Kemampuan-kemampuan dasar seperti ini yang sering terlewati di lembaga pendidikan. Kebanyakan lembaga pendidikan hanya mengajarkan ilmu, namun lupa mengajarkan cara menerima, mengolah dan menyampaikan ilmu yang telah dipelajari. Kemampuan memahami kalimat seperti ini dirasa sangat penting untuk diajarkan, mengingat nilai total indeks literasi digital Indonesia pada 2023 berada di level 3,65 dari skala 1-5 poin. Terima kasih banyak pada Malaka Project, terkhusus kak Cania di video kali ini untuk terus semangat mencerdaskan bangsa.
Aku gak tau kalau sekarang bgmn, tp seingetku pelajaran bahasa indonesia jamanku sd smp sma gak jauh2 dari "penalaran tekstual" sebetulnya, jadi aku kurang setuju kalau dibilang sering terlewati di lembaga pendidikan (atau setidaknya pada kasus pribadi yg aku lewati) ... contohnya: setiap ujian bahasa indonesia pasti ada aja materi tentang gagasan pokok, tentang bentuk kalimat, dsb. Dan menurutku ini sudah mewakilkan lembaga pendidikan untuk memberikan pemahaman kepada anak didiknya untuk dapat berkomunikasi dengan tepat. Jadi gak bisa disalahkan juga lembaga pendidikannya hehe. Atau mungkin zaman sekarang berbeda? Tp aku jg gen z kok hehe
Yang kurang dari sistem pendidikan Indonesia yaitu terlalu berpatokan terhadap standar kelulusan, padahal yang lebih penting yaitu mendapatkan dan menanamkan nilai nilai dasar seperti ini.
Budaya sindir menyindir yg berasal dari netizen luar negeri yg asal ditiru plek ketiplek oleh netizen kita sendiri yg kebanyakan daya intelegensia nya gak mampu menyamai mereka. Karena, Orang luar negeri hobi membaca Orang Indonesia krisis membaca boro2 orang Indonesia melatih nalarnya.. yang terjadi ya netizen +62 gampang ke-trigger oleh statemen2 yg sebenarnya tidak ada keberpihakannya.. Sedangkan netizen luar negeri jika ada statement berbau2 terindikasi menyindir, maka mereka justru balas dengan statement sindiran.. jadi tidak ada yang terlihat seperti tersinggung.
@@DPWrepublicga ada urusannya sama netizen luar negeri. Apa yang terjadi di indonesia itu murni perwujudan nyata refleksi mentality orang indonesia. Dilarang ini itu tapi di medsos koar, karena restriksi2 itu mereka melihat kolom komen media sosial adalah tempat "nyampah" mereka. Karena di real world mereka ngga bisa lugas "straight forward" bersuara, alias hanya basa basi di dunia nyata, ngga berani berkata terus terang. Mereka ngga paham konteks "ruang publik" dan apa etika dari ruang publik. Mereka ngga tau bahwa media sosial juga ruang publik. Ini murni minimnya pengetahuan, tinggat kedewasaan, dan common sense cara berfikir seorang manusia. Ngga perlu ilmu jelimet "rocket science" untuk memahami etika dan berbudaya santun dalam berkomentar dan berkomunikasi. begitu juga jika di media sosial itu kan refleksi perwujudan pola pikir baik terucap atau tidak terucap, nahasnya ternyata yang tak terucap ini di tuangkan di media sosial dan gambarannya ternyata yang tak terucap ini sungguh negatif, julid dan semrawut. Yang artinya ternyata orang indonesia itu cenderung hanya berbicara baik2nya saja, berkamuflase, tapi yang negatif di pendam dan tidak dibicarakan, tapi habitnya malah mengumbar dibelakang, julid, berbeicara di belakang. Negative attitude. Karena masyarakat indonesia jarang dilatih untuk, berbicara di depan orang banyak, berdiskusi, berargumentasi berdebat dan saling kritis satu sama lain, dalam koridor yang benar, tapi malah saling baku hantam, tabiatnya itu gelut. Efeknya mereka berdebat dan berkomunikasi di media sosial jadi ngga efisien dan tidak beretika, karena tidak pernah dilatih berkomunikasi dengan baik dan benar di ruang publik, atau di DUNIA NYATA. Kok bisa? ya jelas bisa, wong sekolah kita dr SD SMP SMA itu metodenya bukan argumentatif, bukan diskusi bukan debatable, bukan dialog, TAPI monolog, artinya tidak ada ruang2 argumentasi debat dan kritis. Antara junior senior masih ada GAP artinya tidak ada ruang dialog kreatif yang terjadi, masih ada "geng2an" yang cowo dan cewek juga gitu, ada geng cewe geng cowok, nah ini memberikan persepsi berbeda menimbulkan konumikasi2 yang tidak sinkron. Ngobrol aja kusut gimana mau maju, jadi solusinya, sering2 nognkrong, sering2 gaul sering2 berkomunikasi baik sama orang tua, guru, dosen, tukang becak, bos, karyawan, bahkan tukang sampah sekalipun. Intinya komunikasi itu perspective, jadi ngobrol ngga akan kusut JIKA kita tau porsi dan menempatkan diri kita dimana, konteks nya apa, goals nya apa, tujuannya kemana. Kita ngga akan celaka dan salah tujuan JIKA kita tau seberapa besar perahu yang kita tumpangi, kemana arahnya, seberapa cepat lajunya, kita bisa prediski dan punya intusisi yang tepat "ah, aman ini". berkomunikasi juga gitu, kalau level edukasi kita ga sampai dengan lawan bicara kita sampai kiamat juga ga juntrung itu obrolan, jika kita tidak menyesuaikan persepsi dulu satu sama lain ngga akan bisa terjadi diskusi, jika tidak ada konteks yang sama ya pasti kusut ngobrol. Maka itu ngongkrong itu penting, ngobrol itu penting, makin beragam lu ngobrol makin bisa memahami beragam karakter orang. Jadi buat orang2tua baru nih, usahakan libatkan anak dalam setiap pengambilan keputusan, baik keluarga atau keluarga besar, hadirkan mereka agar mereka bisa melihat bagaimana orangtua2 berdiskusi mengambil keputusan, libatkan dalam kegiatan2 kantor, ajak meeting, agar mereka bisa melihat beragam karakter orang, cara2 komunikasi orang2, bahwa di dunia ini ngga cuma itu2 aja. Ajak ke daerah lain, negara lain berinteraksi dengan warga lokal, itu menarik.
Indah banget dunia kalau semua orang bisa paham dan saling menerapkan komunikasi yang jelas, apakah deskriptif atau preskriptif. Thank you, Mba Cania and Malaka Project!
Masih banyak yg komen cuman karna ketrigger satu kata tanpa ngerti seluruh kalimat, belum lagi gk ngerti konteks. Itu juga yg bikin orang banyak kena click bait dan hoax
Ya, itu cukup bagus bagi saya pribadi. Saya sangat menyukai cerita, film, atau alur yang agak di luar rasional. Di mana tidak ada jawaban baku untuk merespon suatu hal. Dan karena Hal ini menjadikan cerita menjadi lebih beragam Dan gak ada nanti yang bilang "si B meniru ciptaan saya" kata si A. Tapi hanya sebatas untuk dinikmati, bukan diterapkan ke dalam kehidupan sehari hari saya.
ini jelas ada unsur keberpihakan. Setiap statement yg kita sebar/post dan kita claim sebagai fakta ya kita wajib bertanggung jwb dan artinya kita setuju klo ga ya kita ga post&sebarkan lah. Artinya kita pro dgn statement tersebut. Klo kamu dapet info km hrs cek dulu dr berbagai sumber jgn main koar2 tp data kamu msh mentah. Jdnya ga beda dgn penyebar hoax makanya belajar pinter klo ga mau asal sebar penyesatan. Contoh di video ini jg amat buruk krn jelas 2 netizen itu udh berdebat dgn biasnya masing2 n udh pake data kok berdebat dgn data&konklusinya masing2. Jd bukan ga nyambung lg. Justru si pembicara pembuat video yg ga nyambung krn asumsi sendiri. Misalnya ada org nyebarkan post bahwa kebanyakan teroris itu dari agama I. Agama I pny penganut terbayak yg jd teroris. Apa itu trus bukan jd pernyataan bias jg? Dgn seseorang asal menyebarkan post&claim itu fakta tanpa melihat data2 lain?
@@annag3091ya memang kemungkinan kecil atau besar tetep ada unsur keberpihakan walaupun pake pernyataan deskriptif, yg gua tangkap video ini ngajak kita untuk mikir dan mendebat bener2 sesuai konteks banget, kalo orang yg ingin kita debat pake deskriptif statement kita gk boleh ada asumsi orang itu pasti mihak ke sana sini, udah gk perlu terlalu peduli dengan perasaan tersinggung kita. Untuk jawaban dari pertanyaanmu yg terakhir, mungkin kalo berdasarkan video ini ya yg didebat itu datanya, tunjukkan data yg bertentangan yg menurut kita lebih benar
Konten ini sangat penting ditonton seluruh anak muda sekarang, gua aja udah ogah baca komen postingan sekarang, ada aja debat seperti yang diterangkan ini,😅
gua juga belajar, tapi yang paragraf gasi? paragraf deskriptif, paragraf persuasif, agurmentatif, naratif, dll, itu teknis. yang kaya gini lebih konkrit, jelas penggunaannya dan dampak dari miskonsepsinya ada, tergantung sekolah lagi si emang,@@fattahasmaradyenata1694
@@fattahasmaradyenata1694yap betul kak materi seperti ini ada di pelajaran b.indo waktu SMA kalo ga salah dimulai tentang materi tentang bermacam paragraf utk menyampaikan gagasan, termasuk deduktif, induktif. Tentang silogisme, berkembang lagi ke cara menyampaikan argumen yg logis Dan masuk akal, jg logical fallacy-nya. Itu sih diantaranya. Cmiiw.
Sekelas debat presiden us, pas jamannya Donald trump nyalon, debatnya aja banyak nyerang personal. Jadi secara kaidah dlm berdebat Dan berargumentasi udh menyimpang, alias ga nyambung.
sepanjang pengalaman gw jurus menang debat itu lu harus bisa main diksi kata per kata apalagi ketika lawan salah sebut 1 kata aja udah abis tuh dikulitin sampe lawan emosi 😂
sederhana, debat itu menunjukan intelekualitas seseorang, ngga mandang umur dan tingkat pendidikan. MAkin tinggi pendidikan biasanya diiringi kualitas argumentasinya dan konteksnya, kalau nyerang personal di kalangan elit politik itu just for fun, bagi elit nyerang ngga perlu personal juga bisa mereka tumbangin, ngapain capek2 nyerang personal jika ujungnya bumerang untuk dirinya sendiri, nah kadang umur juga ga boong, semakin tua yaa kadang bukan semakin kalem ada juga yang makin menjadi2, Soal Trump dr jaman dulu karakternya memang begitu, its just for fun, mereka memang sedang memerankan perannya dengan baik. Politik jangan lu telen mentah2, politik itu sama aja mirip cosplayer lagi cosplay karakter, misal yang seksi2, terus lu asumsi ini cewe di real life bisa lo ajak mesum, ya ngga gitu konsepnya bro. Politik juga sama, tujuan politik adalah kemenangan, VOTE, jadi usahanya untuk giring VOTERS, ya itu permainannya. Back again, politik itu cuma menang atau kalah kan. Ga ada lain. Mirip bandar lagi goreng saham. Politik juga sama, goreng terus, giring terus. Tapi 2024 ternyata anomali, mereka pemain2 politik tidak sadar bahwa POLITIK pun terdisrupsi, cara2 lama tidak lagi laku.
@@AchsanulHafizhi bisa jadi bang, kan jaman skrg jamannya apa2 dibikin gimmick dulu, dimasukin unsur2 entertainment, pokoknya formula yg bikin orang heboh dan terpancing atau kontroversi, baru tuh bisa dilirik krn makin bikin penasaran.
Pentingnya berkomunikasi dengan konteks. Biar konteksnya luas, perbanyak wawasan. Ibarat kata skripsi, pendekatannya beda2 kan. Ada yg kuantitatif, ada yg kualitatif. Gw nangkepnya pndktan deskriptif lebih ke metlit kuantitatif dimana data lebih diutamakan daripada sentimen individu trntu. Sedangkan pndktan preskriptif sama kyk lo bikin narasi yang konteksnya subjektif. Menurut si A si C ini cantik, belum tentu si B berpendapat sama, dstrsnya. So perbanyaklah wawasan biar konteks yg lo komunikasikan bisa nyambung ke banyak org!
Setuju bro,Ibarat Experience adalah peluru sedangkan communication skill itu senjatanya 😅, kalo communication skill cukup tapi gk punya experience sama aja bohong, lebih baik perbanyak pengalaman dulu dalam Hal apapun itu, karena itu bahan obrolannya, masak spekulasi ? Ngibul sih bisa aja kek ngejokes tapi nanti org pikir kita ini omdo. Plus pelajari unsur unsur obrolan saat beradaptasi dgn org baru misalnya :giving opinion, compliment, express feeling, assume, offering, show interest, suggest, 5w 1h methods Dan Masih byk lagiii 😅 gw lihat ini pas belajar conversation skill in English, karena ternyata relate dgn b Indo jg, kalo unsur unsur saat conversation jg harus dipelajari Dan dipraktekan, itu termasuk conversation skill
Dalam kajian linguistik, kalimat preskriptif hanya bisa dianggap memiliki niat terselubung (makna pragmatis), ketika kedua org/lebih yg berkomunikasi sudah memiliki konteks wacana sebelumnya (istilahny common ground). Dalam contoh yg diberikan, kedua org tersebut hanya berbalas tweet, jadi diasumsikan kedua org tdk mengenal satu sm lain, maka kalimat preskriptif dari A seyogyany tdk blh dianggap memiliki makna pragmatis.
Ini yang harusnya jadi pendidikan dasar di Indonesia saat ini, opportunity costnya terlalu gede kalau dua orang yang harusnya bisa berkolaborasi malah jadi saling caci-maki gegara salah paham doang. Terima kasih Malaka Project, menyala! 🙌
Salfok sama opportunity cost😂, tp jujur pandangan tersebut bener krn klo sibuk beradu argumen yg dimana juga udh out of context Dan terkadang berujung jdi konflik, menurut gua ga ada faedahnya samsek
SUDAH MENJADI "KEBIASAN" DISAAT ORANG YANG "DIBENCI" BERBICARA, PASTI ORANG YANG "MEMBENCI" AKAN PUNYA PIKIRAN NEGATIF, BAHKAN DISAAT ORANG ITU BILANG 1+1=2 PUN AKAN DISALAHKAN... KEMBALI KE HATI KITA AJA...
percayalah, untuk memahami konten ini butuh kecerdasan yang "lebih dari standar". ditengah netizen yang bahkan gak ngerti apa perbedaan kritik dengan menghina, netizen yang kalau berargumen selalu mengedepankan ego, penjelasan yang rapi ini hanya akan menguap begitu saja dikepala mereka 😂
salut sama orang orang yang punya kemampuan dalam berkomentar yang berbobot tentunya, gua yang untuk memahami topiknya saja harus mengulang videonya beberapa kali.
Jadi keinget kasus 'Cowo GUY' HAHAHAHA. Makasih kak udh bahas ini, sangat bermanfaat dan menjadi koreksi untuk diri sendiri jika ada d dalam percakapan nanti ada yg tida nyambung. Walau aku sbenernya jarang sih sampe berantem s socmed, malah pernah mencoba menenangkan orang2 d kolom reply sebuah tweet, yg ada seseorang diserang karna reply oot. Kupikir yg dia omongin msh bs nyambung, cuman orang2 pada marah2 ma dia perkara pada emosional, entah knp aku rela membela dia. Aku inget banget waktu itu lagi ngmgin si Agnes si bocil pacar Mario. Tp sukurnya aku selalu paham ttg konteks, kalo ga ngeh sama konteks biasanya aku memahaminya terlalu terburu2 ato lagi ga fokus. Cmn baru tau ttg pernyataan deskriptif dan preskriptif. Aku baru ngeh kalo di medsos saat aku berhadapan ma org yg marah2, aku biasanya ngejawab dengan deskriptif/kalopun pake opini, biasanya mendekati netral dan bikin aku ga sengaja terhindar dr perdebatan2 alot. Once again makasih kak udh ngasih tau ttg ini, walau aku suka paham ttg konteks, pasti masih banyak hal yg aku belom tahu dan selalu menerima pengetahuan2 batu, also treat mistakes as useful information :D
Mantap gw jadi inget gw pernah debat gitu juga ama temen gw wkwkwk coba kek gini diajari dari SD gitu yak kalo udah gede kan udah telat, berberapa udah merasa dirinya paling bener thanks buat ilmunya bisa buat koreksi diri sendiri juga
Bener, harusnya Dari SD diajarin, makanya suka ada diskusi kerja kelompok, dimulai presentasi, terus suka disuruh nanya sama kelompok lain, Dari situlah mulai belajarnya. Tapi emang anak2 hrs dimulai utk belajar mengungkapkan pendapat Dan keinginan secara sehat sih.
sangat berterimakasih kepada Kakak kakak Malaka Project yang selalu kasi edukasi ke semua orang terutama anak muda yang memang harusnya belajar banyak tentang hal dasar seperti komunikasi. gua harap Kak Cania makin sering bahas topik ini lebih dalam lagi, semangat buat semuanya! kalian keren!
ya ..betul..kendala yg sering saya alami dan lihat di kebanyakan kita adalah komunikasi..bagaimana mengungkapkan ide, kritik dan sarang menjadi suatu komunikasi itu masih menjadi hal paling berat dan beresiko tinggi...
Kebiasaan masyarakat kita, hmm apa masyarakat dunia juga ya. Ketika membaca sesuatu sudah keburu naik pitam dan logika analisisnya jadi kalah dengan sisi emosinya.😂
relate sama survey indeks membaca kita paling rendah ke dua di Asia. ya itu buktinya, baru lihat huruf beberapa detik udah gatel gak sabar pengen komen..🤦♂️
kadang suka bingung nanggepin komentar yg ga nyambung, geram sih, tapi aku skip comment section biasanya, terlalu menguras energi untuk menanggapi, btw thank you Ka Cania and Malaka Project!
Setuju dg topik yang di sampaikan di video ini, penjelasan materinya jelas, isi topik bagus isi daging, contoh materi yang disampaikan mudah dipahami. Ada sedikit tambahan alangkah baiknya dijelaskan juga cara penerapan ilmu ini dikarenakan dg fakta yang ada, baik disosmed maupun di lingkungan kita dalam beraktivitas ada beberapa orang saling debat ketika ada peristiwa sesuatu dan terselip emosional untuk menyelesaikan debat tersebut dan biasanya orang ketiga yang melerai. Buktinya sebagian besar dari mereka belum memahami ilmu ini dan terlanjur emosi😂
Konten seperti ini yang harusnya diperbanyak, sehingga generasi yang bersinggungan aktif dengan social media sekarang lebih paham bagaimana cara berinteraksi yang baik dan benar, terima kasih ilmu nya kak Cania dan Malaka Project. Good Job !
Setelah menemukan channel ini, aku kebantu banget. Permasalahannya, jadi mahasiswa baru di usia 30th itu ga gampang, dimana yg lainnya masih usia belasan, aku udah tua n kesulitan buat mencerna. Terimakasih Malaka Projects
gua anak bahasa jadi bersyukur belajar banyak cabang linguistik jadi analisis wacana itu emang basic hidup. terimakasih atas konten ini saya menjadi bersyukur pada bidang studi saya.
Di internet banyak kalau mau tahu contoh apa saja macam-macam cacat logika, seperti ad-hominem. Tapi percuma sih tahu logika fallacy saja kalau tak dibarengi skill berlogika yg baik dan benar
pengetahuan baru dan gak pernah diajarkan disekolah but it's so usefull buat memandang dan menyikapi sesuatu dengan lebih berdasar ke ilmupengetahuan, terimakasih malaka project u make me realize and make me know about somth new THANKSSSSSSSS
Iyaaa relate sering liat komenan gini, yg malah adu argument makin jauh dari konteks. Aku yg baca komenan gini malah ngeraguin diri sendiri, apa salah baca apa gimana... tapi baru tau teori ini tu tentang konsep diskriptive dan preskriptive dan pengaplikasian nya jadi lebih jelas karena udah dijabarin dengan konten gini. Good job malaka udah ngejawab pertanyaan ku untuk bisa bernalar dengan benar 🙌
Mau , tif tif tif , semua perdebatan tidak ada gunanya ,jika tak menghasilkan produktivitas dan benefitnya, seharusnya tebar kasih di utamakan , apapun personalisasi kalian. Karena tebar kasih sayang itu ,bisa membuat kita bersyukur karena perbedaan perbedaan yang ada.
Wah thanks malaka udah bantu up topic yg bikin aku cukup concern juga nih.. kayak selama ini tu ngerasa banget sering ngeliat pertikaian di socmed tapi kayak ga apple to apple.. semua landasannya udah sentimen2 yg bikin proses diskusi itu udah sangat jauh dadi kata jernih.. jadinya ya, sentimen vs sentimen yg cuma menghasilkan debat kusir yg tak berkesudahan.. kayak heran bgt org2 skrg kok gampang banget ke trigger akan suatu hal yg mereka yakini dan kalo kesinggung aja meskipun gak ada relevansinya. Kapan majunya ya kalo dah gini karakter masyarakat kita?
Semoga saja di masa mendatang masyarakat bisa memahami bagaimana cara merespon pernyataan yang deskriptif dan preskriptif, agar tidak ada lagi kejadian 'ahok masa depan' dipenjara dengan alasan-alasan tak masuk akal.
Orang Indonesia semakin kesini semakin banyak yg gampang tersulut emosinya. Apa yg kita omongin harus sesuai dengan keinginan si pendengar / si pembaca, kalo ada yg beda satu kata aja udah pasti ribut tuh di kolom komen
Betul nih, seolah bersikap pendapatnya paling benar, tidak siap atau tidak mau menghadapi perbedaan pendapat, beda dikit tancap gas dihujat atau dibuly..klo dari sisi yg beda pendapat.. menyampaikan perbedaan dengan cara yang baik atau halus pun masih berpotensi utk dihujat atau dimaki, apalagi menyampaikan beda pendapat dengan kasar...🙌🙌
Keduanya masing2 telah bisa DIDEFINISIKAN, itu belum cukup. Mestinya keduanya hrs bisa DIHUBUNGKAN, sehingga menghasilkan gambar STATISTIK yg bisa membantu mengurai problem setiap kontek yg diperdebatkan termasuk pelecehan seksual.
dalam berkendara perlu adanya batasan usia untuk menghindari kecelakaan, saya rasa sangat perlu dilakukan adanya batasan usia untuk pengguna social media untuk mencegah kecelakaan berfikir
Kemampuan mendefinisikan atau mendeskripsikan itu kan kemampuan kognitif. Bisa kita ketahui mungkin bagi beberapa orang ini sulit dan walaupun bisa mungkin mendapat reaksi yang salah
Saya sangat suka video edukasi yang amat penting seperti video ini. Dan menurut saya, seharusnya masyarakat Indonesia paham tentang hal yang dijelaskan didalam video ini sangat penting dalam memberikan dan menerima pernyataan di kehidupan sehari-hari. Dan juga ini ada pandangan pribadi saya berdasarkan pengalaman bersosialisasi, bahwa masyarakat Indonesia belum terlalu mengetahui tentang mana respons yang tepat untuk sebuah pernyataan bahkan di lingkungan sekolah ataupun universitas. 😢
Menurut agama saya Islam bahwa pernyataan dari perdebatan si netizen yang pertama atau netizen A itu ada benarnya, kenapa, karena dalam agama Islam perempuan itu wajib untuk tertutup agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti pelecehan seksual tadi, dan menurut saya itu salah satu dari penyebabnya, karena seorang perempuan baik tertutup atau terbuka laki-laki akan berpikiran ke arah sananya, Karena wanita itu fitnah terbesar untuk seorang laki-laki. Dan meski dirasa tidak setuju dengan persepsi saya tidak mengapa. Dan karna saya seorang muslim, jika pernyataan-pernyataan( apapun itu) telah diatur oleh Islam kami memiliki keyakinan bahwa gak semua perintah Allah (Islam) itu bisa kita cerna dengan akal kita, karna akal ada batasnya, terima dan akui saja, meski suka atau tak suka Ini jika dilihat dari sudut pandang agama saya Islam, adapun jika kurang setuju, saya bisa memaklumi. Terimakasihh❤
Pentingnya belajar bahasa indonesia dg tepat. Pdhl ini ada materinya di sekolah... Sayang bgt masih banyak orang kurang memahami konteks... Pdhl bahasanya sendiri bukan bahasa asing...
Baru tau ada chanel se keres ini asli 🔥🔥 Merangsang cara berfikir serta menuntut agar kita gak gampang ke jebak narasi2 aneh yang mayoritas masyarakat kita sebenarnya masih memaklumkan.. Ajibb
N' i no komen cuma satu saja pemilihan sesuatu perkara bergantung kepada dari org induvidu itu semdiri dan pemakaian berga tung pada pemandangan seseorang contohnua pandangan pafa fesyen dantak dari itu lagi..*lely asmara
Owalah jd lumayan ada pencerahan kenapa kalo baca komen di X atau di ig sering bikin pikiran tambah kusut. Ternyata ini akarnya😅 terimakasih, konten yang sangat manfaat🙏
asiikk nih, penyampaian dan penalarannya masuk dari bahasa yang disampaikan sampai animasi/effect yang dipakai. andai semua orang faham akan ini (isi video). banyak belajar dari chanel malaka project ini minimalnya dapat meng-edukasi diri sendiri/evadir (evaluasi diri).😁🙏 terimakasih.
Kemampuan kita dalam menangkap informasi sepertinya memang masih sangat buruk. Kalau menurut saya sih salah satu penyebabnya adalah rata-rata kemampuan berbahasa masyarakat yang masih kurang baik, salah satu efek dari buruknya tingkat literasi. Saya juga sering menemukan komentar atau post di media sosial yang secara tata dan logika bahasa itu jelek sekali.
Nah betul, ktmu percakapan bgni udah males mendingan ditinggal bkin pusing. Kalo ngobrol dg yg beda frekuensi dan tetep kekeh dg sudut pandang dy sndiri, mending mundur walaupun di bilangin kalah debat, yg waras ngalah 😂
bener bang, cuman kadang kaya ga tega aja jadi banyak orang yang ikut terjebak ama pemikiran mereka kalo ga dilurusin, tapi ngejelasin juga capek sendiri kalo yang di ajak diskusi ga pamam konteks ga bisa penalaranya.
Ini dulu adalah diskusi pelajaran BAHASA INDONESIA dulu waktu saya SMA apa sekarang dah gak adakah pelajaran diskusi seperti ini??? Thanks Mbak Cania 👍🏽👍🏽👍🏽
Win-win solution aja sih. Coba pakai analogi berkendara di jalan raya, kita dah taat aturan dan hati-hati dalam berkendara saja misal ada pengendara lain yang ugal-ugalan atau nyetir sambil mabok kita bisa jadi korban kecelakaan imbas mereka kan, apalagi kalau sejak awal kitanya sudah ugal-ugalan. Probabilitasnya jelas jauh meningkat di premis yang kedua dibanding pada premis yang pertama. Secara garis besar lebih mudah mana preventif masing-masing atau ngatur orang lain buat gak ngelakuin hal yang merugikan orang lain?jelas yang lebih mudah preventif. "Tapi kok kenapa jadi korban yang malah harus dibuat susah dan terkesan dirugikan karena jadi gak bisa bebas?" ya realita objektif emang faktanya gak menyesuaikan dgn keinginan manusia kan, pada akhirnya yang kecenderungan survive nya lebih tinggi adalah yang daya adaptasinya tinggi. Salah satu aspek dari daya bertahan hidup ya aware sama situasi sekitarnya dan bisa diolah sama otaknya mana hal-hal yg bisa ningkatin probabilitas nya buat bikin mereka jadi rugi begitupula sebaliknya.
Dalam ranah linguistik atau studi bahasa, ada yang namanya pragmatik dan sosiolinguistik kak. Di sub-studi ini mengatakan bahwa sebuah statement, deskriptif dan "objektif" sekalipun dapat mengandung makna yang beragam di situasi tertentu. Variabel situasi ini bisa meliputi konteks (pragmatik), budaya, usia, norma (sosiolinguistik)
people with too much free time and no meaningful purpose always create drama out of thin air. netijen2 gabut yg kurang kerjaan biasanya senang memberikan argumen yg mengarah ke perdebatan di sosmed dan youtube,. Rumusnya: debat dulu, nalar belakangan
Makasih banget kak cania, penjelasannya gampang banget di mengerti dan aku sering banget gak bisa jawab kalo orang nanggepin nya gak nyambung kayak gini 🥰🥰
04:08 contoh : "Rumah Rafi besar banget" itu sudah tidak deskriptive, tetapi sudah mengandung penilaian, sehingga pernyataan tersebut harus dibuktikan. kalau dalam bahasa manthiq sudah masuk dalam kalimat tashdiq. jadi contoh yang diberikan itu tidak tepat
Justru netizen kita cerdas... pernyataan deskriptif ditanggapi dengan kritis dari subjektivitas masing-masing..descriptive statement itu cuma buat komunikasi yg formal
Jokowi bilang "Presiden boleh kampanye menurut undang-undang" itu Pernyataan Deskriptive dari Jokowi. Tp kebanyakan orang menanggapi-nya dengan Pernyataan Perspektif.😅
@@itsmelexxanah ini jelas, UUD juga bilang kalo Pejabat Negara dilarang untuk berpolitik demi kepentingan Keluarga, Jelas kan arahnya. Masalah deskriptif atau perspektif itu Tergantung dari Niat Orang tersebut, ada kepentingan ga ? Kalo yang di sampaikan nya Deskriptif tapi ada kepentingan ya Jebol. 😅 Mungkin kalo orang biasa yang debat mah ga ada kepentingan, beda hal dengan Pejabat negara yang di mana netralitas itu omong kosong.
Kemampuan-kemampuan dasar seperti ini yang sering terlewati di lembaga pendidikan. Kebanyakan lembaga pendidikan hanya mengajarkan ilmu, namun lupa mengajarkan cara menerima, mengolah dan menyampaikan ilmu yang telah dipelajari. Kemampuan memahami kalimat seperti ini dirasa sangat penting untuk diajarkan, mengingat nilai total indeks literasi digital Indonesia pada 2023 berada di level 3,65 dari skala 1-5 poin.
Terima kasih banyak pada Malaka Project, terkhusus kak Cania di video kali ini untuk terus semangat mencerdaskan bangsa.
Aku gak tau kalau sekarang bgmn, tp seingetku pelajaran bahasa indonesia jamanku sd smp sma gak jauh2 dari "penalaran tekstual" sebetulnya, jadi aku kurang setuju kalau dibilang sering terlewati di lembaga pendidikan (atau setidaknya pada kasus pribadi yg aku lewati) ... contohnya: setiap ujian bahasa indonesia pasti ada aja materi tentang gagasan pokok, tentang bentuk kalimat, dsb. Dan menurutku ini sudah mewakilkan lembaga pendidikan untuk memberikan pemahaman kepada anak didiknya untuk dapat berkomunikasi dengan tepat. Jadi gak bisa disalahkan juga lembaga pendidikannya hehe. Atau mungkin zaman sekarang berbeda? Tp aku jg gen z kok hehe
Kalau seingat saya konsep deskriptif udah ada dan diterangkan di bangku sekolah. Yang jarang itu malah yg preskriptif🙏
ini contoh kalimat deskriptif.
saya setuju:)
Yang kurang dari sistem pendidikan Indonesia yaitu terlalu berpatokan terhadap standar kelulusan, padahal yang lebih penting yaitu mendapatkan dan menanamkan nilai nilai dasar seperti ini.
Dikarenakan budaya sindir menyindir udah mengakar bgt turun temurun, jd kalo ada pernyataan yg gada unsur keberpihakan sering disalah asumsikan
Budaya sindir menyindir yg berasal dari netizen luar negeri yg asal ditiru plek ketiplek oleh netizen kita sendiri yg kebanyakan daya intelegensia nya gak mampu menyamai mereka.
Karena,
Orang luar negeri hobi membaca
Orang Indonesia krisis membaca
boro2 orang Indonesia melatih nalarnya..
yang terjadi ya netizen +62 gampang ke-trigger oleh statemen2 yg sebenarnya tidak ada keberpihakannya..
Sedangkan netizen luar negeri jika ada statement berbau2 terindikasi menyindir, maka mereka justru balas dengan statement sindiran.. jadi tidak ada yang terlihat seperti tersinggung.
@@DPWrepublic ga juga banyak juga netizen luar yg kemakan emosi lalu menbantah dg argumen keberpihakan tanpa data dan tujuan dr sebuah konteks
@@DPWrepublicga ada urusannya sama netizen luar negeri. Apa yang terjadi di indonesia itu murni perwujudan nyata refleksi mentality orang indonesia. Dilarang ini itu tapi di medsos koar, karena restriksi2 itu mereka melihat kolom komen media sosial adalah tempat "nyampah" mereka. Karena di real world mereka ngga bisa lugas "straight forward" bersuara, alias hanya basa basi di dunia nyata, ngga berani berkata terus terang.
Mereka ngga paham konteks "ruang publik" dan apa etika dari ruang publik. Mereka ngga tau bahwa media sosial juga ruang publik. Ini murni minimnya pengetahuan, tinggat kedewasaan, dan common sense cara berfikir seorang manusia. Ngga perlu ilmu jelimet "rocket science" untuk memahami etika dan berbudaya santun dalam berkomentar dan berkomunikasi. begitu juga jika di media sosial itu kan refleksi perwujudan pola pikir baik terucap atau tidak terucap, nahasnya ternyata yang tak terucap ini di tuangkan di media sosial dan gambarannya ternyata yang tak terucap ini sungguh negatif, julid dan semrawut. Yang artinya ternyata orang indonesia itu cenderung hanya berbicara baik2nya saja, berkamuflase, tapi yang negatif di pendam dan tidak dibicarakan, tapi habitnya malah mengumbar dibelakang, julid, berbeicara di belakang. Negative attitude.
Karena masyarakat indonesia jarang dilatih untuk, berbicara di depan orang banyak, berdiskusi, berargumentasi berdebat dan saling kritis satu sama lain, dalam koridor yang benar, tapi malah saling baku hantam, tabiatnya itu gelut.
Efeknya mereka berdebat dan berkomunikasi di media sosial jadi ngga efisien dan tidak beretika, karena tidak pernah dilatih berkomunikasi dengan baik dan benar di ruang publik, atau di DUNIA NYATA.
Kok bisa? ya jelas bisa, wong sekolah kita dr SD SMP SMA itu metodenya bukan argumentatif, bukan diskusi bukan debatable, bukan dialog, TAPI monolog, artinya tidak ada ruang2 argumentasi debat dan kritis. Antara junior senior masih ada GAP artinya tidak ada ruang dialog kreatif yang terjadi, masih ada "geng2an" yang cowo dan cewek juga gitu, ada geng cewe geng cowok, nah ini memberikan persepsi berbeda menimbulkan konumikasi2 yang tidak sinkron.
Ngobrol aja kusut gimana mau maju, jadi solusinya, sering2 nognkrong, sering2 gaul sering2 berkomunikasi baik sama orang tua, guru, dosen, tukang becak, bos, karyawan, bahkan tukang sampah sekalipun. Intinya komunikasi itu perspective, jadi ngobrol ngga akan kusut JIKA kita tau porsi dan menempatkan diri kita dimana, konteks nya apa, goals nya apa, tujuannya kemana.
Kita ngga akan celaka dan salah tujuan JIKA kita tau seberapa besar perahu yang kita tumpangi, kemana arahnya, seberapa cepat lajunya, kita bisa prediski dan punya intusisi yang tepat "ah, aman ini".
berkomunikasi juga gitu, kalau level edukasi kita ga sampai dengan lawan bicara kita sampai kiamat juga ga juntrung itu obrolan, jika kita tidak menyesuaikan persepsi dulu satu sama lain ngga akan bisa terjadi diskusi, jika tidak ada konteks yang sama ya pasti kusut ngobrol.
Maka itu ngongkrong itu penting, ngobrol itu penting, makin beragam lu ngobrol makin bisa memahami beragam karakter orang. Jadi buat orang2tua baru nih, usahakan libatkan anak dalam setiap pengambilan keputusan, baik keluarga atau keluarga besar, hadirkan mereka agar mereka bisa melihat bagaimana orangtua2 berdiskusi mengambil keputusan, libatkan dalam kegiatan2 kantor, ajak meeting, agar mereka bisa melihat beragam karakter orang, cara2 komunikasi orang2, bahwa di dunia ini ngga cuma itu2 aja. Ajak ke daerah lain, negara lain berinteraksi dengan warga lokal, itu menarik.
@@ntznbgzt hmm. gw setuju sama lu terutama paragraf no.2
iya krn pola pikir yg general dianggap hanya ada hitam dan putih...
Indah banget dunia kalau semua orang bisa paham dan saling menerapkan komunikasi yang jelas, apakah deskriptif atau preskriptif. Thank you, Mba Cania and Malaka Project!
Lebih indah ga semua orang bisa paham dst, oleh karena itu cania bisa bikin konten ini
Masih banyak yg komen cuman karna ketrigger satu kata tanpa ngerti seluruh kalimat, belum lagi gk ngerti konteks. Itu juga yg bikin orang banyak kena click bait dan hoax
Ya, itu cukup bagus bagi saya pribadi. Saya sangat menyukai cerita, film, atau alur yang agak di luar rasional. Di mana tidak ada jawaban baku untuk merespon suatu hal. Dan karena Hal ini menjadikan cerita menjadi lebih beragam Dan gak ada nanti yang bilang "si B meniru ciptaan saya" kata si A.
Tapi hanya sebatas untuk dinikmati, bukan diterapkan ke dalam kehidupan sehari hari saya.
Oh
masih ada ke spesies org mcam tu? "ketrigger satu kata" langsung mulai komentar nyeleneh, busetdah
ini jelas ada unsur keberpihakan. Setiap statement yg kita sebar/post dan kita claim sebagai fakta ya kita wajib bertanggung jwb dan artinya kita setuju klo ga ya kita ga post&sebarkan lah. Artinya kita pro dgn statement tersebut. Klo kamu dapet info km hrs cek dulu dr berbagai sumber jgn main koar2 tp data kamu msh mentah. Jdnya ga beda dgn penyebar hoax makanya belajar pinter klo ga mau asal sebar penyesatan. Contoh di video ini jg amat buruk krn jelas 2 netizen itu udh berdebat dgn biasnya masing2 n udh pake data kok berdebat dgn data&konklusinya masing2. Jd bukan ga nyambung lg. Justru si pembicara pembuat video yg ga nyambung krn asumsi sendiri.
Misalnya ada org nyebarkan post bahwa kebanyakan teroris itu dari agama I. Agama I pny penganut terbayak yg jd teroris. Apa itu trus bukan jd pernyataan bias jg? Dgn seseorang asal menyebarkan post&claim itu fakta tanpa melihat data2 lain?
@@annag3091ya memang kemungkinan kecil atau besar tetep ada unsur keberpihakan walaupun pake pernyataan deskriptif, yg gua tangkap video ini ngajak kita untuk mikir dan mendebat bener2 sesuai konteks banget, kalo orang yg ingin kita debat pake deskriptif statement kita gk boleh ada asumsi orang itu pasti mihak ke sana sini, udah gk perlu terlalu peduli dengan perasaan tersinggung kita. Untuk jawaban dari pertanyaanmu yg terakhir, mungkin kalo berdasarkan video ini ya yg didebat itu datanya, tunjukkan data yg bertentangan yg menurut kita lebih benar
Konten ini sangat penting ditonton seluruh anak muda sekarang, gua aja udah ogah baca komen postingan sekarang, ada aja debat seperti yang diterangkan ini,😅
Betul. Yang dibahas apa, yang direspon apa 😂😂😂
Ini sih yang harus dimasukin dalam kurikulum bahasa indonesia atau PKN, bukan cuma sekedar belajar sesuatu yang bersifat teknis melulu
Umm kak maaf, seinget aku ada tau materi tentang ini di kurikulum kita, aku masi inget dlu waktu kelas bahasa indonesia pas masih SMA adaaa
gua juga belajar, tapi yang paragraf gasi? paragraf deskriptif, paragraf persuasif, agurmentatif, naratif, dll, itu teknis. yang kaya gini lebih konkrit, jelas penggunaannya dan dampak dari miskonsepsinya ada, tergantung sekolah lagi si emang,@@fattahasmaradyenata1694
@@fattahasmaradyenata1694yap betul kak materi seperti ini ada di pelajaran b.indo waktu SMA kalo ga salah dimulai tentang materi tentang bermacam paragraf utk menyampaikan gagasan, termasuk deduktif, induktif. Tentang silogisme, berkembang lagi ke cara menyampaikan argumen yg logis Dan masuk akal, jg logical fallacy-nya. Itu sih diantaranya. Cmiiw.
Udah sih, salah satunya belajar mencari gagasan utama dalam suatu tulisan dan paragraf.
kamu adalah aku yang dulu
Jangankan di internet, di dunia nyata aja sering terjadi. Seringkali debat di luar konteks, argumennya muter-muter bahkan sampai menyerang personal.
Sekelas debat presiden us, pas jamannya Donald trump nyalon, debatnya aja banyak nyerang personal. Jadi secara kaidah dlm berdebat Dan berargumentasi udh menyimpang, alias ga nyambung.
sepanjang pengalaman gw jurus menang debat itu lu harus bisa main diksi kata per kata apalagi ketika lawan salah sebut 1 kata aja udah abis tuh dikulitin sampe lawan emosi 😂
sederhana, debat itu menunjukan intelekualitas seseorang, ngga mandang umur dan tingkat pendidikan. MAkin tinggi pendidikan biasanya diiringi kualitas argumentasinya dan konteksnya, kalau nyerang personal di kalangan elit politik itu just for fun, bagi elit nyerang ngga perlu personal juga bisa mereka tumbangin, ngapain capek2 nyerang personal jika ujungnya bumerang untuk dirinya sendiri, nah kadang umur juga ga boong, semakin tua yaa kadang bukan semakin kalem ada juga yang makin menjadi2, Soal Trump dr jaman dulu karakternya memang begitu, its just for fun, mereka memang sedang memerankan perannya dengan baik.
Politik jangan lu telen mentah2, politik itu sama aja mirip cosplayer lagi cosplay karakter, misal yang seksi2, terus lu asumsi ini cewe di real life bisa lo ajak mesum, ya ngga gitu konsepnya bro.
Politik juga sama, tujuan politik adalah kemenangan, VOTE, jadi usahanya untuk giring VOTERS, ya itu permainannya. Back again, politik itu cuma menang atau kalah kan. Ga ada lain. Mirip bandar lagi goreng saham. Politik juga sama, goreng terus, giring terus. Tapi 2024 ternyata anomali, mereka pemain2 politik tidak sadar bahwa POLITIK pun terdisrupsi, cara2 lama tidak lagi laku.
Ya bisa jadi itu sengaja untuk menarik simpati penonton, karena penonton lebih mudah terbawa emosi😂
@@AchsanulHafizhi bisa jadi bang, kan jaman skrg jamannya apa2 dibikin gimmick dulu, dimasukin unsur2 entertainment, pokoknya formula yg bikin orang heboh dan terpancing atau kontroversi, baru tuh bisa dilirik krn makin bikin penasaran.
Pentingnya berkomunikasi dengan konteks. Biar konteksnya luas, perbanyak wawasan. Ibarat kata skripsi, pendekatannya beda2 kan. Ada yg kuantitatif, ada yg kualitatif. Gw nangkepnya pndktan deskriptif lebih ke metlit kuantitatif dimana data lebih diutamakan daripada sentimen individu trntu. Sedangkan pndktan preskriptif sama kyk lo bikin narasi yang konteksnya subjektif. Menurut si A si C ini cantik, belum tentu si B berpendapat sama, dstrsnya. So perbanyaklah wawasan biar konteks yg lo komunikasikan bisa nyambung ke banyak org!
Setuju bro,Ibarat Experience adalah peluru sedangkan communication skill itu senjatanya 😅, kalo communication skill cukup tapi gk punya experience sama aja bohong, lebih baik perbanyak pengalaman dulu dalam Hal apapun itu, karena itu bahan obrolannya, masak spekulasi ? Ngibul sih bisa aja kek ngejokes tapi nanti org pikir kita ini omdo. Plus pelajari unsur unsur obrolan saat beradaptasi dgn org baru misalnya :giving opinion, compliment, express feeling, assume, offering, show interest, suggest, 5w 1h methods
Dan Masih byk lagiii 😅 gw lihat ini pas belajar conversation skill in English, karena ternyata relate dgn b Indo jg, kalo unsur unsur saat conversation jg harus dipelajari Dan dipraktekan, itu termasuk conversation skill
Setuju, harus paham konteks dan skill komunikasi yang tepat.
Tapi ketika menganalisis data skripsi, peneliti tetap harus preskriptif karena memberikan interpretasi terhadap data bro.
Dalam kajian linguistik, kalimat preskriptif hanya bisa dianggap memiliki niat terselubung (makna pragmatis), ketika kedua org/lebih yg berkomunikasi sudah memiliki konteks wacana sebelumnya (istilahny common ground).
Dalam contoh yg diberikan, kedua org tersebut hanya berbalas tweet, jadi diasumsikan kedua org tdk mengenal satu sm lain, maka kalimat preskriptif dari A seyogyany tdk blh dianggap memiliki makna pragmatis.
The problem is, materi begini tidak menarik bagi netizen sumbu pendek yang lebih suka keributan dibanding diskusi sehat di sosial media.
Betul. Terlalu berat bahasannya. Bahkan untuk manusia normal di Indonesia. Temen gw gak main sosmed tp dia ga betah mengolah informasi kyk gini lama2.
Ini yang harusnya jadi pendidikan dasar di Indonesia saat ini, opportunity costnya terlalu gede kalau dua orang yang harusnya bisa berkolaborasi malah jadi saling caci-maki gegara salah paham doang. Terima kasih Malaka Project, menyala! 🙌
Salfok sama opportunity cost😂, tp jujur pandangan tersebut bener krn klo sibuk beradu argumen yg dimana juga udh out of context Dan terkadang berujung jdi konflik, menurut gua ga ada faedahnya samsek
Selama 'logika mistika' lebih dikedepankan, kesalahpahaman akan terus terjadi bahkan meningkat.
SUDAH MENJADI "KEBIASAN" DISAAT ORANG YANG "DIBENCI" BERBICARA, PASTI ORANG YANG "MEMBENCI" AKAN PUNYA PIKIRAN NEGATIF, BAHKAN DISAAT ORANG ITU BILANG 1+1=2 PUN AKAN DISALAHKAN... KEMBALI KE HATI KITA AJA...
percayalah, untuk memahami konten ini butuh kecerdasan yang "lebih dari standar".
ditengah netizen yang bahkan gak ngerti apa perbedaan kritik dengan menghina, netizen yang kalau berargumen selalu mengedepankan ego, penjelasan yang rapi ini hanya akan menguap begitu saja dikepala mereka 😂
Apasih..
@@lauralarasati5454nah anda telah mencontohkannya dengan baik
@@aqilaqila_6916 coba menurut anda komentar di atas preskriptif ato deskriptif? Pengen tau lu paham apa ga. 😁
@@lauralarasati5454 preskriptif
@@lauralarasati5454 kak aku mau jawab, tapi jangan dihujat ya 🥺
preskriptif kak
salut sama orang orang yang punya kemampuan dalam berkomentar yang berbobot tentunya, gua yang untuk memahami topiknya saja harus mengulang videonya beberapa kali.
Jadi keinget kasus 'Cowo GUY' HAHAHAHA.
Makasih kak udh bahas ini, sangat bermanfaat dan menjadi koreksi untuk diri sendiri jika ada d dalam percakapan nanti ada yg tida nyambung. Walau aku sbenernya jarang sih sampe berantem s socmed, malah pernah mencoba menenangkan orang2 d kolom reply sebuah tweet, yg ada seseorang diserang karna reply oot. Kupikir yg dia omongin msh bs nyambung, cuman orang2 pada marah2 ma dia perkara pada emosional, entah knp aku rela membela dia. Aku inget banget waktu itu lagi ngmgin si Agnes si bocil pacar Mario.
Tp sukurnya aku selalu paham ttg konteks, kalo ga ngeh sama konteks biasanya aku memahaminya terlalu terburu2 ato lagi ga fokus. Cmn baru tau ttg pernyataan deskriptif dan preskriptif. Aku baru ngeh kalo di medsos saat aku berhadapan ma org yg marah2, aku biasanya ngejawab dengan deskriptif/kalopun pake opini, biasanya mendekati netral dan bikin aku ga sengaja terhindar dr perdebatan2 alot.
Once again makasih kak udh ngasih tau ttg ini, walau aku suka paham ttg konteks, pasti masih banyak hal yg aku belom tahu dan selalu menerima pengetahuan2 batu, also treat mistakes as useful information :D
dasar GUY
@@pakpendetakevin saya sukak GUY wkwkwkwkwKWKWKWK
Parah sih kalo itu😂
orang kita"
Makasih banyaaak udah berkenan nonton!❤️
Mantap gw jadi inget gw pernah debat gitu juga ama temen gw wkwkwk
coba kek gini diajari dari SD gitu yak
kalo udah gede kan udah telat, berberapa udah merasa dirinya paling bener
thanks buat ilmunya bisa buat koreksi diri sendiri juga
Bener, harusnya Dari SD diajarin, makanya suka ada diskusi kerja kelompok, dimulai presentasi, terus suka disuruh nanya sama kelompok lain, Dari situlah mulai belajarnya. Tapi emang anak2 hrs dimulai utk belajar mengungkapkan pendapat Dan keinginan secara sehat sih.
sangat berterimakasih kepada Kakak kakak Malaka Project yang selalu kasi edukasi ke semua orang terutama anak muda yang memang harusnya belajar banyak tentang hal dasar seperti komunikasi. gua harap Kak Cania makin sering bahas topik ini lebih dalam lagi, semangat buat semuanya! kalian keren!
ya ..betul..kendala yg sering saya alami dan lihat di kebanyakan kita adalah komunikasi..bagaimana mengungkapkan ide, kritik dan sarang menjadi suatu komunikasi itu masih menjadi hal paling berat dan beresiko tinggi...
Kebiasaan masyarakat kita, hmm apa masyarakat dunia juga ya. Ketika membaca sesuatu sudah keburu naik pitam dan logika analisisnya jadi kalah dengan sisi emosinya.😂
relate sama survey indeks membaca kita paling rendah ke dua di Asia.
ya itu buktinya, baru lihat huruf beberapa detik udah gatel gak sabar pengen komen..🤦♂️
Edukasi yang bagus dari Malaka Project.
keren sih ini topiknya, fenomena debat kusir di kolom komentar media sosial emg udah sangat meresahkan
Media Sosial tidak pernah kusut. Yang kusut adalah "PENGGUNA"-nya!
kadang suka bingung nanggepin komentar yg ga nyambung, geram sih, tapi aku skip comment section biasanya, terlalu menguras energi untuk menanggapi, btw thank you Ka Cania and Malaka Project!
Setuju dg topik yang di sampaikan di video ini, penjelasan materinya jelas, isi topik bagus isi daging, contoh materi yang disampaikan mudah dipahami. Ada sedikit tambahan alangkah baiknya dijelaskan juga cara penerapan ilmu ini dikarenakan dg fakta yang ada, baik disosmed maupun di lingkungan kita dalam beraktivitas ada beberapa orang saling debat ketika ada peristiwa sesuatu dan terselip emosional untuk menyelesaikan debat tersebut dan biasanya orang ketiga yang melerai. Buktinya sebagian besar dari mereka belum memahami ilmu ini dan terlanjur emosi😂
Berasa ikut matkul bahasa indonesia. Suka nih konten gini
Lanjut kali yaa? Kasih usul topik berikutnya cobaa😁
@@cania_citta lanjut can, usul topik tentang majas, terutama sarkas, ironi, satire, dan sinisme.
Mungkin bisa topik buat bedain antara kritik, saran, masukan, opini, atau hinaan kak @@cania_citta
Konten seperti ini yang harusnya diperbanyak, sehingga generasi yang bersinggungan aktif dengan social media sekarang lebih paham bagaimana cara berinteraksi yang baik dan benar, terima kasih ilmu nya kak Cania dan Malaka Project. Good Job !
kalo lagi bikin konten viewers saya sering debat kusut kayak gitu🤦, terimakasih kak udah bahas topik ini
Nahh bisa dishare nih videonya di community😁 hehehehe
Iya sering ga nyambung yang komentar apa di balesnya apaan
Itulah mengapa yg pintar lebih memilih diam
Most people argue only to look smart and right.
Setelah menemukan channel ini, aku kebantu banget.
Permasalahannya, jadi mahasiswa baru di usia 30th itu ga gampang, dimana yg lainnya masih usia belasan, aku udah tua n kesulitan buat mencerna.
Terimakasih Malaka Projects
5:25 Kamu kapan nikah? Pertanyaan deskriptif aja. Tapi ...
8:13 Kunci daris isi konten. 💯
10:21 Respon ke argumen perspektif.
gua anak bahasa jadi bersyukur belajar banyak cabang linguistik jadi analisis wacana itu emang basic hidup. terimakasih atas konten ini saya menjadi bersyukur pada bidang studi saya.
AFFH iyyh
Segala sesuatu diawali dengan chaos, kemudian berangsur teratur. Jadi relax ajalah.
Makasih banyak kak Cania. Saya belajar banyak dari video2 kakak dan Malaka Project
Ka usul dong habis ini ngomongin Logical Fallacies. pastinya guna di zaman serba-serbi argumen kaya sekarang
klo ga salah ud dibahas di ch cania sendiri toh
Di internet banyak kalau mau tahu contoh apa saja macam-macam cacat logika, seperti ad-hominem. Tapi percuma sih tahu logika fallacy saja kalau tak dibarengi skill berlogika yg baik dan benar
pengetahuan baru dan gak pernah diajarkan disekolah but it's so usefull buat memandang dan menyikapi sesuatu dengan lebih berdasar ke ilmupengetahuan, terimakasih malaka project u make me realize and make me know about somth new THANKSSSSSSSS
Iyaaa relate sering liat komenan gini, yg malah adu argument makin jauh dari konteks. Aku yg baca komenan gini malah ngeraguin diri sendiri, apa salah baca apa gimana... tapi baru tau teori ini tu tentang konsep diskriptive dan preskriptive dan pengaplikasian nya jadi lebih jelas karena udah dijabarin dengan konten gini. Good job malaka udah ngejawab pertanyaan ku untuk bisa bernalar dengan benar 🙌
salam masyarakat baru! panjang umur hal-hal baik kak cania citta dkk!
makasih ilmunya, jelas dan mudah dipahami, GG
perempuan cerdas di indonesia itu hal yg langka. di sisi lain, itu sebuah ironi thd pemerintah yg alpa soal itu
Menarik nih pembahasannya, nonton materi kayak gini sampe satu jam pun betah
Belum pernah mendengar, tp sekali mendengar langsung paham. thanks cania udah membantu banyak orang lewat dasar komunikasi
Konsep yg menarik tks
Mau , tif tif tif , semua perdebatan tidak ada gunanya ,jika tak menghasilkan produktivitas dan benefitnya, seharusnya tebar kasih di utamakan , apapun personalisasi kalian. Karena tebar kasih sayang itu ,bisa membuat kita bersyukur karena perbedaan perbedaan yang ada.
Terimakasih, sangat mencerahkan
Terima Kasih atas informasinya Malaka Project
Ya setuju, menurut pandangan saya topik ini adalah edukasi yg berguna karena sering saya jumpai miscomunikasi seperti ini.
Paling susah adalah 'menyederhanakan' bahasa dari yang kusut dan akademisi hingga bisa dimengerti banyak manusia atau tersampaikan.
itu paling susah bro wkwk deliverynya termasuk intonasi dan pemilihan kata katanya, plus spontan jg
Itulah mengapa nabi cara berdakwah dengan 'bahasa kaumnya'🙂
menarik sekali pembahasan ini
Wah thanks malaka udah bantu up topic yg bikin aku cukup concern juga nih.. kayak selama ini tu ngerasa banget sering ngeliat pertikaian di socmed tapi kayak ga apple to apple.. semua landasannya udah sentimen2 yg bikin proses diskusi itu udah sangat jauh dadi kata jernih.. jadinya ya, sentimen vs sentimen yg cuma menghasilkan debat kusir yg tak berkesudahan.. kayak heran bgt org2 skrg kok gampang banget ke trigger akan suatu hal yg mereka yakini dan kalo kesinggung aja meskipun gak ada relevansinya. Kapan majunya ya kalo dah gini karakter masyarakat kita?
Semoga saja di masa mendatang masyarakat bisa memahami bagaimana cara merespon pernyataan yang deskriptif dan preskriptif, agar tidak ada lagi kejadian 'ahok masa depan' dipenjara dengan alasan-alasan tak masuk akal.
Terimakasih ,saya sangat suport dengan konten konten seperti ini!
Konsep ini bisa dipelajari lebih dalam oleh kalangan SDM rendah
Mantap ni dekonstruksi dan rekonstruksinya.. 👍 Apresiasi buat tim Malaka Project..
terimakasih informasinya, kontennya sangat edukatif supaya kita belajar berkomunikasi yang benar
Bagaiaman jika orang itu tuli, apakah konten ini bermanfaat bagi mereka?
Tentu, video ini sudah menyediakan fitur takarir Indonesia sehingga dapat dibaca jika terdapat kendala pendengaran
Suka banget sama konten ini, ngajarin kita cara beropini yang benar, lanjutkan kakk
Orang Indonesia semakin kesini semakin banyak yg gampang tersulut emosinya. Apa yg kita omongin harus sesuai dengan keinginan si pendengar / si pembaca, kalo ada yg beda satu kata aja udah pasti ribut tuh di kolom komen
Betul nih, seolah bersikap pendapatnya paling benar, tidak siap atau tidak mau menghadapi perbedaan pendapat, beda dikit tancap gas dihujat atau dibuly..klo dari sisi yg beda pendapat.. menyampaikan perbedaan dengan cara yang baik atau halus pun masih berpotensi utk dihujat atau dimaki, apalagi menyampaikan beda pendapat dengan kasar...🙌🙌
@@zulfikarrahmat871 Yoi, gw sering banget kalo ada postingan di sosmed, apalagi yg berbau politik ekonomi, gw bener2 nanya aja dikatain goblok wkwkwk
@@dikkyandhika Nah tuh lucu kan..belom berpendapat loh, baru nanya doang udah dihakimi n dibully..netizen konoha emg kecerdasan n literasi digitalnya diluar nurul..🙌
Keren sih, bagus buat diterapkan.
Keduanya masing2 telah bisa DIDEFINISIKAN, itu belum cukup.
Mestinya keduanya hrs bisa DIHUBUNGKAN, sehingga menghasilkan gambar STATISTIK yg bisa membantu mengurai problem setiap kontek yg diperdebatkan termasuk pelecehan seksual.
dalam berkendara perlu adanya batasan usia untuk menghindari kecelakaan, saya rasa sangat perlu dilakukan adanya batasan usia untuk pengguna social media untuk mencegah kecelakaan berfikir
Kemampuan mendefinisikan atau mendeskripsikan itu kan kemampuan kognitif. Bisa kita ketahui mungkin bagi beberapa orang ini sulit dan walaupun bisa mungkin mendapat reaksi yang salah
Kelihatan sepele banget padahalini dasar banget sering ditemui di kehidupan sehari hari 😁😁😁
Communication skill is everything 😅 mau kerjaan apapun itu pasti butuh, kecuali kalo bisu itu lain cerita 😂
Saya sangat suka video edukasi yang amat penting seperti video ini. Dan menurut saya, seharusnya masyarakat Indonesia paham tentang hal yang dijelaskan didalam video ini sangat penting dalam memberikan dan menerima pernyataan di kehidupan sehari-hari. Dan juga ini ada pandangan pribadi saya berdasarkan pengalaman bersosialisasi, bahwa masyarakat Indonesia belum terlalu mengetahui tentang mana respons yang tepat untuk sebuah pernyataan bahkan di lingkungan sekolah ataupun universitas. 😢
Menurut agama saya Islam bahwa pernyataan dari perdebatan si netizen yang pertama atau netizen A itu ada benarnya, kenapa, karena dalam agama Islam perempuan itu wajib untuk tertutup agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti pelecehan seksual tadi, dan menurut saya itu salah satu dari penyebabnya, karena seorang perempuan baik tertutup atau terbuka laki-laki akan berpikiran ke arah sananya, Karena wanita itu fitnah terbesar untuk seorang laki-laki. Dan meski dirasa tidak setuju dengan persepsi saya tidak mengapa. Dan karna saya seorang muslim, jika pernyataan-pernyataan( apapun itu) telah diatur oleh Islam kami memiliki keyakinan bahwa gak semua perintah Allah (Islam) itu bisa kita cerna dengan akal kita, karna akal ada batasnya, terima dan akui saja, meski suka atau tak suka
Ini jika dilihat dari sudut pandang agama saya Islam, adapun jika kurang setuju, saya bisa memaklumi. Terimakasihh❤
kak Cania cocok banget ngajar bahasa Indonesia! mantap terimakasih
Pentingnya belajar bahasa indonesia dg tepat. Pdhl ini ada materinya di sekolah... Sayang bgt masih banyak orang kurang memahami konteks... Pdhl bahasanya sendiri bukan bahasa asing...
Konsep oke nih buat nguji AI.
Makasih ya
Gas abis ini bahas filsafat bahasa nya derrida cania. Biar gak pada jaka sembung tuh netizen
Baru tau ada chanel se keres ini asli 🔥🔥
Merangsang cara berfikir serta menuntut agar kita gak gampang ke jebak narasi2 aneh yang mayoritas masyarakat kita sebenarnya masih memaklumkan.. Ajibb
N' i no komen cuma satu saja pemilihan sesuatu perkara bergantung kepada dari org induvidu itu semdiri dan pemakaian berga tung pada pemandangan seseorang contohnua pandangan pafa fesyen dantak dari itu lagi..*lely asmara
Owalah jd lumayan ada pencerahan kenapa kalo baca komen di X atau di ig sering bikin pikiran tambah kusut. Ternyata ini akarnya😅 terimakasih, konten yang sangat manfaat🙏
Ini realita banget si, netizen benar-benar cacat kalo udah ngomongin konteksnya. Topiknya jadi blepotan ga beraturan.
Mantap, daging banget ini
asiikk nih, penyampaian dan penalarannya masuk dari bahasa yang disampaikan sampai animasi/effect yang dipakai.
andai semua orang faham akan ini (isi video).
banyak belajar dari chanel malaka project ini minimalnya dapat meng-edukasi diri sendiri/evadir (evaluasi diri).😁🙏
terimakasih.
Sudah Paham, tinggal dipraktekkan
Terima kasih Malaka Project🙏
Makasih ilmu tambahan nya, cocok banget buat aku yang ngomong suka kemana-mana🙏
wah bener sangat bermanfaat
Bisa nih dishare ke grup keluarga wakakakakk
orang2 X wajib nonton ini walau kak cania pernah di rujak 😅 terimakasih kak edukasi nya
Makasih buat materi yang penting ini
Kemampuan kita dalam menangkap informasi sepertinya memang masih sangat buruk. Kalau menurut saya sih salah satu penyebabnya adalah rata-rata kemampuan berbahasa masyarakat yang masih kurang baik, salah satu efek dari buruknya tingkat literasi. Saya juga sering menemukan komentar atau post di media sosial yang secara tata dan logika bahasa itu jelek sekali.
Nah betul, ktmu percakapan bgni udah males mendingan ditinggal bkin pusing.
Kalo ngobrol dg yg beda frekuensi dan tetep kekeh dg sudut pandang dy sndiri, mending mundur walaupun di bilangin kalah debat, yg waras ngalah 😂
bener bang, cuman kadang kaya ga tega aja jadi banyak orang yang ikut terjebak ama pemikiran mereka kalo ga dilurusin, tapi ngejelasin juga capek sendiri kalo yang di ajak diskusi ga pamam konteks ga bisa penalaranya.
Niatnya emang bukan meluruskan kak, tapi memenangkan
Terima kasih banyak ilmunya mba, semangat terus buat kontennya!
Ini dulu adalah diskusi pelajaran BAHASA INDONESIA dulu waktu saya SMA apa sekarang dah gak adakah pelajaran diskusi seperti ini???
Thanks Mbak Cania 👍🏽👍🏽👍🏽
Sama, inget jaman SMA, harusnya sih Masih ada
Win-win solution aja sih. Coba pakai analogi berkendara di jalan raya, kita dah taat aturan dan hati-hati dalam berkendara saja misal ada pengendara lain yang ugal-ugalan atau nyetir sambil mabok kita bisa jadi korban kecelakaan imbas mereka kan, apalagi kalau sejak awal kitanya sudah ugal-ugalan. Probabilitasnya jelas jauh meningkat di premis yang kedua dibanding pada premis yang pertama. Secara garis besar lebih mudah mana preventif masing-masing atau ngatur orang lain buat gak ngelakuin hal yang merugikan orang lain?jelas yang lebih mudah preventif. "Tapi kok kenapa jadi korban yang malah harus dibuat susah dan terkesan dirugikan karena jadi gak bisa bebas?" ya realita objektif emang faktanya gak menyesuaikan dgn keinginan manusia kan, pada akhirnya yang kecenderungan survive nya lebih tinggi adalah yang daya adaptasinya tinggi. Salah satu aspek dari daya bertahan hidup ya aware sama situasi sekitarnya dan bisa diolah sama otaknya mana hal-hal yg bisa ningkatin probabilitas nya buat bikin mereka jadi rugi begitupula sebaliknya.
Dalam ranah linguistik atau studi bahasa, ada yang namanya pragmatik dan sosiolinguistik kak. Di sub-studi ini mengatakan bahwa sebuah statement, deskriptif dan "objektif" sekalipun dapat mengandung makna yang beragam di situasi tertentu. Variabel situasi ini bisa meliputi konteks (pragmatik), budaya, usia, norma (sosiolinguistik)
Benar.
people with too much free time and no meaningful purpose always create drama out of thin air. netijen2 gabut yg kurang kerjaan biasanya senang memberikan argumen yg mengarah ke perdebatan di sosmed dan youtube,. Rumusnya: debat dulu, nalar belakangan
Terimakasih untuk informasinya, saya jadi mendapatkan ilmu dan wawasan baru 😊
Makasih banget kak cania, penjelasannya gampang banget di mengerti dan aku sering banget gak bisa jawab kalo orang nanggepin nya gak nyambung kayak gini 🥰🥰
Aaaa senang penjelasan aku bisa dimengerti dengan baik❤️🙂
mencerdaskan..., semangat kak
Hal ini sering ditemui di kolom komentar yg jadinya perang komentar tanpa ujung, bikin geleng² kepala dan ngurut dada.
Benar kenapa kebanyakan netizen diindonesia, suka salah tangkep suatu fakta dan malah dijawab sama opini diri dia sendiri😂
Thanks kak Cania👍
kak orang bandung ya?
@@havissaputra6378 ya terus?
Terima kasih untuk kontennya, sangat bermanfaat 👍
Auto subrek malaka project setelah nntn video kali ini :))
bagus banget videonya ka cania! jadi dapet framework untuk ngga langsung baperan ngeliat data/opini di medsos :D
04:08 contoh : "Rumah Rafi besar banget" itu sudah tidak deskriptive, tetapi sudah mengandung penilaian, sehingga pernyataan tersebut harus dibuktikan. kalau dalam bahasa manthiq sudah masuk dalam kalimat tashdiq.
jadi contoh yang diberikan itu tidak tepat
Justru netizen kita cerdas... pernyataan deskriptif ditanggapi dengan kritis dari subjektivitas masing-masing..descriptive statement itu cuma buat komunikasi yg formal
Terimakasih malaka project and ibu cania ... ❤❤❤
Penjelasan mudah dipahami, trimakasih kak cania
Jokowi bilang "Presiden boleh kampanye menurut undang-undang" itu Pernyataan Deskriptive dari Jokowi. Tp kebanyakan orang menanggapi-nya dengan Pernyataan Perspektif.😅
Presiden yg incumben ya
@@itsmelexxanah ini jelas, UUD juga bilang kalo Pejabat Negara dilarang untuk berpolitik demi kepentingan Keluarga, Jelas kan arahnya.
Masalah deskriptif atau perspektif itu Tergantung dari Niat Orang tersebut, ada kepentingan ga ?
Kalo yang di sampaikan nya Deskriptif tapi ada kepentingan ya Jebol. 😅
Mungkin kalo orang biasa yang debat mah ga ada kepentingan, beda hal dengan Pejabat negara yang di mana netralitas itu omong kosong.
@@flossline7046masalahnya UU sudah dirombak sehingga diperbolehkan untuk UU sekarang yang baru