Dok maaf, kebetulan saya profesi medical record mempunyai STR dan bekerja lebih 5 tahun di RS rujukan Utama dikota saya bukan RSUD. Dr Indrawan terlalu singkat menafsirkan perihal medical record, kalau berkenan tolong undang ibu medical record kami Gemala Hatta atau ketua PORMIKI. Sudah biasa profesi kami selalu disepelekan. Tapi setidaknya tolong teliti dulu sebelum berbicara, ini pemikiran saya sendiri jika rumah sakit kita tidak ingin tertinggal 20 tahun, rubah pasien nya bayar mandiri dan tidak asuransi. 👍 "Menurut (Hatta, 2013) rekam medis adalah merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien."
Dr indra bisa coba undang Founder Yayasan SIMRS Khanza. Beliau membuat sistem informasi rumah sakit gratis dan open source. Saat ini sistemnya sudah digunakan oleh lebih dari 1000 klinik dan rumah sakit
Secara teknis. Copy paste, database Antar RS bisa. Tapi tidak semudah itu. Data elektronik bentuknya bisa beda2, beda formatnya, beda sistem database, beda struktur data, beda interface, beda mesin. Belum lagi aturan/birokrasi RS dan vendor mesin. Harus ada 1 database milik pemerintah/terpusat. Untuk synchronize, Sehingga secara struktur datanya sama. Jadi apapun sistem yg dibuat akan membaca sumber data yg sama agar mudah untuk di develop. Yang nantinya bisa disajikan ke end-user dengan bentuk yg seragam, yg bisa diakses kapanpun dimanapun.
Oendapat pribadi saya, tenaga kesehatan itu sudah terbiasa berpikir dan pakai metodologi yg sudah proven dan bahkan kalau ada masalah harus cari referensi dulu dan dilarang coba-coba sejak masa pendidikan. Hal itu demi kepentingan keamanan pasien, jadi wajar jika kalau soal inovasi dan evolusi itu kami agak lambat. Bukan tidak mau berubah, tapi kebiasaan itu memang agak sulit dilepaskan.
Intinya yang di video itu benar kan. Jangan mencari kebenaran atas sebuah kesalahan. Jika sudah tau tertinggal kenapa masih gitu gitu aja?, Kenapa gak ada perubahan sama sekali. Komen anda membuktikan bahwa opini di video tersebut sangat benar
Perlu diakui memang sistem pelayanan kesehatan kita masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara maju, sebagai contoh elektronik medical reccord / paperless RM hanya rumah sakit tertentu saja yang sudah menjalankan hal ini karena banyak faktor antara lain budaya yang sudah terbiasa dengan kertas, faktor SDM yang belum terlatih, faktor pembiayaan pengadaan sistem elektronik medical record yang sampai saat ini cukup mahal belum ada sistem E RM yang di fasilitasi oleh pemerintah sehingga RS harus mengeluarkan dana cukup banyak untuk sistem ini.
Saya kebetulan bekerja di bidang klinik kesehatan juga. Pada beberapa tahun lalu, di salah satu kota, kami diminta tetap membuat data rekam medis kertas, padahal klinik kami sudah memiliki rekam medis di komputer/resume yang transfer-able atau email-able klo diminta pasien.
Selalu mw membandingkan negara maju, coba sih tanya ke angota dewan kenapa gak mw bandingin negara maju? Mereka gak berani wong negara maju anggaran kesehatannya bisa sampe 20% disini wakanda 5 % aja gak nyampe ngimpi wkwkwk
Terimakasih dok & dr. Mohon doanya, saat ini saya dan teman2 sedang membangun start up di bidang kesehatan. Semoga bisa berkontribusi untuk kesehatan seluruh masyarakat Indonesia
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Birokrasi is everything kalo ya:) semoga lebih baik lagi Indonesia-Ku semakin Adaptif dan Masif dengan pemanfaatan Teknologi... awal bulan juli kemaren ngurusin Taspen Almarhumah ibu aja harus keluar kota cuman sekedar formulir doang dan harus balik lagi untuk nyerahin formulir itu beserta dokumen pendukung lainnya yang luar biasa panjangnya bahkan nunggu ttd tiap kepala jga smpe berhari-hari dan alhamdulillah dari birokrasi yang panjang itu kurang lebih 10 hari lebih bresnya....
Wah, jarang2 dapat insight dari direktur RS 4:48 Betul, saya berharap kedepan rekam medis bisa integrated sih. Supaya kalau ada tindakan di RS lain, bisa tahu tanpa kontak RS homebase. Kecuali Faskes BPJS harusnya sudah integrated sih
iya sih, pasti mempermudah nakes klo kya gt, jadi ga ada namanya pasien dengan penyakit infeksius menyembunyikan pengakitnya. tapi Indonesia masih kurang soal keamanan data jadi ga bisa ngebayangin kalo data itu bocor dan dijual di Dark Web
@@anaziz83 Kalau sampai bocor di dark web saya rasa ga sampai segitunya sih. Betul kata narasumbernya, regulasinya terlalu alot & buang banyak waktu. Yang di luar negeri malah udah riset AI utk deteksi penyakit. Kalau lihat di startup narasumbernya, udah lumayan. Kerjasama dgn klinik, dgn harapan rekam medisnya bisa terintegrasi antara klinik lain yang bekerjasama. Tinggal ditembus tingkat RS. Tapi ya balik lagi, regulasi alot itu tadi.
Sudah ada framework yg secara gratis bisa dipakai oleh seluruh rumah sakit dan bebas mengembangkan nya.. Namanya SIMRSKhanza, dan itu GRATIS TOTAL tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk digitalisasi rumah sakit, semua tergantung rumah sakitnya...
Akhirnya ada juga dari kesehatan membahas teknologi, dulu saya ingin membuat apa yang dipikirkan dr. Eko Nugroho kesehatan terhubung karena saya basic nya juga dari jurusan Rekam Medis ditambah saya juga ada sedikit ilmu tentang start up. Di rumah sakit itu sangat kompleks namun bukan tidak mungkin menciptakan data pasien saling terhubung antar rumah sakit, sebetulnya teknologi ini sudah ada yaitu sistem v-claim nya BPJS namun itu tidak detail seperti apa yang di inginkan para dokter contohnya di dalam aplikasi tersebut tidak memuat resume medis pasien yang pastinya akan sulit untuk mengetahui riwayat pemeriksaan pasien sebelumnya. Sebeutlnya kita bisa saja membuat EMR (Elektronik Medical Record) namun karna banyak faktor untuk membuat EMR ini yang cukup kompleks, mulai dari SDM yang belum terlatih masih terikat dengan cara kerja konvesional yang masih mengunakan kertas dan pulpen, Sistem yang sudah ada dari tiap instalasi seperti farmasi, lab, radiologi dll, dari management kadang punya suara sendiri terhadap sistem, yang mana ini akan menjadi sulit lah untuk bergabung dengan EMR, dan juga sekarang di pendaftaran harus bridging dengan bpjs yang saya rasa ini sih bukan sebuah masalah yang cukup besar untuk rumah sakit namun jika dari rs blm punya IT yang paham akan hal ini tentunya akan menjadi kesulitan. Namun jika ini tercipta dan di adopsi oleh seluruh rumah sakit rasanya semua solusi akan terselesaikan, pasien bisa dengan mudah mendaftar, pasien juga bisa terkontrol dengan baik oleh faskes, rumah sakit tidak akan terdampak mengenai pelayanan yang kurang maksimal, dokter akan mendiagnosa penyakit karna riwayat pasienya jelas dan lain lian dan lain lain. Sebetulnya ini masuk kategori big data yang mana pemerintah atau kemkes bisa lebih memperhatikan hal ini karna rumah sakit dengan kemajuan teknologi itu adalah suatu keharusan jika kita tidak kita akan selalu tertinggal dengan negara lain maka dari itu harapanya dari kemkes bisa membuat master plan di bidang kesehatan. dan perhatikan juga kesejahteraan para nakes
Regulasi rumah sakit itu sangat sulit. Bukan cuma Karena resistensi orng2 di dalamnya tetapi kekkuan regulasinya... Gak heran rumah sakit sulit sih bergerak
Si paling ngerti, emang kamu kerja dRS? Masalah utama rs itu karna kekurangan biaya mw ngehire ahli IT aja mikir2 wong bayar tenaga kesehatannya aja kurang, mesti mikir pengehematan, anggaran kesehatan dari APBN aja dibawah 5% mw bandingin anggaran kesehatan negara maju? Wkwkwk jgn sok ngerti lah BPJS naik terus iuran tp bayaran ke rs/klinik gak pernah naik
Kesehatan seharusnya terdiri dari dua Spirit, Pengabdian pada Kemanusian dan Bisnis , kedua nya wajib seImbang.. Jika terlalu Bisnis, apapun di ukur yang, jika terlalu mengabdi, keuangan surut
Menarik banget pembahasannya pak, disrupsi di dunia kesehatan. Usul, next bahan topik disrupsi di data administrasi negara Pak, termasuk keperluan yg terkait kepolisian dll
Wah ini cita2 saya dari dulu, data medis penting banget karena bisa meminimalisir keterlambatan atau bahkan kesalahan diagnosa, kejadian seperti ibu saya yg punya riwayat alergi obat namun tidak mengerti hal tersebut, waktu itu beliau berobat ke salah satu dokter, malah mulut bengkak2 dan tidak bs makan, karena ketidaktahuannya beliau pindah dokter lain dan malah tambah parah, baru setelah kuceritakan tentang kemungkinan alergi obat, beliau bawa obat sisa ke dokter selanjutnya, dan ternyata benar kejadian alergi obat yg menyebabkan fatality juga banayak terjadi waktu saya melakukan riset kecil2an di Indonesia maka keinginan saya adalah 1 data rekam medis yg bisa diakses oleh tenaga pendidik dimanapun, dan dengan tingkat keamanan yg sangat baik (karena waktu di kelas startup mentor pernah bilang sampai kapanpun ga akan disetujui ide kayak igut karena menyangkut data sensitif, bahkan sangat sensitif)
Memang hrsnya rekam medis adalah hak pasien... Kalo tdk salah resume dokter2 sdh dimudahkan pengkategorian jenis penyakit namanya ICD-10... Mungkin itu bs lebih serius utk dibuat dasar data... Ayo maju terus IT di Indonesia....
Semogaa rumah sakit ataupun klinik di negara kita semakin maju, sehingga tdk terjadi peristiwa serangan virus covid yg membuat pasien tdk tertangani hingga meninggal dunia,
Ini bagus sekali untuk langkah awal dimana sistem kesehatan di Indonesia sistem tingkatan klinik sampai ke layanan di RS. jadi dokter dokter umum yang ada di klinik aalah gate keeper, dimana infomasi Rekam Medis awal akan tersimpan. saat di rujuk ke RS. para dokter spesialis malah akan bertanya banyak kepada dokter Gate keeper yaitu dokter Umum. ini kedepannya akan mencipakan kinerja layanan kesehatan yang sinergis antara klinik dan Rumah sakit, dimana nanti data Rekam Medisnya akan pelan pelan akan syncronize. bahkan nanti dalam pelayanyan penunjang medis yang dirujuk ke RS oleh klinik secara update akan bisa diakses oleh klinik yang merujuk pasien ke RS tersembut. hasilnya warga negara indonesia akan mudah akses dan terlayanai di manapun karana para gate keeper di klinik berperan sangat tinggi dan penting dalam memberikian informasi dan bekerjasama dengan Rumah sakti dimanapun.
Mantap dok, Coba Wawancara dokter Marshell dari Chief dokter Yesdok, yang jadi Dokter Keluarga Indonesia Juga (yang sekarang baru ada Di Indonesia spesialisnya)
baru tahun ini kemenkes akan memberlakukan program SATU SEHAT, data atau history pasien dapat diakes rumah sakit, terintegrasi jadi satu dari kemenkes,
Bgus ni..jika rekam medis pasen bisa terintegrasi dg sistem yg mumpuni,, pastinya aintem data pribadi masyarakat bisa jg pastinya,, tantangannnya adlh keamanan dta tersebut
Setahu saya, data medis itu hak pasien, dan saat cek out, boleh kok minta dan simpan sendiri, jadi kalau pindah RS ya tunjukkin saja data medrec sebelumnya, jadi bukan salah RS sebelumnya tapi pasien nya yang menyalahkan pihak lain. Semoga menjadi terang.
Betul yang disampaikan oleh Dr. Eko Nugroho, Salah satu masalah terbesar dari industri kesehatan kita adalah data rekam jejak dr pasien tidak bisa di share atau SIMRSnya tidak bisa terintegrasi antara satu RS dengan RS lain yang grupnya berbeda, padahal kalo diintegrasikan oleh satu pihak (pihak ketiga) seperti pemerintah melalui Kementrian kesehatan bisa jadi akan mempercepat penanganan pasien dan mendiagnosa penyakit juga lebih mudah karena ada rekam medisnya. Semoga melalui podcast ini bisa terpecahkan salah satu challenge di industri kesehatan ini
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Salut buat dr.Eko N. Dokter yg masih muda dan kecil namun agile dalam menchallenge oportunity dari insight yg dicerna dalam masa menjabat direktur rs. Semoga start up Klinik Pintar semakin bertumbuh..jangan abaikan juga brand nya klinik pintar utk di branding agar memiliki brand equity yg "melangit".aamiin.
Thankyou banget dr. Eko dan Dr. Indra atas pemaparan materinya, semua yg dibahas relate bgt. Mulai dari Infrastruktur sampe dgn SDM yg ada sangat tertinggal jauh, termasuk di Rumah Sakit group besar yg notabene nya memiliki Sumber Daya Modal yg kuat. Semua bergerak untuk memberikan pelayanan yg cepat, tapi di RS untuk proses pulang dan menunggu obat saja bisa memakan waktu paling cepat 1 jam. Jika menggunakan kemajuan tekonologi dan big data yg ada, harusnya experience berobat itu bisa sangat cepat. Contoh, mulai dari proses pendaftaran. Harusnya sudah bisa terintegrasi, nasabah menggunakan apps RS untuk melakukan registrasi dan booking dokter yg ingin ditemuinya sehingga ketika sampai RS bisa lgsg bertemu dgn dokternya. Saat ini nasabah harus mengambil no antrian terlebih dahulu, lalu disuruh menunggu untuk ketemu dokter tersebut dan untuk itu saja sudah memakan waktu lama. Hal lainnya jg sudah disampaikan, bahwa sistem yg ada di RS itu tidak bisa saling baca/bicara sehingga perlu terobosan baru untuk industri ini memiliki 1 sistem yg terhubung dengan semua sehingga menjadi one stop solution.
Diharapkan dgn kemajuan teknologi di bidang kesehatan akan membawa benefit bagi masyarakat utk mendapatkan pelayanan kesehatan yg berkualitas, inklusif dan biaya yg terjangkau. Sehingga dapat mereformasi pelayanan kesehatan yg hanya berorientasi bisnis semata tanpa memperhatikan orientasi sosialdan kemanusiaan
34:00 harus proven dulu bener bgt pas bgt ketika gw di lapangan menawarkan apps ke nakes2 semua bilang nanti tunggu rs itu pakai saya ikut. padahal sudah ada 5 rs besar yang sudah tahap meeting untuk penggunaan. tiap kali meeting. problemnya ada di data. fix the data first. berarti udh harus jalan dulu bootstrap. atau sudah bisa di pakai apps nya. baru masukin penawaran ke rs itu experience ku. berat bgt kalau masih prototype apalagi gk ada pt atau cv. hanya di anggap bagi ide saja menurutku meskipun sudah di terima penawaranya. semoga ini bisa membantu agar bisa belajar dari experience saya ini.
Buat sy cuman 1 tantangan terberat buat disrupsi digital yaitu merubah mindset apalagi kalo ide disrupsi nya muncul dari pegawai tingkat bawah punya tantangan tersendiri #mytruestory
sy siap bantu untuk integrasi data antar aplikasi vertikal horizontal, jadi pasien bisa melihat rekam medis digital via web saja. membuat dokter lebih mudah mengisi data rekam medis pasien, bisa di scan dgn OCR tools, ataupun usecase tertentu sesuai kebutuhan RS / Klinik
Emng bner sih yg di katain sama dr. Eko, buat ke arah elektronik record medicine (rekam medis online) emng rada susah tapi bisa di coba pertama masalahnya dari biaya, kedua uji cobanya yg pasti lama blum lagi ada masalah ketika saat ada peralihan, blum lagi faktor2 lain, saya sebagai mahasiswa keperawatan melihat bahwa di pulau jawa aja bkal masih susah karena mungkin masih ada daerh2 yg blum optimal soal koneksi dan jaringan internetnya blum lagi soal di sarana dan prasarananya, apalagi di luar pulau jawa mungkin bakal lebih besar tantangannya, ;)
Isu terbesar rumah sakit itu terkait detailer yg kasih bonus besar2an ke pihak rumah sakit, dokter, apoteker, supaya memakai produknya. Ini yg menyebabkan ada pasien yg ga butuh obat/suplemen A tapi karena bonusnya besar maka obat/suplemen A di buat resep utk pasien yg ga membutuhkan obat/ suplemen tsb. Bagaimana solusi klinik pintar terhadap masalah ini?
35:15 wajar menurut saya pak kalau nunggu proven dulu baru mau adopsi. Kaya nya emang banyak orang yg begitu. Early adopters memang yg paling bersedia jadi “korban” percobaan. Mereka yg mau nyoba hal baru dan sabar dgn proses development hal baru. Dan untuk suatu disrupsi biar bisa diterima yaa harus melalui early adopters ini sih… Nah untung aja ada dr. Eko yg mau memulai hahaha
Saya pas mau rujuk RS dulu minta berkas RM termasuk hasil lab & foto & bacaan hasil radiologi. Dan memang dikasih kalo minta tapi ketika rujuk balik disuruh dikembalikan sama kalo selesai kontrol rawat jalan di RS itu ketika mau pulang itu dikembalikan ke pihak RS nya.
Disparitas dlm dunia kesehatan masih tinggi, blm lagi budaya kerja nakes sangat konvensional bahkan dr pendidikan. Jd memang jarang nakes bisa gesit berinovasi dlm scope bisnis.
Data medis itu bersifat rahasia antara dokter dan pasien karena informasi penyakit pasien tidak boleh bersifat terbuka bisa merugikan fihak pasien karena pentakit itu bisa bersifat kelemahan individu yg bisa merusak privasi nya karena dianggap aib baik untuk karir rumah tsngga pasien atau bisa jadi peluang untuk lawan rival politik rival pekerjaan
Bagus itu, rekam medis terintegrasi meminimalisasi mal praktek dari tenaga medis atau lembaga medis. Buat lembaga terpusat seperti OJK atau BI utk kesehatan, dan semua lembaga medis atau dokter harus terhubung dengan lembaga terpusat.
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Lihat aja healthcare di US, masih gitu-gitu aja. Memang terkait manajemen data lebih baik. Tapi klo dilihat dari siklus bisnisnya masih sama dibanding jaman ibnu sina. Orang sakit, datang ke klinik, diperiksa, dikasih obat, trus pulang. Jadi disrupsi yang dibahas divideo lebih ke disrupsi manajemen data bukan disrupsi layanan kesehatan.
Elektronik medical record mahal mas....tarif dari bpjs cuma 150 ribu termasuk biaya obat, laboratorium, radiologi, konsultasi spesialis. Paket hemat RS di outsorching sama bpjs kaya cleaning servis om. Kalau buat server data digital lagi yg bisa yg modal gede spt siloam dan mitra....terus nasib RS lokal kecil bgmn? Ibarat pedagang kaki lima di suruh pake kasir digital ala hypermart.
cara kerja kesehatan lebih pakem, terstruktur dan standarisasi turun temurun, jadi kalo startup masuk ke kesehatan akan sulit sih, jenis manusia di startup dan kesehatan beda sifat dan karakter, wajar kalo klinik pintar masuk ke klinik dan sulit masuk ke rumah sakit, karena gw juga ngerasain yang sama
RS memang lucu sekali, ketika dunia perbankan sudah integrated, transportasi juga sudah integrated, dan banyak sektor industri maupun bisnis lainnya sudah integrated sehingga memudahkan bagi customer, namun sayang RS masih ada "tradisional" dan terkotak-kotak, contoh nyata ya dari MedRec yang masih belum bisa diakses anywhere and anytime. Menurut saya dunia kesehatan kita perlu dilakukan reformasi deh supaya lebih modern. Setuju ????
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Harusnya setiap rumah sakit berkewajiban menyerahkan hasil medical record pasien karena pasien menghasilkan data tersebut memang membayar bukan gratisan dari rumah sakit. Undang-Undang nya harus dirubah.
sekarang lagi ngalamin sendiri ini ruwetnya dirawat di RS 😂, dan kemaren barun ngomong juga, kalo rekam medik bisa dibawa-bawa kemana-mana ga bakal bergantung ke satu RS aja, anyway thanks disrupsinya dok, semoga ke depannya ga ada lagi pasien lari ke Singapore atau Malaysia 😊. Note : gara-gara nunggu kamar rawat inap aja, saya hampir mau dirawat juga saking lamanya 😂😂
🟡🦠🟡🦠🟡 saya membayangkan, peradaban manusia bumi d masa depan, pelayanan medis itu persis seperti pemadam kebakaran, siaga 24jam, pasien yg didatangi oleh tenaga medis & gratis (krn damkar/medis sdh digaji negara) ...... analoginya sederhana, jika ada rumah dokter yg terbakar hari minggu, jam 10 malam, Damkar pasti datang, jika jalan menuju lokasinya macet, diperbolehkan melawan arus,..... bahkan tdk hanya kebakaran, laporan ular di atap rumah, tawon vespa d pohon, HP masuk got pun bisa ditangani oleh damkar, dan tidak perlu ditanya "anda punya kartu ini, itu, dsb?" , intinya, pelapor harus segera ditangani ...... disatu sisi, jika ada keluarga anggota Damkar yg sakit, apakah bisa sewaktu2 menemui tenaga medis? misalnya, keluhan sakit gigi jam 10 malam .... belum lagi klo rumahnya jauh dan tdk punya kendaraan, dan tdk punya uang .... bgt pun jika butuh obat jam 11 malam, tentunya tdk semua penjual obat buka 24 jam bukan? intinya, baik damkar & pelayanan medis, semuanya menyangkut nyawa manusia, jadi sdh seharusnya ditangani dg cepat & gratis
Rekam medis pasien pasti di kasih ke pasien kalo keluar dari rumah sakit (Prosedurnya seperti itu), kalo ada yg ga ngejalankan brarti ada masalah dari RS tsb
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Harapan kami sebagai dokter untuk memberikan obat terbaik untuk pasiennya.. salah satunya dengan memilih merk tertentu. Contoh obat paracetamol, banyak sekali merk dari paten hingga generik (disesuaikan dengan preferensi pasien dan status ekonominya). sepengalaman kami, dengan dr tidak langsung menentukan merk/brand tertentu, justru membuka peluang “permainan” di tingkat pengadaan/farmasi.. Semoga kedepannya ada regulasi yang lebih baik
Telemedicine pakek metaverse seru nih,,,,dengan perlu dilengkapi alat pendeteksi suhu tekanan darah saturate O2, dan sistem blockchain utk RM mantep nih Medicaverse
Om.. Masukin ke noice dong.. Biar bisa denger materi-materinya sambil kerja.. Saya sebagai pengguna youtube gratisan agak kerepotan kalo mantengin nya di RUclips.. Makasih 🙃🙃
Klo di Salah satu RS Swasta ternama di Jogja, udh mulai menerapkan E-RM ini dok, dulu tahun 2018 sebelum saya resign dari RS itu kami udh belajar, jadi utk sementara (waktu itu) utk pencatatan Rekam Medis/Medical Record masih double, dikertas sma di laptop.
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
apakah industri kesehatan di nyatakan baik.. jika banyak masyarakat yg sakit dan berobat di rumah sakit.. atau banyak masyarakat yg sehat dan angka penyakit dapat di tekan seminim mungkin..
Dari mimik mereka berdua ketika membahas betapa susahnya bekerja sama dengan industri kesehatan besar seperti rumah sakit, seolah olah menyiratkan "tau lah ya susahnya dimana" tapi gabisa dikatakan. Hmm menarik dengan pernyataan "dokter itu unik" wkwkwk
Sulitnya open demand untuk dokter senior membuat resume di komputer, belum lagi pasien yang mengantri sudah banyak menuggu. Saya rasa Kemenkes harus berkolaborasi dengan Kominfo, seperti halnya dunia pendidikan yang sudah mulai untuk belajar online dari pada offline.
Rumah Sakit itu industri eksklusif. Direktur RS harus seorang dokter selain dokter tdk bs jadi direktur. Sehingga pola fikirnya di industri itu sgt kental medis minded. Yah wajar ngga maju2 dari sisi IT, Manajerial, Terobosan bisnis, dan lain2. Dibandingkan dengan industri lainnya. Di Pasar Modal aja ngga banyak yang masuk, kurang dari 20 RS.
Dok maaf, kebetulan saya profesi medical record mempunyai STR dan bekerja lebih 5 tahun di RS rujukan Utama dikota saya bukan RSUD.
Dr Indrawan terlalu singkat menafsirkan perihal medical record, kalau berkenan tolong undang ibu medical record kami Gemala Hatta atau ketua PORMIKI.
Sudah biasa profesi kami selalu disepelekan.
Tapi setidaknya tolong teliti dulu sebelum berbicara, ini pemikiran saya sendiri jika rumah sakit kita tidak ingin tertinggal 20 tahun, rubah pasien nya bayar mandiri dan tidak asuransi. 👍
"Menurut (Hatta, 2013) rekam medis adalah merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien."
Dr indra bisa coba undang Founder Yayasan SIMRS Khanza. Beliau membuat sistem informasi rumah sakit gratis dan open source. Saat ini sistemnya sudah digunakan oleh lebih dari 1000 klinik dan rumah sakit
up
Secara teknis.
Copy paste, database Antar RS bisa. Tapi tidak semudah itu.
Data elektronik bentuknya bisa beda2, beda formatnya, beda sistem database, beda struktur data, beda interface, beda mesin. Belum lagi aturan/birokrasi RS dan vendor mesin.
Harus ada 1 database milik pemerintah/terpusat. Untuk synchronize, Sehingga secara struktur datanya sama.
Jadi apapun sistem yg dibuat akan membaca sumber data yg sama agar mudah untuk di develop.
Yang nantinya bisa disajikan ke end-user dengan bentuk yg seragam, yg bisa diakses kapanpun dimanapun.
Oendapat pribadi saya, tenaga kesehatan itu sudah terbiasa berpikir dan pakai metodologi yg sudah proven dan bahkan kalau ada masalah harus cari referensi dulu dan dilarang coba-coba sejak masa pendidikan. Hal itu demi kepentingan keamanan pasien, jadi wajar jika kalau soal inovasi dan evolusi itu kami agak lambat. Bukan tidak mau berubah, tapi kebiasaan itu memang agak sulit dilepaskan.
Intinya yang di video itu benar kan. Jangan mencari kebenaran atas sebuah kesalahan. Jika sudah tau tertinggal kenapa masih gitu gitu aja?, Kenapa gak ada perubahan sama sekali. Komen anda membuktikan bahwa opini di video tersebut sangat benar
Alasan kamu...!!
Perlu diakui memang sistem pelayanan kesehatan kita masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara maju, sebagai contoh elektronik medical reccord / paperless RM hanya rumah sakit tertentu saja yang sudah menjalankan hal ini karena banyak faktor antara lain budaya yang sudah terbiasa dengan kertas, faktor SDM yang belum terlatih, faktor pembiayaan pengadaan sistem elektronik medical record yang sampai saat ini cukup mahal belum ada sistem E RM yang di fasilitasi oleh pemerintah sehingga RS harus mengeluarkan dana cukup banyak untuk sistem ini.
Saya kebetulan bekerja di bidang klinik kesehatan juga. Pada beberapa tahun lalu, di salah satu kota, kami diminta tetap membuat data rekam medis kertas, padahal klinik kami sudah memiliki rekam medis di komputer/resume yang transfer-able atau email-able klo diminta pasien.
Gak akan pernah selama pajak masuk medical instruments masih dikenakan pajak barang mewah. Gak masuk logika aja
Selalu mw membandingkan negara maju, coba sih tanya ke angota dewan kenapa gak mw bandingin negara maju? Mereka gak berani wong negara maju anggaran kesehatannya bisa sampe 20% disini wakanda 5 % aja gak nyampe ngimpi wkwkwk
Saya juga udah lama mikirin kenapa salah satu segmen hospitality kita yaitu Rumah Sakit dan Klinik tidak terdisrupsi
Terimakasih dok & dr. Mohon doanya, saat ini saya dan teman2 sedang membangun start up di bidang kesehatan. Semoga bisa berkontribusi untuk kesehatan seluruh masyarakat Indonesia
Aamiin. Barangkali butuh freelancer android developer mas? 😄
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Birokrasi is everything kalo ya:)
semoga lebih baik lagi Indonesia-Ku semakin Adaptif dan Masif dengan pemanfaatan Teknologi... awal bulan juli kemaren ngurusin Taspen Almarhumah ibu aja harus keluar kota cuman sekedar formulir doang dan harus balik lagi untuk nyerahin formulir itu beserta dokumen pendukung lainnya yang luar biasa panjangnya bahkan nunggu ttd tiap kepala jga smpe berhari-hari dan alhamdulillah dari birokrasi yang panjang itu kurang lebih 10 hari lebih bresnya....
Wah, jarang2 dapat insight dari direktur RS
4:48 Betul, saya berharap kedepan rekam medis bisa integrated sih. Supaya kalau ada tindakan di RS lain, bisa tahu tanpa kontak RS homebase. Kecuali Faskes BPJS harusnya sudah integrated sih
iya sih, pasti mempermudah nakes klo kya gt, jadi ga ada namanya pasien dengan penyakit infeksius menyembunyikan pengakitnya. tapi Indonesia masih kurang soal keamanan data jadi ga bisa ngebayangin kalo data itu bocor dan dijual di Dark Web
@@anaziz83 Kalau sampai bocor di dark web saya rasa ga sampai segitunya sih. Betul kata narasumbernya, regulasinya terlalu alot & buang banyak waktu. Yang di luar negeri malah udah riset AI utk deteksi penyakit.
Kalau lihat di startup narasumbernya, udah lumayan. Kerjasama dgn klinik, dgn harapan rekam medisnya bisa terintegrasi antara klinik lain yang bekerjasama. Tinggal ditembus tingkat RS. Tapi ya balik lagi, regulasi alot itu tadi.
Sudah ada framework yg secara gratis bisa dipakai oleh seluruh rumah sakit dan bebas mengembangkan nya..
Namanya SIMRSKhanza, dan itu GRATIS TOTAL tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk digitalisasi rumah sakit, semua tergantung rumah sakitnya...
Akhirnya ada juga dari kesehatan membahas teknologi, dulu saya ingin membuat apa yang dipikirkan dr. Eko Nugroho kesehatan terhubung karena saya basic nya juga dari jurusan Rekam Medis ditambah saya juga ada sedikit ilmu tentang start up. Di rumah sakit itu sangat kompleks namun bukan tidak mungkin menciptakan data pasien saling terhubung antar rumah sakit, sebetulnya teknologi ini sudah ada yaitu sistem v-claim nya BPJS namun itu tidak detail seperti apa yang di inginkan para dokter contohnya di dalam aplikasi tersebut tidak memuat resume medis pasien yang pastinya akan sulit untuk mengetahui riwayat pemeriksaan pasien sebelumnya. Sebeutlnya kita bisa saja membuat EMR (Elektronik Medical Record) namun karna banyak faktor untuk membuat EMR ini yang cukup kompleks, mulai dari SDM yang belum terlatih masih terikat dengan cara kerja konvesional yang masih mengunakan kertas dan pulpen, Sistem yang sudah ada dari tiap instalasi seperti farmasi, lab, radiologi dll, dari management kadang punya suara sendiri terhadap sistem, yang mana ini akan menjadi sulit lah untuk bergabung dengan EMR, dan juga sekarang di pendaftaran harus bridging dengan bpjs yang saya rasa ini sih bukan sebuah masalah yang cukup besar untuk rumah sakit namun jika dari rs blm punya IT yang paham akan hal ini tentunya akan menjadi kesulitan. Namun jika ini tercipta dan di adopsi oleh seluruh rumah sakit rasanya semua solusi akan terselesaikan, pasien bisa dengan mudah mendaftar, pasien juga bisa terkontrol dengan baik oleh faskes, rumah sakit tidak akan terdampak mengenai pelayanan yang kurang maksimal, dokter akan mendiagnosa penyakit karna riwayat pasienya jelas dan lain lian dan lain lain.
Sebetulnya ini masuk kategori big data yang mana pemerintah atau kemkes bisa lebih memperhatikan hal ini karna rumah sakit dengan kemajuan teknologi itu adalah suatu keharusan jika kita tidak kita akan selalu tertinggal dengan negara lain maka dari itu harapanya dari kemkes bisa membuat master plan di bidang kesehatan. dan perhatikan juga kesejahteraan para nakes
Regulasi rumah sakit itu sangat sulit. Bukan cuma Karena resistensi orng2 di dalamnya tetapi kekkuan regulasinya... Gak heran rumah sakit sulit sih bergerak
Si paling ngerti, emang kamu kerja dRS? Masalah utama rs itu karna kekurangan biaya mw ngehire ahli IT aja mikir2 wong bayar tenaga kesehatannya aja kurang, mesti mikir pengehematan, anggaran kesehatan dari APBN aja dibawah 5% mw bandingin anggaran kesehatan negara maju? Wkwkwk jgn sok ngerti lah BPJS naik terus iuran tp bayaran ke rs/klinik gak pernah naik
Narasumber nya kompeten dan bicara nya nggak kaku kayak dokter senior
Kesehatan seharusnya terdiri dari dua Spirit, Pengabdian pada Kemanusian dan Bisnis , kedua nya wajib seImbang.. Jika terlalu Bisnis, apapun di ukur yang, jika terlalu mengabdi, keuangan surut
Menarik banget pembahasannya pak, disrupsi di dunia kesehatan. Usul, next bahan topik disrupsi di data administrasi negara Pak, termasuk keperluan yg terkait kepolisian dll
Wah ini cita2 saya dari dulu, data medis penting banget karena bisa meminimalisir keterlambatan atau bahkan kesalahan diagnosa, kejadian seperti ibu saya yg punya riwayat alergi obat namun tidak mengerti hal tersebut,
waktu itu beliau berobat ke salah satu dokter, malah mulut bengkak2 dan tidak bs makan, karena ketidaktahuannya beliau pindah dokter lain dan malah tambah parah, baru setelah kuceritakan tentang kemungkinan alergi obat, beliau bawa obat sisa ke dokter selanjutnya, dan ternyata benar
kejadian alergi obat yg menyebabkan fatality juga banayak terjadi waktu saya melakukan riset kecil2an di Indonesia
maka keinginan saya adalah 1 data rekam medis yg bisa diakses oleh tenaga pendidik dimanapun, dan dengan tingkat keamanan yg sangat baik (karena waktu di kelas startup mentor pernah bilang sampai kapanpun ga akan disetujui ide kayak igut karena menyangkut data sensitif, bahkan sangat sensitif)
Memang hrsnya rekam medis adalah hak pasien... Kalo tdk salah resume dokter2 sdh dimudahkan pengkategorian jenis penyakit namanya ICD-10... Mungkin itu bs lebih serius utk dibuat dasar data... Ayo maju terus IT di Indonesia....
Suaranya kurang bagus ya, trouble di mic nya kah?
Iya, suaranya agak kresek
iya
Padahal di openingnya bagus kok
Kayaknya cuma pake 1 Mic ya... Mestinya pake 2 Mic
setting equalizer
Semoga industri medical Kita bisa menyusul dengan negara maju. Aamiin 🤲
Semogaa rumah sakit ataupun klinik di negara kita semakin maju, sehingga tdk terjadi peristiwa serangan virus covid yg membuat pasien tdk tertangani hingga meninggal dunia,
Nikmatin banget podcast dan ilmunya, tapi sayang suara dr Eko mendem dari menit 27:30.
Ini bagus sekali untuk langkah awal dimana sistem kesehatan di Indonesia sistem tingkatan klinik sampai ke layanan di RS. jadi dokter dokter umum yang ada di klinik aalah gate keeper, dimana infomasi Rekam Medis awal akan tersimpan. saat di rujuk ke RS. para dokter spesialis malah akan bertanya banyak kepada dokter Gate keeper yaitu dokter Umum. ini kedepannya akan mencipakan kinerja layanan kesehatan yang sinergis antara klinik dan Rumah sakit, dimana nanti data Rekam Medisnya akan pelan pelan akan syncronize. bahkan nanti dalam pelayanyan penunjang medis yang dirujuk ke RS oleh klinik secara update akan bisa diakses oleh klinik yang merujuk pasien ke RS tersembut. hasilnya warga negara indonesia akan mudah akses dan terlayanai di manapun karana para gate keeper di klinik berperan sangat tinggi dan penting dalam memberikian informasi dan bekerjasama dengan Rumah sakti dimanapun.
Mantap dok, Coba Wawancara dokter Marshell dari Chief dokter Yesdok, yang jadi Dokter Keluarga Indonesia Juga (yang sekarang baru ada Di Indonesia spesialisnya)
Chanel ini menyajikan informasi yg sangat berkualitas untuk org org yg kritis, bahkan pelajar setingkat sma mudah di pahami bahasanya
baru tahun ini kemenkes akan memberlakukan program SATU SEHAT, data atau history pasien dapat diakes rumah sakit, terintegrasi jadi satu dari kemenkes,
Bgus ni..jika rekam medis pasen bisa terintegrasi dg sistem yg mumpuni,, pastinya aintem data pribadi masyarakat bisa jg pastinya,, tantangannnya adlh keamanan dta tersebut
Bukan ketinggalan bro, orang2 nya resek.
Setahu saya, data medis itu hak pasien, dan saat cek out, boleh kok minta dan simpan sendiri, jadi kalau pindah RS ya tunjukkin saja data medrec sebelumnya, jadi bukan salah RS sebelumnya tapi pasien nya yang menyalahkan pihak lain. Semoga menjadi terang.
Menarik sekali, antara sdmnya yg belum mampu atau memang birokrasinya yg kolot
Betul yang disampaikan oleh Dr. Eko Nugroho, Salah satu masalah terbesar dari industri kesehatan kita adalah data rekam jejak dr pasien tidak bisa di share atau SIMRSnya tidak bisa terintegrasi antara satu RS dengan RS lain yang grupnya berbeda, padahal kalo diintegrasikan oleh satu pihak (pihak ketiga) seperti pemerintah melalui Kementrian kesehatan bisa jadi akan mempercepat penanganan pasien dan mendiagnosa penyakit juga lebih mudah karena ada rekam medisnya. Semoga melalui podcast ini bisa terpecahkan salah satu challenge di industri kesehatan ini
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Singapura n malaysia menunggu,
Yg jauh kuba paling banyak ekspor dokter
Salut buat dr.Eko N. Dokter yg masih muda dan kecil namun agile dalam menchallenge oportunity dari insight yg dicerna dalam masa menjabat direktur rs. Semoga start up Klinik Pintar semakin bertumbuh..jangan abaikan juga brand nya klinik pintar utk di branding agar memiliki brand equity yg "melangit".aamiin.
Thankyou banget dr. Eko dan Dr. Indra atas pemaparan materinya, semua yg dibahas relate bgt. Mulai dari Infrastruktur sampe dgn SDM yg ada sangat tertinggal jauh, termasuk di Rumah Sakit group besar yg notabene nya memiliki Sumber Daya Modal yg kuat. Semua bergerak untuk memberikan pelayanan yg cepat, tapi di RS untuk proses pulang dan menunggu obat saja bisa memakan waktu paling cepat 1 jam. Jika menggunakan kemajuan tekonologi dan big data yg ada, harusnya experience berobat itu bisa sangat cepat.
Contoh, mulai dari proses pendaftaran. Harusnya sudah bisa terintegrasi, nasabah menggunakan apps RS untuk melakukan registrasi dan booking dokter yg ingin ditemuinya sehingga ketika sampai RS bisa lgsg bertemu dgn dokternya. Saat ini nasabah harus mengambil no antrian terlebih dahulu, lalu disuruh menunggu untuk ketemu dokter tersebut dan untuk itu saja sudah memakan waktu lama.
Hal lainnya jg sudah disampaikan, bahwa sistem yg ada di RS itu tidak bisa saling baca/bicara sehingga perlu terobosan baru untuk industri ini memiliki 1 sistem yg terhubung dengan semua sehingga menjadi one stop solution.
Kalo ada yg lambat knp hrs yg cepat?
Diharapkan dgn kemajuan teknologi di bidang kesehatan akan membawa benefit bagi masyarakat utk mendapatkan pelayanan kesehatan yg berkualitas, inklusif dan biaya yg terjangkau. Sehingga dapat mereformasi pelayanan kesehatan yg hanya berorientasi bisnis semata tanpa memperhatikan orientasi sosialdan kemanusiaan
Bro Eko emang juaraaaa🎉🎉🎉🎉
Menariksekali gratis.. Smoga sukses klinik pintarnya dan kesehatan indonesia makin baik
34:00 harus proven dulu bener bgt pas bgt ketika gw di lapangan menawarkan apps ke nakes2
semua bilang nanti tunggu rs itu pakai saya ikut. padahal sudah ada 5 rs besar yang sudah tahap meeting untuk penggunaan.
tiap kali meeting.
problemnya ada di data. fix the data first.
berarti udh harus jalan dulu bootstrap. atau sudah bisa di pakai apps nya. baru masukin penawaran ke rs
itu experience ku.
berat bgt kalau masih prototype apalagi gk ada pt atau cv.
hanya di anggap bagi ide saja menurutku
meskipun sudah di terima penawaranya.
semoga ini bisa membantu agar bisa belajar dari experience saya ini.
Materinya bagus, penyampaian jelas ..
Terimakasih dokter 🙏🏻
Semakin berkembang ya dok dunia kesehatan 🙏🏻
Buat sy cuman 1 tantangan terberat buat disrupsi digital yaitu merubah mindset apalagi kalo ide disrupsi nya muncul dari pegawai tingkat bawah punya tantangan tersendiri #mytruestory
That's why kemenkes saat ini bukan dihandle oleh dokter, "it's a different game"...nice.
Terima kasih dok, penjelasannya sangat bagus terkait dunia kesehatan ini
sy siap bantu untuk integrasi data antar aplikasi vertikal horizontal, jadi pasien bisa melihat rekam medis digital via web saja. membuat dokter lebih mudah mengisi data rekam medis pasien, bisa di scan dgn OCR tools, ataupun usecase tertentu sesuai kebutuhan RS / Klinik
Emng bner sih yg di katain sama dr. Eko, buat ke arah elektronik record medicine (rekam medis online) emng rada susah tapi bisa di coba pertama masalahnya dari biaya, kedua uji cobanya yg pasti lama blum lagi ada masalah ketika saat ada peralihan, blum lagi faktor2 lain, saya sebagai mahasiswa keperawatan melihat bahwa di pulau jawa aja bkal masih susah karena mungkin masih ada daerh2 yg blum optimal soal koneksi dan jaringan internetnya blum lagi soal di sarana dan prasarananya, apalagi di luar pulau jawa mungkin bakal lebih besar tantangannya, ;)
Isu terbesar rumah sakit itu terkait detailer yg kasih bonus besar2an ke pihak rumah sakit, dokter, apoteker, supaya memakai produknya. Ini yg menyebabkan ada pasien yg ga butuh obat/suplemen A tapi karena bonusnya besar maka obat/suplemen A di buat resep utk pasien yg ga membutuhkan obat/ suplemen tsb. Bagaimana solusi klinik pintar terhadap masalah ini?
35:15 wajar menurut saya pak kalau nunggu proven dulu baru mau adopsi. Kaya nya emang banyak orang yg begitu. Early adopters memang yg paling bersedia jadi “korban” percobaan. Mereka yg mau nyoba hal baru dan sabar dgn proses development hal baru. Dan untuk suatu disrupsi biar bisa diterima yaa harus melalui early adopters ini sih…
Nah untung aja ada dr. Eko yg mau memulai hahaha
at least kita bisa mengejar ketinggalan kita dari layanan kesehatan singapura & malaysia
Pak, ini keren banget!!!! Sukses terus buat Klinik Pintar!!!
Distrupsi yg paling penting di kampusnya untuk rubah mindset.
Dokter luar negeri merasa bingung krn masih banyak resep racikan daripada obat paten.
Saya pas mau rujuk RS dulu minta berkas RM termasuk hasil lab & foto & bacaan hasil radiologi. Dan memang dikasih kalo minta tapi ketika rujuk balik disuruh dikembalikan sama kalo selesai kontrol rawat jalan di RS itu ketika mau pulang itu dikembalikan ke pihak RS nya.
sekarang udah begitu, data seluruh rs di indonesia dikumpulin ke satu sehat
Disparitas dlm dunia kesehatan masih tinggi, blm lagi budaya kerja nakes sangat konvensional bahkan dr pendidikan. Jd memang jarang nakes bisa gesit berinovasi dlm scope bisnis.
Digitalisasi itu bagus pak asal comply ke CFR 21 part 11. Apalagi di highly regulated industry.
Kuliah S1 S2 S3 Seakan sia sia tak berguna. Klo kita masih tertinggal.
Percuma pada kuliah. Klo gak membawa kemajuan buat bangsa ini
Data medis itu bersifat rahasia antara dokter dan pasien karena informasi penyakit pasien tidak boleh bersifat terbuka bisa merugikan fihak pasien karena pentakit itu bisa bersifat kelemahan individu yg bisa merusak privasi nya karena dianggap aib baik untuk karir rumah tsngga pasien atau bisa jadi peluang untuk lawan rival politik rival pekerjaan
Bagus itu, rekam medis terintegrasi meminimalisasi mal praktek dari tenaga medis atau lembaga medis. Buat lembaga terpusat seperti OJK atau BI utk kesehatan, dan semua lembaga medis atau dokter harus terhubung dengan lembaga terpusat.
Pak menteri BGS sudah mulai merencanakan satu pasien satu data.
Semoga bisa seperti di singapura, IHIS singapura.
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Kebetulan hari ini kemenkes baru rilis IHS , govtech healthcare sevice buat integrasi data health services
Lihat aja healthcare di US, masih gitu-gitu aja. Memang terkait manajemen data lebih baik. Tapi klo dilihat dari siklus bisnisnya masih sama dibanding jaman ibnu sina. Orang sakit, datang ke klinik, diperiksa, dikasih obat, trus pulang.
Jadi disrupsi yang dibahas divideo lebih ke disrupsi manajemen data bukan disrupsi layanan kesehatan.
Elektronik medical record mahal mas....tarif dari bpjs cuma 150 ribu termasuk biaya obat, laboratorium, radiologi, konsultasi spesialis. Paket hemat RS di outsorching sama bpjs kaya cleaning servis om. Kalau buat server data digital lagi yg bisa yg modal gede spt siloam dan mitra....terus nasib RS lokal kecil bgmn? Ibarat pedagang kaki lima di suruh pake kasir digital ala hypermart.
Kalo berobat instal myclinic dulu😁
Salam.
Bang bikin video bahas tentang coin pi network donk bg. Ane kurang puas liat pembahasan youtuber yg lain
alhamdulilah bisa dapat ilmu ini
cara kerja kesehatan lebih pakem, terstruktur dan standarisasi turun temurun, jadi kalo startup masuk ke kesehatan akan sulit sih, jenis manusia di startup dan kesehatan beda sifat dan karakter, wajar kalo klinik pintar masuk ke klinik dan sulit masuk ke rumah sakit, karena gw juga ngerasain yang sama
RS memang lucu sekali, ketika dunia perbankan sudah integrated, transportasi juga sudah integrated, dan banyak sektor industri maupun bisnis lainnya sudah integrated sehingga memudahkan bagi customer, namun sayang RS masih ada "tradisional" dan terkotak-kotak, contoh nyata ya dari MedRec yang masih belum bisa diakses anywhere and anytime. Menurut saya dunia kesehatan kita perlu dilakukan reformasi deh supaya lebih modern. Setuju ????
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Coba yg di bahas itu kenapa hasil lab kurang dipercaya dokter luar negeri
Harus kerja sama
Suara dr Eko agak mendem di menit ke 35. Kl suara host stabil clear. Contntent, ok beet 👍
Konten yang bermanfaat
Harusnya setiap rumah sakit berkewajiban menyerahkan hasil medical record pasien karena pasien menghasilkan data tersebut memang membayar bukan gratisan dari rumah sakit.
Undang-Undang nya harus dirubah.
Mungkin karena BPJS pak.
keren opening nya, mantaaap
Belum pernah denger SatuMedis nih
BPJS platform yg cukup menjanjikan
sekarang lagi ngalamin sendiri ini ruwetnya dirawat di RS 😂, dan kemaren barun ngomong juga, kalo rekam medik bisa dibawa-bawa kemana-mana ga bakal bergantung ke satu RS aja, anyway thanks disrupsinya dok, semoga ke depannya ga ada lagi pasien lari ke Singapore atau Malaysia 😊. Note : gara-gara nunggu kamar rawat inap aja, saya hampir mau dirawat juga saking lamanya 😂😂
Puskesmas di daerah harusnya bisa di maksimalkan,
Jangankan data Rumah Sakit, data PMI saja masih terpisah antar daerah padahal satu nama PMI,, semoga Indonesia segera menyusul 👍
🟡🦠🟡🦠🟡 saya membayangkan, peradaban manusia bumi d masa depan, pelayanan medis itu persis seperti pemadam kebakaran, siaga 24jam, pasien yg didatangi oleh tenaga medis & gratis (krn damkar/medis sdh digaji negara) ......
analoginya sederhana, jika ada rumah dokter yg terbakar hari minggu, jam 10 malam, Damkar pasti datang, jika jalan menuju lokasinya macet, diperbolehkan melawan arus,..... bahkan tdk hanya kebakaran, laporan ular di atap rumah, tawon vespa d pohon, HP masuk got pun bisa ditangani oleh damkar, dan tidak perlu ditanya "anda punya kartu ini, itu, dsb?" , intinya, pelapor harus segera ditangani ...... disatu sisi, jika ada keluarga anggota Damkar yg sakit, apakah bisa sewaktu2 menemui tenaga medis? misalnya, keluhan sakit gigi jam 10 malam .... belum lagi klo rumahnya jauh dan tdk punya kendaraan, dan tdk punya uang .... bgt pun jika butuh obat jam 11 malam, tentunya tdk semua penjual obat buka 24 jam bukan?
intinya, baik damkar & pelayanan medis, semuanya menyangkut nyawa manusia, jadi sdh seharusnya ditangani dg cepat & gratis
bahas tentang kratindeng n red bull pak
di perhatikan dok mic nya kecil bgt di akhir2. semoga bisa lebih di perhatikan. trimaakasih
Rekam medis pasien pasti di kasih ke pasien kalo keluar dari rumah sakit (Prosedurnya seperti itu), kalo ada yg ga ngejalankan brarti ada masalah dari RS tsb
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
Harapan kami sebagai dokter untuk memberikan obat terbaik untuk pasiennya.. salah satunya dengan memilih merk tertentu. Contoh obat paracetamol, banyak sekali merk dari paten hingga generik (disesuaikan dengan preferensi pasien dan status ekonominya). sepengalaman kami, dengan dr tidak langsung menentukan merk/brand tertentu, justru membuka peluang “permainan” di tingkat pengadaan/farmasi..
Semoga kedepannya ada regulasi yang lebih baik
Telemedicine pakek metaverse seru nih,,,,dengan perlu dilengkapi alat pendeteksi suhu tekanan darah saturate O2, dan sistem blockchain utk RM mantep nih Medicaverse
Jika bahas inovasi, para mahasiswa2 Indonesia sebenrnya sudah bnyak inovasi ttg digitalisasi dalam dunia medis ini pak.
pernah minta rekam medis di salah satu RS di jakarta timur, karena mau lanjut rehab medis terapi di RS daerah, eeh bayar 400rb. hahaha..
Kami punya sistem digitalisasi rumah sakit, claim bpjs bisa sampai 100%
Penjelasan masalah Audio bang ,,Deddy cobu lg nunggu mic di service sebelah permak levis,,,sementara pake earphone kabel yg dimodifikasi dikit.
Om.. Masukin ke noice dong.. Biar bisa denger materi-materinya sambil kerja.. Saya sebagai pengguna youtube gratisan agak kerepotan kalo mantengin nya di RUclips.. Makasih 🙃🙃
Bahas lagi soal sistem layanan kesehatan... 😇
Klo di Salah satu RS Swasta ternama di Jogja, udh mulai menerapkan E-RM ini dok, dulu tahun 2018 sebelum saya resign dari RS itu kami udh belajar, jadi utk sementara (waktu itu) utk pencatatan Rekam Medis/Medical Record masih double, dikertas sma di laptop.
RS JIH bukan?
@@bonitaindahnuryanti6500 bukan kak
@@timotiusjefri3077 berarti Panti Rapih? tetep kepo
Dokter kalau buat resep obat harus Login, pakai ID dokter masing-masing, sehingga Resep obat yang buat terdata juga bisa di monitoring system dan dokter hanya meng-Input Kandungan Obat BUKAN MERK OBAT ( menghindarkan praktek sales industri obat ) , sehingga tidak ada resep tulis tangan (pengalaman dokter di australia )
@@kathlen76 ya begitulah kira-kira dok, gambarannya
nama belakangnya sama Nugroho, biasanya untuk bercanda bersama kawan bilangnya "sesama dari clan nugroho"
apakah industri kesehatan di nyatakan baik.. jika banyak masyarakat yg sakit dan berobat di rumah sakit..
atau banyak masyarakat yg sehat dan angka penyakit dapat di tekan seminim mungkin..
Dari mimik mereka berdua ketika membahas betapa susahnya bekerja sama dengan industri kesehatan besar seperti rumah sakit, seolah olah menyiratkan "tau lah ya susahnya dimana" tapi gabisa dikatakan. Hmm menarik dengan pernyataan "dokter itu unik" wkwkwk
Sulitnya open demand untuk dokter senior membuat resume di komputer, belum lagi pasien yang mengantri sudah banyak menuggu. Saya rasa Kemenkes harus berkolaborasi dengan Kominfo, seperti halnya dunia pendidikan yang sudah mulai untuk belajar online dari pada offline.
Yakin kominfo ?
Bang bahas Wakanda Forever
pak indrawan bahas Earth2 dong
Rumah Sakit itu industri eksklusif.
Direktur RS harus seorang dokter selain dokter tdk bs jadi direktur. Sehingga pola fikirnya di industri itu sgt kental medis minded. Yah wajar ngga maju2 dari sisi IT, Manajerial, Terobosan bisnis, dan lain2. Dibandingkan dengan industri lainnya. Di Pasar Modal aja ngga banyak yang masuk, kurang dari 20 RS.
Betul banget ini
pembahasannya bagus, tapi sayang Audio nya duh bikin ga enak buat di dengerin
Soal dunia rekam medik terintagrasi yah..
Koq gak ada orang IT nya ? Saya nagkepnya soal Sistem Informasi dan Pengelolaan Data Terpusat Serta Distribusinya Dalama Bidang Kesehatan. Hehehe...
Bahkan saya berani mengatakan Rumah Sakit Kita Tertinggal Hingga 50 Tahun
sama, saya mendevelop ERP rumah sakit sampe 2 tahun tidak dapat apa apa karena birokrasi terlalu berbelit belit