Hmm kok konyol ya. Masalah kejantanan tolak ukurnya punya anak. Menurutku jantan tidaknya laki2 adalah dia bisa berfungsi Dan bertanggung jawab sebagai orang dewasa secara pikiran. Terus sekarang masalah anak, apa anak itu obyek investasi supaya hidup orang tua nyaman? Ga kaget, kalau orang yg masih berpikiran seperti ini seperti anak kecil dalam tubuh orang dewasa. Dia tidak mampu bertanggung jawab Dan membahagiakan diri sendiri
Gw jadi inget series The Boys. Di mana Homelander itu termasuk contoh toxic masculinity. Dia menunjukkan kejantanannya dgn m3mperkosa & mengh4mili istri Billy Butcher hingga punya anak. Tapi Homelander gak tau bagaimana jadi laki-laki sesungguhnya (bahkan beberapa tingkahnya masih childish) dan gak mampu jadi ayah yg baik. Makanya anaknya Homelander malah menganggap Billy Butcher sebagai ayah nya.
BKKBN malah terkesan jadi saudaranya Kemoninfo 😑 yang sama-sama menyalahkan warganya sendiri. Harusnya aturan adopsi anak yang harus dipermudah supaya lebih banyak anak-anak yang sejahtera. Bukan berarti tidak mendukung LKSA/Panti Asuhan tapi paling tidak mengurangi beban. Wisma warga senior juga harus ditingkatkan standarnya layaknya hotel sehingga lansia juga mampu menikmati hidup pensiunnya
Koruptor diberantas sampai tuntas dulu, baru bisa makmur negara, jangan pajak aja dikumpulin buat bayar kerugian proyek yang diambil koruptor, apa-apa yang disalahkan rakyatnya dan dibebankan pajaknya, tapi hukum tidak imbang, tidak tuntas dan tidak jelas, alasan ini itu termasuk demografi tidak imbang krn child free, fasilitas bersama keterjaminan hidup butuh duit banyak
Kadang musuh besar dari keluarga kecil itu ya orang tua sendiri/mertua dan tetangga yg punya pemikiran primitif. Tambah negri jenaka dgn pemerintahanya yg terlalu sibuk dgn politik praktis dan jual beli proyek..
Kalo ini tahun 60-80 real sih... Banyak anak=free labor, ternak sapisepuluh 2 anak suruh nyari rumput, 2 lain mbantu di sawah... Yang cewek cewek mabntu ibu di rumah
Pernah kepikiran itu, kalau semisal ada suatu masalah, bukankah seharusnya kita melihat kedalam dahulu sebelum melihat keluar? Lihat cermin pun tidak, orang Indonesia memang lebih senang melihat kesalahan orang lain daripada dirinya sendiri, jadi ya sulit untuk maju, makmur, dan adil. Terkadang nggak cuma tekanan soal pernikahan dalam keluarga yang jadi masalah, pekerjaan juga. Masa semua harus jadi PNS atau dokter? Nyatanya jual online, bisnis, dan jadi influencer juga menguntungkan. Paling sebal juga ketika pekerjaanmu dibanding-bandingkan dengan orang lain yang lebih "sukses".
Hmm kok konyol ya. Masalah kejantanan tolak ukurnya punya anak. Menurutku jantan tidaknya laki2 adalah dia bisa berfungsi Dan bertanggung jawab sebagai orang dewasa secara pikiran. Terus sekarang masalah anak, apa anak itu obyek investasi supaya hidup orang tua nyaman? Ga kaget, kalau orang yg masih berpikiran seperti ini seperti anak kecil dalam tubuh orang dewasa. Dia tidak mampu bertanggung jawab Dan membahagiakan diri sendiri
Yah.... namanya juga indo 😂😂😂
Gw jadi inget series The Boys. Di mana Homelander itu termasuk contoh toxic masculinity. Dia menunjukkan kejantanannya dgn m3mperkosa & mengh4mili istri Billy Butcher hingga punya anak. Tapi Homelander gak tau bagaimana jadi laki-laki sesungguhnya (bahkan beberapa tingkahnya masih childish) dan gak mampu jadi ayah yg baik. Makanya anaknya Homelander malah menganggap Billy Butcher sebagai ayah nya.
@@casioak1683 Sering denger banyak yang ngomongin The Boys juga nih, tapi kami belom nonton.
Topiknya sederhana tapi ada disekitaran kita, menarik!
Setuju! Suka sekali sama film pendek ini.
BKKBN malah terkesan jadi saudaranya Kemoninfo 😑 yang sama-sama menyalahkan warganya sendiri. Harusnya aturan adopsi anak yang harus dipermudah supaya lebih banyak anak-anak yang sejahtera. Bukan berarti tidak mendukung LKSA/Panti Asuhan tapi paling tidak mengurangi beban. Wisma warga senior juga harus ditingkatkan standarnya layaknya hotel sehingga lansia juga mampu menikmati hidup pensiunnya
Gas lah! Menuju depopulasi 2050 🤣🤣🤣🤣
Koruptor diberantas sampai tuntas dulu, baru bisa makmur negara, jangan pajak aja dikumpulin buat bayar kerugian proyek yang diambil koruptor, apa-apa yang disalahkan rakyatnya dan dibebankan pajaknya, tapi hukum tidak imbang, tidak tuntas dan tidak jelas, alasan ini itu termasuk demografi tidak imbang krn child free, fasilitas bersama keterjaminan hidup butuh duit banyak
Kadang musuh besar dari keluarga kecil itu ya orang tua sendiri/mertua dan tetangga yg punya pemikiran primitif.
Tambah negri jenaka dgn pemerintahanya yg terlalu sibuk dgn politik praktis dan jual beli proyek..
Sayangnya begitu.
Banyak anak bayak rejeki, anak sebagai investasi masa tua = quotes ter-menyesatkan sepanjang masa
Sepakat..
Kalo ini tahun 60-80 real sih... Banyak anak=free labor, ternak sapisepuluh 2 anak suruh nyari rumput, 2 lain mbantu di sawah... Yang cewek cewek mabntu ibu di rumah
@@Nomnidji mungkin relevan di jaman manusia belum banyak ya, kalo sekarang udh 8 milyar orang, sumber daya terbatas bgt
@@flofaustine yaa begitulah, jaman sudah berapa, kita sebagai manusia harus bisa beradaptasi.
Pernah kepikiran itu, kalau semisal ada suatu masalah, bukankah seharusnya kita melihat kedalam dahulu sebelum melihat keluar? Lihat cermin pun tidak, orang Indonesia memang lebih senang melihat kesalahan orang lain daripada dirinya sendiri, jadi ya sulit untuk maju, makmur, dan adil.
Terkadang nggak cuma tekanan soal pernikahan dalam keluarga yang jadi masalah, pekerjaan juga. Masa semua harus jadi PNS atau dokter? Nyatanya jual online, bisnis, dan jadi influencer juga menguntungkan. Paling sebal juga ketika pekerjaanmu dibanding-bandingkan dengan orang lain yang lebih "sukses".
Ekspektasi sosial memang semengerikan itu sih, salah satu bukti bahwa orang" jiwa mereka masih banyak yg belum merdeka😌
#Merdeka1781945
Memang sulit untuk bisa merdeka dari ekspektasi orang-orang sekitar ya :')
😮
🎉🎉
2024
good jobb
Terima kasih apresiasinya ya!
Ayo... Bikin ko anak
Nyantol ya lagunya.