Ironi, ada manusia yang saking fokusnya ibadah sampai tidak sadar kalau dirinya hanya mementingkan diri sendiri dan sudah menyusahkan orang sekitar. Di sisi lain, ada manusia yang saking giatnya bekerja lupa sama siapa yang memberinya rejeki.
Kalo disimpulin bisa kompleks. Kenapa kakek sampe bunuh diri dan ya auto mati kafir, apa tujuan ajo sidi cerita begitu ke si kakek padahal kakek ga menikah yg berarti ga punya keturunan dan ngebantu tetep orang2? Apa maksud dari pas kakek meninggal ajo sidi ga bantuin pemakaman karena sibuk bekerja? Apakah itu yg terjadi sama Hj saleh sehingga dia masuk neraka? Apakah ajo sidi ini sebenernya iblis? Ini cerpen keren sih karena nimbulin banyak pertanyaan
Ini bukanlah kritik kepada orang yang taat kepada Tuhan, melainkan pengingat untuk manusia yang memiliki kemampuan untuk berbuat lebih untuk menolong orang lain tetapi secara tidak sadar dia memilih untuk menutup mata karena malas untuk menambah lelah karena mengurusi masalah orang lain. Maka dari itu mempelajari agama itu sebegitu pentingnya, dari dasar dan tidak loncat-loncat, bukan sekedar kajian tematik yang menarik, bukan sekedar mendengar penceramah yang pembawaannya lucu, melainkan mencari tau apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan di dunia ini. Oke beribadah kepada Allah, tapi bentuknya apa saja, harus tau. Cerpen ini bukan tempat nyaman kita yang tidak taat beribadah untuk memandang remeh orang yang fokus beribadah saja, bukan. Karena orang yang taat beribadah saja bisa masuk neraka apalagi yang tidak taat. Tuhan memiliki hak atas kita yang harus kita tunaikan. Tuhan juga memiliki arahan tentang bagaimana seharusnya kita hidup bersama manusia lain. Dan sumber dari itu semua tetap 1, perintah Tuhan.
Aku baca cerpen ini saat SMP... Sampai sekarang kadang keingat cerita ini dan merenung... Semula setuju dengan si ajo sidi, hidup ini tidak melulu tentang masalah rohani tapi juga harus memikirkan duniawi, seimbang lah... Tapi sekarang kalau direnungkan lagi, kalau tidak ada si kakek, surau nya roboh lo... Orang orang cenderung materalistis dan tidak lagi beribadah mengingat penciptanya.. Jadi si kakek (rohani) menyeimbangkan ajo sidi (duniawi)...
Rubuhnya Surau Kami jadi cerpen sastrawan Indonesia lawas yang pertama kali saya baca, waktu itu kelas 2 smp, sampai menghisap saya ke pusaran sastra Indonesia masa itu yang amat terasa dibayangi kekang rezim. Mengingatkan kembali ke Alm. Budi Darma, Alm. Iwan Simatupang, dkk. Terima kasih Bang Ferry sudah membahas cerpen ini.
Jadi inget guru SMA saya, beliau inspiratif sekali dan sekarang jadi kepala sekolah, dulu waktu ngisi jam pelajaran bahasa indonesia suka nyeritain ini
Robohnya Surau Kami, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, Salah Asuhan, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun. Novel-novel karya sastrawan Minang ini semuanya saya suka.
@@pujodwiyanto362 sekarang kita telah bersatu dalam keberagaman untuk membangun Indonesia,tiap daerah ,tiap suku, tiap agama,telah mengirim putra putri terbaik mereka untuk bersama-sama memajukan Indonesia. Salam dari ranah Minang.😃😃
Buat wawasan aja, Kami dibali juga melakukan hal yang sama dengan konsep tri hita karana, 1. Tuhan 2. Manusia 3. Alam 1. Percuma lu sembahyang ketika lu hanya mentingin cuman ibadah lu sama tuhan. 2 lu juga harus menjaga hubungan antara sesama manusia dan keluarga. 3. Percuma lu rajin sembahyang dan hanya mentingin keluarga lu ketika lu menghiraukan akan keadaan lingkungan alam sekitarmu. Begitulah kira2 keseimbagan hidup orang bali
Flashback dan merasa sedih. Dulu sejak SD sampai SMA suka banget sastra, baca novel, cerpen, nulis puisi, ikut lomba2 di group facebook. Skrg sibuk jd software engineer. Liat adik2 aku yg masih SMA dan SMP kyknya ga ada yg suka sastra atau sekadar hobi membaca.
Kagum banget sama bih buku, gokil sih sama A.A Navis, udah bawa pemikiran2 seprogresif itu. Gak nyangka di zaman itu udh ada tokoh yg berani ngangkat isu2 semacam ini, yang dimana ya masih relevab sampe sekarang... ... Ato justru kitanya yg terlalu kolot, sampe2 permasalahan yg sebenernya udh ada dari dulu aja sampe terjaga relevansinya sampe sekarang?
Ya, memang tidak dipungkiri bahwa sebagian dari masyarakat Indonesia masih terjebak dalam pemikiran-pemikiran yang sudah tidak lagi relevan di abad ini. Salah satunya mengenai upaya kaum ekstremis agama tertentu yang berusaha mengganggu stabilitas politik dengan menimbulkan polemik antar umat beragama dalam masyarakat. Seperti pepatah "tiap orang ada masanya, tiap masa ada orangnya". Dahulu salah satu yang frontal melawan dan menolak kaum agama ekstremis adalah Ir. Soekarno yang menggugat cara berpikir umat Muslim yang ekstrem melalui bukunya "Islam Sontoloyo" yang menjadi polemik di antara tokoh agama Islam tahun 1930 - 1935.
Coba aja kalau mu'tazilah dominan di Indonesia pasti gak ada tuh orang kolot sama feodalidme berkedok agama Dan orang-orang Indonesia mungkin jadi rasional
cerpen robohnya surau kami pertama kali kubaca waktu smp dan banyak pelajaran serta paparan penting yang bisa dipetik. A.A. Navis sebenarnya membantu menyadarkan kita untuk kembali kepada fitrah manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang hidup berpasang-pasangan dan menyeimbangkan antara muamalah ma Allah, muamalah mu annas dan muamalah ma al alam. Banyak dari kita bercita-cita untuk mensukseskan muamalah ma Allah tetapi seringkali mengabaikan muamalah mu annas dan muamalah ma al alam. Dan biasanya seringkali ada pembenaran 'jika ingin masuk surga dan menjadi hamba Allah tanpa dosa, beribadahlah sekencang-kencangnya'. Itu benar, tetapi tidak selalu dalam setiap hal harus menempatkan hal tersebut. Lagipula banyak jalan dan cara untuk beribadah dan beramal tanpa mengorbankan suatu hal. Seperti layaknya banyak jalan menuju roma. Aku teringat saat karyanya terbit, banyak orang mengalami 'kegundahan' rohani, terlebih bagi orang-orang yang sering berdzikir atau beribadah terus tetapi melalaikan muamalah-muamalah yang lain. Dulu sampai beberapa ustaz atau orang alim di sumbar memprotes cerpen ini
cerpen itu mengkritik orang yg malas bekerja dan gila akhirat, jadi jangan dijadikan motivasi oleh orang yg gila kerja dan meninggalkan ibadah.. sebaik-baiknya hidup adalah yg imbang antara urusan dunia dan urusan akhirat.
Seluruh warga desa sangat berduka & mengurus jenazah Kakek,, dari situ gw menghubungkan dengan 1 kutipan yg pernah gw baca (lupa dimana) :: "Husnul khatimah itu bukan tentang bagaimana kamu mati, tapi tentang bagaimana kamu hidup."
Nonton ini sebelum tidur malah jadi ga bisa tidur 😂. Kisah ini mengingatkan saya pada kejadian lebih dari sepuluh tahun lalu dimana saat itu saya berkunjung (study banding) ke salah satu pesantren tradisional di daerah saya. Mereka tidak belajar sains, matematika, atau ilmu yg biasa diajar di sekolah. Dari kecil hingga dewasa tempat tersebut hanya diperuntukkan untuk menghafal Al-Qur'an. Guru saya bertanya bagaimana mereka menghadapi UN? Untuk UN mereka biasanya tidak mengikuti, namun jika ada yg ikut untuk keperluan lerja atau kuliah misalnya, mereka bisa ambil Paket C dan belajar sendiri (otodidak). Sangat disayangkan sekali padahal ilmu dunia juga sangat penting. Namun mereka sangat membanggakan itu. Terlepas dari ironi yg kemudian dialami si kakek, saya rasa ironi ini juga ada di antara kita. Coba teman-teman lihat label sajadah, tasbih, mukena, baju koko, atau peci yg teman-teman biasa pakai saat beribadah. Darimana barang tsb dibuat? Apakah semua berasal dari Indonesia? Adakah yg MADE IN CHINA? Atau adakah yg dibuat perusahaan komersil non-islam misalnya? Bahkan untuk menghadap tuhan pun kita masih bergantung pada buatan orang lain. Saya kadang merasa perwujudan menggorok kepala sendiri ini seperti oknum umat islam yg bangga akan ilmu akhiratnya namun disisi lain tidak mempunyai cukup ilmu dunia dan sangat bergantung pada ilmu dari luar untuk melaksanakan ibadahnya
Sebab itu umat Islam itu harus dibagi, Ada yang ahli di bidang ini dan itu. Jangan cuman satu bidang, Kalau kita semua sibuk kepada Dunia lalau siapa yang mengurus akhirat. Kalau kita semua sibuk mengurus akhirat Lalau siapa yang mengurus dunia. Hidup itu harus seimbang. Tidak usah miris juga melihat orang yang belajar agama sangat mendalam. Tidak usah juga mencaci maki kalau ada orang yang fokus kepada dunia. Sekali lagi mari kita berkerja sama dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.
@@muhammadalfatih335 Anda benar bahwa hidup itu harus seimbang. Namun, umat Islam tidak perlu dibagi. Setiap muslim seharusnya bisa bekerja untuk kehidupan di Dunia dan pada saat yang bersamaan beribadah untuk kehidupan di Akhirat. Keduanya harus berjalan beriringan, tidak terpisah-pisah.
@@muhammadalfatih335 Saya rasa seorang ahli agama perlu punya ketrampilan dan sebaliknya orang berpendidikan tinggi perlu punya prinsip agama yg kuat. Saya menonton habib ja'far dan setuju kl keduanya hrs berjalan beriringan. Ilmu sains selalu berkembang, apa yg kamu pelajari hari ini beda dg yg kamu pelajari besok. Tapi agama tdk begitu. Hari ini kamu solat 5x, besok kamu juga solat 5x. Intinya setiap mau melakukan ibadah duniawi, jgn lupa akhirat. Mau bikin penelitian? Pikirkan etika (agama) nya. Mau naik pangkat? Lakukan dg cara etis, bukan dg menjatuhkan orang, misalnya. Mau berbisnis? Jangan merugikan orang. Nabi juga berbisnis dan berpolitik, ngga hanya beribadah dan jd guru spiritual.
@@muhammadalfatih335 poinnya bukan pada semua harus dipelajari, tapi dia hanya ingin menyampaikan pelajarilah semuanya. Urusan banyak atau tidak hanya perkara subjektif. Yg penting bagaimana mengolah diri menjadi manusia yg sebaik"nya. Toh orang atheis saja bisa berbuat baik tanpa ilmu agama (bukan bermaksud merendahkan agama manapun)
Makasih udah mau ngerekom ke warga sipil buat baca karya sastra Indonesia, Bang. Jarang ada orang2 segede Abang di RUclips yg mau lakuin hal ini. Mudah2an bisa jadi angin segar buat ekosistem sastra Indonesia. Insyaallah.
Saya duduk di kelas dan menaruh 3 buku bacaan favorit jaman SMP yg sudah lecek dan kusam. Pertama ada Harimau-harimau, lalu ada Si Alui dan kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami, tdk pernah terbayangkan buku ini bisa terbawa sampai jaman kuliah. sebagian besar kawan saya mengernyitkan mata, memandang dgn sinis "Helloooooo, ga salah tu bacaan kamu? dosen nyuruh kita ngumpulin novel dan cerpen favorit loh, bukan buku sejarah peninggalan Belanda" begitu kira2 yg bisa saya tangkap dari raut muka masam mereka. Ekspresi mereka tdk salah sih, kebanyakan kawan sudah memegang novel roman modern di tanganya, dgn judul yg keren dan sampul terbaik. Novel2 itu adalah yg paling ramai dibaca di jaman saya kuliah, meskipun saya pribadi lebih suka novel jadul. Ayat2 cinta adalah novel yg paling banyak kawan2 ajukan, sisanya adalah karya2 Andrea Hirata, Tere Liye dst. Dosen yg melihat buku2 itu hanya tersenyum kecut sambil berkata "ga ada judul yg lain nih? tak berapa lama kawan2 kemudian dipanggil ke depan satu2, untuk kemudian disidang, soal novel dan cerpen yg mereka ajukan sebagai bacaan favorit. kebanyakan dari mereka tdk siap, sebab pertanyaan bukan hanya berputar pada siapa tokoh utama dan bagaimana cerita berjalan, tapi berlanjut sampai ke makna dan rasa. setelah setengah jam berlalu, ada beberapa kawan yg masih harus duduk di depan kelas, mereka tdk diijinkan kembali ke bangku atau meninggalkan kelas sebelum novel yg mereka ajukan sendiri, bisa dijawab dgn baik. Sampai pada akhirnya dosen melihat buku yg saya bawa, dan segera bertanya "punya siapa ini? " tanpa ragu tangan ini segera terangkat "punya saya pak" # Dosen tdk tersenyum tdk juga mengernyitkan dahi, hanya sibuk membolak-balik buku yg saya bawa. Tak lama beliau bertanya "kapan pertama kali kamu baca ini?" Segera saya jawab " Kalo yg si Alui SD kelas 4 pak, kalo Hariamu-Harimau dan Robohnya Surau Kami SMP kelas satu" dosen kembali membolak-balik buku tersebut, lalu sedikit tersenyum. Setelah bertanya siapa tokoh utamanya, menceritakan tentang apa dan bagaimana kisah ini berkahir, dosen langsung mengijinkan saya untuk pulang. Akhirnya, tugas terselesaikan tanpa ada konfrontasi seperti yang dialami kebanyakan kawan, tanpa terasa senyum di wajah ini melebar seperti ekspresi Luffy saat menemukan pulau baru. "Hari yang cerah" kata saya sambil melirik kawan2 yg sibuk membaca ulang novel mereka, sebelum dipanggil maju ke depan. Jadi, apakah mereka akan menerima rasa dan menemukan makna? jika membacanya saja dlm situasi tertekan.
Poinnya adalah menikmati pembacaan kita ya? Pengalaman peribadi, awal mengenal dan minat buku, aku orang yang sangat mengejar kuantiti. Menurutku semakin banyak yang kita baca, semakin banyak kita tahu, semakin banyak pula hal yang mampu kita lakukan. Namun dalam kesibukan aku mengejar target bacaan, aku lupa untuk menikmatinya. Kata-kata penulis hanyalah tinta tidak bernyawa yang akan ku simpan dalam kepalaku dan berharap ia berguna suatu saat nanti. Meski ada kebanggaan tersendiri melihat jumlah buku yang dibaca namun jauh di sudut hati ia kosong. Kering tanpa cahaya. Baru beberapa waktu ini aku benar-benar berinteraksi dengan penulis, membaca untuk menyelesaikan masalah dan menjawab isu-isu tertentu yang relevan, bukan sekadar untuk kebanggaan kosong. Sebenarnya membaca itu aktiviti yang sangat mengujakan dan bermanfaat jika dilakukan dengan cara yang benar.
@@kikhwan4648 Biasanya novel atau cerpen akan lebih bisa dinikmati, ketika latar belakang kisahnya serupa dgn yg pernah kita alami. Bisa juga karena kita memang berminat dgn tema yg dibawa, misal saya suka novel fantasi dan misteri, otomatis saya jadi pembaca setia Harry Potter, Goosebumps dan novel2 serupa. Si Alui misalnya, adalah kisah anak kecil yg hidup di desa dgn segala aktivitas biasanya, namun terasa luar biasa bagi bocah sekecil itu. Kurang lebih sama seperti kisah saya sewaktu kecil hidup di kampung, lebay dan sok tahu tapi lucu dan seru.
Paling inget banget cerita ini di buku SMA, salah satu cerpen favorit saya. Terlepas dari kontroversi cerpen ini (dimana pada tahun 50an, cerpen ini dikatakan sensitif dan melecehkan kaum alim ulama Minangkabau sampai-sampai Navis harus dikucilkan di kampungnya sendiri). Cerpen ini memberikan pesan bahwa Tuhan tidak akan ridha bila kita tidak juga meridhai diri kita sendiri dan apa yg di sekitar kita. Janganlah kita terbutakan atas kenikmatan surga dan hanya ingin meraihnya tanpa memikirkan sanak saudara dan sesama manusia lainnya. Tetaplah ingat pada Tuhan, tapi jugalah harus ingat bahwa kita tidak diciptakan sendirian karena ada Bumi, Binatang dan Manusia. Tuhan menciptakan itu untuk kita rawat, jaga, dan tanggung jawabkan.
Saya balik ke kolom komentar ini setelah baca teks asli cerpennya. Dan menurutku ketimbang satir religi, cerpen ini lebih mencerminkan satir politik yang menggunakan media agama untuk mengumpamakan kritik yang ingin disampaikan. Untuk ceritanya sendiri jujur agak kasihan sama tokoh kakek di cerpen ini, karena dia disandingkan dengan tokoh haji saleh yang sebenarnya ga apple to apple dengan si kakek. Karena haji saleh itu tokoh individualis yang tidak memberi kontribusi apapun kepada orang sekitarnya semasa hidup, berbeda dengan kakek yang semasa hidupnya memenuhi kontribusi besar dalam merawat surau, yang mana itu tercermin dengan jelas sebagaimana setelah si kakek wafat surau tersebut jadi tidak terurus, surau itu jadi tempat main anak2, kayu2 di surau itu dilucuti ibu2 kampung untuk kayu bakar, sebagaimana judulnya yaitu "rubuhnya surau kami." Kakek bukan semata-mata orang yang narsis dan cari muka di hadapan Tuhan namun tidak memberi kontribusi apapun di dunia, sebaliknya dia justru punya kontribusi dan peran besar untuk merawat surau. Karena itu alangkah baiknya jika ada yang menyadari dan memberi tahu kakek seberapa besar kontribusinya semasa hidup bagi lingkungan supaya dia tidak bunuh diri. Cuman yaa memang, untuk kebutuhan estetika cerpen, plot dimana narator menceritakan si kakek pasca wafat setelah bunuh diri memang konsep yang indah.
Tiap dengerin bang fer ngomong selalu ke inget sama almarhum bapak, dari mulai caranya ngomong, caranya ngerokok bahasa tubuh semuanya sama. Sehat terus bang fer jangan banyak banyak ngerokok sama ngopi.
Cerpen ini mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan kita tidak hanya untuk menyembahnya, tapi juga untuk mau bekerja dan menggunakan karunia-Nya dengan penuh semangat dan penuh syukur
Di cerpen ini saya bisa menemukan batas yang cukup jelas antara sastra modern dan sastra terdahulu. Cerpen yang lengkaplah menurut saya. Semestinya begitulas sastra, memberikan asupan gizi sekaligus gairah menjalani hidup. Bukan seperti sekarang yang semakin didominasi cerpen menye2 cinta-cintaan dan perselingkuhan.
Di ranah minang, memang banyak sekali kisah kisah, cerita, / hikayat lama yang diceritakan oleh orang orang tua, dulu pas masih mengaji sering banget ustadz ku nyeritain kisah kisah beginian
Dicerpen ini kita bisa tau pentingnya ilmu sebelum amal agar tidak mudah dirayu setan yg berakhir neraka,Gua pernah belajar di suatu majlis ilmu, disitu ust gua bilang "seorang 'abid (ahli ibadah) lebih mudah terjerumus oleh rayuan setan dari pada seorang yang berilmu agama" dan juga amar ma'ruf nahi mungkar juga dipetik dari cerpen ini baik dengan lisan maupun perbuatan nyata, dan sisi pentingnya juga adalah bukan cuman hubungan vertikal (hablumminallah) saja yg harus dijossin tapi hubungan horizontal (hablumminannas) juga sama penting nya buat ngeraih surga....
Dan itu juga lah makna simbol salib yg sy pahami di ajaran agama kami, yg kebetulan ada oknum" (mohon maaf) dri luar agama kristen yg mengejek simbol salib dan terus terang sy agak miris jg dengan melihat polemik itu. Sewaktu SMP kami diajari makna simbol salib bahwa hubungan vertikal ke Tuhan dan horizontal ke sesama manusia hrs balance. Seiring berjalan wktu smpe sy dewasa, makna horizontal yg sy pahami itu bukan hanya sebatas ke sesama manusia, tp jg ke semua mahluk hidup Sejatinya setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran yg nantinya membawa umatnya ke pencipta-Nya, bukan memperdebatkan ajaran agama si A B si C yg paling benar. Di Kristen ada oknum yg membanding"kan dengan agama lain bahwa agama Kristen lah yg paling benar, begitu jg dgn oknum agama lain yg merasa ajaran agama nya yg paling benar. Smpe dunia kiamat pun diperdebatkan gak bakalan ada titik temunya, krna ttp bersikukuh dengan keyakinan masing". Intinya kita ingin ttp hidup berdampingan dengan aman dan damai, tanpa ada sekat agama. Salam toleransi🙏🙏🙏
Ingat zaman SD (kalau tidak salah kelas 4) pada waktu itu saya gemar sekali membaca bahkan cerita2 di lks tak luput dari bacaan saya. Saat saya menemukan cerpen ini saya membacanya dengan penuh antusias dan menjadi cerpen pertama yang mana setelah membacanya pikiran saya dipenuhi oleh banyak pertanyaan. Baru pada kelas 1 MA salah satu guru saya menjelaskan beberapa detail dan maksud dari cerita tersebut yang alhamdulillah menjadi kunci jawaban saya selama hampir 6 tahun setelah saya pertama kali membacanya. Terima kasih bang Ferry telah mengingatkan kembali cerita tentang cerpen "Robohnya Surau Kami". Karena banyak pelajaran yang bisa dipetik darinya dan sekaligus membuat saya bernostalgia kembali ke masa SD saya.
Gw inget baca ini pas masih SMP dan itu pertama kali gw nyadar gw telah baca pesan yang tersirat tetapi terjadi dalam realita. Gw SMP kerjaannya hidup selayaknya anak smp: jajan, nonton, ibadah, belajar, tidur; hari2 berlalu gitu aja. Itu pertama kali gw ngerasa hidup harus ada maknanya. Hubungan dengan Tuhan, Rakyat, dan Diri Sendiri ada sambungannya semua.
Pernah disuruh hapalin dan diceritakan di depan kelas, alhamdulillah sekarang masih hafal jalan cerita nya, next "perempuan senja dan lelaki yang suka menyendiri"
Dan saat membaca cerpen ini yg kesekian kali, dan merefleksikan situasi saat ini beberapa tahun lalu, saya sempat ambil kesimpulan, ini adalah saat AGAMA JADI PEKERJAAN sementara PEKERJAAN JADI AGAMA.
Flashback ke masa-masa sekolah jadinya. Buku kumpulan cerpen terfavorit. Dibaca ulang ga bosan-bosan. Makasi untuk guru-guru bahasa Indonesia yg mengenalkan kami pada salah satu karya Sastrawan terbaik Bapak A.A.Navis ini.
Ibadah tidak hanya sekedar mentaati ritual sembahyang saja. Tapi memberikan kebermanfaatan bagi orang lain juga bagian ibadah. Karena ibadah tidak hanya untuk diri sendiri, tapi ibadah itu sampai membuat orang lain mendapatkan keberkahan juga. Meskipun orang lain tersebut tidak beribadah
JATAH Pernah kita dengar, ketika orang sibuk bekerja, dinilai sebagai cinta dunia. Pun ketika orang terlihat rajin beribadah, dinilai sebagai orang yang tidak peduli dengan keperluan dunia. Tampaknya kita memang gak tahu apa apa tentang orang lain, tapi terlalu terburu buru menilai orang lain. Sedangkan Tuhan yang mengawasi mereka, Siang mereka bekerja, barangkali malamnya mereka lebih hidup ibadahnya ketimbang kita. Mereka banyak berdoa, karena mereka sudah maksimal memperoleh rezeki yang merupakan jatahnya, tidak serakah.
Imho, Haji Sholeh itu terbilang masih lebih baik dari saya ataupun kebanyakan orang orang yang mengaku Islam nowadays.. Hubungan Vertical gak dapet horizontal juga gak dapet, saya sndiri masih dlm proses ber Hijrah, doakan saya istiqomah guys.. Saya doakan kalian sehat dan dlm sllu dlm LindunganNya. Amiin.
Pertama kali baca runbuhnya surau kami pas kelas 3 sma, karna waktu itu w lagi suka2nya baca buku gara2 guru b.indo w di slah satu ponpes di tgr, beliau sangat menginspirasi w bngt semoga beliau diberikan kesehatan amien......😌🤲
Ajo panggilan untuk seorang kaka laki2 minang dan melayu, Marah Rusli, S C B , Datuk S T A, N H Dini, Badudu JS, Kharil Anwar, Pramudiya A T, Iwan Simatupang, Goenawan Muhamad, Gus Mus, Merka adalah SATRAWAN Legend dari Negri ini yang mengisi logika dan imaginasiku sampe saat ini, sebenernya masih banyak lagi tapi ini yang spontan ku ingat,
Sastra yang indah. Cerita ini mengingatkan saya bahwa perintah Tuhan untuk ibadah itu adalah kewajiban. Dan salah satu bentuk ibadah wajib yang diperintahkan adalah bekerja. Tapi yang juga perlu diingat adalah jangan sampai bekerja melalaikan ibadah wajib yang lain. Realitanya, ini yang lebih banyak terjadi dalam kehidupan. Terimakasih sudah diceritain kang.
Balik ke konteks si kakek, dia juga tetep ngebantu warga, dia gak menikah yg berarti ga punya keturunan. Warga pun respect sama dia. Jadi kakek ini beda sama Hj saleh. Tapi kenapa kakek segitu kena mentalnya? Apakah maksud dari cerita ini, jangan terlalu dengerin pembual? Jangan mendefinisikan diri lu seburuk itu? Atau beneran akan jadi buruk. Karena kakek meninggal bunuh diri, dimana secara teknis itu kan mati kafir. Lalu siapa sebenernya ajo sidi, apa tujuan dia, kenapa dia cerita2, dan kenapa dia ga bantu pemakaman karena sibuk kerja?
Sya juga pernah baca cerpennya pas SMP dulu. Secara tematis, menurut interpretasi sya inti dari cerpennya adalah soal "menjaga hubungan horizontal dan vertikal". Vertikal ya dgn Allah, dan horizontal dgn sesama manusia lain. Hal ini juga mencakup memenuhi kebutuhan dunia (secara secukupnya), dan kebutuhan akhirat. Sedangkan si Kakek hanya memenuhi kebutuhan akhirat sja, kagak kerja unt memenuhi kebutuhan sehari2nya, bahkan hidup dari bergentung pada warga. Karena itu semua lebih "gampang".
akhirnya memoriku muncul kembali dan ternyata aku sebagian terbentuk oleh novel ini, trims Bro .... membangkitkan memori yg sekian lama tidur di telan kesibukan melapangkan jalan anak istri mempunyai kualitas kedepannya, biarlah aku seperti lilin yg pada akhirnya habis.......... dan selesai sudah.
Pertama kali baca waktu kelas 2 di Tsanawiyah, cerpen dari pengarang A.A Nafis bagus memang jalan ceritanya. Yg paling di ingat Adjo sidi bikin gara-gara. 😂 Nostalgia banget. Makasih bung Ferry.
ajo sidi ini menurutku tipe yang agak rebel, tapi nggak menjerumuskan. Di endingnya ajo sidi nggak menampilkan ekspresi apapun waktu si mbah pengurus masjid/surau meninggal karena bundir. Bikin aku melongo waktu pertama kali baca
saat lg ramai dukun berkedok agama, dari cerita ini saya menangkap ternyata ada jg ya "malas berkedok agama" malas bekerja, malas berusha, malas berpikir dgn dalih tdk mencari duniawi
bang terimakasih untuk ceritanya gak tau kenapa pemikiran si kakek dan saya hampir sama ,ingin melepaskan semua hubungan dan interaksi dgn dunia ,mungkin pemikiran aku seperti pengemis yg tau segalanya tapi semua akan sia". Cerita abang sangat membantu mengoreksi pola pikir saya.
Makasih bang ceritanyaa.. bisa ya ternyata keegoisan dimaknai seperti itu.. benar juga selain bekerja adalah bag dr iman.. tangan yg memberi lebih baik dr menerima ..harus bersyukur di indonesia yg tanahnya subur bisa menanam apapun ..
Mampir kesini gegara kondisi gw yang lagi kesel sama penduduk2 di kampung kelahiran gw. Ya Allah zhalimnya mintak ampun, padahal sholat, ngaji dah bahkan udah pergi umroh tapi sayang banget dalam memperlakukan orang2 sekitarnya... Gw kasian banget sama mak gw yang kecipratan zholimnya dia... Bahkan sampe ngga masuk logika di gw... Jadi pen hengkang aja gw dari kampung gw ini...resah dengan kelakuan orang2 sekitar yang zolim menzolimi hanya karna perkara dunia..😭
Masyarakat saat ini berfikir Dan "dididik" untuk menjadi bangsa Yang skeptis, Yang bahkan tidak menghargai sastra lama Dan Generasi muda, novel ini seperti tamparan orang Tua, bagaimana Cara mendidik Dan menanamkan mindset Yang benar bagi masa depan anak.
Wah, kalau saya suka membaca saat lagi jaman2 keemasan novel Indonesia, saat Hilman Lupus, Zara Zettira, Mira W sampai Freddy S dan Abdullah Harahap masih berkarya. Bahkan Eny Arrow pun masih banyak dijumpa, walau sembunyi2 😁
Ah kumpulan cerpen terbitan Kompas. Cerpen pertama yg memukau hati remaja saya dulu. Ga cuma robohnya surau kami yg seru di buku kumpulan cerpen itu. Tapi semua ceritanya akan membuat kalian terpukau.
Menurut gw cerpen ini sangat relate mau sampai kapanpun, karena walaupun secara individu, bentuk peristiwa, apapun agamanya dan kapan manusia tersebut hidup, pola yg sama akan terus terjadi dan menurut gw cerpen ini semakin menjelaskan bahwa "saleh" memiliki makna dan cakupan yang sngat luas dimana menurut pemahaman yg umum itu maknanya hanya dlm konteks beragama, sedangkan ketika kita berbicara ttg konteks yang lebih luas, kata "saleh" yang seharusnya menunjukkan term untuk manusia yang benar-benar memperhatikan segala aspek tidak hanya agama, menjadi tereduksi oleh pemahaman masyarakat skrg yg sebenarnya tidak tahu dan tidak mau tahu makna yang lebih luas dari term "saleh" yang sangat berat sehingga asal menyematkan term tersebut kepada orang2 yang sebenarnya masih belum pantas menyandang predikat tersebut
Salah satu cerpen favorit gw nih. Pertama kali baca pas sekolah di MTs dan nemu cerpen ini pas main ke ponpes yang sudah kosong tak berpenghuni. Habis baca cerpen ini gw pulang seolah sambil membawa kesedihan Sang Kakek, dan ikut memikirkan itu selama berhari-hari. Meski gw nggak paham waktu itu bagian endingnya yang bilang Aju Sidi sibuk bekerja (memang bego sih gw pas smp wkwk).
Keren nih cerita.. sesuai dengan keadaan yg terjadi sekarang. Banyak orang yg asik belajar ilmu agama sedalam dalam nya, tapi mereka lupa tujuan dari orang beragama. Mereka lupa bahwa tujuan beragama adalah menjadi manusia yg lebih baik bagi sesama manusia lainnya.
Ingat banget baca cerpen ini, waktu SMP kelas 1 buku di perpustakaan SMP Negeri 2 Temanggung di 2004. Keren banget dan ngena. Terima kasih bang Ferry udah membahas cerpen ini. Toopp
Rasullullah Shallallaahu'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
@@honor9lite1337 lalu kepada siapa? Pengabdian terhadap Tuhan dengan cara beribadah dan sembahyang seperti di video ini digambarkan tidaklah cukup, jadilah manusia bermanfaat dengan menebarkan kebaikan ke sesama dan ciptaannya, setidaknya itu yang saya percayai.. Bahwa sebanyak apapun ibadahmu, bila tak bermanfaat hidupmu untuk orang lain dan ciptaannya, maka tidaklah cukup dharmamu di kehidupan ini.. Tidak setuju? Boleh, tapi tidak usah meremehkan kepercayaan orang lain..
Kita hari ini banyak yg merasa cukup menjadi shalih dan puas ketika keshalihan (kebaikan) itu masih ada. Padahal orang baik belum tentu mau memperbaiki (melakukan ishlah terhadap kerusakan), tapi orang rusak/bejat by nature pasti merusak.
Kalau di jurusan saya cerpen dari A.A Navis ini wajib untuk dibaca semua mahasiswa. Cerpen ini memiliki kajian tersendiri di tempat kami. Cerpen ini memang banyak mengandung nilai yang mendalam, bahkan beberapa hal di dalamnya tidak dapat ditemukan di sastra modern. Mungkin juga kualitas sastra kita yang menurun, atau selera kita yang berubah. Tapi memang cerpen legendaris ini sangat bagus untuk dibaca.
inget bgt pertama kali tau cerpen ini pas masih sd dari rubrik di koran saking penasaran sampe rela duduk bacain sampe berhalaman-halaman akhirnya di-refresh lg ingatan itu sm bang ferry makasih bang
Nyoret dikit ah di komentar ( Mulai dari isi cerita, cara penyampaian mas Ferry, dan isi komentar di video ini .. sangat sangat sangat membantu untuk dan bermanfaat bagi saya yg GK mengerti apa apa ) TERIMAKASIH SEMUA ☺️
Salah satu Do'a yang sering dibacakan umat Islam adalah minta kebaikan dunia dan akhirat, itu adalah salah satu Do'a yang terdapat dalam Al Qur'an yang mengajarkan kita untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat
Benar. Kebaikan dunia dan akhirat serta memohon terhindar dari api neraka. Itu doa yang sangat disukai Allah, saya baca tafsirnya. Jadi mutala'ah saya hehe
Banyak membaca seperti elang, maka masa depan akan gemilang. percayalah adik-adik, membaca dalam bentuk apapun itu akan bermanfaat meskipun itu cerpen atau novel sekalipun.
2:25 Setuju pak, kopi Caffino jauh lebih enak dari semua kopi instan lokal yg pernah aku cobain. Apalagi yang Bold! di dalemnya selain ada yg standard (kopi, gula, dan krimer) juga ada coklat dan garam. kalau dicampur air 100-120 ml aja, di atasnya akan ada lapisan kentalnya. tapi kalau kopi instan enak lainnya, aku baru aja cobain kopi G7 dari Vietnam yang varian 2x Stronger , wah ini juga ga kalah enaknya, tapi harganya 2x lipat dari Caffino Bold. kalau Malaysia punya banyak kopi instan yang enak, misalnya Old Town atau Aik Cheong. tapi ini karena rata2 tiap sachetnya 2x lebih banyak isinya daripada rata2 kopi instan indonesia. dalam hal ini Caffino BOLD menang krn dgn gramasi yg lebih dikit, tapi bisa dapet rasa yang lebih nendang!
kejar lah akhirat maka dunia akan mengikuti (Qs, Asy syura : 20) mengambil ibroh dari cerpen di atas adalah • Hati hati berbicara atau membuat cerita, kita tidak tahu apa saja yang akan terjadi dan siapa saja yang terpengaruhi , jika baik maka itu akan berdamapk baik, jika buruk maka itu akan menjadi bala. • Jangan terlalu di fikirkan omongan orang lain teguh kan pendirian mu di atas keyakinan mu , beranggung jawab atas pilihan tersebut.
Dan QS Asy Syura 20 itu jika ditelisik lebih dalam untuk segala sesuatu kebaikan baik untuk diri sendiri dan orang disekitarnya akan menyebabkan dirinya berjalan dijalan menuju pencapaikan akhirat yang baik
"Kejarlah akhirat" kan LUAS bang maknanya, memangnya pahala itu cuma bisa didapat dari Doa+Sembahyang??? Itu PASIF menurut ane, banyak cara kok utk mendapatkan pahala... Misal berbakti sama ortu + sedekah ke org ga mampu, sebenernya ini kan makna dari cerita tsb?
novel kesukaanku,sejak smp yg membuat aku lebih bijak dalam beragama...dan sekarang masih dan selalu relevan sbg cerminan umat yg mengaku beriman tapi?????:)
Robohnya Surau Kami, menjadi memoar bagi saya pribadi. Cerpen karya AA. Navis ini menjadi garapan instrumental bagi saya dan kawan-kawan dalam suatu pementasan drama saat masa kuliah dulu pada tahun 2017. Memang yang saya dan kawan-kawan pentaskan tidak mewakili seluruh zat-zat yang terdapat dalam cerpen tersebut. Namun, Robohnya Surau Kami, pada masa kini selalu menjadi pengantar kenangan khususnya bagi saya saat berkuliah dulu. 🥲
"ketika kakek meninggal, semua warga mengurus pemakamannya. Kecuali Ajo Sidi" Pikiran usil saya, pasti akan ada orang yang mengecap Pak Ajo Sidi ini Budak Kapitalis, mementingkan pekerjaan dari pada tetangganya yang meninggal 🤣😅.
Cerpennya baru sy tahu dari conten ini.. sebenarnya kurang lebih seperti pertanyaan yg slalu sy tanyakan pada diri sy sendiri sampai sy menemukan jawabannya.. "Buat apa Tuhan menciptakan manusia?? Kalo hanya untuk beribadah, malaikat itu tdk pernah lalai dalam ibadah terus untuk apa diciptakan manusia??"
Cerpen robohnya surau kami pernah diikutsertakan ke lomba cerpen nasional. Tapi malah cuma jadi Runner up tapi malah yang juara 2 yang jadi legend. - HMI cabang Jogja pernah membuat cerita ini jadi drama monolog
wow this is my first time hearing this story. ini bagus bgt buat dijadiin bahan khutbah jumat, semoga ada khotib yg inisiatif mengadopsi cerita ini utk bahan khutbahnya. terima kasih
Zaman sma dulu pernah dibacakan cerita ini oleh seorang guru b.indo yg merangkap dosen. Mengena banget ceritanya. Minggu depan nya ada ulangan harian ttg cerita ini dan sekelas ga ada yg lulus ujian nya, perasaan pas ngerjain lancar2 aja 😂
Gue pemuja cerpen Indonesia: Umar Kayam, Hamsad Rangkuti, Ratna Indraswari Ibrahim, Budi Darma, dan karya2 gue sendiri yang ga pernah pernah bisa nembus halaman2 budaya (sastra) di media2. Xixixi....
sebenernya cerita ini masalah sudut pandang si kakek, si kakek merasa klo dia gak jauh beda sifatnya dari si H. Saleh dlm cerita dan merasa frustrasi krn dia tau akan masuk neraka, padahal kalo dari sudut pandang warga kampung si kakek malah sangat berguna dan membantu bnyak hal kpd warga kampungnya, yg mana itu jauh berbeda dari sifat H. Saleh dalam cerita, (klo rame lanjut part 2)
Ini bagus banget sih... Dan gacuma relate ke umat muslim saja, namun saya yang Katolik pun turut merasakan hikmah daripada cerita ini. Di mana ada prinsip Ora et Labora yg berarti Berdoa dan Bekerja atau berusaha. Adalah mencobai Tuhan jika kita hanya berdoa namun tidak melakukan apapun sbg usaha
Rubuhnya surau kami, cerpen pertama yg ku baca dengan nuansa santra yang kental. Berlanjut baca trilogi ronggeng dukuh paruk karya Ahmad Tohari, makin suka baca cerpen/novel bernuansa sosial/budaya.
Saya ingin mencermati akhir hidup kakek itu, ia mati bunuh diri, artinya sebenarnya imannya tipis, jika imannya kuat, tak mungkin ia hilang pengharapan hanya dengan 1 cerita, setidaknya ia akan menganggap verita itu adalah teguran agar ia mempernaiki diri
Bekerja dengan niat mendapatkan nafkah yg halal untuk anak istri..untuk perjuangan agama..utk menjaga harkat martabat dari meminta minta..maka itupun tergolong ibadah..karena agama bukan bab tentang iman dan ibadah tapi ada bab tentang muamalah, muasyaroh dan akhlaq yg semuanya berkaitan dengan manusia...sehingga jelaslah bahwa dengan agama maka hidup menjadi indah...terimakasih bang berbagi kisah dan meresensi Novel legendaris berkelas dan penuh hikmah ini...salam dari Lombok..
Kirain bakal dibahas cerpennya😁 Padahal asik dengerin org2 lain ngebahas cerpen ini krn bahan perenungannya bisa sangat luas. Ini cerpen waktu pertama kali gw baca pas remaja sama pas baca lagi bbrp bulan yg lalu, beda hal yg gw renungkan. Mungkin bbrp tahun yg akan datang kalo baca lagi renungan gw beda lagi.
pertama denger judul ini pas smp tahun 2007-an kalo ga salah, dan sempet dibahas sama Bu Ida guru pelajaran B. Indonesia terbaik waktu itu, ngga tau dulu waktu smp gimana mikirnya tapi pikiranku sampe macem2 gara2 baca ini, karena notabene bapak yg memang agamis banget jadi takut hehe terus waktu sma masuk jurusan bahasa sempet bahas ini lagi sama pak siapa lupa, maaf pak.. beliau ngajar sastra dan pembahasan lebih mendalam dari beliau jadi ketemu titik terang maksud dari Rubuhnya Surau Kami memang menarik.. ngga tau kenapa karya2 sastra jaman dulu dari cerpen, novel, berasa kayak kejadian nyata dan aku mempercayai, bahas karya NH Dini boleh juga bang, Pada Sebuah Kapal, atau yang Pertemuan Dua Hati hehe, nostalgic banget.. sehat selalu bang ferry..
Ingat remang2 nama A. A. Navis waktu kecil dulu kalau ga salah ga sengaja pernah nemu buku yg sngat bagus di perpus, penciptanya nama itu, tapi lupa buku apa. Cuma suka banget sama buku itu sampe berusaha nginget2 sekedar nama penulis, seorang saya yg ga banyak baca
Bahwa uruasan akhirat bukan hanya soal syari'at tapi bagaimana berhubungan dengan sesama manusia juga sebagai bentuk ibadah sebagaimana nabi mengajarkan tatakrama/ahklaq, Artinya hal2 duniawi adalah hal2 yang tak punya urusan manfa'at yang terkonversi menjadi pahala sama sekali lillahi ta'ala.
Ironi, ada manusia yang saking fokusnya ibadah sampai tidak sadar kalau dirinya hanya mementingkan diri sendiri dan sudah menyusahkan orang sekitar. Di sisi lain, ada manusia yang saking giatnya bekerja lupa sama siapa yang memberinya rejeki.
harus seimbang ya, ga overdosis semua... balance
Kalo disimpulin bisa kompleks. Kenapa kakek sampe bunuh diri dan ya auto mati kafir, apa tujuan ajo sidi cerita begitu ke si kakek padahal kakek ga menikah yg berarti ga punya keturunan dan ngebantu tetep orang2? Apa maksud dari pas kakek meninggal ajo sidi ga bantuin pemakaman karena sibuk bekerja?
Apakah itu yg terjadi sama Hj saleh sehingga dia masuk neraka?
Apakah ajo sidi ini sebenernya iblis?
Ini cerpen keren sih karena nimbulin banyak pertanyaan
@@gustibagustri8835 balance donk ah , Bruh
Astaghfirullah
Reminder
Ini bukanlah kritik kepada orang yang taat kepada Tuhan, melainkan pengingat untuk manusia yang memiliki kemampuan untuk berbuat lebih untuk menolong orang lain tetapi secara tidak sadar dia memilih untuk menutup mata karena malas untuk menambah lelah karena mengurusi masalah orang lain.
Maka dari itu mempelajari agama itu sebegitu pentingnya, dari dasar dan tidak loncat-loncat, bukan sekedar kajian tematik yang menarik, bukan sekedar mendengar penceramah yang pembawaannya lucu, melainkan mencari tau apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan di dunia ini.
Oke beribadah kepada Allah, tapi bentuknya apa saja, harus tau.
Cerpen ini bukan tempat nyaman kita yang tidak taat beribadah untuk memandang remeh orang yang fokus beribadah saja, bukan. Karena orang yang taat beribadah saja bisa masuk neraka apalagi yang tidak taat.
Tuhan memiliki hak atas kita yang harus kita tunaikan.
Tuhan juga memiliki arahan tentang bagaimana seharusnya kita hidup bersama manusia lain.
Dan sumber dari itu semua tetap 1, perintah Tuhan.
Aku baca cerpen ini saat SMP... Sampai sekarang kadang keingat cerita ini dan merenung... Semula setuju dengan si ajo sidi, hidup ini tidak melulu tentang masalah rohani tapi juga harus memikirkan duniawi, seimbang lah... Tapi sekarang kalau direnungkan lagi, kalau tidak ada si kakek, surau nya roboh lo... Orang orang cenderung materalistis dan tidak lagi beribadah mengingat penciptanya.. Jadi si kakek (rohani) menyeimbangkan ajo sidi (duniawi)...
Uppp
HALLO WARGA SIPIL SEKALIAN
SELAMAT MENIKMATI JURNAL PARUH BAYA!!
Hallo bang
@@pesulaphitam3447 Ini fitnah lho. Malamnya bisa tidur lu?
Angkat saya jadi murid gus ferry
Malam bang
Da Hj.saleh itu beribadah tapi tidak berilmukan ? Bahkan ilmu Islam itu sendiri dia tidak miliki... Oh ya konten ini maksudnya kemana da ?
Rubuhnya Surau Kami jadi cerpen sastrawan Indonesia lawas yang pertama kali saya baca, waktu itu kelas 2 smp, sampai menghisap saya ke pusaran sastra Indonesia masa itu yang amat terasa dibayangi kekang rezim. Mengingatkan kembali ke Alm. Budi Darma, Alm. Iwan Simatupang, dkk. Terima kasih Bang Ferry sudah membahas cerpen ini.
Sutardji Calzoum Bachri, Majalah Horizon Freddy S, Mira W, Bastian Tito, Rajawali Sakti
@@KevinTejakusuma208 caper
Kyknya AA Navis ini bukan penulis haluan kiri deh bro, jadi gk ada urusan sama rezim😂
iya jaman smp.
@@nekomiauw3767 Iya juga, sebenarnya di cerpen ini tdk ada masalah dengan rezim sih :)
Jadi inget guru SMA saya, beliau inspiratif sekali dan sekarang jadi kepala sekolah, dulu waktu ngisi jam pelajaran bahasa indonesia suka nyeritain ini
Titip salam kalau ketemu beliau, ya
🙂
sama lagi, guru bahasa Indonesia aku juga, SMAN 3 pontianak
Nanti bahas Inception bang....
@@ferryirwandi bang lu keren
@@KevinTejakusuma208 nye nye nye
Robohnya Surau Kami, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, Salah Asuhan, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun. Novel-novel karya sastrawan Minang ini semuanya saya suka.
Siti nurbaya dan van der wijck yg pernah kubaca, yang lain pingin tapi masih sebatas pingin wkwkwk
@@nekomiauw3767 baca aja bro...novel2 HAMKA...bagus dan membuat saya geram 🤣
Dahulu banyak sekali Tokoh2 Minang yg Nasionalisme dan toleransi nya tinggi, Sastrawan yg Legendaris...Kalau oranr2 Minang sekarang Bgmn?🙏.
@@pujodwiyanto362 sama. bg ferry juga minang dosen ui dan ugm juga banyak orang minang.
@@pujodwiyanto362 sekarang kita telah bersatu dalam keberagaman untuk membangun Indonesia,tiap daerah ,tiap suku, tiap agama,telah mengirim putra putri terbaik mereka untuk bersama-sama memajukan Indonesia.
Salam dari ranah Minang.😃😃
Buat wawasan aja, Kami dibali juga melakukan hal yang sama dengan konsep tri hita karana,
1. Tuhan 2. Manusia 3. Alam
1. Percuma lu sembahyang ketika lu hanya mentingin cuman ibadah lu sama tuhan. 2 lu juga harus menjaga hubungan antara sesama manusia dan keluarga. 3. Percuma lu rajin sembahyang dan hanya mentingin keluarga lu ketika lu menghiraukan akan keadaan lingkungan alam sekitarmu. Begitulah kira2 keseimbagan hidup orang bali
Flashback dan merasa sedih. Dulu sejak SD sampai SMA suka banget sastra, baca novel, cerpen, nulis puisi, ikut lomba2 di group facebook. Skrg sibuk jd software engineer. Liat adik2 aku yg masih SMA dan SMP kyknya ga ada yg suka sastra atau sekadar hobi membaca.
Kagum banget sama bih buku, gokil sih sama A.A Navis, udah bawa pemikiran2 seprogresif itu. Gak nyangka di zaman itu udh ada tokoh yg berani ngangkat isu2 semacam ini, yang dimana ya masih relevab sampe sekarang...
... Ato justru kitanya yg terlalu kolot, sampe2 permasalahan yg sebenernya udh ada dari dulu aja sampe terjaga relevansinya sampe sekarang?
Kehidupan keagamaan kita makin konservatif sekarang jadi cerita seperti ini terdengar sangat progresif di zaman sekarang
Ya, memang tidak dipungkiri bahwa sebagian dari masyarakat Indonesia masih terjebak dalam pemikiran-pemikiran yang sudah tidak lagi relevan di abad ini.
Salah satunya mengenai upaya kaum ekstremis agama tertentu yang berusaha mengganggu stabilitas politik dengan menimbulkan polemik antar umat beragama dalam masyarakat.
Seperti pepatah "tiap orang ada masanya, tiap masa ada orangnya". Dahulu salah satu yang frontal melawan dan menolak kaum agama ekstremis adalah Ir. Soekarno yang menggugat cara berpikir umat Muslim yang ekstrem melalui bukunya "Islam Sontoloyo" yang menjadi polemik di antara tokoh agama Islam tahun 1930 - 1935.
@@dylanroll5192 karena yg tampak hanya mayoritas, tapi yg minoritas? Sapa yg tau???
Coba aja kalau mu'tazilah dominan di Indonesia pasti gak ada tuh orang kolot sama feodalidme berkedok agama
Dan orang-orang Indonesia mungkin jadi rasional
@@exinfidel856 belum tentu juga
cerpen robohnya surau kami pertama kali kubaca waktu smp dan banyak pelajaran serta paparan penting yang bisa dipetik. A.A. Navis sebenarnya membantu menyadarkan kita untuk kembali kepada fitrah manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang hidup berpasang-pasangan dan menyeimbangkan antara muamalah ma Allah, muamalah mu annas dan muamalah ma al alam. Banyak dari kita bercita-cita untuk mensukseskan muamalah ma Allah tetapi seringkali mengabaikan muamalah mu annas dan muamalah ma al alam. Dan biasanya seringkali ada pembenaran 'jika ingin masuk surga dan menjadi hamba Allah tanpa dosa, beribadahlah sekencang-kencangnya'. Itu benar, tetapi tidak selalu dalam setiap hal harus menempatkan hal tersebut. Lagipula banyak jalan dan cara untuk beribadah dan beramal tanpa mengorbankan suatu hal. Seperti layaknya banyak jalan menuju roma.
Aku teringat saat karyanya terbit, banyak orang mengalami 'kegundahan' rohani, terlebih bagi orang-orang yang sering berdzikir atau beribadah terus tetapi melalaikan muamalah-muamalah yang lain. Dulu sampai beberapa ustaz atau orang alim di sumbar memprotes cerpen ini
Terus gmna bang kelanjutan ny ampe ustad pun protes
Iya bang siapa emng yg protes
cerpen itu mengkritik orang yg malas bekerja dan gila akhirat, jadi jangan dijadikan motivasi oleh orang yg gila kerja dan meninggalkan ibadah.. sebaik-baiknya hidup adalah yg imbang antara urusan dunia dan urusan akhirat.
Seluruh warga desa sangat berduka & mengurus jenazah Kakek,, dari situ gw menghubungkan dengan 1 kutipan yg pernah gw baca (lupa dimana) ::
"Husnul khatimah itu bukan tentang bagaimana kamu mati, tapi tentang bagaimana kamu hidup."
karena matimu itu mencerminkan bagaimana hidupmu selama ini...semoga kita tidak terpleset di akhir kehidupan
Husnul-khatimah
Suul-khatimah
Itu ungkapan dalam adama islam. Jadi lebih baik cari penjelasan dari sumbernya.
True 👍
Manusia dibangkitkan sebagaimana dia mati dan dia mati sebagaimana dia hidup
Nonton ini sebelum tidur malah jadi ga bisa tidur 😂. Kisah ini mengingatkan saya pada kejadian lebih dari sepuluh tahun lalu dimana saat itu saya berkunjung (study banding) ke salah satu pesantren tradisional di daerah saya. Mereka tidak belajar sains, matematika, atau ilmu yg biasa diajar di sekolah. Dari kecil hingga dewasa tempat tersebut hanya diperuntukkan untuk menghafal Al-Qur'an. Guru saya bertanya bagaimana mereka menghadapi UN? Untuk UN mereka biasanya tidak mengikuti, namun jika ada yg ikut untuk keperluan lerja atau kuliah misalnya, mereka bisa ambil Paket C dan belajar sendiri (otodidak). Sangat disayangkan sekali padahal ilmu dunia juga sangat penting. Namun mereka sangat membanggakan itu. Terlepas dari ironi yg kemudian dialami si kakek, saya rasa ironi ini juga ada di antara kita. Coba teman-teman lihat label sajadah, tasbih, mukena, baju koko, atau peci yg teman-teman biasa pakai saat beribadah. Darimana barang tsb dibuat? Apakah semua berasal dari Indonesia? Adakah yg MADE IN CHINA? Atau adakah yg dibuat perusahaan komersil non-islam misalnya? Bahkan untuk menghadap tuhan pun kita masih bergantung pada buatan orang lain. Saya kadang merasa perwujudan menggorok kepala sendiri ini seperti oknum umat islam yg bangga akan ilmu akhiratnya namun disisi lain tidak mempunyai cukup ilmu dunia dan sangat bergantung pada ilmu dari luar untuk melaksanakan ibadahnya
Sebab itu umat Islam itu harus dibagi,
Ada yang ahli di bidang ini dan itu.
Jangan cuman satu bidang,
Kalau kita semua sibuk kepada Dunia lalau siapa yang mengurus akhirat.
Kalau kita semua sibuk mengurus akhirat Lalau siapa yang mengurus dunia.
Hidup itu harus seimbang.
Tidak usah miris juga melihat orang yang belajar agama sangat mendalam.
Tidak usah juga mencaci maki kalau ada orang yang fokus kepada dunia.
Sekali lagi mari kita berkerja sama dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.
@@muhammadalfatih335
Anda benar bahwa hidup itu harus seimbang. Namun, umat Islam tidak perlu dibagi. Setiap muslim seharusnya bisa bekerja untuk kehidupan di Dunia dan pada saat yang bersamaan beribadah untuk kehidupan di Akhirat. Keduanya harus berjalan beriringan, tidak terpisah-pisah.
@@muhammadalfatih335 Saya rasa seorang ahli agama perlu punya ketrampilan dan sebaliknya orang berpendidikan tinggi perlu punya prinsip agama yg kuat. Saya menonton habib ja'far dan setuju kl keduanya hrs berjalan beriringan. Ilmu sains selalu berkembang, apa yg kamu pelajari hari ini beda dg yg kamu pelajari besok. Tapi agama tdk begitu. Hari ini kamu solat 5x, besok kamu juga solat 5x. Intinya setiap mau melakukan ibadah duniawi, jgn lupa akhirat. Mau bikin penelitian? Pikirkan etika (agama) nya. Mau naik pangkat? Lakukan dg cara etis, bukan dg menjatuhkan orang, misalnya. Mau berbisnis? Jangan merugikan orang. Nabi juga berbisnis dan berpolitik, ngga hanya beribadah dan jd guru spiritual.
@@poppytielmann7611 .
Ngak cukup umur untuk belajar semuanya teman.
Tidak semua orang mampu untuk itu.
Sebab ilmu itu seluas samudera,
@@muhammadalfatih335 poinnya bukan pada semua harus dipelajari, tapi dia hanya ingin menyampaikan pelajarilah semuanya. Urusan banyak atau tidak hanya perkara subjektif. Yg penting bagaimana mengolah diri menjadi manusia yg sebaik"nya. Toh orang atheis saja bisa berbuat baik tanpa ilmu agama (bukan bermaksud merendahkan agama manapun)
Makasih udah mau ngerekom ke warga sipil buat baca karya sastra Indonesia, Bang. Jarang ada orang2 segede Abang di RUclips yg mau lakuin hal ini. Mudah2an bisa jadi angin segar buat ekosistem sastra Indonesia. Insyaallah.
Robohnya surau kami itu bentuk dari gambaran pentingnya hablum minallah dan hablum minannas agar dijalankan dengan seimbang selama di dunia
Yesss.... HARUS SEIMBANG dan itu perlu KETEGUHAN HATI LUAR BIASA...
setuju, semua hal yang berlebihan itu tidak baik tak terkecuali beribadah itu sendiri (hablum minallah).
Seimbang mengejar antara dunia dan akhirat 👍
Saya duduk di kelas dan menaruh 3 buku bacaan favorit jaman SMP yg sudah lecek dan kusam. Pertama ada Harimau-harimau, lalu ada Si Alui dan kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami, tdk pernah terbayangkan buku ini bisa terbawa sampai jaman kuliah.
sebagian besar kawan saya mengernyitkan mata, memandang dgn sinis "Helloooooo, ga salah tu bacaan kamu? dosen nyuruh kita ngumpulin novel dan cerpen favorit loh, bukan buku sejarah peninggalan Belanda" begitu kira2 yg bisa saya tangkap dari raut muka masam mereka.
Ekspresi mereka tdk salah sih, kebanyakan kawan sudah memegang novel roman modern di tanganya, dgn judul yg keren dan sampul terbaik. Novel2 itu adalah yg paling ramai dibaca di jaman saya kuliah, meskipun saya pribadi lebih suka novel jadul.
Ayat2 cinta adalah novel yg paling banyak kawan2 ajukan, sisanya adalah karya2 Andrea Hirata, Tere Liye dst.
Dosen yg melihat buku2 itu hanya tersenyum kecut sambil berkata "ga ada judul yg lain nih? tak berapa lama kawan2 kemudian dipanggil ke depan satu2, untuk kemudian disidang, soal novel dan cerpen yg mereka ajukan sebagai bacaan favorit. kebanyakan dari mereka tdk siap, sebab pertanyaan bukan hanya berputar pada siapa tokoh utama dan bagaimana cerita berjalan, tapi berlanjut sampai ke makna dan rasa.
setelah setengah jam berlalu, ada beberapa kawan yg masih harus duduk di depan kelas, mereka tdk diijinkan kembali ke bangku atau meninggalkan kelas sebelum novel yg mereka ajukan sendiri, bisa dijawab dgn baik. Sampai pada akhirnya dosen melihat buku yg saya bawa, dan segera bertanya "punya siapa ini? " tanpa ragu tangan ini segera terangkat "punya saya pak"
#
Dosen tdk tersenyum tdk juga mengernyitkan dahi, hanya sibuk membolak-balik buku yg saya bawa. Tak lama beliau bertanya "kapan pertama kali kamu baca ini?" Segera saya jawab " Kalo yg si Alui SD kelas 4 pak, kalo Hariamu-Harimau dan Robohnya Surau Kami SMP kelas satu" dosen kembali membolak-balik buku tersebut, lalu sedikit tersenyum.
Setelah bertanya siapa tokoh utamanya, menceritakan tentang apa dan bagaimana kisah ini berkahir, dosen langsung mengijinkan saya untuk pulang. Akhirnya, tugas terselesaikan tanpa ada konfrontasi seperti yang dialami kebanyakan kawan, tanpa terasa senyum di wajah ini melebar seperti ekspresi Luffy saat menemukan pulau baru.
"Hari yang cerah" kata saya sambil melirik kawan2 yg sibuk membaca ulang novel mereka, sebelum dipanggil maju ke depan. Jadi, apakah mereka akan menerima rasa dan menemukan makna? jika membacanya saja dlm situasi tertekan.
Poinnya adalah menikmati pembacaan kita ya?
Pengalaman peribadi, awal mengenal dan minat buku, aku orang yang sangat mengejar kuantiti. Menurutku semakin banyak yang kita baca, semakin banyak kita tahu, semakin banyak pula hal yang mampu kita lakukan. Namun dalam kesibukan aku mengejar target bacaan, aku lupa untuk menikmatinya. Kata-kata penulis hanyalah tinta tidak bernyawa yang akan ku simpan dalam kepalaku dan berharap ia berguna suatu saat nanti. Meski ada kebanggaan tersendiri melihat jumlah buku yang dibaca namun jauh di sudut hati ia kosong. Kering tanpa cahaya. Baru beberapa waktu ini aku benar-benar berinteraksi dengan penulis, membaca untuk menyelesaikan masalah dan menjawab isu-isu tertentu yang relevan, bukan sekadar untuk kebanggaan kosong. Sebenarnya membaca itu aktiviti yang sangat mengujakan dan bermanfaat jika dilakukan dengan cara yang benar.
@@kikhwan4648 Biasanya novel atau cerpen akan lebih bisa dinikmati, ketika latar belakang kisahnya serupa dgn yg pernah kita alami. Bisa juga karena kita memang berminat dgn tema yg dibawa, misal saya suka novel fantasi dan misteri, otomatis saya jadi pembaca setia Harry Potter, Goosebumps dan novel2 serupa.
Si Alui misalnya, adalah kisah anak kecil yg hidup di desa dgn segala aktivitas biasanya, namun terasa luar biasa bagi bocah sekecil itu. Kurang lebih sama seperti kisah saya sewaktu kecil hidup di kampung, lebay dan sok tahu tapi lucu dan seru.
Terperangah diri ini membaca tulisan2 kalian
Harimau harimau, senja di jakarta, gadis Pantai, jalan tak ada ujung.... bacaan THN 90 an...buku3nya msh ada
Paling inget banget cerita ini di buku SMA, salah satu cerpen favorit saya.
Terlepas dari kontroversi cerpen ini (dimana pada tahun 50an, cerpen ini dikatakan sensitif dan melecehkan kaum alim ulama Minangkabau sampai-sampai Navis harus dikucilkan di kampungnya sendiri). Cerpen ini memberikan pesan bahwa Tuhan tidak akan ridha bila kita tidak juga meridhai diri kita sendiri dan apa yg di sekitar kita. Janganlah kita terbutakan atas kenikmatan surga dan hanya ingin meraihnya tanpa memikirkan sanak saudara dan sesama manusia lainnya. Tetaplah ingat pada Tuhan, tapi jugalah harus ingat bahwa kita tidak diciptakan sendirian karena ada Bumi, Binatang dan Manusia. Tuhan menciptakan itu untuk kita rawat, jaga, dan tanggung jawabkan.
Saya balik ke kolom komentar ini setelah baca teks asli cerpennya. Dan menurutku ketimbang satir religi, cerpen ini lebih mencerminkan satir politik yang menggunakan media agama untuk mengumpamakan kritik yang ingin disampaikan.
Untuk ceritanya sendiri jujur agak kasihan sama tokoh kakek di cerpen ini, karena dia disandingkan dengan tokoh haji saleh yang sebenarnya ga apple to apple dengan si kakek. Karena haji saleh itu tokoh individualis yang tidak memberi kontribusi apapun kepada orang sekitarnya semasa hidup, berbeda dengan kakek yang semasa hidupnya memenuhi kontribusi besar dalam merawat surau, yang mana itu tercermin dengan jelas sebagaimana setelah si kakek wafat surau tersebut jadi tidak terurus, surau itu jadi tempat main anak2, kayu2 di surau itu dilucuti ibu2 kampung untuk kayu bakar, sebagaimana judulnya yaitu "rubuhnya surau kami."
Kakek bukan semata-mata orang yang narsis dan cari muka di hadapan Tuhan namun tidak memberi kontribusi apapun di dunia, sebaliknya dia justru punya kontribusi dan peran besar untuk merawat surau. Karena itu alangkah baiknya jika ada yang menyadari dan memberi tahu kakek seberapa besar kontribusinya semasa hidup bagi lingkungan supaya dia tidak bunuh diri.
Cuman yaa memang, untuk kebutuhan estetika cerpen, plot dimana narator menceritakan si kakek pasca wafat setelah bunuh diri memang konsep yang indah.
Masukan yang bagus
Keahlian mengasah pisau, yg kebanyakannya hanya dibalas dengan terima kasih, pun adalah kontribusi
Bener banget
Tiap dengerin bang fer ngomong selalu ke inget sama almarhum bapak, dari mulai caranya ngomong, caranya ngerokok bahasa tubuh semuanya sama.
Sehat terus bang fer jangan banyak banyak ngerokok sama ngopi.
Cerpen ini mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan kita tidak hanya untuk menyembahnya, tapi juga untuk mau bekerja dan menggunakan karunia-Nya dengan penuh semangat dan penuh syukur
Di cerpen ini saya bisa menemukan batas yang cukup jelas antara sastra modern dan sastra terdahulu. Cerpen yang lengkaplah menurut saya. Semestinya begitulas sastra, memberikan asupan gizi sekaligus gairah menjalani hidup. Bukan seperti sekarang yang semakin didominasi cerpen menye2 cinta-cintaan dan perselingkuhan.
Setuju dan turut berduka.
Di ranah minang, memang banyak sekali kisah kisah, cerita, / hikayat lama yang diceritakan oleh orang orang tua, dulu pas masih mengaji sering banget ustadz ku nyeritain kisah kisah beginian
Dicerpen ini kita bisa tau pentingnya ilmu sebelum amal agar tidak mudah dirayu setan yg berakhir neraka,Gua pernah belajar di suatu majlis ilmu, disitu ust gua bilang "seorang 'abid (ahli ibadah) lebih mudah terjerumus oleh rayuan setan dari pada seorang yang berilmu agama" dan juga amar ma'ruf nahi mungkar juga dipetik dari cerpen ini baik dengan lisan maupun perbuatan nyata, dan sisi pentingnya juga adalah bukan cuman hubungan vertikal (hablumminallah) saja yg harus dijossin tapi hubungan horizontal (hablumminannas) juga sama penting nya buat ngeraih surga....
Dan itu juga lah makna simbol salib yg sy pahami di ajaran agama kami, yg kebetulan ada oknum" (mohon maaf) dri luar agama kristen yg mengejek simbol salib dan terus terang sy agak miris jg dengan melihat polemik itu.
Sewaktu SMP kami diajari makna simbol salib bahwa hubungan vertikal ke Tuhan dan horizontal ke sesama manusia hrs balance. Seiring berjalan wktu smpe sy dewasa, makna horizontal yg sy pahami itu bukan hanya sebatas ke sesama manusia, tp jg ke semua mahluk hidup
Sejatinya setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran yg nantinya membawa umatnya ke pencipta-Nya, bukan memperdebatkan ajaran agama si A B si C yg paling benar. Di Kristen ada oknum yg membanding"kan dengan agama lain bahwa agama Kristen lah yg paling benar, begitu jg dgn oknum agama lain yg merasa ajaran agama nya yg paling benar. Smpe dunia kiamat pun diperdebatkan gak bakalan ada titik temunya, krna ttp bersikukuh dengan keyakinan masing".
Intinya kita ingin ttp hidup berdampingan dengan aman dan damai, tanpa ada sekat agama. Salam toleransi🙏🙏🙏
Ingat zaman SD (kalau tidak salah kelas 4) pada waktu itu saya gemar sekali membaca bahkan cerita2 di lks tak luput dari bacaan saya. Saat saya menemukan cerpen ini saya membacanya dengan penuh antusias dan menjadi cerpen pertama yang mana setelah membacanya pikiran saya dipenuhi oleh banyak pertanyaan. Baru pada kelas 1 MA salah satu guru saya menjelaskan beberapa detail dan maksud dari cerita tersebut yang alhamdulillah menjadi kunci jawaban saya selama hampir 6 tahun setelah saya pertama kali membacanya. Terima kasih bang Ferry telah mengingatkan kembali cerita tentang cerpen "Robohnya Surau Kami". Karena banyak pelajaran yang bisa dipetik darinya dan sekaligus membuat saya bernostalgia kembali ke masa SD saya.
Gw inget baca ini pas masih SMP dan itu pertama kali gw nyadar gw telah baca pesan yang tersirat tetapi terjadi dalam realita. Gw SMP kerjaannya hidup selayaknya anak smp: jajan, nonton, ibadah, belajar, tidur; hari2 berlalu gitu aja. Itu pertama kali gw ngerasa hidup harus ada maknanya. Hubungan dengan Tuhan, Rakyat, dan Diri Sendiri ada sambungannya semua.
Pernah disuruh hapalin dan diceritakan di depan kelas, alhamdulillah sekarang masih hafal jalan cerita nya, next "perempuan senja dan lelaki yang suka menyendiri"
Waah, karangan siapa ini bang, jd penasaran. Senangnya qt punya forum bahas sastra indonrsia bgni
Dan saat membaca cerpen ini yg kesekian kali, dan merefleksikan situasi saat ini beberapa tahun lalu, saya sempat ambil kesimpulan, ini adalah saat AGAMA JADI PEKERJAAN sementara PEKERJAAN JADI AGAMA.
Flashback ke masa-masa sekolah jadinya. Buku kumpulan cerpen terfavorit. Dibaca ulang ga bosan-bosan.
Makasi untuk guru-guru bahasa Indonesia yg mengenalkan kami pada salah satu karya Sastrawan terbaik Bapak A.A.Navis ini.
Inget banget kenal sama cerpen ini setahun yang lalu, ketemu di lks bahasa indonesia, maknanya dalem banget, even buat gue yang non muslim
asli maknanya dalam, gw sampe merenung pas kelar baca
Ibadah tidak hanya sekedar mentaati ritual sembahyang saja. Tapi memberikan kebermanfaatan bagi orang lain juga bagian ibadah. Karena ibadah tidak hanya untuk diri sendiri, tapi ibadah itu sampai membuat orang lain mendapatkan keberkahan juga. Meskipun orang lain tersebut tidak beribadah
JATAH
Pernah kita dengar, ketika orang sibuk bekerja, dinilai sebagai cinta dunia.
Pun ketika orang terlihat rajin beribadah, dinilai sebagai orang yang tidak peduli dengan keperluan dunia.
Tampaknya kita memang gak tahu apa apa tentang orang lain, tapi terlalu terburu buru menilai orang lain.
Sedangkan Tuhan yang mengawasi mereka,
Siang mereka bekerja, barangkali malamnya mereka lebih hidup ibadahnya ketimbang kita.
Mereka banyak berdoa, karena mereka sudah maksimal memperoleh rezeki yang merupakan jatahnya, tidak serakah.
Imho, Haji Sholeh itu terbilang masih lebih baik dari saya ataupun kebanyakan orang orang yang mengaku Islam nowadays.. Hubungan Vertical gak dapet horizontal juga gak dapet, saya sndiri masih dlm proses ber Hijrah, doakan saya istiqomah guys.. Saya doakan kalian sehat dan dlm sllu dlm LindunganNya. Amiin.
Pertama kali baca runbuhnya surau kami pas kelas 3 sma, karna waktu itu w lagi suka2nya baca buku gara2 guru b.indo w di slah satu ponpes di tgr, beliau sangat menginspirasi w bngt semoga beliau diberikan kesehatan amien......😌🤲
Cerpen ini yang bikin aku suka sastra, dibacakan langsung dari guru bahasa Indonesia waktu SMA. Lawas sekali
Kalo sholat, puasa dll itu aku anggap sebagai Ritual. Karena ibadah sejatinya tk sebatas itu.
Ajo panggilan untuk seorang kaka laki2 minang dan melayu, Marah Rusli, S C B , Datuk S T A, N H Dini, Badudu JS, Kharil Anwar, Pramudiya A T, Iwan Simatupang, Goenawan Muhamad, Gus Mus, Merka adalah SATRAWAN Legend dari Negri ini yang mengisi logika dan imaginasiku sampe saat ini, sebenernya masih banyak lagi tapi ini yang spontan ku ingat,
Sastra yang indah.
Cerita ini mengingatkan saya bahwa perintah Tuhan untuk ibadah itu adalah kewajiban. Dan salah satu bentuk ibadah wajib yang diperintahkan adalah bekerja. Tapi yang juga perlu diingat adalah jangan sampai bekerja melalaikan ibadah wajib yang lain. Realitanya, ini yang lebih banyak terjadi dalam kehidupan.
Terimakasih sudah diceritain kang.
Balik ke konteks si kakek, dia juga tetep ngebantu warga, dia gak menikah yg berarti ga punya keturunan. Warga pun respect sama dia. Jadi kakek ini beda sama Hj saleh. Tapi kenapa kakek segitu kena mentalnya? Apakah maksud dari cerita ini, jangan terlalu dengerin pembual? Jangan mendefinisikan diri lu seburuk itu? Atau beneran akan jadi buruk. Karena kakek meninggal bunuh diri, dimana secara teknis itu kan mati kafir.
Lalu siapa sebenernya ajo sidi, apa tujuan dia, kenapa dia cerita2, dan kenapa dia ga bantu pemakaman karena sibuk kerja?
Sya juga pernah baca cerpennya pas SMP dulu.
Secara tematis, menurut interpretasi sya inti dari cerpennya adalah soal "menjaga hubungan horizontal dan vertikal". Vertikal ya dgn Allah, dan horizontal dgn sesama manusia lain. Hal ini juga mencakup memenuhi kebutuhan dunia (secara secukupnya), dan kebutuhan akhirat.
Sedangkan si Kakek hanya memenuhi kebutuhan akhirat sja, kagak kerja unt memenuhi kebutuhan sehari2nya, bahkan hidup dari bergentung pada warga.
Karena itu semua lebih "gampang".
akhirnya memoriku muncul kembali dan ternyata aku sebagian terbentuk oleh novel ini, trims Bro .... membangkitkan memori yg sekian lama tidur di telan kesibukan melapangkan jalan anak istri mempunyai kualitas kedepannya, biarlah aku seperti lilin yg pada akhirnya habis.......... dan selesai sudah.
Pertama kali baca waktu kelas 2 di Tsanawiyah, cerpen dari pengarang A.A Nafis bagus memang jalan ceritanya. Yg paling di ingat Adjo sidi bikin gara-gara. 😂
Nostalgia banget. Makasih bung Ferry.
ajo sidi ini menurutku tipe yang agak rebel, tapi nggak menjerumuskan. Di endingnya ajo sidi nggak menampilkan ekspresi apapun waktu si mbah pengurus masjid/surau meninggal karena bundir. Bikin aku melongo waktu pertama kali baca
saat lg ramai dukun berkedok agama, dari cerita ini saya menangkap ternyata ada jg ya "malas berkedok agama"
malas bekerja, malas berusha, malas berpikir dgn dalih tdk mencari duniawi
bang terimakasih untuk ceritanya gak tau kenapa pemikiran si kakek dan saya hampir sama ,ingin melepaskan semua hubungan dan interaksi dgn dunia ,mungkin pemikiran aku seperti pengemis yg tau segalanya tapi semua akan sia". Cerita abang sangat membantu mengoreksi pola pikir saya.
Seimbang dunia akhirat, berdoa dan bekerja. Itu yg saya simpulkan saat membacanya
Makasih bang ceritanyaa.. bisa ya ternyata keegoisan dimaknai seperti itu.. benar juga selain bekerja adalah bag dr iman.. tangan yg memberi lebih baik dr menerima ..harus bersyukur di indonesia yg tanahnya subur bisa menanam apapun ..
Ahhhhh saya jatuh cinta cerpen ini dr jaman sekolah. Dibaca berulang2 sampai dibuat berpikir.
Mampir kesini gegara kondisi gw yang lagi kesel sama penduduk2 di kampung kelahiran gw. Ya Allah zhalimnya mintak ampun, padahal sholat, ngaji dah bahkan udah pergi umroh tapi sayang banget dalam memperlakukan orang2 sekitarnya... Gw kasian banget sama mak gw yang kecipratan zholimnya dia... Bahkan sampe ngga masuk logika di gw... Jadi pen hengkang aja gw dari kampung gw ini...resah dengan kelakuan orang2 sekitar yang zolim menzolimi hanya karna perkara dunia..😭
pas denger kata "ajo sidi" seketika langsung teringat memori lagi baca ini di bangku sekolah
Masyarakat saat ini berfikir Dan "dididik" untuk menjadi bangsa Yang skeptis, Yang bahkan tidak menghargai sastra lama Dan Generasi muda, novel ini seperti tamparan orang Tua, bagaimana Cara mendidik Dan menanamkan mindset Yang benar bagi masa depan anak.
Yg penting buatkan kehidupan yg lebih baik untuk anak dan cucumu, karena hidupmu bukan hanya untuk dirimu.
Wah, kalau saya suka membaca saat lagi jaman2 keemasan novel Indonesia, saat Hilman Lupus, Zara Zettira, Mira W sampai Freddy S dan Abdullah Harahap masih berkarya. Bahkan Eny Arrow pun masih banyak dijumpa, walau sembunyi2 😁
Yang terakhir kayanya gak asing bang 🤣🤣
sembunyi sembunyi aowkwkw
Mira w
Fredy s... Hmmm... 🤔🤔🤔
@@deaelsa9588 mbak dea sering baca?
sy teringat dengan cerpen sastra judulnya "PULANG"toha mohtar .. awal sy suka sastra.......kal baca cerpen sastra spt ini..sangat berkesan...kerennn
Ah kumpulan cerpen terbitan Kompas. Cerpen pertama yg memukau hati remaja saya dulu. Ga cuma robohnya surau kami yg seru di buku kumpulan cerpen itu. Tapi semua ceritanya akan membuat kalian terpukau.
Matius 6:33 (TB) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Menurut gw cerpen ini sangat relate mau sampai kapanpun, karena walaupun secara individu, bentuk peristiwa, apapun agamanya dan kapan manusia tersebut hidup, pola yg sama akan terus terjadi dan menurut gw cerpen ini semakin menjelaskan bahwa "saleh" memiliki makna dan cakupan yang sngat luas dimana menurut pemahaman yg umum itu maknanya hanya dlm konteks beragama, sedangkan ketika kita berbicara ttg konteks yang lebih luas, kata "saleh" yang seharusnya menunjukkan term untuk manusia yang benar-benar memperhatikan segala aspek tidak hanya agama, menjadi tereduksi oleh pemahaman masyarakat skrg yg sebenarnya tidak tahu dan tidak mau tahu makna yang lebih luas dari term "saleh" yang sangat berat sehingga asal menyematkan term tersebut kepada orang2 yang sebenarnya masih belum pantas menyandang predikat tersebut
Gw sudah baca berulang dan punya antalogi AA Navis.tapi pas denger lagi cerita lu kayak lebih dapat ringkasnya..thanks
Salah satu cerpen favorit gw nih. Pertama kali baca pas sekolah di MTs dan nemu cerpen ini pas main ke ponpes yang sudah kosong tak berpenghuni. Habis baca cerpen ini gw pulang seolah sambil membawa kesedihan Sang Kakek, dan ikut memikirkan itu selama berhari-hari. Meski gw nggak paham waktu itu bagian endingnya yang bilang Aju Sidi sibuk bekerja (memang bego sih gw pas smp wkwk).
Tp sya blm paham kak, kenapa ajo sidi di akhir bekerja? Itu bermakna apa mksdnya?
Keren nih cerita.. sesuai dengan keadaan yg terjadi sekarang. Banyak orang yg asik belajar ilmu agama sedalam dalam nya, tapi mereka lupa tujuan dari orang beragama. Mereka lupa bahwa tujuan beragama adalah menjadi manusia yg lebih baik bagi sesama manusia lainnya.
Liat notif judulnya langsung tertarik, salah satu cerpen terbaik sepanjang masa. eh jadi nostalgia kenapa dulu baca ini-direkomendasikan senior :D
Ingat banget baca cerpen ini, waktu SMP kelas 1 buku di perpustakaan SMP Negeri 2 Temanggung di 2004. Keren banget dan ngena. Terima kasih bang Ferry udah membahas cerpen ini. Toopp
"Tidak ada pengabdian yang lebih besar dari pengabdian terhadap ciptaan-Nya"
Rasullullah Shallallaahu'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Pengabdian kok terhadap ciptaan😒
@@honor9lite1337 lalu kepada siapa? Pengabdian terhadap Tuhan dengan cara beribadah dan sembahyang seperti di video ini digambarkan tidaklah cukup, jadilah manusia bermanfaat dengan menebarkan kebaikan ke sesama dan ciptaannya, setidaknya itu yang saya percayai.. Bahwa sebanyak apapun ibadahmu, bila tak bermanfaat hidupmu untuk orang lain dan ciptaannya, maka tidaklah cukup dharmamu di kehidupan ini.. Tidak setuju? Boleh, tapi tidak usah meremehkan kepercayaan orang lain..
@@13_idaayumadeintanpujawati45 sumbu pendek, tipikal orang tolol Indonesia 🤣
Mau nulis novel baru ahh, judulnya "Rontoknya harga diri kami" 🤣🤣🤣 mental pembantu mah hobinya jadi pengabdi.. pada orang lain 😒
Kita hari ini banyak yg merasa cukup menjadi shalih dan puas ketika keshalihan (kebaikan) itu masih ada. Padahal orang baik belum tentu mau memperbaiki (melakukan ishlah terhadap kerusakan), tapi orang rusak/bejat by nature pasti merusak.
Kalau di jurusan saya cerpen dari A.A Navis ini wajib untuk dibaca semua mahasiswa. Cerpen ini memiliki kajian tersendiri di tempat kami. Cerpen ini memang banyak mengandung nilai yang mendalam, bahkan beberapa hal di dalamnya tidak dapat ditemukan di sastra modern. Mungkin juga kualitas sastra kita yang menurun, atau selera kita yang berubah. Tapi memang cerpen legendaris ini sangat bagus untuk dibaca.
ada rekomendasi cerpen legendaris lainnya ga kak? mau dong di spill hehehe makasii
@@nininnadya4313 Datangnya dan Perginya. Karya AA Navis, juga
@@nininnadya4313Langit Makin Mendung - Kipandjikusmin. Dan, Atheis -Achdiat K. Mihardja 🙏🙏🙏
Hal yang perlu diingat. Hidup dengan menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Tuhan(sesuai agama masing2), tidak harus selamanya happy ending.
Jadi ingat zaman SMA. Kebetulan jurusan bahasa kerjaannya nonton film, baca novel, cerpen dan puisi.
inget bgt pertama kali tau cerpen ini pas masih sd dari rubrik di koran saking penasaran sampe rela duduk bacain sampe berhalaman-halaman akhirnya di-refresh lg ingatan itu sm bang ferry makasih bang
Sastra adalah dulce et utile, menghibur dan bermanfaat. Ketika ia dibaca berulang-ulang semakin banyak yang kita temukan. ✨
Nyoret dikit ah di komentar
( Mulai dari isi cerita, cara penyampaian mas Ferry, dan isi komentar di video ini .. sangat sangat sangat membantu untuk dan bermanfaat bagi saya yg GK mengerti apa apa ) TERIMAKASIH SEMUA ☺️
Karya sastra yang epic, legendaris serta merupakan masterpiece. Akan selalu dikenang sebagai satu dari sekian karya yang tak akan lekang oleh zaman.
Salah satu Do'a yang sering dibacakan umat Islam adalah minta kebaikan dunia dan akhirat, itu adalah salah satu Do'a yang terdapat dalam Al Qur'an yang mengajarkan kita untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat
Benar. Kebaikan dunia dan akhirat serta memohon terhindar dari api neraka. Itu doa yang sangat disukai Allah, saya baca tafsirnya. Jadi mutala'ah saya hehe
Serasa kembali ke Jaman SD Era KTSP 2006 kalau lihat cerpen ini
Cerpen ny deep bgt, cocok nih dibawa ke tongkrongan anak sma yg masih blm taat ibadah dan belum bekerja. Langsung nyusul si kakek
Banyak membaca seperti elang, maka masa depan akan gemilang.
percayalah adik-adik, membaca dalam bentuk apapun itu akan bermanfaat meskipun itu cerpen atau novel sekalipun.
saya juga pernah baca, awalnya bingung kok seoertinya jalan cerita menyimpang jauh antar peggalan cerita. Dan ternyata ini merupakan kompilasi.
2:25 Setuju pak, kopi Caffino jauh lebih enak dari semua kopi instan lokal yg pernah aku cobain. Apalagi yang Bold! di dalemnya selain ada yg standard (kopi, gula, dan krimer) juga ada coklat dan garam. kalau dicampur air 100-120 ml aja, di atasnya akan ada lapisan kentalnya.
tapi kalau kopi instan enak lainnya, aku baru aja cobain kopi G7 dari Vietnam yang varian 2x Stronger , wah ini juga ga kalah enaknya, tapi harganya 2x lipat dari Caffino Bold.
kalau Malaysia punya banyak kopi instan yang enak, misalnya Old Town atau Aik Cheong. tapi ini karena rata2 tiap sachetnya 2x lebih banyak isinya daripada
rata2 kopi instan indonesia. dalam hal ini Caffino BOLD menang krn dgn gramasi yg lebih dikit, tapi bisa dapet rasa yang lebih nendang!
Salah satu buku yg diharamkan di pesantren ketika mondok.
kejar lah akhirat maka dunia akan mengikuti
(Qs, Asy syura : 20)
mengambil ibroh dari cerpen di atas adalah
• Hati hati berbicara atau membuat cerita, kita tidak tahu apa saja yang akan terjadi dan siapa saja yang terpengaruhi , jika baik maka itu akan berdamapk baik, jika buruk maka itu akan menjadi bala.
• Jangan terlalu di fikirkan omongan orang lain teguh kan pendirian mu di atas keyakinan mu , beranggung jawab atas pilihan tersebut.
dan jangan egois
Dan QS Asy Syura 20 itu jika ditelisik lebih dalam untuk segala sesuatu kebaikan baik untuk diri sendiri dan orang disekitarnya akan menyebabkan dirinya berjalan dijalan menuju pencapaikan akhirat yang baik
"Kejarlah akhirat" kan LUAS bang maknanya, memangnya pahala itu cuma bisa didapat dari Doa+Sembahyang??? Itu PASIF menurut ane, banyak cara kok utk mendapatkan pahala... Misal berbakti sama ortu + sedekah ke org ga mampu, sebenernya ini kan makna dari cerita tsb?
@@dennisphoenix8590 berbakti sama ortu itu kan salah satu mengejar akhirat broo
Nyari nafkah buat anak istri termasuk kejar akhirat ga bro
novel kesukaanku,sejak smp yg membuat aku lebih bijak dalam beragama...dan sekarang masih dan selalu relevan sbg cerminan umat yg mengaku beriman tapi?????:)
Robohnya Surau Kami, menjadi memoar bagi saya pribadi. Cerpen karya AA. Navis ini menjadi garapan instrumental bagi saya dan kawan-kawan dalam suatu pementasan drama saat masa kuliah dulu pada tahun 2017.
Memang yang saya dan kawan-kawan pentaskan tidak mewakili seluruh zat-zat yang terdapat dalam cerpen tersebut. Namun, Robohnya Surau Kami, pada masa kini selalu menjadi pengantar kenangan khususnya bagi saya saat berkuliah dulu. 🥲
Bagi yang mau nonton bisa diklik, ruclips.net/video/EbjL1B2QxGI/видео.html
bring back memories jaman smp mencoba memahami isi cerpennya ini yg bahsasanya susah dimengerti dlu
"ketika kakek meninggal, semua warga mengurus pemakamannya. Kecuali Ajo Sidi"
Pikiran usil saya, pasti akan ada orang yang mengecap Pak Ajo Sidi ini Budak Kapitalis, mementingkan pekerjaan dari pada tetangganya yang meninggal 🤣😅.
Istrinya yg disuruh ngelayat
Cerpennya baru sy tahu dari conten ini.. sebenarnya kurang lebih seperti pertanyaan yg slalu sy tanyakan pada diri sy sendiri sampai sy menemukan jawabannya.. "Buat apa Tuhan menciptakan manusia?? Kalo hanya untuk beribadah, malaikat itu tdk pernah lalai dalam ibadah terus untuk apa diciptakan manusia??"
Cerpen robohnya surau kami pernah diikutsertakan ke lomba cerpen nasional.
Tapi malah cuma jadi Runner up tapi malah yang juara 2 yang jadi legend.
- HMI cabang Jogja pernah membuat cerita ini jadi drama monolog
Siapp kanda
wow this is my first time hearing this story. ini bagus bgt buat dijadiin bahan khutbah jumat, semoga ada khotib yg inisiatif mengadopsi cerita ini utk bahan khutbahnya. terima kasih
Saya baca ini juga waktu SD dan sampai sekarang saya masih ingat isinya tapi tidak dengan judulnya 😅
Zaman sma dulu pernah dibacakan cerita ini oleh seorang guru b.indo yg merangkap dosen. Mengena banget ceritanya. Minggu depan nya ada ulangan harian ttg cerita ini dan sekelas ga ada yg lulus ujian nya, perasaan pas ngerjain lancar2 aja 😂
Hahaha teringet bapak gw nih pas lu bilang "flexing depan Tuhan". Bapak gw tipe yg bikin ibadah jadi sarana egonya.
Gue pemuja cerpen Indonesia: Umar Kayam, Hamsad Rangkuti, Ratna Indraswari Ibrahim, Budi Darma, dan karya2 gue sendiri yang ga pernah pernah bisa nembus halaman2 budaya (sastra) di media2. Xixixi....
sebenernya cerita ini masalah sudut pandang si kakek, si kakek merasa klo dia gak jauh beda sifatnya dari si H. Saleh dlm cerita dan merasa frustrasi krn dia tau akan masuk neraka, padahal kalo dari sudut pandang warga kampung si kakek malah sangat berguna dan membantu bnyak hal kpd warga kampungnya, yg mana itu jauh berbeda dari sifat H. Saleh dalam cerita,
(klo rame lanjut part 2)
Ajosidi malah kebalikannya, kerja terus tanpa ada ibadah. Segitu bgsnya penulis buat karakternya
Betulll
Ini bagus banget sih... Dan gacuma relate ke umat muslim saja, namun saya yang Katolik pun turut merasakan hikmah daripada cerita ini. Di mana ada prinsip Ora et Labora yg berarti Berdoa dan Bekerja atau berusaha. Adalah mencobai Tuhan jika kita hanya berdoa namun tidak melakukan apapun sbg usaha
Rubuhnya surau kami, cerpen pertama yg ku baca dengan nuansa santra yang kental.
Berlanjut baca trilogi ronggeng dukuh paruk karya Ahmad Tohari, makin suka baca cerpen/novel bernuansa sosial/budaya.
Tuhan itu senang dengan hambanya yang taat, tapi murka dengan hambanya yang taat tanpa melihat kondisi keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitarnya.
sc: trust me bro
Saya ingin mencermati akhir hidup kakek itu, ia mati bunuh diri, artinya sebenarnya imannya tipis, jika imannya kuat, tak mungkin ia hilang pengharapan hanya dengan 1 cerita, setidaknya ia akan menganggap verita itu adalah teguran agar ia mempernaiki diri
Bekerja dengan niat mendapatkan nafkah yg halal untuk anak istri..untuk perjuangan agama..utk menjaga harkat martabat dari meminta minta..maka itupun tergolong ibadah..karena agama bukan bab tentang iman dan ibadah tapi ada bab tentang muamalah, muasyaroh dan akhlaq yg semuanya berkaitan dengan manusia...sehingga jelaslah bahwa dengan agama maka hidup menjadi indah...terimakasih bang berbagi kisah dan meresensi Novel legendaris berkelas dan penuh hikmah ini...salam dari Lombok..
Kirain bakal dibahas cerpennya😁 Padahal asik dengerin org2 lain ngebahas cerpen ini krn bahan perenungannya bisa sangat luas.
Ini cerpen waktu pertama kali gw baca pas remaja sama pas baca lagi bbrp bulan yg lalu, beda hal yg gw renungkan. Mungkin bbrp tahun yg akan datang kalo baca lagi renungan gw beda lagi.
sengaja gak dibahas cerpennya.
biar rame di kolom komen, dengan persepsi masing2.
inilah mengapa beribadah harus dengan ilmu, bukan dengan hawa nafsu.
pertama denger judul ini pas smp tahun 2007-an kalo ga salah, dan sempet dibahas sama Bu Ida guru pelajaran B. Indonesia terbaik waktu itu, ngga tau dulu waktu smp gimana mikirnya tapi pikiranku sampe macem2 gara2 baca ini, karena notabene bapak yg memang agamis banget jadi takut hehe
terus waktu sma masuk jurusan bahasa sempet bahas ini lagi sama pak siapa lupa, maaf pak.. beliau ngajar sastra dan pembahasan lebih mendalam dari beliau jadi ketemu titik terang maksud dari Rubuhnya Surau Kami memang menarik.. ngga tau kenapa karya2 sastra jaman dulu dari cerpen, novel, berasa kayak kejadian nyata dan aku mempercayai, bahas karya NH Dini boleh juga bang, Pada Sebuah Kapal, atau yang Pertemuan Dua Hati hehe, nostalgic banget..
sehat selalu bang ferry..
Eh ada lo🍒
Ingat remang2 nama A. A. Navis waktu kecil dulu kalau ga salah ga sengaja pernah nemu buku yg sngat bagus di perpus, penciptanya nama itu, tapi lupa buku apa. Cuma suka banget sama buku itu sampe berusaha nginget2 sekedar nama penulis, seorang saya yg ga banyak baca
Jurnal paruh baya paling ditunggu.sehat selalu bersama istri dan anak anak ya bang 🙏.
Bahwa uruasan akhirat bukan hanya soal syari'at tapi bagaimana berhubungan dengan sesama manusia juga sebagai bentuk ibadah sebagaimana nabi mengajarkan tatakrama/ahklaq,
Artinya hal2 duniawi adalah hal2 yang tak punya urusan manfa'at yang terkonversi menjadi pahala sama sekali lillahi ta'ala.