Tari Topeng Cirebon
HTML-код
- Опубликовано: 10 фев 2025
- Tari Topeng Menurut Prof. Vreede berasal dari kata ping, peng, dan pung yang artinya melekat terhadap sesuatu dan ditekan rapat, dengan maksud lain kedok (penutup muka) yang dikenakan akan melekat dan yang memakainya akan menjadi pangling. Tari Topeng menjadi sebuah tari tradisional di Cirebon. Namun, tari yang menggunakan topeng ini dapat kita temukan di berbagai daerah di Indonesia dengan ciri khas tersendiri.
Di Cirebon, Tari Topeng menjadi media penyebaran agama Islam. Saat itu, seorang bernama Pangeran Welang yang memiliki kesaktian dari Curug Sewu memiliki keinginan untuk mengalahkan Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana di Keraton Cirebon. Akan tetapi, Sunan Gunung Jati menanggapinya melalui membentuk sebuah kelompok kesenian dengan berkeliling di satu daerah ke daerah lain. Dalam kelompok seni tersebut terdapat satu penampil Nyi Mas Gandasari menari menggunakan kedok. Tentu, Pangeran Welang terpikat dengan Nyi Mas Gandasari dan meminangnya menjadi istri. Namun, Gandasari memberi syarat bahwa Pangeran Welang perlu menyerahkan pusaka Curug Sewu. Maka, setelah diserahkannya pusaka Curug Sewu, Pangeran Welang hilang kesaktian dan menyerahkan diri pada Sunan Gunung Jati dan masuk ke dalam Islam.
Seiring berjalannya waktu, sebelum masa Belanda, Tari Topeng menjadi sebuah kesenian keraton. Namun saat masuknya Belanda dalam kehidupan keraton, seniman-seniman Tari Topeng berpencar keluar keraton dan memunculkan karakter-karakter masing-masing di tiap wilayah.
Sumber:
Lasmiyati. (2011). Sejarah Pertumbuhan Dan perkembangan Tari Topeng Cirebon abad XV - XX. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 3(3), 472-486. doi.org/10.309...