In the past (1987) during the Cold War, Thailand had a border problem with its eastern neighbor. The opposing side received a huge amount of weapons from the Soviet Union. There was a duel with artillery until the Thai artillery shells were almost depleted. Indonesia offered to lend the artillery shells to Thailand and delivered them to Thailand. When the artillery shells arrived, its could not be used with the Thai artillery because they were of a different size.... Thailand therefore requested to return them. But..... Indonesia replied that there was no need to return the artillery shells, Indonesia would send the artillery.... How crazy!
Terkadang saya merasa sedih melihat banyaknya konten kreator asing yang memanfaatkan keluguan masyarakat Indonesia. Kenapa kita harus menganggap istimewa ketika orang asing tinggal di Indonesia, bisa berbahasa Indonesia, makan makanan Indonesia, atau jalan-jalan di sekitar sini? Mereka manusia biasa, sama seperti kita. Tidak ada yang membuat mereka lebih superior hanya karena mereka berasal dari luar negeri. Jika kita senang karena mereka "memperkenalkan" budaya kita, coba lihat siapa sebenarnya target audiens mereka. Ya, mayoritas penontonnya adalah orang Indonesia sendiri, bukan orang luar. Kalau kita benar-benar ingin mengangkat nama Indonesia di mata dunia, ada banyak konten kreator yang lebih berdampak untuk didukung, seperti diaspora Indonesia yang berkarier di luar negeri. Mereka memperkenalkan Indonesia di panggung global, bukan hanya untuk konsumsi penonton lokal. Coba pikirkan, di negara-negara maju seperti Jerman, Korea, Jepang, atau Amerika, ada tidak kreator konten asal Indonesia yang terkenal hanya karena membuat video "Saya cinta Jerman/Korea/Jepang" atau "Nyobain masakan Jerman/Rusia/Korea/Jepang untuk pertama kalinya"? Hampir tidak ada. Itu karena mereka tidak memandang kita sama. Mereka seringkali melihat negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan kesan rendah. Bahkan untuk bekerja di negara mereka, kita dihadapkan dengan banyak syarat dan aturan yang ketat. Mau jadi turis saja kita harus melewati prosedur visa yang rumit. Sementara mereka dengan mudahnya bisa datang ke Indonesia, mencari uang hanya dengan membuat konten-konten ringan seperti "Saya cinta Indonesia", "Cobain nasi padang", "Pergi ke Jogja", atau "Belajar tari Bali". Konten-konten sederhana itu langsung mendapatkan banyak penonton dan menguntungkan mereka. Kalau memang mereka benar-benar mencintai Indonesia, mereka tidak perlu menjadikan itu sekadar konten. Mereka akan dengan tulus hidup di sini, atau bahkan menjadi warga negara Indonesia. Faktanya, meskipun banyak dari mereka sudah tinggal di Indonesia bertahun-tahun, mereka tetap mempertahankan kewarganegaraan asli mereka. Wajar saja, karena mereka tidak ingin melepaskan hak istimewa yang mereka miliki di negara maju hanya untuk menjadi WNI. Saat kita menonton konten-konten seperti ini, penghasilan yang mereka dapatkan dari platform seperti RUclips akan kembali ke negara asal mereka. Lebih baik jika mereka berkontribusi dengan membayar pajak di sini, membuka usaha legal, menciptakan lapangan kerja, atau bahkan menikah dengan orang Indonesia. Tapi, apakah mayoritas dari mereka melakukan hal itu? Kita perlu berhenti menjadi masyarakat yang bermental inferior, yang mudah merasa bangga hanya karena ada orang asing yang melakukan hal-hal sederhana seperti makan nasi padang atau memuji masakan Indonesia. Bangga itu ketika ada anak Indonesia yang berhasil memenangkan Olimpiade, atau ketika ada seniman Indonesia yang berhasil go internasional. Bukan karena ada bule yang makan nasi padang! Bukan berarti kita tidak boleh mengapresiasi konten kreator asing, tapi setidaknya pilihlah konten yang memang memiliki usaha lebih, bukan hanya sekadar reaksi atau hal-hal dangkal. Di Jepang, misalnya, banyak konten kreator asing yang mempromosikan budaya Jepang ke audiens global. Penonton mereka kebanyakan adalah orang luar, bukan orang Jepang sendiri. Jika ada kreator asing yang seperti itu terhadap budaya kita, barulah layak kita berikan apresiasi. Jadi, mari kita lebih selektif. Memang menonton RUclips itu gratis, tapi dengan terus mendukung konten-konten reaksi yang tidak memberi nilai tambah, kita sebenarnya sedang memberi panggung dan keuntungan kepada orang-orang yang tidak benar-benar berkontribusi pada kemajuan budaya kita.
Indonesia has never lost a war with a world country. - Indonesia's territory is very large. - Indonesia is the same as Russia " Malaysia, Thailand, the Philippines, Brunei Darussalam, Singapore, all of which were once part of the Indonesian archipelago"- * Indonesia is the annual jungle and urban warfare trainer for NATO forces.
TNI terbaik 1 dunia,perang gerilya pun hanya Indonesia yang punya,negara lain hanya belajar dari Indonesia,bravo TNI Indonesia
Lebay
Emng bener kok@@irpansupendi7571
This is 1 Indonesia 🇮🇩👑🔥
Yes...juara is same the champion...thank you brother...❤🔥🇮🇩bravo TNI 🔥
❤🤘
Menyalah bro 🎉🎉🎉
Thank you to our Turkish brothers who have collaborated in developing weapons with Indonesia 🇮🇩🇹🇷
❤🙏
Bravo 🔥💪🇮🇩
Tank you brother love indonesia ❤
❤✌
Terima kasih
Terima kasih sudah REACTION
❤👍
TNI 👍❤❤❤
TNI.. ❤❤
In the past (1987) during the Cold War, Thailand had a border problem with its eastern neighbor.
The opposing side received a huge amount of weapons from the Soviet Union.
There was a duel with artillery until the Thai artillery shells were almost depleted.
Indonesia offered to lend the artillery shells to Thailand and delivered them to Thailand.
When the artillery shells arrived, its could not be used with the Thai artillery because they were of a different size.... Thailand therefore requested to return them.
But..... Indonesia replied that there was no need to return the artillery shells, Indonesia would send the artillery.... How crazy!
❤👏👏
ถ้าว่างๆก็ชอบดูคลิปประเทศอินโดนีเซียเหมือนกันค่ะ กองทัพทหารเก่ง
Menyala bos ku
indonesia i love forever and palestine❤❤
❤❤❤
Jangan lupa minum kopi😂
Tonton yang versi full nya bro
Tg setuju like👍
Thank you for always responding to the Indonesian TNI. I'm so excited to see all your reaction videos
Thanks friend ❤
👍👍👍👍👍🌟🌟🌟🌟🌟❤️😊
Terkadang saya merasa sedih melihat banyaknya konten kreator asing yang memanfaatkan keluguan masyarakat Indonesia. Kenapa kita harus menganggap istimewa ketika orang asing tinggal di Indonesia, bisa berbahasa Indonesia, makan makanan Indonesia, atau jalan-jalan di sekitar sini? Mereka manusia biasa, sama seperti kita. Tidak ada yang membuat mereka lebih superior hanya karena mereka berasal dari luar negeri.
Jika kita senang karena mereka "memperkenalkan" budaya kita, coba lihat siapa sebenarnya target audiens mereka. Ya, mayoritas penontonnya adalah orang Indonesia sendiri, bukan orang luar.
Kalau kita benar-benar ingin mengangkat nama Indonesia di mata dunia, ada banyak konten kreator yang lebih berdampak untuk didukung, seperti diaspora Indonesia yang berkarier di luar negeri. Mereka memperkenalkan Indonesia di panggung global, bukan hanya untuk konsumsi penonton lokal.
Coba pikirkan, di negara-negara maju seperti Jerman, Korea, Jepang, atau Amerika, ada tidak kreator konten asal Indonesia yang terkenal hanya karena membuat video "Saya cinta Jerman/Korea/Jepang" atau "Nyobain masakan Jerman/Rusia/Korea/Jepang untuk pertama kalinya"? Hampir tidak ada. Itu karena mereka tidak memandang kita sama. Mereka seringkali melihat negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan kesan rendah.
Bahkan untuk bekerja di negara mereka, kita dihadapkan dengan banyak syarat dan aturan yang ketat. Mau jadi turis saja kita harus melewati prosedur visa yang rumit. Sementara mereka dengan mudahnya bisa datang ke Indonesia, mencari uang hanya dengan membuat konten-konten ringan seperti "Saya cinta Indonesia", "Cobain nasi padang", "Pergi ke Jogja", atau "Belajar tari Bali". Konten-konten sederhana itu langsung mendapatkan banyak penonton dan menguntungkan mereka.
Kalau memang mereka benar-benar mencintai Indonesia, mereka tidak perlu menjadikan itu sekadar konten. Mereka akan dengan tulus hidup di sini, atau bahkan menjadi warga negara Indonesia. Faktanya, meskipun banyak dari mereka sudah tinggal di Indonesia bertahun-tahun, mereka tetap mempertahankan kewarganegaraan asli mereka. Wajar saja, karena mereka tidak ingin melepaskan hak istimewa yang mereka miliki di negara maju hanya untuk menjadi WNI.
Saat kita menonton konten-konten seperti ini, penghasilan yang mereka dapatkan dari platform seperti RUclips akan kembali ke negara asal mereka. Lebih baik jika mereka berkontribusi dengan membayar pajak di sini, membuka usaha legal, menciptakan lapangan kerja, atau bahkan menikah dengan orang Indonesia. Tapi, apakah mayoritas dari mereka melakukan hal itu?
Kita perlu berhenti menjadi masyarakat yang bermental inferior, yang mudah merasa bangga hanya karena ada orang asing yang melakukan hal-hal sederhana seperti makan nasi padang atau memuji masakan Indonesia.
Bangga itu ketika ada anak Indonesia yang berhasil memenangkan Olimpiade, atau ketika ada seniman Indonesia yang berhasil go internasional. Bukan karena ada bule yang makan nasi padang!
Bukan berarti kita tidak boleh mengapresiasi konten kreator asing, tapi setidaknya pilihlah konten yang memang memiliki usaha lebih, bukan hanya sekadar reaksi atau hal-hal dangkal. Di Jepang, misalnya, banyak konten kreator asing yang mempromosikan budaya Jepang ke audiens global. Penonton mereka kebanyakan adalah orang luar, bukan orang Jepang sendiri. Jika ada kreator asing yang seperti itu terhadap budaya kita, barulah layak kita berikan apresiasi.
Jadi, mari kita lebih selektif. Memang menonton RUclips itu gratis, tapi dengan terus mendukung konten-konten reaksi yang tidak memberi nilai tambah, kita sebenarnya sedang memberi panggung dan keuntungan kepada orang-orang yang tidak benar-benar berkontribusi pada kemajuan budaya kita.
Terima kasih🇮🇩🙏🏽
Next HUT TNI 79 DI IBUKOTA NUSANTARA🇮🇩
#INFOIKNTERKINI👈
❤🙏
80 kali😅😅😅
Itu video nya tidak full cuman clip doang
❤👍
@@coffeereaction trima kasih sudah mereactions saudara❤
Ini kesenanganku teman ❤👍
Indonesia has never lost a war with a world country. - Indonesia's territory is very large. - Indonesia is the same as Russia " Malaysia, Thailand, the Philippines, Brunei Darussalam, Singapore, all of which were once part of the Indonesian archipelago"- * Indonesia is the annual jungle and urban warfare trainer for NATO forces.
❤❤❤