, nonton video lu menjaga kestabilan kewarasan akal kita. Hahaha
Keren konten nya bang pandji. Lanjutkan💖❤💗
Bukan kolong makan bukan kolong meja bukan kolong kolong, tpi kolong yang bahas politik, KOLONG PANDJI 😂😂
Balik lagi di kolong pandji ... Kolong kolong .... Kolong apa
bajunya keren bang ...harapan saya lebih bersatu lagi untuk indonesia ..
Bang panji memang hokya.... 👍🙏
penghapusan operasi yustisi adalah salah satu kebijakan cari muka Annies terhadap masyarakat Indonesia, namun menghianati warga jakarta.
om panji menurut saya, saat pemblokiran sosmed itu adalah saat dimana puncak chaos. sebenarnya sebagian besar rakyat indonesia tidak sepenuhnya mengerti apa dampak mereka berbicara melalui media sosial. dimasa sebelumnya berita melalui media massa seperti tv, surat kabar dan radio ada tahap filterisasi sebelum disiarkan. sedangkan sekarang rakyat indonesia banyak yang alay. begitu dapat berita langsung disebarkan agar viral dan terlihat seperti pahlawan yang paling tahu, tanpa memikirkan apakah dia tau persis sebuah kejadian ( seperti reporter profesional). wajar sih pemerintah bertindak seperti itu karena mereka melihat sifat kealayan sebagian besar masyarakat indonesia seperti itu
dan saya mendukung upaya pemerintah untuk mengamankan kedamaian indonesia. yang selama 5 tahun belakangan ini terus dicerca, dibuat panas dengan mengadu domba rakyat indonesia dengan politik bernuansa sara. yang tujuannya cuma ingin menduduki kekuasaan di tanah indonesia kita yang tercinta
Seneng dengan kategori kontennya bang, Pembatasan bermedia sosial sama aja otoroter 4.0
gw suka sama pemikiran lu bang idealis, ga ribet juga..
harus nya wakil rakyat di indonesia yaaa walaupun kaga setingkat sama pemikiran lu ya dibawah satu gpp lah.. cm gw mau nanya aja sama lu bang, kaga ada nih minat buat maju ke "kursi" DPR ?, gw sih percaya lu bisa ngerubah pola pemikiran orng kalo DPR itu ga se rendah sekarang kalo lu ada didalam nya...
kalo masalah zonasi sekolah, gw rasa dngan kondisi di indo sekarang, mo dari fasilitas sekolah, tata kota, kualitas guru, sistem pendidikannya(?), zonasi sekolah=big no no. liat aja dari fasilitasnya, emang tiap sekolah punya lapangan? palingan lapangannya cuman satu, itupun serba guna nan buluk. lab biologi, kimia dll? kalo ada tugas eksperimen pun cuman dilakuin dalem kelas, dan alat2nya yg ngsediainnya siswa. siswa loh yg ngsediain alat2nya? kelas? gw jamin, 50%+ meja nan kursi tak layak pakai. udh gitu, ada aja oknum2 yg ngmainin dana buat sekolahnya. hal yg kek ginian ngbikin sekolah2 yg tak favorit susah berkembang.
"tapi, zonasi sekolahkan mempermudah siswanya, maksudnya datang pergi dan jarak yg singkat dari sekolah ke rumah?" hm, jarak singkat tapi trotoarnya yg menantang? trotoarnya sering dipake buat kendaraan nan parkir? tata kotanya aja udh buluk. tata kota+kondisi sekolah buluk=situ mengharap hasil didikannya jadi bagus? ngarep aja sampe indo punya astronot udh gitu nancepin bendera indo di bulan
Opini ya..
karena faktanya pemerintah tidak mampu memberikan fasilitas pendidikan yang rata, Makanya...
Daripada membuat semua sekolah sama rata (bagus), kenapa ngga buat satu sekolah yang bagus saja (favorit) ditiap daerah, jadi orang yang emang niat belajar akan berlomba2 masuk sekolah favorit tersebut.
Sedangkan orang yang lebih minat ke bidang lain seperti olahraga, akan cari sekolah dengan fasilitas olahraga yang baik (seperti saya sengaja cari sekolah yang ekskul basketnya terkenal bagus).
hasilnya sekolah dengan lab komputer baik akan digunakan oleh orang yang minat dengan komputer, dan sekolah dengan fasilitas olahraga yang baik akan digunakan oleh orang yang minat dibidang olahraga.
mohon dikoreksi jika ada yang salah.
kalau ada yg komen merasa dirugikan karena di blokir sementara, terlalu egois... apa yg demo gk jelas itu bikin rugi? bahkan nyawa melayang? terlalu egois kalau di moment tersebut berbicara tentang rugi finansial, sedangkan taruhan yang lebih berat ialah nyawa. Tidak usah, membandingkan dengan jaman Presiden sebelum nya, karena konteks nya berbeda, kondisi nya juga berbeda, informasi tidak semudah sekarang menyebar dalam hitungan detik. Masyarakat Indonesia, sudah jelas belum dewasa dalam menggunakan sosmed, baik orang yg berpendidikan dan tidak sama saja.
24:00 lah orang tua yang tdk bisa memasukkan anaknya kesekolah unggulan apakah tdk pantas memiliki kesempatan yang sama anaknya dapat guru2 yang baik??
sistem zonasi juga ada di sd ke smp, tetapi bang buat smp dibekasi aja, penyebaran/pembangunan sekolah negri aja ada yg baru dibangun beberapa tahun terakhir, yaaa namanya sekolah2 baru, pasti ortu2 mikir fasilitas2nya gimana, toh bangunan sekolah aja masih kecil. pun SMA di bekasi juga msh ada gedung sekolah numpang di ged SD, jadi masih mau diterusin sistem ini?
dan buat universitas menerima calon mahasiswanya masih berdasar sekolah2 tertentu atau engga? yaa tidak dipungkiri orang2 mau masuk sma "favorit" karna nyiapin biar gampang masuk ptn tertentu
Tentang sistem zonasi bang,
Saya termasuk yang mendukungnya.
Dan... Terkait kurangnya kualitas guru, saya juga setuju.
Namun,
Sedikit salah juga saat berpikir guru di sekolah swasta itu kompeten.
Saya dulu bersekolah di sekolah favorit di daerah saya. Dan saya pun merasa, dari semua guru yg pernah mengajar saya, saya bisa beranggapan ada 20% guru yg sangat kompeten, 60% guru yang biasa aja yang mana kualitas guru seperti ini juga ada buanyak di sekolah tak favorit dan 20% saya bisa beranggapan tidak kompeten (saya juga mengalami perdebatan seperti bang Pandji, namun saya memilih... Sudahlah terserah 😄).
Menurut saya mengapa sekolah favorit tetap favorit, adalah karena siswa2 yang bisa di bilang pintar berkumpul dalam satu lingkungan dimana mereka punya keinginan belajar dan mencari tahu yang juga tinggi. Saya juga sangat yakin jika guru2 sekolah favorit mengajar murid yang (mohon maaf) kurang pintar, guru2 tersebut mungkin juga akan mengalami kesulitan dan sangat mungkin juga mereka tidak dapat menghasilkan output yang sama sepeti tahun2 sebelumnya. Sistem zonasi mungkin bisa meratakan kualitas "bahan baku" ini. Tentu saja lebih mudah bagi Sir Alex mengajar Ronaldo mencetak gol dibandingan mengajarkan Bang Pandji dong 😄.
Satu lagi terkait pemerataan kualitas guru. Saya paham apa yg bang Pandji alami dulu terkait kualitas guru. Namun akhir2 ini jika Bang Pandji mengikuti, untuk menjadi guru hari ini bahkan juga membutuh kan PPG(Pendidikan Profesi Guru) setelah mereka menyelesaikan Pendidikan sarjana, selain itu juga sudah ada sistem sertifikasi untuk Guru yang memenuhi kriteria tertentu dengan Insentif Gaji tambahan yang juga menstimulasi Guru2 di Indonesia meningkatkan Kualitas nya.
Saya pikir dengan program2 bagi pendidik yang sudah dimiliki ini cukup baik untuk meningkatkan Kualitas Guru. Setidaknya menambahkan kualitas Guru yang biasa menjadi baik.
Saya kira Pemerintah sudah cukup lama mempersiapkan dan mengupayakan pemerataan kualitas pendidik.
Namun tidak di pungkiri juga mungkin, program2 tersebut akan selalu menghasilkan pendidik luar biasa tiap tahun. Namun tentu saja upaya ini akan selalu berusaha ke arah lebih baik tiap tahunnya. La Masia pun juga tak bisa menghasilkan Lionel Messi tiap tahunnya bukan?
Itu pendapat saya. Bisa salah bisa benar. Jika Bang Pandji membaca ini, saya ingin tahu komentar Bang Pandji juga..... 😊
Yang paling gua rasain akhir" iNi sih, masalah zonasi bang.. nyokap gua guru sd deket rumah , dan beliau jadi penanggung jawab atauxdipercaya sama orabgtua buat bantuin daftar anak"nya , dan otomatis gua yg bantuin nyokap kan , mulain dari masukin data dan yg gua kaget ada form tentang "latitude longitude" dari lokasi rumah siswa , disitu gua langsung mikir , wagilaasih daftar sekolah sekarang , mending dulu pake nem atau tes sekalian. Udah gitu masalah kebijakan ini juga berimbas ke adenya cewekgua , yang gabisa masuk ke sma yg dia ingin karna terbentur sistem zonasi , dan akhirnya terpaksa masuk sekolah yg deket rumah walaupun dia ga sepenuhnya mau. Agak riskan juga sebenernya tapi daripada gasekolah mau jadi apa nanti 😣
Masalah kebijakan iNi walaupun maksud dan niatnya baik tapi kalo caranya gadiperhitungkan denganbaik , mungkin untuk menuju apa yg diharapkan juga bakal berat .
1. Pemblokiran -> VPN,
2. Yutisi -> Jangan abis lebaran datengnya biar gak kena,
3. Zonasi -> Revisi lah, 90% terlalu kejam / masuk swasta,
4. IMB -> Asyudahlahhh....
keren quot di kaosnya bang...
Bang Pandji, konten nya selalu informatif. Lebih baik lagi kalo bikin podcast juga bang. Kemaren di asumsi bersuara, katanya minat bikin podcast bang 😁
Pro kontra tentang zonasi sekolah ini menarik.
Kaya ayam ama telor.
Ada yang bilang, "ya diratain dulu dong muridnya, biar ga ngumpul semua yang pinter2, supaya pembagian kualitas guru dan fasilitasnya jadi merata"
Ada yang bilang "ya benerin dulu dong kualitas guru ama fasilitasnya, supaya anak yang masuk ke sekolah manapun, orang tuanya ga kuatir"
Yang lebih menarik lagi, di kota asal gw, Surabaya.
Ada satu blok yang isinya sekolah favorit semua. Bener2 ngumpul semua. Dari Sma5, sma2, sma1 dan sma9, dan bahkan ada smp favoritnya smp1. Dan ga jauh dari situ, ada sma favorit lain lagi, yaitu sma6
Jelas yang diuntungkan adalah yang tinggal disekitar situ.
Masalahnya, yang tinggalnya agak jauh dari situ lalu bagaimana? 5 dari Sma favorit yang ada di kota itu ngumpul semua cuy! Hahaha.
Buat yang tinggal di Jakarta nih, biar kebayang, SMA70 ama SMA6 kan udah ngumpul tuh. Nah tinggal lu tambahin aja SMA8 , SMA28, SMA81. Udah deh ngumpul semua. Jadi orang tua yang rumahnya didaerah Blok M situ ga usah kuatir, karena klo ga ketrima dia SMA8, masi bisa ke SMA70, masi bisa ke SMA28, masi bisa ke SMA81 atau ke SMA6.
Kyaknya g di Surabaya saja di Sidoarjo juga SMK sm SMA favorit ngumpul di satu tempat dibawah Flyover Buduran sidoarjo.
Kalau orangtua murid dekat dengan sekolah. Orangtua bisa lebih memantau apa yang dilakukan sekolah
pendengar setia bang panji. mantap lanjutkan bang. untuk orang daerah kayak saya. sangat perlu orang yang berbicara berdasarkan pendapat yang independen.
deddy corbuser for presiden pandji for wapres
Literally negara bubar
1. Negara/pemerintah memang mempunyai kuasa untuk merampas hak rakyatnya dalam situasi dan waktu tertentu. Jangankan di negara kaya Indonesia, di Eropa sekalipun, ketika memang dinilai situasi sedang bahaya, negara bisa mengambil hak/kebebasan warganya.. misalnya penerapan jam malam saat terjadi riot atau kerusuhan.. sejauh kebijakannya bersifat temporer, menurut gw gak masalah... asal jangan kaya di China dengan kebijakan tiananmen. Dan gw sih lebih memilih gak medsos an daripada kena jam malam..
2. Setuju Yustisi, dengan cara penyaringan yang lebih jelas dan disertai dengan pelatihan atau training tertentu. At least pendatang dikasih penjelasan atau pelatihan yang jelas untuk bisa hidup di Jakarta tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain
3. Yang penting pendidikan di rumah.. toh pandji sekarang juga bisa ngomong vegetables dengan baik dan benar sekalipun gurunya gak bener.. gw juga bisa tunjukin orang orang yang melakukan banyak kesalahan sekalipun bersekolah di sekolah favorit... kalo gak yakin ama sekolahnya, ya masuk swasta atau ikut les ini itu... kan waktunya udah banyak karena jaraknya deket...
bener bnget tuh kaos nya..
2.50 - 11.14 (pemblokiran sosmed) (Jokowi)
11.20 - 13.20 (operasi yustisi) (Anies)
13.30 - 31.00 (sistem zonasi) (Jokowi)
Sisanya kamera mati
(bersambung vid berikutnya, semoga banyak dan panjang yg dibahas karena diliat dari menitnya anda banyak paham masalah pa jokowi ketimbang anies, dan ini tema paling akdudjeisnaloahrjekskwiwjaomhkouggddyhj menurut saya mengenai IMB reklamasi ini)
Suwun.
Ahhahahahahahaha,
Bener banget 😄
Yah sama bro..gw sebgai gru danortu merasa bahwa zonasi...ini msh trlalu terburu-buru utk skrg...krna mengingat jdinya anak...yg "berprestasi" Harus mati2an utk dpt kuota disekolah favoritnya...Kalau saya lbh stuju pembenahan sistem gurunya terlebih dahulu..dan sistem pendidikan karakter
buat sistem zonasi, gw sebenernya setengah2 juga nih bang, secara dulu gw alumni SMA favorit di kota gw, tapi didalemnya gw keseret2 ngikutin ritme si anak2 jenius, beda sama waktu SMP yang gak terlalu favorit gw masih setiap caturwulan masih sempet dapet ranking 10 besar. Nah, yang rame itu kan sebenernya kemauan orangtuanya yang pengen anaknya sekolah di sekolah favorit, sementara si anak apakah dianya juga pingin, toh menurut gw ya, yang sekolah kan mereka, yang tau kemampuan dirinya itu kan mereka. okelah sebagai orangtua kita perlu menggali potensi2 terpendam dari anak, tapi kalo itu pada akhirnya menimbulkan pressure yg tinggi buat si anak kan gak baik juga, udah mana sekolahnya jauh, balik ke rumah juga larut, udah gitu mesti kerjain PR, dll..
kalo sekolahnya deket kan waktu istirahat dan bermain anak juga masih ada sisanya, dan lagi kalo memang anaknya pinter, cerdas, kan justru peluang dia buat dapet beasiswa jauh lebih tinggi di sekolah yang dekat dibanding bersaing dengan si jenius2 di sekolah yang favorit. bicara dari pengalaman gw SMP yang gak terlalu favorit naik ke SMA terfavorit se kotamadya. levelnya jauh bedanya .
Dari top player di SMP trus jadi medioker di SMA ya
@@jefb50yearsago79 medioker masih kebagusan kali.. ini gw dulu tergolong papan bawah kayanya di SMA
@@alterdieth masuk zona degradasi?
Ihhh kerennn kalo di buatnya kaya trevor noahhh!!
Tapi kayaknya negara kita belom siap di level itu.. Di amerika mah bebassssss... Disana presiden mo disindir sindir kayak gimanapun mah bebasssss... So we're not there yet..
50% setuju
50% tidak setuju
Sama sistem zonasi, soalnya ..bener kata om Panji tadi kalo di daerah luar Jakarta itu ngukur zonasi pake jarak rumah..jadi ada anak yang satu kelurahan tapi beda rw gitu ngga ketrima karena rumahnya lebih jauh..😀
Mentas di plembang kagak Bang? Kapan? Pengen nonton
Gw pribadi soal zonasi sekolah, kebetulan gw ada di kota kecil, Salatiga, gw setuju karena pilihan sekolahnya dikit dan kebetulan ga beda jauh soal kualitas & fasilitasnya. Ditambah justru karena sistem ini, ada sekolah di tempat gw kualitasnya meningkat. Tapi, kalo gw tinggal di kota gede, dan sistem zonasinya ruwet. Gw mending milih ke sekolah swasta, karena gw pribadi males ribet, dan buang" tenaga & waktu.
Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah selama memiliki alasan yang penting untuk kepentingan pertama rakyat dan kedua negara bisa diterima.
1. Keputusan pemblokiran sementara.
Untuk waktu itu gw setuju, karena seperti yang u bilang Bang Pandji, hasilnya efektif. Karena sudah terjadi dan cuma untuk sementara jadi ya udah lah ya...
2. Keputusan pembatasan orang yang masuk Jakarta.
Gw sih salah satu yang pro. Kenapa..? Karena Jakarta emang udah padet banget. Kebayang gag berapa banyak lapangan pekerjaan yang harus disiapkan..? Klo dibatasi kan, mereka akan fokus untuk menmbangun wilayah mereka sendiri. Hal ini tidak ada hubungan dengan hak asasi. Kalau mau ke Jakarta dengan tujuan jalan", dsb silahkan saja. Tapi klo mau tinggal dan belum punya pekerjaan serta tempat tinggal, lebih baik Anda membangun daerah Anda sendiri supaya lebih maju.
3. Keputusan sistem zonasi sekolah.
Gw lebih setuju klo cara kerjanya dibalik. Perbaiki dulu sekolahnya, maka murid pasti akan dateng.
Klo sekolah di dekat daerah rumah memiliki mutu yang sama dengan sekolah 'unggulan' yang jauh, maka pasti orang tua akan dengan rela dan sukacita serta bersemangat untuk mendaftarkan anaknya di sekolah terdekat. Karena bisa menghemat waktu dan biaya. Gw setuju dengan u Bang dengan alasan yang sama. Saya guru dan memang miris melihat pendidikan saat ini. Secara kurikulum, gw setuju dan mendukung. Tapi pelaksanaan di sekolah" masih penuh perjuangan. Takutnya, kebiasaan 'ganti menteri ganti juga kurikulumnya'. Makanya gag maju", jalan di tempat mulu. Bahkan, buku panduan guru untuk kurikulum 2013 masih susah didapat sampai bulan Maret 2019.
Jadi kesimpulannya, alasan / motivasi di belakang keputusan itu apa..? Apakah sudah siap sarana dan prasarana pendukungnya.?
3....memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan itu butuh waktu, bisa 3-4th, kenapa memberlakukan sekarang?krn target jokowi 5th kedepan memperbaiki SDM....termasuk kesehatan , pendidikan, dll....krn target jokowi 5th yg lalu memang fokus di infrastruktur untuk mengejar ketinggalan dgn negara lain.
Krn ibaratnya buah simalakama....mau tidak mau, siap atau tidak siap?....mau gak mau
Lanjooot Bang Pandji!
9:00 Setau gue orangnya ga dilindes sama tank, justru orang tsb berhasil menghentikan iring iringan tank. Dan orang itu ga cuma sendiri, ada shift bergantian gitu kek security di mall :v
Terusan vidio marketingnya mana bang, , ??? Dah di tunggu2
Ikut beropini sedikit
1. Pembatasan medos kemarin tidak bisa hanya dilihat dari logika kebijakan dan alasannya saja. Tapi juga konteks kejadiannya. Tidak bisa dianalogikan dengan Pemblokiran untuk mengurangi komentar negatif terhadap presiden. Awalnya saya juga merasa "Apasih sampai blokir2 segala" namun melihat informasi keseluruhan kejadian (meskipun mungkin hanya luarnya saja), saya baru mengerti yang dikawatirkan oleh pemerintah adalah Korban Jiwa. Memang akhirnya terjadi betul adanya korban jiwa, mungkin apabila tidak diberlakukan kebijakan tersebut, korbannya akan lebih besar. Satu-satunya aspek yang tidak dapat dikontrol oleh teknologi adalah perilaku penggunanya. Sayangnya memang sebagian pengguna di Indonesia belum juga dewasa untuk menyikapi informasi yang diterima
Dan apabila pertanyaanya "Kenapa semua orang yg diblokir ?", karena belum ada teknologi yang mampu memfilter konten Hoax dengan cepat dan akurat. Segala bentuk hukum terhadap konten Hoax baru sebatas reaktif (diproses setelah terjadi), belum bisa sampai level preventif (pencegahan). Dalam dunia IT, ada saat dimana Teknologi berpotensi keluar dari kontrol dan cenderung merusak, shutdown atau suspend adalah pilihan yang bijak (menurut saya)
3. Saya Setuju-Sebagian dengan kebijkan zonasi. Bahwa idenya adalah siswa dapat bersekolah di sekolah yang dekat dengan rumah adalah hal baik. Namun pembangunan sekolah di daerah belum semerata di kota-kota besar. Di kota saya sendiri, sebaran sekolah antara Kota dengan Kabupaten saja masih timpang jauh. Siswa di kabupaten harus menempuh jarak yg lumayan jauh karena sekolah terdekatnya justu malah di Kota. Menurut saya, jarak rumah ke sekolah lebih relevan apabila dijadikan poin pertimbangan dalam seleksi masuk. Siswa yang dekat dari sekolah diprioritaskan tapi bukan sebagai ukuran absolute.
Ini mana nomor 2 nya 😅
@@zamincagar Nomor 2nya operasi yustisi dan 4 reklamasi, tidak punya cukup informasi untuk beropini.
@@ahmadrianto5326 ooh kirain bikin poin 1-2-3
00::;;44, 4:::::Pendidikan bisa buat orang kreatif ((Stimulus otak)) Bandung adalah kota terbaik untuk urusan kreatif, mengapa::kharakter orang yang tinggal dan besar disini, dari etnis apapun, akan kreatif, walau sekolahnya di Inpres, bukan Taruna Bakti atau Santa Angela, boss!!!!
Kalo gua yah... kalo gua nih, kalo emang mau eksperimen mending yang ekstrim sekalian misalkan( di database pemprov kyknya ada) lewat peringkat sekolah negeri berdasarkan nilai UN,prestasi, kualitas guru, bla bla, dan (sekali lagi misalkan ) ada 100 sekolah yang menandakan ada peringkat 1-100
NAH!! kalo mau eksperimen ekstrim....
Coba tuker aja tiba tiba semua muridnya dari yang unggulan(mis top 1-20) ke yang caur (bottom 1-20), biar kita liat guru2nya bisa adaptasi ga tuh ketemu murid2 yang emang udah ada "kemampuan" dan yang masih harus diasah. Ntar lama2 juga gurunya struggle sendiri pasti, apalagi muridnya dong pun!!! karena sejatinya manusia cenderung homeostasis.
Konklusi: Jangan terlalu ditanggepin serius yak, ini bentuk kritik gua ke sistem zonasi dan juga label "sekolah unggulan", karena harusnya orang bebas mau sekolah dimana aja, dan sekolah harusnya bertanggung jawab membuat anak dengan latar belakang macam apapun menjadi satu,dua, bahkan tiga level lebih tinggi dari dirinya yang kemarin2. Supaya anak itu bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Dinamakan ilmu pengetahuan supaya orang yang dari gak tahu jadi tahu, bukan dari tahu jadi makin tahu.
Nah masalahnya bung apakah para orangtua murid rela kalau anaknya dijadikan bahan "eksperimen" tersebut
Potensi dan masa depan anak-anak itu ga bisa dipermainkan
Pasti orang tua mau pendidikan yg terbaik buat anaknya apalagi anak yg punya potensi tinggi
*Tujuan Zonasi gua akui GOKILLL,, ilangin istilah sekolah favorit,,, ga tau deh pelaksanaan nya*
AduDOMBA ABLE pelaksanaannya masih kacau balau bang
gue mendukung penuh konten ini terus berjalan, sampe bang panji jenggotan pun saya dukung
Pemerintah amanat nya untuk memintarkan masyarakat bukan untuk mencoba sistem dan mengorbankan anak anak dari semua masalah yang bang pandji angkat intinya sama pemerintah gagap dalam ngehadapin masalah
Curhat aja nih bang
Kebetulan gua yang urusin adik gua masuk sekolah. Yang pertama adik gua yang yang mau masuk SMA tahun 2018 kemaren nah kalo pas tahun 2018 meskipun disebut zonasi tapi tetep masih di jumlah dengan nilai UN jadinya meskipun jarak sekolah dari rumah 2 km masih dapet dia sekolah di SMA negeri.
Beda sama adik gua yang baru mau masuk SMP tahun ini. Sistem zonasi nya bener bener zonasi murni jadinya gak pake di jumlah sama nilai UN lagi makanya yang masuk sistem zonasi murni cuma anak-anak yang jarak dari rumah ke sekolah nya gak sampe 500 meter, dan juga masalah nya lagi sekolah itu lokasinya di perumahan jadi otomatis hampir seluruh kuota nya abis cuma buat warga komplek situ doang dan buat gua yang rumah nya 1,7 km gak mungkin dapet kalo pake sistem zonasi, untungnya nilai UN nya masih lumayan tinggi jadi masuk pake nilai UN.
Dan yang parah nya juga karena banyak yang udah tau sistem zonasi dari tahun lalu banyak orang tua calon siswa yang ngontrak rumah gak jauh dari sekolah itu dari 6 bulan sebelumnya padahal mereka punya rumah dan bahkan banyak orang dari luar daerah sini yang ikut-ikutan pake cara tersebut biar anaknya masuk sekolah yang diinginkan.
Di satu sisi sih baik sistem zonasi tapi kalo kondisinya kaya di daerah rumah gua jadi gak efektif karena lokasi sekolah di daerah perumahan jadi gak merata kesian warga yang gak tinggal di perumahan tersebut. Dan juga dalam radius 5 km cuma ada satu sekolah negeri itu aja gak ada sekolah lain, jadi yang pasti banyak anak-anak yang jarak rumah nya lebih dari 500 meter gak bakal keterima.
Kalo sistem zonasi terus diberlakukan maka akan ada peluang usaha baru yaitu rumah kontrakan deket sekolah karena pasti banyak yang membutuhkan 😆
Buat informasi aja gua domisili di kabupaten Bogor
mau comment ya Boss.
1. Pemblokiran sosmed sebagian: menurut gw ini sebenernya yang paling mengkhawatirkan dari 3 isu yang dibahas karena setting up bad precedent for others. pemerintah bisa dengan gampangnya melakukan sensor informasi dengan alasan "demi keamanan negara" tanpa dasar yang jelas, apalagi tidak disosialisasikan dengan benar. kurang lebih sama lah seperti UU ITE yang dianggap sebagai pasal plastik. saya sudah pernah share di group dan teman teman sekitar tapi mereka nanggapinnya dengan santai dengan alasan daripada kerusuhan pilih mana lo? kalo mau ngirim gambar bisa pake vpn dll dll yang intinya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sepele dan tidak penting padahal saya kenal beberapa orang yang dirugikan secara finasial karena kebijakan ini terutama mereka yang berjualan online lewat ig. saya lebih prefer pemerintah jujur dan mensosialisaikan kondisi apa adanya sesuai yang terjadi, jika ada yang menyebarkan hoax atau merencanakan kerusuhan biar polisi yang menangani sesuai hukum yang berlaku atau kalo perlu berlakukan martial law.
2. Penghapusan operasi yustisi: ini sudah terbaca sebagai virtue signaling dari gubernur DKI Jakarta karena dampaknya lebih banyak yang negatif daripada yang positif. bertahun tahun operasi tersebut diberlakukan dan tidak dicabut pasti ada alasan dan pertimbangannya. memang argumennya adalah melanggar hak asasi manusia karena setiap warga Indonesia berhak untuk bergerak bebas tapi jangan lupa hak mereka adalah tanggung jawab untuk pemerintah DKI Jakarta dan warga Jakarta pada umumnya. apakah karena hak sebagian orang maka kita harus mengorbankan kepentingan warga Jakarta secara keseluruhan?
3.Sistem Zonasi Sekolah: ada yang positif ada yang negatif tapi kalo orang tua membebankan tanggung jawab pendidikan pada sekolah makan orang tuanya yang salah. tanggung jawab pendidikan adalah tetap tanggung jawab orang tua, sekolah adalah sarana untuk membantu menerapkan standarisasi untuk pendidikan. sekolah tidak bertanggung jawab untuk tingkat pendidikan anak.
memulai hal baru memang susah dan harus ada pengorbanan tapi sistem zonasi sekolah ini sudah umum di negara maju dan beberapa negara berkembang dan sebenarnya sudah ada konsep yang bisa ditiru secara umum. jika merasa sekolah tidak memberikan pendidikan secara cukup untuk anak, orang tua bisa memberikan tambahan dengan kegiatan les atau kegiatan eksta kulikuler lainnya.
menurut saya hal yang penting dipelajari di sekolah adalah bagaimana bersosialisasi, membangun pertemanan, berpikir kritis, hormat terhadap guru dan hal hal lain yang sekarang dianggap kurang penting karena yang dikejar adalah bagaimana membangun anak yang pintar dan bukan anak yang cerdas (clever vs smart)
4. karena bos panji belum bahas jadi saya tidak bisa menanggapi banyak tapi bukannya gubernur sendiri yang waktu itu menghentikan proses reklamasi karena pertimbangan dampak terhadap lingkungan hidup? cmiiw. kenapa tiba tiba mengeluarkan IMB di daerah proyek reklamasi? apakah lupa ingatan? atau lupa daratan?
sistem zonasi sih sebenernya setuju, untuk menghindari tawuran, soalnya rata2 tawuran kan dulu ada basis nya, yg punya kearah mana gitu,
trus itu kan hanya berlaku untuk negri, so aman, kualitas yg swasta tetep. intinya sistem zonasi menurut saya sih keputusan yg baik, bahkan saya sempet memikirkanya sewaktu SMP, dulu smp di cipete , rumah di pamulang, jauh bgt.
Well, as u mention menjelang ending juga bang,
imo, poin utama dari ketiga topiknya ya ini:
KESIAPAN pemerintah dalam menangani "after-effect" kebijakan tuh entah kenapa gue rasa masih sangat kecil.
Pernah ada dosen yg bilang, "orang Indonesia itu jago dan demen bikin sesuatu, tapi susah dalam merawatnya.."
Masyarakat sekarang udah pinter-pinter, kritis-kritis, tentu kita pengen 'guarantee' mengenai "korban ujicoba kebijakan" itu tadi sih bang.
Ini kaga ada fakta dan data empiris yang menunjukkan bahwa kebijakan akan berhasil, eh main teken aja.
Tapi tentu, kebijakan itu juga dapat kita lihat ssuai konteks keadaan yg sedang terjadi sih~
yah gitu dah