BANGGA JADI ORANG BATAK | Chairman Panbil Group Johanes Kennedy Aritonang
HTML-код
- Опубликовано: 5 окт 2024
- Panbil Grup, dirintis sejak 35 tahun lalu, dari Regency Park di Pelita hingga kawasan bisnis terpadu Panbil Industrial Estate. Grup bisnis ini terus berkembang merambah ke bisnis real estate, energi, konstruksi, pertambangan, dan pariwisata.
Jejaring bisnisnya makin luas. Ekspansi ke Karimun membangun Pulau Asam container port, meluncurkan Karimun Goldcoast. Panbil Group makin serius di bisnis pariwisata. Mengelola Panbil Nature Reserve, taman wisata alam di di Batam. Kini, Panbil Group adalah salah satu kelompok bisnis yang disegani di Batam dan Kepulauan Riau.
Chairman Panbil Group Johanes Kennedy Aritonang menceritakan perjuangannya membangun Panbil Group. Pengusaha papan atas Batam yang akrab disapa JK ini, sejak Januari 2024 juga dipercaya menjadi Chairman Toga Aritonang se dunia.
Ia menyaksikan, betapa orang-orang di Jepang, China dan Korea, meski menjadi negara maju, tidak kehilangan identitas budayanya. Itu sebabnya, JK menggali dan merilis kembali nilai-nilai luhur dalam budaya Batak. Ia mencanangkan Gerakan Bangga Menjadi Orang Batak, terutama di kalangan generasi mudanya.
Leluhur suku Batak memiliki harapan tinggi agar setiap generasinya selalu membawa identitas dan kebanggan sebagai suku Batak, serta menjalan-kan nilai-nilai kearifan suku Batak di dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan hidup orang Batak pertama, Hagabeon (Generasi Penerus).
Suku Batak meyakini bahwa anak akan mendatangkan banyak keberuntungan dan rezeki, selain itu dengan keturunan yang
banyak akan memiliki generasi penerus untuk mewarisi garis keturunan, nama atau marga dan kemakmuran.
Kedua, Hamoraon (Kemakmuran). Orang Batak terkenal sebagai pekerja keras dan ulet agar dapat mengumpulkan harta atau materi yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga untuk hidup yang lebih baik makmur dan sejahtera.
Ketiga, Hasangapon (Kekuasaan). Bagi orang Batak, sebuah kehormatan akan didapat jika memiliki status sosial yang tinggi, salah satunya dengan
memiliki pendidikan yang tinggi. Sehingga para orang tua dari suku Batak bekerja keras agar dapat menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya, karena dengan demikian keluarganya akan mendapat status sosial yang
tinggi dan mendapat kedudukan terhormat di masyarakat.
Bagaimana melestarikan budaya Batak di kalangan generasi mudanya? Benarkah kini banyak anak muda Batak tak bisa berbahasa Batak? Dalihan Na Tolu memiliki nilai falsafah hidup seperti hormat kepada orang tua, sikap menghargai sesama, serta tutur kata sopan santun. Bagaimana falsafah tersebut di kalangan anak muda Batak di perantauan? Apakah program 'Marsipature Hutana Be' masih berjalan?
Ikuti wawancara khusus tentang budaya Batam dengan Chairman Panbil Group dan Chairman Toga Aritonang se dunia Johanes Kennedy Aritonang, hanya di channel SOCRATES TALK…
#panbilgroup, #banggamenjadiorangbatak, #johaneskennedyaritonang, #togaaritonang, #budayabatak, #hagabeon, #hamoraon, #hasangapon
Saya bangga jadi orang Batak
Sehat selalu Pak Jon
GBU
Rangking Business Pak Jhon Kennedy:
Supplier-Kontruksi-Developer-Energi @ Tambang.
Best Regards 🙏🤝🇮🇩
Haleluya, diberkati TUHAN untuk menjadi berkat bagi banyak orang
Saya ibu 3 anak yg selalu menggunakan bahasa batak tujuannya agar anak dan suami ngerti.
Kendat8pun saya belum sukses di p3rantaun tetap bangga jadi orang Batak
Tetap berjaya Panbil Group, sampai generasi mendatang. Sehat slalu dan panjang umur buat Pak J K & Keluarga.😇😇
Sebenarnya Suku Batak Tapanuli Utara Sejak dilahirkan Anak Raja dan Boruni Raja, setelah Nomensen datang dari Jerman dan Menjadi Anak Tuhan. Jadi apbl digunakan dimamfaatkan dgn sungguh2 Anak Raja Anak Tuhan sebaik2nya segala2nya pasti didpt dan dicapai asal mau dan siap melakukan Paserep roham Dalian Natolu dan Misi Visi org batak Hamoraon Hagabeon Hasangapon pasti tercapai dgn hidupmu Harus Tulus, Lemah lembut, Cerdas, Cerdik, Tegas/Berani, Bertanggung Jawab.❤❤❤
Puji TUHAN!
Kita harus mengakui bhw kita benar Anak TUHAN ❤
sebelum kedatangan nomensen juga
Kami orang batak udah anak dan boru ni raja
@@sidolinajukkat7615 justru krn itulah Nomensen sampai dtg dari Eropa bahwa bangsa batak yg sejak lahir sdh dikatakan Anak Raja dan Boruni Raja. Jadi banggalah menjadi org batak yg berkwaliatas dan Tangguh serta menghilangkan HOTEL (Hosom, Teal, Elat, Late). ❤️❤️❤️🙏🙏🙏
Tpi jujur saja klo saya tdk suka disebut sebagai anak raja krna pd umumnya raja2 itu tdk baik mereka hidup dgn berbagai ketidak wajaran. Penuh skandal,banyak aturan dll. Saya lbh senang &berbahagia sebagai anak atau boru ni raja.
@@SamA-rv9wh Omp. Pd saat itu sdh berpikiran Anak Raja boruni Raja
Dizaman dan Tehknologi yg canggih ini bangsa batak jadilah yg berkwalitas, yg tangguh, yg super cerdas, jangan menjadi anak hatoban dan cengeng, biasa2 saja. Itulah maksud omp. kita. Gbu.
Perbincangan yang edukatif. Luarbiasa pewawancara dan tentu narasumber pak Aritonang. Bangga jadi orang Batak.
Semoga Panbil Grup semakin maju dan dan sukses membuka lapangan kerja untuk masyarakat luas.Sehat selalu Untuk Amang Boru Jhon Kenedy Aritonang dan keluarga kita bangga menjadi orang Batak.Horas...Horas...Horas jala Gabe..❤😊
Setuju dengan Amang Aritonang, mudah2an para tokoh2 adat batak melakukan upaya2 simplifikasi tanpa mengurangi esensi, agar tetap relevan dengan kondisi zaman, sehingga anak2 muda juga bisa terus berbagian Dan tidak takut dengan hal-hal terkait peradatan. Terimakasih untuk podcastnya..
Izin kasih masukkan.. klo bsa durasinya ditambah mngkn 50-60 mnit.. Krna diskusinya enak.. Narsumnya keren dan host nya jg keren..
Molo litok aek di jae,ingkon jalahan ma tu julu,molo adong parsalisihan,ingkon botoon do parmulaan ni parsalisihani,Horas pak jhon.
Memang begitu harus punya fanatisme daerah kalau mau dihargai! Bukan bangga menjadi seperti org lain atau negara lain! Apa lagi merendahkan daerah atau bangsa “budaya” sendiri maka akan kehilangan segalanya sampai pendatang berani mengkafirkan pribumi?
Salah satu org terkaya di Batam.. mantap God bless
Luar biasa tulang…. Layak jadi panutan. Jadilah berkat untuk berkat utk kita orang Batak…
Luar biasa penjelasan yang tidak berbelit-belit. Masuk pikiran. Untung ada Gereja HKBP yang mempertahankan Bahasa Batak
Sehat selalu pak @johannes Kennedy Aritonang
Sebenarnya marsipature hutanabe itu adalah politik raja inal karena dia pada saat itu gubernur sumatera utara sehingga pada saat itu pembangunan sumatrra utara banyak dilakukan oleh gubernut raja inal ke kampungnya ke daerah Tapanuli selatan sedangkan daerah lain nol. Bariulah setelah otonomi terutama setelah presiden jokowi pembangunan di sumatera utama merata semua kabupaten. Apalagi ada program pembangunan 1 desa dapat 1 milyar setiap tahun dari apbn. Jadi bisa dibilang ada yg dirasakan seluruh daerah indonesiab selama 10 tahun pemerintahan jokowi. Berbeda dgn presiden lainnya tidak ada pembangunan merata.
Salut,luar biasa,sy bangga org batak,org batak bnyk diperantuan,america,eropa,
Saya baru ini melihat bapak Jon kenedi nama beliau terkenal di Batam ini ,saya senang melihat walau dalam Wawan cara ,selama ini saya kira orang cina ternyata asli orang Batak Aritonang Margana.
Istrinya yang cina singapur ito
@@HirpanRumabutar sorry koreksi dikit, istri pak Jhon Kennedy Aritonang bukan Cina Singapore, tapi asli Indonesia (Bangka belitung) ras Cina.
@@yanthytobing9480 setauku cina Singapura, tapi emtah lah salah atau benar,
@@HirpanRumabutar Bukan. Apa yg saya tulis itu, itu faktanya. Memang pak Jhon & family sdh stay di Singapore sejak thn 99, tapi Mrs.Jhon Kennedy BUKAN warga Singapore.
@@yanthytobing9480 anda salah kak, pak johannes dl pertama merantau ke pekanbaru itu,mknya ada juga sawit nya, tahun 99 bukan di singapur,memang uda di batam kok,satu kampung ku pun pak jhon
Mantap ....
Slogan yang bagus dan bernas. Gbu
Keren Pak Socrates. Setahu saya baru ini saya lihat Pak John tampil wawancara (podcast).
Jadi jika diperantauan orang batak itu membuat perkumpulan- perkumpulan marga dan setiap bulan dibuat pertemuan secara bergilir di rumah anggotanya. Setiap satu keluarga Batak wajib mengikuti perkumpulan marga terdiri dari marga suami, marga istri, marga ibu dari suami, marga ibu dari istri, perkumpulan orang Batak satu lingkungan, perkumpulan satu gereja. Jadi satu bulan satu keluarga Batak itu minimal mengikuti 6 sampai 10 perkumpulan belum lagi acara undangan kawin, acara meninggal dan acara lainnya. Jadi kegiatan orang Batak itu satu bulan itu tidak ada freenya. Jika kegiatan kantor ada liburnya 2 hari dalam 1 minggu. Bagi org Batak digunakan untk acara kawin, kegiatan gereja, kegiatan perkumpulan marga dll. Hari biasa juga setelah pulang kerja atau malam ada juga kegiatan perkumpulan doa bersama dari gereja dan lingkungan. Jadi keluarga Batak itu membutuhkan biaya agak besar dalam satu bulan utk kebutuhan hidup. Yg jelas setiap satu kegiatan itu membutuhkan biaya selain kebutuhan sehari hari.
BRAVO CHSIRMAN OF PANBIL GROUP & CHAIRMAN OF ARITONANG
Klo boleh saran
Pengusaha pengusaja yg sdh pengalaman
Membuat acara entah apalah namanya , untuk mengajari orang batak bisa jadi pengusaha , langkah langkahnya bagaimana ,
Kita lihat orang cina , selalu berusaha mengajari orang cina bagaimana cara cara menjadi pengusaha , makanyaorang cina , dimanapun berada selalu jadi pengusaha.
Semoga semua generasi nya pun bangga jadi orang Batak, ya Amang uda. ❤
Horas ito...sukses terus usahanya to
Kawasan pambil tembesi,pambil infestasi 30 T mantap pambil ❤
Kebudayaan suatu suku itu semua akan terkikis jadi satu bangsa yg berbahasa satu. Terkikisnya budaya dan bahasa lokal itu juga terjadi pada negara negara diluar indonesia seperti negara maju eropa, amerika cina dan jepang. Makanya sudah banyak bahasa dan kebudayaan didunia ini sudah punah.
Mantap ❤❤
I'm proud to be BATAK..👍👍
Sehat selalu bapak JK bapak pembina ikabtu
Horas ketua
Paten kalee bang aat.. Cuma kyknya kurang gitarnya aja sambil marende hehe
Horas horas horas
Kren Layak di Subscriber
Mantab pak tua. Sehat sehat selalu
Jadi di perantauan banyak org batak tidak pasif bahasa batak, itu disebabkan dipengaruhi karena bahasa lingkungan kerja, tempat tinggal dan sekolah mengunakan bahasa indonesia, itu juga dialami oleh suku lain yg merantau.
Senang lihat tulang ku GOD BLESS tulang ku naburju
Suku KARO secara genetik:
Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
1. Corah
2. Unjuk
3. Tekang
4. Girik
5. Pagit
6. Jile
7. Meherga
Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
Terciptanya Merga dari Suku Karo
Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
1. KARO-KARO:
· Barus
· Bukit
· Gurusinga
· Kaban
· Kacaribu
· Ketaren
· Kemit
· Jung
· Purba
· Sinulingga
· Sinukaban
· Sinubulan
· Sinuraya
· Sitepu
· Sinuhaji
· Surbakti
· Samura
· Sekali
2. GINTING:
· Ajartambun
· Babo
· Beras
· Cabap
· Gurupatih
· Garamata
· Jandibata
· Jawak
· Manik
· Munte
· Pase
· Seragih
· Suka
· Sugihen
· Sinusinga
· Tumangger
3. SEMBIRING:
· Berahmana
· Busuk
· Depari
· Colia
· Keloko
· Kembaren
· Muham
· Meliala
· Maha
· Bunuaji
· Gurukinayan
· Pandia
· Keling
· Pelawi
· Pandebayang
· Sinukapur
· Sinulaki
· Sinupayung
· Tekang
4. Perangin-angin
· Bangun
· Keliat
· Kacinambun
· Namohaji
· Nano
· Menjerang
· Uwir
· Pinem
· Pancawan
· Panggarun
· Ulun Jandi
· Laksa
· Perbesi
· Sukatendel
· Singarimbun
· Sinurat
· Sebayang
· Tanjung
5. TARIGAN:
· Bondong
· Gana-gana
· Gersang
· Gerneng
· Jampang
· Purba
· Pekan
· Sibero
· Tua
· Tegur
· Tambak
· Tambun
· Silangit
· Tendang
Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
Komen ini, bukannya salah kamar ya? Hehehe..., ada-ada saja kamu ini!!!
@@GilbertGultom-y6s ini media sosial kan saya hanya berbagi informasi biar orang tahu dan sadar bahwa Batak itu cuma ilusi ciptaan penjajah kolonial Belanda yang kenyataan cuma ada orang Toba itu saja dan saya berpendapat sesuai fakta ilmiah dan jika tak setuju maka bantah dgn fakta ilmiah juga jika memang mau disebut masyarakat maju.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏
@@herisatriasahputragurusinga ya, tapi kam itu buka topik lain. Tidak mengikuti topik yang ada. Itu saja.
@@GilbertGultom-y6s bujur kd2,saya hanya berbagi informasi sesuai fakta agar bebas dari propaganda penjajahan kolonial Belanda dan agar kita berdiri sesuai asal usul suku kita masing2 terutama bahwa suku Karo tidak pernah menjadi Batak sesuai fakta mitologi Karo, fakta sejarah, fakta ilmiah dan fakta DNA.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏
@@GilbertGultom-y6s bujur ras mejuah-juah man kita kerina 🙏 catatan suku Karo bukan Batak Karo apalagi suku Batak hanya SUKU KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari dimana wilayah masyarakat Suku Karo hanya diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, Taneh Karo jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo, yakni:
Kabupaten Karo
Siwaluh Jabu di Desa Dokan.
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Karo. Wilayah yang terkenal di kabupaten ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal, jus markisa. Mayoritas masyarakat Suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai Taneh Karo Simalem. Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Suku Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Suku Karo, salah satu yang unik adalah trites. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan kerja tahun. Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi atau kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
Kota Medan
Pendiri Kota Medan adalah seorang putra Karo yang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Sebagian sejarawan dan pemerhati budaya juga memercayai bahwa asal mula nama Medan berasal dari bahasa Suku Karo, yakni "madan" yang berarti "obat".
Kota Binjai
Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota Medan, hal ini disebabkan oleh jaraknya yang relatif dekat dari Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Nama "Binjai" juga dipercaya oleh sementara orang berasal dari gabungan kedua kosakata bahasa Suku Karo, "ben" dan "i-jei" yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "Binjei" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang. Namun etimologi nama "Binjai" berasal dari buah Binjai.
Kabupaten Langkat
Masyarakat Batak Karo di Kabupaten Langkat mendiami daerah hulu, seperti Bahorok, Kutambaru, Sei Bingai, Kuala, Salapian, Selesai, Batang Serangan, dan Serapit. Teluk Aru yang berada di Langkat Hilir juga pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Haru, kerajaan bercorak Karo-Melayu yang dimana menjadi leluhur dari Sultan Melayu Sumatera Timur.
Kabupaten Dairi
Wilayah Kabupaten Dairi pada umumnya subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang berkualitas. Sebagian wilayah Kabupaten Dairi yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
Kecamatan Tanah Pinem
Kecamatan Tigalingga
Kecamatan Gunung Sitember
Kabupaten Aceh Tenggara
Sebagian wilayah Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
Kecamatan Babul Rahmah
Kecamatan Lawe Sigala-Gala
Kecamatan Semadam
Kabupaten Deli Serdang
Sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
Kecamatan Tanjung Morawa
Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu
Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir
Kecamatan Sibolangit
Kecamatan Pancur Batu
Kecamatan Kutalimbaru
Kecamatan Sunggal
Kecamatan Deli Tua
Kecamatan Sibiru-biru
Kecamatan Gunung Meriah
Kabupaten Simalungun
Sebagian wilayah Kabupaten Simalungun yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
Kecamatan Dolok Silau
Kecamatan Pamatang Silima Huta
Kecamatan Silimakuta.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏
Panutan sukses,👍
Mantap bang...
Bangga menjadi orang Batak
Manusia lebih tertarik dgn kekuasaan,tahta,dan harta dunia.
KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO 👍 Nama Batak sebagai identitas etnik ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri, tapi diciptakan atau dikonstruksi para musafir barat. Hal ini kemudian dikukuhkan misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak sejak tahun 1860-an. Simpulan ini dikemukakan sejarahwan Unversitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari yang baru usai melakukan penelitian di Jerman.
Di Jerman, sejarahwan bergelar doktor ini memeriksa arsip-arsip yang ada di Wuppertal, Jerman. Dalam sumber-sumber lisan dan tertulis, terutama di dalam pustaha, atau tulisan tangan asli Batak, tidak ditemukan kata Batak untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik Batak. Jadi dengan demikian nama Batak tidak asli berasal dari dalam kebudayaan Batak, tetapi diciptakan dan diberikan dari luar.
"Kata Batak awalnya diambil para musafir yang menjelajah ke wilayah Pulau Sumatera dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di pegunungan dengan nama bata. Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan," kata Ichwan Azhari di Medan, Minggu (14/11/2010).
Dalam penelitiannya yang dimulai sejak September lalu, selain memeriksa arsip-arsip di Jerman, Ichwan juga melengkapi datanya dengan mendatangi KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde atau the Royal Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) di Belanda. Dia juga mewawancari sejumlah pakar ahli Batak di Belanda dan Jerman seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner.
Hasilnya, pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik yang ditelusurinya, seperti manuskrip abad 17 koleksi Leiden, memang ditemukan kata Batak di kalangan orang Melayu di Malaysia, tetapi sebagai label untuk penduduk yang tinggal di rimba pedalaman semenanjung Malaka. Dalam manuskrip itu, saat Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Puteri Gunung Ledang yang sangat dihina dan direndahkan oleh teks ini, melarikan diri ke hulu sungai dan dalam teks itu disebut, "... masuk ke dalam hutan rimba yang amat besar hampir dengan negeri Batak. Maka diambil oleh segala menteri Batak itu, dirajakannya Puteri Gunung Ledang itu dalam negeri Batak itu."
Tidak hanya di Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan streotip atau label negatif sebagai Batak. Untuk itu menurut Ichwan, cukup punya alasan dan tidak mengherankan kalau peneliti Batak terkenal asal Belanda bernama Van der Tuuk pernah risau
dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama Batak untuk nama etnik karena imej negatif yang terkandung pada kata itu.
"Di Malaysia dan Filipina penduduk yang diberi label Batak tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di Sumatera Utara label itu terus dipakai karena peran misionaris Jerman dan pemerintah kolonial Belanda yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu," katanya.
Disebutkan Ichwan, para misionaris itu sendiri awalnya ragu-ragu menggunakan kata Batak sebagai nama etnik, karena kata Batak tidak dikenal oleh orang Batak itu sendiri ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal. Para misionaris awalnya menggunakan kata bata sebagai satu kesatuan dengan lander, jadi bata lander yang berarti tanah Batak, merupakan suatu nama yang lebih menunjuk ke kawasan geografis dan bukan kawasan budaya atau suku.
Di arsip misionaris yang menyimpan sekitar 100 ribu dokumen berisi informasi penting berkaitan dengan aktivitas dan pemikiran di tanah Batak sejak pertengahan abad ke-19 itu, Ichwan menemukan dan meneliti
puluhan peta, baik peta bata lander yang dibuat peneliti Jerman Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, maupun peta-peta lain sebelum dan setelah peta Junghuhn dibuat.
"Peta-peta itu memperlihatkan adanya kebingungan para musafir barat dan misionaris Jerman untuk meletakkan dan mengkonstruksi secara pas sebuah kata Batak dari luar untuk diberikan kepada nama satu kelompok etnik yang heterogen yang sesungguhnya tidak mengenal kata ini dalam warisan sejarahnya," tukas Ichwan.
Dalam peta-peta kuno itu, kata bata lander hanya digunakan sebagai judul peta tapi di dalamnya hanya nampak lebih besar dari judulnya nama-nama seperti Toba, Silindung, Rajah, Pac Pac, Karo, dan tidak ada nama batak sama sekali. Dalam salah satu peta kata Batak di dalam peta digunakan sebagai pembatas kawasan Aceh dengan Minangkabau.
Kebingungan para misionaris Jerman untuk mengkonstruksi kata Batak sebagai nama suku juga nampak dari satu temuan Ichwan terhadap peta misionaris Jerman sendiri yang sama sekali tidak menggunakan judul bata lander sebagai judul peta dan membuang semua kata Batak yang ada dalam edisi penerbitan peta itu di dalam laporan tahunan misionaris. Padahal sebelumnya mereka telah menggunakan kata Batak itu.
Kata Batak yang semula nama ejekan negatif penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman, kemudian menjadi nama kawasan geografis penduduk dataran tinggi Sumatera Utara yang heterogen dan memiliki nama-namanya sendiri pada awal abad 20, bergeser menjadi nama etnik dan sebagai nama identitas yang terus mengalami perubahan.
"Setelah misionaris Jerman berhasil menggunakan nama Batak sebagai nama etnik, pihak pemerintah Belanda juga menggunakan konsep Jerman itu dalam pengembangan dan perluasan basis-basis kolonialisme mereka. Nama Batak juga digunakan sebagai nama etnik para elit yang bermukim di Tapanuli Selatan yang beragama Islam," tukasnya.
Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
Lembaga adat itu sulit terbentuk karena adat batak itu di tapanuli berbeda beda juga setiap daerah contohnya adat batak toba di balige berbeda dgn adat batak di samosir danau toba Malahan adat batak itu jadi melebur di daerah perantauan jadi satu, jadi adatnya juga berbeda contoh di kota besar seperti medan, batam jambi, tapi memang beda beda tipis adatnya.
KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO.Fakta GBKP pertama: Gereja Batak Karo Protestan (disingkat GBKP) adalah sebuah kelompok gereja Protestan di Indonesia yang berdiri di Tanah Karo, Sumatera Utara dan melayani masyarakat Karo. GBKP adalah gereja Kristen Protestan yang beraliran Calvinis.
Dimana, dulu pada awalnya sudah ada Gereja Karo, gedungnya dibangun di Buluhawar, kalau tidak salah gedung gereja tersebut dibangun tahun 1889.
Pada waktu itu namanya adalah Karosche Kerk, atau belakangan ditulis dengan Gereja Karo Protestan ataupun Karosche Protestantse Kerk, walaupun nama aslinya sebenarnya adalah Karosche Kerk (Gereja Karo).
Tahun 1941, maka digantilah nama gereja tersebut menjadi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan pada tahun 1943 GBKP menyatakan diri independen (njayo) dari organisasi zending.
Berdasarkan analisa para ahli, waktu itu ada upaya mengaitkan antara gereja ini dengan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), karena saat itu (tahun 1941), Belanda sudah dikuasai oleh Jerman di Perang Dunia II. Adanya campur tangan HKBP di peralihan nama itu terlihat dalam posisi ketua Moderamen GBKP yang pertama pada Sidang Sinode yang pertama di Sibolangit tahun 1941 yang dijabat oleh Pdt. J. van Muylwijk.
Seperti diketahui van Muylwijk, sebelumnya bekerja di HKBPS (Simalungun) dan kalau tidak salah merupakan ketua klasis HKBP Simalungun pada waktu itu.
Meski van Muylwijk berasal dari Belanda, sebenarnya dia bekerja untuk Reinisch Mission Geselsalf (RMG) atau organisasi misi Jerman dan bukan untuk Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang merupakan organisasi zending Belanda yang mendirikan Karosche Kerk di Buluhawar.
Pastinya mengapa diubah namanya menjadi GBKP dan mengapa ditambahkan Bataknya di tahun 1941 tersebut, maka untuk lebih jelasnya silahkan ditanyakan kepada yang berkompeten mewakili gereja itu. Tulisan ini hanya menghadirkan analisas berdasarkan data-data yang terkuak ke publik.
Dari analisa para ahli, bahwa besar dugaan perubahan nama Gereja Karo (GK) menjadi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) disebabkan karena ada campur tangan HKBP setelah Belanda dikuasai Jerman di Perang Dunia II.
Demikianlah sekilas sejarah penamaan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) pada tahun 1941, dimana pada awalnya Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang merupakan organisasi zending Belanda menamakan gereja ini dengan nama Karosche Kerk (Gereja Karo). bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO.fakta GBKP kedua: Karo Kerk (bahasa Indonesia: Gereja Karo) adalah sebutan bagi gereja pertama yang berdiri untuk melayani masyarakat Batak Karo. Pertama kali berdiri di Buluh Awar.
Bangunan pertamanya juga berdiri di Buluh Awar, di tahbiskan pada tanggal 24 Desember 1899 oleh Meint Joustra, seorang guru injil berkebangsaan Belanda yang dikirim oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) untuk misi Pekabaran Injil bagi masyarakat Batak Karo.
Dikatakan "sebutan" bagi gereja untuk melayani masyarakat Batak Karo, karena pada saat pertama kali penginjilan dilakukan bagi masyarakat Batak Karo yang dipelopori oleh NZG dari tahun 1890 hingga tahun 1941, tidak ada sebuah sinode atau denominasi gereja yang didirikan. Tetapi semua pelayanan yang dinaungi oleh NZG tersebut dinamai dengan Karo Kerk atau Karo Zending.
Akibat kekalahan Belanda terhadap Jerman pada tahun 1941 di Perang Dunia, semua aset-aset tanah jajahan Belanda diambil alih oleh Jerman, tak terkecuali lahan zending garapan NZG (lembaga misionaris Belanda) yang kemudian beralih kepada Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) (lembaga misionaris Jerman).
Kontroversi
Banyak kalangan yang menterjemahkan secara liar Karo Kerk ke dalam berbagai nama. Misalkan menjadi Gereja Kristen Karo, Gereja Protestan Karo, Gereja Kristen Protestan Karo, Gereja Batak Karo Protestan, dsb. Padahal, secara harafiah, Karo Kerk cukup diterjemahkan dengan Gereja Karo.
Ada lagi yang beranggapan kalau GBKP adalah gereja Karo Pertama yang dulu pertama berdiri di Buluhawar, sehingga terjadi salah tafsir dan perubahan dari yang harusnya Peringeten sehna Berita Simeriah man Kalak Karo atau dalam Bahasa Indonesia-nya "Peringatan Pekabaran Injil bagi Suku Karo" menjadi "Peringatan berdirinya GBKP" atau "ulangtahun GBKP", ini jelas keliru! Sebab 14 April 1890 itu hari dimana Pdt. H. C. Krujt dan Nicolas Pontoh utusan dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) (Lembaga Zending Belanda) untuk pertamakalinya menginjakkan kaki di Buluhawar (lokasi penginjilan pertama bagi Suku Karo) dan 24 Desember 1899 bangunan gereja pertama ditahbiskan oleh Pdt. Meint Joustra di Buluhawar.
Sedangkan GBKP baru muncul pada tahun 1941. Jadi, peringatan 1890 lebih tepat adalah sebagai Peringatan Pekabaran Injil Bagi Suku KARO .Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
Dang bermaampaaton lae
@@HirpanRumabutar mohon maaf anda bicara apa ya ,itu bahasa Batak atau Teba atau jering? Saya tak paham saya suku Karo bukan Batak Karo apalagi suku Batak hanya suku Karo.yang saya sampaikan Itu fakta sejarah dan proganda PEMBATAK2KAN penjajah kolonial Belanda dan antek-anteknya harus berhenti terhadap suku Karo dan mudah2an dgn berkat TUHAN secepatnya... Amin.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan
@@HirpanRumabutar Suku KARO secara genetik:
Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel batak dgn logika dan fakta 🙏
Harus mnuju indah. J pro tim miring, bebuat haram celaka knraka. Yutub mualaf F, D dll
buan batak ini tapi pakpak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ngomong apa sih