*NO. TELPONNYA ADALAH ....* Kalau soal pernyataan telpon Allah itu hanya "istilah" saja. Dalam dunia sufi (tasawuf) itu namanya *"wushul,"* dan saya kira dari berbagai tokoh sufi seperti Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syeikh Muhammad Abdul Jabbar An-Nifari dll itu biasa dengan yang dimaksud diatas, yang kira-kira maksudnya sama dengan pernyataan Pak Kyai itu intinya, hanya pada zaman itu belum ada istilah telpon. Soal nomor telpon yang ramai ditanyakan para nitizen, itu insya Allah maksudnya Pak Kyai disitu bukan angka, tetapi *ucapan salam yang ada di salah satu bait tahiyat awal* dalam shalat itu (walaupun diucapkannya tidak harus dalam posisi sholat). Tetapi itupun tidak sembarang orang bisa menggunakannya, kecuali atas izinNya. Bahkan, bisa jadi hanya ada satu orang dalam setiap zaman. Bagi hamba-Nya yang _wushul,_ Allah adalah Maha Mendengar dan Maha Berkata-Kata. Dalam dunia tasawuf hamba yang khusus _(khawash),_ adalah upaya memperbaiki sinyal komunikasi ini (telpon ?). Ada ayat yang menyebut bahwa ada nabi yang berbicara secara langsung: _“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berbicara dengannya..”_ (QS. Al-Baqarah: 253). Di ayat lain: _“.. dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung”_ (QS. An-Nisa: 164). Bagi kalangan para wali yang masyhur adalah Sulthanul Auliya Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi, Syaikh Abu Hasan As-Sadzili, Syaikh An-Nifari dll. hal yang dimaksud seperti bahasa Pak Kyai diatas (komunikasi, telpon) adalah biasa. Beberapa ormas Islam bereaksi itu bisa dipahami, tetapi kalau sampai menyalahkan apalagi menyesatkan itu yang tidak benar, sebab negara kita bukan negara agama. Bahkan menteri agama, departemen agama itu *bukan miliknya agama Islam* saja, tetapi juga milik semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia (Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Chu) dll. Ada baiknya tabayun dan berkonsultasi kepada ulama-ulama sepuh di lungkungan PBNU sebab beliaunya Pak Kyai juga bukan ulama sembarangan yang bahkan juga sering dimintai nasehatnya dari kalangan ulama-ulama NU sendiri. Rasanya tidak level kalau PWNU DIY serta merta menyalahkan. Saya kira beliau di NU juga dituakan dan sangat besar jasanya dibelakang layar organisasi dan masyarakat. Katakanlah di organisasi walaupun tidak tertulis, tetapi kira-kira sama dengan KH. Zaini Abdul Ghaniy (Sekumpul, Kaimantan), KH. Ahmad Abdul Haq (Mbah Mad, Watucongol), KH. Hasan Asy'ari (Mbah Mangli), KH. Abdul Hamid (Pasuruan), KH. Hamim Jazuli (Gus Mik), KH. Ahmad Marzuki (Mbah Marjuki, Giriloyo), Abuya Dimyati (Mbah Dim, Banten), KH. Maemun Zubair dll. Ada baiknya ditanyakan dulu kepada sesepuh yang masih hidup seperti Habib Luthfi (Pekalongan), Abuya Muhtadi (Banten) atau Ny. Hj. Nur Hannah (Watucongol) dll. Ini saya kira sedikit banyak tahu persoalannya, perbedaan dari kacamata syareat dan hakekat. Dengar-dengar beliau Pak Kyai-nya itu juga pernah disowani Gus Mik.
Assalamualaikum Bapak Haryanto yang dirakhmati Alloh SWT, Semoga Njenengan bersama keluarga selalu dlm keberkahan dlm lindungan Alloh SWT aamiin ya Robal alamin. Alhamdulillah matur nuwun atas penjelasan panjang lebarnya ...memang itulah harapan kami ada pihak yang dapat menjelaskan dengan benar sehingga tidak menimbulkan kebencian ketidaksukaan sesama muslim sendiri ketika ada sesuatu yang menurut mereka masih " aneh" janggal dimata awam. Sehingga kami sengaja memilih judul demikian dalam video konten kami agar jangan saling membenci sesama umat hamba Alloh ,sedangkan sesama.manusia saja harus saling kasih sayang dalam hidup ini tentram damai mengisi kehidupan ini. Sekali lagi matur nuwun kagem Bapak Haryanto yang sudah panjang lebar dalam menjelaskan sehingga insya Alloh ada titik temu yang selama ini dianggap kurang benar Dimata masyarakat . Semoga Alloh SWT merakhmati kita semua barakalloh aamiin ya Robal alamin. Terima kasih perhatiannya pada konten Chanel kami semoga kedepan kita bisa saling mengisi hidup ini dengan penuh damai dalam keberkahan Alloh SWT aamiin ya Robal alamin.
*NO. TELPONNYA ADALAH ....*
Kalau soal pernyataan telpon Allah itu hanya "istilah" saja. Dalam dunia sufi (tasawuf) itu namanya *"wushul,"* dan saya kira dari berbagai tokoh sufi seperti Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syeikh Muhammad Abdul Jabbar An-Nifari dll itu biasa dengan yang dimaksud diatas, yang kira-kira maksudnya sama dengan pernyataan Pak Kyai itu intinya, hanya pada zaman itu belum ada istilah telpon.
Soal nomor telpon yang ramai ditanyakan para nitizen, itu insya Allah maksudnya Pak Kyai disitu bukan angka, tetapi *ucapan salam yang ada di salah satu bait tahiyat awal* dalam shalat itu (walaupun diucapkannya tidak harus dalam posisi sholat). Tetapi itupun tidak sembarang orang bisa menggunakannya, kecuali atas izinNya. Bahkan, bisa jadi hanya ada satu orang dalam setiap zaman.
Bagi hamba-Nya yang _wushul,_ Allah adalah Maha Mendengar dan Maha Berkata-Kata. Dalam dunia tasawuf hamba yang khusus _(khawash),_ adalah upaya memperbaiki sinyal komunikasi ini (telpon ?). Ada ayat yang menyebut bahwa ada nabi yang berbicara secara langsung: _“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berbicara dengannya..”_ (QS. Al-Baqarah: 253). Di ayat lain: _“.. dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung”_ (QS. An-Nisa: 164).
Bagi kalangan para wali yang masyhur adalah Sulthanul Auliya Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi, Syaikh Abu Hasan As-Sadzili, Syaikh An-Nifari dll. hal yang dimaksud seperti bahasa Pak Kyai diatas (komunikasi, telpon) adalah biasa.
Beberapa ormas Islam bereaksi itu bisa dipahami, tetapi kalau sampai menyalahkan apalagi menyesatkan itu yang tidak benar, sebab negara kita bukan negara agama. Bahkan menteri agama, departemen agama itu *bukan miliknya agama Islam* saja, tetapi juga milik semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia (Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Chu) dll.
Ada baiknya tabayun dan berkonsultasi kepada ulama-ulama sepuh di lungkungan PBNU sebab beliaunya Pak Kyai juga bukan ulama sembarangan yang bahkan juga sering dimintai nasehatnya dari kalangan ulama-ulama NU sendiri. Rasanya tidak level kalau PWNU DIY serta merta menyalahkan. Saya kira beliau di NU juga dituakan dan sangat besar jasanya dibelakang layar organisasi dan masyarakat.
Katakanlah di organisasi walaupun tidak tertulis, tetapi kira-kira sama dengan KH. Zaini Abdul Ghaniy (Sekumpul, Kaimantan), KH. Ahmad Abdul Haq (Mbah Mad, Watucongol), KH. Hasan Asy'ari (Mbah Mangli), KH. Abdul Hamid (Pasuruan), KH. Hamim Jazuli (Gus Mik), KH. Ahmad Marzuki (Mbah Marjuki, Giriloyo), Abuya Dimyati (Mbah Dim, Banten), KH. Maemun Zubair dll.
Ada baiknya ditanyakan dulu kepada sesepuh yang masih hidup seperti Habib Luthfi (Pekalongan), Abuya Muhtadi (Banten) atau Ny. Hj. Nur Hannah (Watucongol) dll. Ini saya kira sedikit banyak tahu persoalannya, perbedaan dari kacamata syareat dan hakekat. Dengar-dengar beliau Pak Kyai-nya itu juga pernah disowani Gus Mik.
Assalamualaikum Bapak Haryanto yang dirakhmati Alloh SWT,
Semoga Njenengan bersama keluarga selalu dlm keberkahan dlm lindungan Alloh SWT aamiin ya Robal alamin.
Alhamdulillah matur nuwun atas penjelasan panjang lebarnya ...memang itulah harapan kami ada pihak yang dapat menjelaskan dengan benar sehingga tidak menimbulkan kebencian ketidaksukaan sesama muslim sendiri ketika ada sesuatu yang menurut mereka masih " aneh" janggal dimata awam.
Sehingga kami sengaja memilih judul demikian dalam video konten kami agar jangan saling membenci sesama umat hamba Alloh ,sedangkan sesama.manusia saja harus saling kasih sayang dalam hidup ini tentram damai mengisi kehidupan ini.
Sekali lagi matur nuwun kagem Bapak Haryanto yang sudah panjang lebar dalam menjelaskan sehingga insya Alloh ada titik temu yang selama ini dianggap kurang benar Dimata masyarakat . Semoga Alloh SWT merakhmati kita semua barakalloh aamiin ya Robal alamin. Terima kasih perhatiannya pada konten Chanel kami semoga kedepan kita bisa saling mengisi hidup ini dengan penuh damai dalam keberkahan Alloh SWT aamiin ya Robal alamin.