Perjalanan Ki Ageng Trenggono Kusumo dan Asal Usul Terbentuknya Desa Muneng di Candiroto Temanggung

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 12 сен 2024
  • Perjalanan Pangeran Trenggono Kusumo
    Ki Ageng Trenggono Kusumo merupakan anak dari Prabu Brawijaya V yang konon beragama Islam dengan Ibu Bhre Pananggungan. Pada mulanya dia di utus oleh Raja Brawijaya V untuk mengabdi di kerajaan Demak. Setelah mengabdi di Demak, kemudian dia diutus oleh Raden Fatah (raja Demak pertama) untuk bertapa di Gunung Beser.
    Dalam kisah lain disebutkan bahwa beliau merasa tidak nyaman berada di lingkungan istana lalu bertekad untuk mengembara keluar dari kehidupan seorang bangsawan menjadi sufi yang diikuti oleh para sahabatnya.
    Sesampainya disebuah bukit yang bernama Gunung Beser K. Ageng hendak bertapa/ melakukan semedi untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dalam pelaksanaan tersebut dijaga oleh para pendereknya.
    Namun di tengah semedinya tersebut salah satu dari pendereknya ada yang sakit keras, K. Ageng merasa bertanggung jawab atas kesehatan dari pada cantriknya, terpaksa K. Ageng mencarikan obat guna menyembuhkan, akhirnya K. Ageng turun ke gunung untuk mencari obat dan berjalan menyusuri hutan yang lebat.
    Karena merasa lelah K. Ageng istirahat dan menancapkan tongkat yang dibawanya ke tanah, ketika hendak melanjutkan perjalanannya tongkatnya di cabut tapi hati K. Ageng dikejutkan oleh air yang keluar dari dimana tongkat tersebut dicabutnya.
    hati K. Ageng bergumam “Subhanalloh” apakah ini obat yang disediakan oleh Alloh untuk penyembuhan cantriknya? Masih dalam perasaan kekagumannya K. Ageng bergegas membuat gumbangan kecil dengan maksut air bisa ngumpul menjadi satu, agar mudah ditadahi K. Ageng membuat pancuran dari bambu wulung untuk bisa mengambil air tersebut.
    Kemudian K. Ageng dibingungkan kembali bagaimana cara membawa air sampai dimana tempat cantrik menunggunya dengan menahan rasa sakit dan penuh harap, akhirnya memetik selembar daun awar-awar untuk membawa air ke atas bukit dan sesampainya disana langsung diminumkan pada si sakit, dengan izin Alloh penyakit yang di deritanya berangsur-angsur sembuh.
    Setelah sembuh K. Ageng hendak meneruskan perjalannya melewati dimana air itu di temukan dan sampai ditempat tersebut K. Ageng berkata “apabila dikemudian hari tempat ini didirikan sebuah perkampungan maka akan kami beri nama “Dusun Kuwarasan”.
    sampai saat ini dusun tersebut menjadi dusun yang besar dan menjadi sebagian wilayah Desa Muneng, dan mata air yang digunakan untuk mengobati sahabatnya itu sampai sekarang masih dikeramatkan warga sekitarnya dengan pagar.
    pancuran bambu wulung sebagai awal yang digunakan sampai sekarang masih diikuti untuk penggantinya. Saking keramatnya di bulan Mukharam/Suro digunakan mandi oleh peziarah atau penduduk dengan harapan mendapat kesehatan di tahun mendatang.
    K. Ageng terus melanjutkan perjalanan ke arah utara dan sekitar 300 meter dari sendang merasa kemalaman dan melakukan sholat diatas batu, anehnya batu yang digunakan sholat ada bekas telapak kaki dan tangan sehingga tempat tersebut disebut tapak suci dan wilayah sekitar itu dinamakan “Kewengen” kemalaman).
    Konon, siapa saja yang memiliki telapak kaki yang sama dengan napak tilas tersebut akan memperoleh keberuntungan, Karena penasaran saya ikut mencoba meletakkan kaki saya diatas napak tilas mbah trenggono. Ternyata bentuk kakiku terlalu pendek dan bantet hehhe
    K. Ageng terus melanjutkan perjalanannya ke arah utara dan sampai di dusun muneng.
    Setelah bermalam di tapak suci, K. Ageng terus melanjutkan perjalanannya ke arah utara dan sampai di bukit yang kecil. Perasaan K. Ageng merasa mangu-mangu tapi senang, akhirnya bukit kecil tersebut di tipar dan dibuang ke arah timur, hari demi hari berjalan terus akhirnya berdirilah sebuah perkampungan dan K. Ageng berkenan memberikan nama dari kampung yang didirikan.
    Adapun tanah yang dibuang kesebelah timur tersebut di beri nama “Dukuh Tiparan” dan yang dekat bukit yang ditipar diberi nama “Dukuh Manguneng”.
    Tahun demi tahun berjalan terus, kampung demi kampung berkembang penduduknya semakin banyak sehingga disatukan menjadi sebuah desa yaitu “Desa Muneng” dan di akhir cerita K. Ageng meninggal dunia dan dimakamkan di Dusun Muneng dimana bukit yang ditipar tersebut dijadikan untuk Makam “K. Ageng R. Trenggono Kusumo”
    sampai saat ini juga makam K. Ageng ramai dikunjungi tamu-tamu dari luar daerah untuk mendapatkan berkah atau sarana memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, makam tersebut sampai sekarang dikeramatkan oleh penduduk sekitarnya dan dibulan Ruwah dan bulan Maulut diadakan sadranan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas limpahan rahmat taufik serta hidayahnya yang diberikan oleh Alloh kepada K. Ageng R. Trenggono Kusumo untuk memberikan sawab kepada penduduk disekitarnya agar menjadi lebih tentram, sejahtera dan aman.

Комментарии • 17

  • @setyoedi825
    @setyoedi825 4 месяца назад

    Tp waktu blm dibangun dulu🎉

  • @gayuhpanggah8581
    @gayuhpanggah8581 Месяц назад

    Coba mas ke dusun limbangan giyono jumo di situ ada sendang peningalan raden trenggono kusumo dan juga ada tapak suci

    • @dailydesa_
      @dailydesa_  Месяц назад

      Insya Allah mas semog ada kesempatan silaturrahmi ke situ

  • @kabartikami
    @kabartikami 4 месяца назад

    ikut nyimak lan sinau sejarah. 🙏

  • @rulilestari4751
    @rulilestari4751 8 месяцев назад

    I love kota kelahiranQu ,
    Kota adem ,

    • @dailydesa_
      @dailydesa_  8 месяцев назад

      Salam dr candiroto

  • @angger8940
    @angger8940 10 месяцев назад

    Mantap... Trs kan

  • @kusmanto2312
    @kusmanto2312 3 месяца назад

    Sy tidak tau dlu apa artinya
    Dri kecil sringg di ajak ke kuarasan trus ke muneng dan sembir untuk ziarah

  • @setyoedi825
    @setyoedi825 4 месяца назад

    Alhamdzulillah kerap ke situ ,di G beserta tempat pertapaan Sultan Trenggono Jusumo🎉❤

  • @setyoedi825
    @setyoedi825 4 месяца назад

    Alhamdzulillah dah sering zarah di Munebg🎉

  • @isrori7270
    @isrori7270 11 месяцев назад

    Trima kasih mas vidionya. Saya juga org muneng. Pakis magelang tapi kok hampir mirip dengan pepunden kami. Kami juga ada pepunden dgn nama kyai sokromo berada di dusun muneng sbelah selatan. Sampe skrg juga stiap malam jumat ada masyarakat yg berziarah di sana.

    • @dailydesa_
      @dailydesa_  11 месяцев назад

      Salam kenal kang

    • @gerycokluts6996
      @gerycokluts6996 11 месяцев назад

      Tolong ulas juga sejarah Mbah kiayi kenduruan didesa Kebondalem bejen,Kono ceritanya masih ada sislah Mba kiayi Trenggono Kusumo...

  • @ParasAyuwedding
    @ParasAyuwedding Месяц назад

    Semoga tidak si Habib kan

  • @trionocell8870
    @trionocell8870 8 месяцев назад

    Untuk menuju puncak harus melewati anak tangga, tidak menggunakan helikopter

    • @dailydesa_
      @dailydesa_  8 месяцев назад

      Susah parkirnya😅

  • @kusmanto2312
    @kusmanto2312 3 месяца назад

    Sy tidak tau dlu apa artinya
    Dri kecil sringg di ajak ke kuarasan trus ke muneng dan sembir untuk ziarah