11 SYARAT SHALAT BERJAMAAH & 5 JENIS HUKUM MAKMUM MEMBARENGI BACAAN & GERAKAN IMAM

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 20 окт 2024
  • 11 SYARAT SHALAT BERJAMAAH & 5 JENIS HUKUM MAKMUM MEMBARENGI BACAAN & GERAKAN IMAM
    Milik konten kreator youtube chanel @AlfaArkan Zainal Muttaqin Lc MHI Kota Langsa
    Rasulullah saw melalui sebuah hadis menyampaikan kepada kita, suatu ketentuan umum terkait aturan makmum dalam shalat berjama'ah:
    عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ، فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوْا،
    وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللّٰهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوْا، ... (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
    Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw bahwasannya ia bersabda: Sesungguhnya dijadikan seorang imam itu hanya untuk diikuti, maka janganlah kalian berbeda dengannya, apabila ia ruku' maka rukuĺah kalian, apabila ia mengucapkan "sami'allahu liman hamidah maka ucapkanlah rabbana lakalhamdu, dan apabila ia sujud maka sujudlah kalian, ... (HR. Al-Bukhari)
    11 SYARAT SHALAT BERJAMAAH
    Dalam matan safinatunnaja yang disebutkan oleh Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Kasyifatussaja, halaman 141 sampai 149:
    شُرُوْطُ الْقُدْوَةِ أَحَدَ عَشَرَ : (١) أَنْ لَا يَعْلَمَ بُطْلَانَ صَلَاةِ إِمَامِهِ بِحَدَثٍ أَوْ غَيْرِهِ، (٢) وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ وُجُوْبَ قَضَآئِهَا عَلَيْهِ، (٣) وَأَنْ لَا يَكُوْنَ مَأْمُوْمًا، (٤) وَلَا أُمِّيًّا، (٥) وَأَنْ لَا يَتَقَدَّمَ عَلَيْهِ فِى الْمَوْقِفِ، (٦) وَأَنْ يَعْلَمَ انْتِقَالَاتِ إِمَامِهِ، (٧) وَأَنْ يَجْتَمِعَا فِيْ مَسْجِدٍ أَوْ فِيْ ثَلاثِمِائَةِ ذِرَاعٍ تَقْرِيْبًا، (٨) وَأَنْ يَنْوِيَ الْقُدْوَةَ أَوِ الْجَمَاعَةَ، (٩) وَأَنْ يَتَوَافَقَ نَظْمُ صَلَاتِهِمَا، (١٠) وَأَنْ لَا يُخَالِفَهُ فِيْ سُنَّةٍ فَاحِشَةِ الْمُخَالَفَةِ، (١١) وَأَنْ يُتَابِعَهُ.
    Artinya: Syarat-syarat qudwah atau syarat makmum mengikut imam itu ada sebelas perkara, yaitu: (1) Makmum hendaklah tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lainnya. (2) Makmum hendaklah tidak meyakini bahwa imamnya itu sedang wajib mengqadha' shalat tersebut. (3) Seorang imam itu tidak sedang berstatus sedang menjadi makmum dari imam sebelumnya. (4) Seorang imam itu bukan orang yang ummi (orang yang tidak baik bacaan shalatnya). (5) Makmum hendaklah tidak melewati tempat berdirinya imam. (6) Makmum hendaklah mengetahui gerakan perbuatan shalat imamnya. (7) Imam dan makmum itu hendaklah berada dalam satu masjid atau berada dalam tempat yang jarak imam dan makmumnya itu kurang lebih masih dalam jarak tiga ratus hasta. (8) Makmum hendaklah berniat mengikut imam atau niat jama'ah. (9) Bentuk shalat imam dan makmum itu hendaklah sama terkait tata cara dan kaifiyatnya. (10) Makmum hendaklah tidak menyalahi imam dalam perbuatan sunnah yang sangat berbeda dengan imamnya. (11) Makmum hendaklah mengikuti gerakan imamnya.
    Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Kasyifatussaja, halaman 147, menyebutkan pendapat Al-Mudabighi terkait dengan hukum muqaranah atau hukum makmum yang membarengi bacaan atau gerakan shalat sang imam:
    قَالَ الْمُدَابغِيُّ: اِعْلَمْ أَنَّ الْمُقَارَنَةَ عَلٰى خَمْسَةِ أَقْسَامٍ:
    Telah berkata Al-Mudabighi: Ketahuilah olehmu bahwa "al-muqaranah" (yaitu membarengi atau membersamai bacaan atau gerakan imam dalam shalat itu terdiri atas lima macam bagian, yaitu:
    حَرَامٌ مُبْطِلَةٌ أَيْ مَانِعَةٌ مِنَ الْاِنْعِقَادِ، وَهِيَ: الْمُقَارَنَةُ فِي تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ،
    Haram dan mencegah keabsahan shalat (artinya apabila hal ini dilakukan dapat menyebabkan shalatnya itu tidak sah), yaitu membarengi imam dalam takbiratul ihram.
    وَمَنْدُوْبَةٌ، وَهِيَ: الْمُقَارَنَةُ فِي التَّأْمِيْنِ،
    Sunnah, yaitu membarengi imam pada saat membaca amin (setelah selesai membaca Surat Al-Fatihah).
    وَمَكْرُوْهَةٌ مُفَوِّتَةٌ لِفَضِيْلَةِ الْجَمَاعَةِ مَعَ الْعَمْدِ، وَهِيَ: الْمُقَارَنَةُ فِى الْأَفْعَالِ وَالسَّلَامِ،
    Makruh, yang apabila dilakukan dengan sengaja akan menghilangkan Fadhilah Shalat Jama'ahnya (yang 27 derajat itu, namun tidak menghilangkan fadhilahnya apabila dilakukan tanpa sengaja), yaitu ketika makmum membarengi imam dalam hal gerakan-gerakan shalat (seperti ruku', i'tidal, sujud, dsb) dan (ketika makmum membarengi imam dalam bacaan) salam (oleh karenanya, jangan buru-buru ketika hendak mengucap salam, tunggu dulu, biarkan dulu imam menyelesaikan ucapan salam yang kedua, barulah kemudian kita sebagai makmumnya mengucapkan salam).
    وَمُبَاحَةٌ، وَهِيَ: الْمُقَارَنَةُ فِيْمَا عَدَا ذٰلِكَ،
    Mubah, yaitu membarengi imam dalam selain hal-hal itu (yang telah dijelaskan sebelumnya).
    وَوَاجِبَةٌ، إِذَا عَلِمَ أَنَّهُ إذَا لَمْ يَقْرَأِ الْفَاتِحَةَ مَعَ الْإِمَامِ لَمْ يُدْرِكْهَا.
    Wajib, yaitu membarengi bacaan Al-Fatihah imam, ketika makmum tahu bahwa jika ia tidak membaca Surah Al-Fatihah bersamaan dengan bacaan imam, maka nanti ia tidak akan dapat menyelesaikan bacaan Al-Fatihahnya

Комментарии • 2