Saffa Channel
Saffa Channel
  • Видео 43
  • Просмотров 28 342

Видео

Sejarah Candi Borobudur | Candi Budha Terbesar di Dunia !!
Просмотров 2,6 тыс.16 часов назад
#sejarah #sejarahindonesia #education #history #candi #candiborobudur #borobudur
Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
Просмотров 2,4 тыс.14 дней назад
#sejarah #history #sejarahindonesia #islam #education #viralvideo
Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Sriwijaya !!
Просмотров 77821 день назад
Kerajaan Terbesar di Nusantara Yaitu Kerajaan Sriwijaya !! . . . #history #sejarah #sejarahindonesia #viralvideo #sriwijaya
Peran Penting Ki Hajar Dewantara Dalam Sejarah Pendidikan Indonesia
Просмотров 114Месяц назад
Sejarah tentang Peran Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangakan Kemerdekaan Indonesia Dalam Bidang Pendidikan !! #sejarah #sejarahindonesia #pendidikan #edukasi #kihajardewantara
"MEGATHRUST" Mengenal Apa Itu Bencana Gempa Megathrust !!
Просмотров 495Месяц назад
"MEGATHRUST" Mengenal Apa Itu Bencana Gempa Megathrust !!
Sejarah, Fakta dan Kontroversi yang Masih Menyisakan Tanda Tanya Dalam Peristiwa G 30 S PKI
Просмотров 106Месяц назад
Sejarah, Fakta dan Kontroversi yang Masih Menyisakan Tanda Tanya Dalam Peristiwa G 30 S PKI
Kisah Perjuangan Pangeran di Ponegoro Melawan Kolonial Belanda | Sejarah Pangeran Diponegoro
Просмотров 173Месяц назад
Kisah Perjuangan Pangeran di Ponegoro Melawan Kolonial Belanda | Sejarah Pangeran Diponegoro
Sejarah Berdiri dan Jatuhnya Kerajaan MAJAPAHIT | Majapahit Empire
Просмотров 608Месяц назад
Sejarah Berdiri dan Jatuhnya Kerajaan MAJAPAHIT | Majapahit Empire
Sejarah Perjuangan Kemerdekaan "Peran Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh"
Просмотров 97Месяц назад
Sejarah Perjuangan Kemerdekaan "Peran Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh"
Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Proklamasi 17 Agustus 1945
Просмотров 1322 месяца назад
Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Proklamasi 17 Agustus 1945

Комментарии

  • @MUSIKTOK38
    @MUSIKTOK38 9 часов назад

    Lanjut bg🎉

  • @AgusNawan-h6b
    @AgusNawan-h6b 16 часов назад

    Keren

  • @awanmendung77
    @awanmendung77 19 часов назад

    Terimakasi!! Sangat meningkatkan wawasan

    • @Saffa_channel
      @Saffa_channel 19 часов назад

      iya sama sama ka, support terus 🙏🏻

  • @RingTinju01
    @RingTinju01 2 дня назад

    Sukses selalu kakak ku 🙏🙏🙏

  • @Triana123-fn2zw
    @Triana123-fn2zw 4 дня назад

    Berbentuksepertibatoklkelapatengkurap😊

  • @imamsujoko9822
    @imamsujoko9822 5 дней назад

    Kalau borobudur peninggalan budha, kok masyarakat sekitar mayoritas muslim dari dulu.. Dan biksu budha itu gundul semua. Patung di borobudur berambut semua. Saya kira tak ada huubunganya dgn agama budha.

    • @Saffa_channel
      @Saffa_channel 4 дня назад

      tonton video sebelumnya kak tentang sejarah masuknya islam ke indonesia, semoga bisa membantu mmenjelaskan 🙏🏻

  • @Millygipong
    @Millygipong 5 дней назад

    Islam indon,ada lah,pengamal ilmu hitam,tidak mcm islam arab,kalo islam bangsa cina,sino cina juga,tahu,belakang tabir makan babi,mcm si ho

  • @erikbalya
    @erikbalya 5 дней назад

    Sekarang itu raja2 di akui dari bani alawi..😂 klem palsu...! Penyelewengan sejarah.

  • @DewaKrisnaVlog
    @DewaKrisnaVlog 5 дней назад

    wajar si jadi keajaiban dunia

  • @novaasriani6484
    @novaasriani6484 6 дней назад

    Bismillah... sejarah Islam Walisongo generasi pertama duta dakwah mengislamisasikan Dwipa Jawa pada masa kesultanan samudera pasai; Sayyid sultan Zainal Abidin bahian Syah 1 memerintah dr tahun 1349-1406 Masehi. Beliau mengirim duta dakwah/wali sepuh 2 orang ke pulau Jawa kerajaan Majapahit antara lain gelombang pertama ; 1) Maulana Ahmad Jamaluddin Husaini Al Akbar dari Mesir dan pernah bermukim di Samarkand usbekistan (laqabnya syekh Jumadil kubro) sebagai wajir/wakil sultan penguasa samudra pasai. dakwah dikalangan bangsawan ke keraton Trowulan Mojokerto Majapahit.punya 2 orang putra . 2) Maulana Muhammad Albakir (laqab syekh Subakir) dakwah dikalangan masyarakat jelata di lereng gunung Merapi. 3) Maulana Malik Ibrahim lahir di Mesir/ sunan Gresik/kakak. bin Maulana Ahmad Jamaluddin Husaini Al Akbar. 4) Maulana Isaq samarkan(lahir di Samarkan usbekistan)adik/(laqab syekh isaq Samarkandi) bin Maulana Ahmad Jamaluddin Husaini Al Akbar. Sebagai Tabib kesehatan di kerajaan samudra pasai. dakwah ke Jawa. 5) Maulana Muhammad Al magribi dari Maroko (murid imam Muhammad Ibnu Batutah) dakwah ke Jawa . 6) Maulana Malik Israil (dari Turki). 7) Maulana Muhammad Ali Al Akbar (dari Persia ) 8). Maulana Muhammad Aliuddin (dari palestina Al quds beliau menuntut ilmu di Ummul Quro Mekkah dakwah ke Jawa). 9). Maulana Muhammad Hasanuddin (dari palestina Al quds menuntut ilmu di Ummul Quro Mekkah dakwah ke Jawa)laqab syekh Quro beliau dakwah di Sunda pantai Karawang. Sumber :1 kitab risalah Al rihlah karya Ibnu Batutah. ..Gelombang ke 2 dan 3 yg dakwah ke Jawa: 1). sunan Ampel/Raden Rahmat/syekh Ali Rahmatullah dari kerajaan Islam jeumpa champa di beureun Aceh. 2) Syarif Hidayatullah/sunan gunung jati 1(lahir di Mesir) bin Syarif Abdullah umdatuddin penguasa Mesir bin Syarif Ali Nurul alim (zuriyatnya Sayidina Husein). Syarif Hidayatullah mertuanya Maulana Fatahillah. 3). Maulana Fadillah asmatkan/ Fatahillah/Falatehan/wong agung Sabrang/Raden bagus pasai lahir di pasai/loksomawe/samudra pasai tahun 1471 Masehi.tahun 1495-1510 mengabdi di kesultanan Malaka menjadi murid Terbaik dari panglima Hang Tuah. Pada tahun 1510-1521 menuntut ilmu di Ummul Quro Mekkah dan ke Turki. Pulang ke samudra pasai th 1521 m lalu ke pulau Jawa bergabung dengan pangeran Pati unus mengusir penjajah Portugis 22 Juni 1527 Masehi. Kemudian Fatahillah(laqab sunan gunung jati ke 2) menjadi menantu Syarif Hidayatullah/sunan gunung jati ke 1). Dan sebagai wakil sultan di kesultanan Cirebon.. Maulana Fatahillah meninggal dunia tahun 1570 m makamnya bersebelahan Persia dengan Syarif Hidayatullah/gelar sunan gunung jati ke1... sumber : RUclips kaffah channel... kebenaran dari Allah...kesalahan dari saya pribadi...semoga bermanfaat barakallah fikum.

  • @VatirKeparat
    @VatirKeparat 7 дней назад

    Mntp sih ka kren tentang sejarh

    • @Saffa_channel
      @Saffa_channel 7 дней назад

      siap ka makasih aku juga masih belajar

    • @VatirKeparat
      @VatirKeparat 7 дней назад

      @@Saffa_channel iyh ka bntu support nya jg🙏

  • @awanmendung77
    @awanmendung77 7 дней назад

    90+6=99

  • @duabelassatu
    @duabelassatu 7 дней назад

    Yap

  • @MbsPt-t9c
    @MbsPt-t9c 9 дней назад

    Alhamdulillah, ini vidio penuh makna dan hikmah. D dlm cerita ini penuh di dikasi dr nilai2 sisi kemanusiaan dan mengandung pelajaran hidup. Jgn sekali kali kita merendahkan sesuatu padahal d situ ada rshai yg kita tdk tahu. Arti nya kita jgn SOUZHON buruk sangka. Itu lah rahasia Illahi. Krn semua karya Tuhan yang maha Esa. Amin. Kutai kaltim hadir

    • @Saffa_channel
      @Saffa_channel 8 дней назад

      terimakasih kak !! support terus ya 🙏🏻

  • @mkdarhdm
    @mkdarhdm 9 дней назад

    Mantep video sejarahnya, dah saya tonton, like n subrek sbg dukungan

    • @Saffa_channel
      @Saffa_channel 8 дней назад

      iya terimakasih kak.. dukung terus ya biar lebih semangat lagi buat konten edukasi nya 🙏🏻

    • @mkdarhdm
      @mkdarhdm 8 дней назад

      @@Saffa_channel Sama2, saling dukung kwn..

    • @mkdarhdm
      @mkdarhdm 8 дней назад

      @@Saffa_channel Sama2, sling dukng kwn..

  • @Iqbal-py6sj
    @Iqbal-py6sj 16 дней назад

    "Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa... dari yang mulia Dapunta Selendra. Santanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya, Sampula adalah nama istrinya dari yang mulia Selendra". Teks ini adalah isi dari Prasasti Sojomerto yang ditemukan di desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan menggunakan bahasa Melayu kuno. berdasarkan taksiran analisis paleografi usia penulisan prasasti diperkirakan pada abad ke-9, bahkan L.C. Damais mengatakan lebih muda. Yaitu pada abad ke-10. Sebagian sejarawan mengaitkan prasasti ini dengan dinasti Sailendra dan menjadi cikal bakalnya dan menyebutkan wangsa Sailendra berasal dari Sumatra. Namun teori ini telah dibantah oleh sejarawan: Nama "Selendra" dari prasasti Sojomerto sepertinya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Sailendra. Disebutkan bahwa di situ ada kata hakairu dan daiva yang mempunyai diftong ai, sehingga seharusnya diftong itu juga digunakan dalam nama Dapunta Selendra. Selain itu, teori ini sudah usang karena tidak ada data keberadaan dinasti Sailendra di Sumatra lebih awal dari abad ke-9 (Nama Sailendra pertama kali muncul saat Balaputradewa pindah ke Sumatra), Sedangkan nama Sailendra sudah muncul pada abad ke-8 di Jawa. Hingga berkesimpulan wangsa Sailendra adalah asli dari pulau Jawa.

    • @Iqbal-py6sj
      @Iqbal-py6sj 16 дней назад

      Prasasti Sojomerto terletak di wilayah kekuasaan kerajaan bernama Keling pada sebelum abad 8M, dan Mataram atau Medang sesudah abad 8M. Sumber tentang kapan berdirinya Keling sangat jarang. Namun berita Cina menyebutkan pada sekira abad yang sama dengan berdirinya Tarumanegara, di pulau Jawa terdapat kerajaan lain. Menurut catatan Tripittaka, kitab suci Buddha berbahasa Tionghoa yang disusun sekitar 720M. Seorang Biksu Buddha bernama Gunawarman datang dari Kashmir ke kerajaan di pulau Jawa pada permulaan abad ke-5M atas undangan ibu suri. Gunawarman tinggal di Jawa selama kurang lebih 25 tahun (396-424M). I Tsing (635M-713M) mencatat bahwa seorang Pendeta Tionghoa, Hwuai-ning pada tahun 644M/645M, secara khusus berangkat dari Tiongkok menuju Ho-ling untuk menerjemahkan bagian penutup kitab Nirwanasutra, yang menguraikan pembakaran jenasah Buddha dan pengumpulan peninggalan-peningalannya. Dalam masa tiga tahun (664/5 - 667/8) upaya penerjemahan tersebut, Pendeta Hwuai-ning bekerjasama dengan seorang pendeta Ho-ling bernama Yoh-na-po-to-lo, yang kemudian oleh banyak sejarawan ditafsirkan sebagai Jnanabhadra sebagai bentuk nama Sanskerta. Ketika penerjemahan itu selesai, Hwui-ning memerintahkan pendeta muda Yun-ki untuk membawanya pulang ke Tiongkok. Setelah Yun-ki menyelesaikan tugasnya, ia berlayar kembali ke Ho-ling. Sesampainya di Ho-ling, Pendeta Hwui-ning telah berangkat ke India. Selanjutnya Yun-ki tinggal sepuluh tahun di negeri laut selatan (Ho-ling), menjadi murid Yoh-na-po-to-lo (Jnanabhadra). Ia mempelajari bahasa Ku-lun dan paham bahasa Sanskerta. Ketika I Tsing menulis bukunya ini, Yun-ki tinggal di Shih-li-fo-shih (Sriwijaya, Sumatra) dan berumur 30 tahun. Menurut kronik dinasti Tang: Ho-ling atau Shep'o (Jawa), terletak di laut selatan. Di sebelah timur Ho-ling adalah Po-li (Bali), di sebelah baratnya adalah To-p'o-teng (Sumatra). Sementara di utaranya adalah Chen-la (Kamboja). Dan di sebelah selatan adalah Samudra. Tembok kota dibuat dengan tonggak-tonggak kayu. Raja tinggal di sebuah bangunan besar bertingkat, beratapkan daun palem. Dan dia duduk di atas bangku yang terbuat dari gading. Dipergunakan pula tikar yang terbuat dari kulit bambu. Jika makan, orang tak menggunakan sendok atau sumpit. Tetapi dengan tangan saja. Penduduknya sudah mengenal tulisan dan mengerti sedikit tentang astronomi. Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas dan perak, cula badak dan gading. Kerajaan ini sangat makmur. Ada sebuah lubang tanah yang selalu mengeluarkan air garam. Penduduk membuat minuman keras dari bunga kelapa (atau bunga aren). Bunga pohon ini panjangnya dapat mencapai tiga kaki, dan besarnya sama dengan lengan orang. Bunga ini dipotong dan airnya ditampung untuk dijadikan minuman keras. Rasanya manis sekali, tetapi orang cepat mabuk dibuatnya. Di Ho-ling banyak perempuan yang berbisa. Apabila orang berhubungan intim dengan mereka, ia akan luka-luka bernanah dan mati. Tetapi mayatnya tidak membusuk. Di daerah pegunungan, ada daerah yang bernama Lang-pi-ya. Raja Ho-ling sering pergi ke sana untuk menikmati pemandangan ke arah laut. Apabila pada pertengahan musim panas orang mendirikan Gnomon setinggi 8 kaki, maka bayangannya akan jatuh ke sebelah selatannya, dan panjangnya mencapai 2 kaki. Pada masa Chen-Kuan (627M-649M), raja Ho-ling bersama raja To-ho-lo dan To-p'o-teng, mengirimkan utusan ke Cina untuk menyerahkan hadiah. Kaisar membalas dengan memberikan surat jawaban yang dibubuhi oleh cap kekaisaran. Dan ketika utusan dari To-ho-lo meminta kuda-kuda yang baik, permintaan itu dikabulkan oleh kaisar. Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun 666M, 667M, dan 668M. Utusan dari Ho-ling yang datang pada tahun 813M/815M mempersembahkan 4 orang budak, burung kakaktua yang beraneka ragam warnanya, burung p'in-chia dan benda-benda lain. Kaisar sangat berkenan hatinya dan memberikan anugerah gelar kehormatan kepada utusan itu. Utusan itu memohon agar gelar kehormatan itu diberikan saja kepada adiknya. Kaisar sangat terkesan dengan sikap itu dan memberikan gelar kehormatan kepada keduanya. Pada tahun 674M kerajaan ini menobatkan seorang perempuan sebagai ratu. Yaitu ratu Hsi-mo (Sima). Pemerintahannya meskipun sangat keras, akan tetapi sangat adil. Barang-barang yang terjatuh di jalan tidak ada yang berani menyentuhnya. Pada waktu itu orang-orang Ta-shih (Arab) mendengar berita itu. Ia mengirim pundi-pundi emas untuk diletakan di jalan, di negeri ratu Hsi-mo. Setiap orang yang melewatinya akan menyingkir. Hingga sampai 3 tahun pundi-pundi itu tidak ada yang menyentuhnya. Pada suatu hari putra mahkota lewat ke situ dan tanpa sengaja telah menginjaknya dan diketahui oleh ratu Sima. Ratu Sima sangat marah dan memerintahkan hukuman mati kepada putra mahkota. Para menteri meminta pengampunan untuk sang putra mahkota, akan tetapi ratu Sima berkata bahwa karena yang bersalah adalah kakinya maka kaki itu harus dipotong. Sekali lagi para menteri memohon ampunan untuk putra mahkota, akhirnya sang ratu memerintahkan jari-jari kaki itu yang dipotong. Sebagai peringatan untuk seluruh penduduk Ho-ling. Mendengar hal itu, Ta-shih takut dan mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan ratu Hsi-mo. Raja tinggal di She-p'o (She-p'o-tch'eng), tetapi leluhur raja yang bernama Ki-yen telah memindahkan pusat kerajaan ke timur. Ke kota P'olu-chia-ssu. Di sekeliling She-p'o terdapat 28 kerajaan-kerajaan kecil dan tidak ada diantaranya yang tidak tunduk. Ada 32 pejabat tinggi kerajaan. Dan yang terutama diantara mereka adalah Ta-tso-kan-hsiung. Menurut berita dalam Ying-huan-tchelio, perpindahan itu terjadi dalam masa T'ien-pao (742M-755M). (Catatan sejarah dinasti Tang, Hsin-tang-shu). Melihat pada catatan dinasti Tang tentang panjang bayangan Gnomon, kita bisa mengetahui letak ibu kota kerajaan Keling berada di pantai utara Jawa. Hal ini juga berdasarkan identifikasi letak Lan-pi-ya, yang diduga berada di desa Krapyak, dekat gunung Lasem. Selain itu identifikasi terhadap lubang tanah yang selalu mengeluarkan garam juga ada di desa Kuwu, di daerah Purwodadi-Grobogan. Sampai saat ini lubang tanah itu masih bisa dijumpai dan masyarakat menyebutnya dengan nama Bledug. Hingga saat ini masyarakat masih membuat garam dari situ. Berdasar pada identifikasi tersebut, maka diperkirakan lokasi ibu kota kerajaan Keling berada di daerah pantai utara Jawa tengah. Struktur kerajaan Keling adalah raja yang dibantu 32 pejabat tinggi dengan jabatan yang tertinggi adalah Ta-tso-kan-hsiung. Mungkin saja yang dimaksud adalah mahapatih atau pejabat kehakiman tertinggi. Namun jika meminjam istilah era Mataram kuno maka disebut Pamgat Tiruan. Tidak diketahui dengan pasti corak agama kerajaan Keling. Namun begitu agama mayoritas penduduknya diperkirakan masih menganut kepercayaan lokal. Hal ini karena tak ada dokumen yang menjelaskan corak agama di Keling dan sedikit sekali artefak tentang Buddha/Hindu. Bahkan di Keling terdapat Candi Angin yang sama sekali tak punya ornamen Buddha atau Hindu. Meskipun begitu, I tsing pernah menjelaskan dalam catatannya bahwa tahun 664M, Ho-ling menjadi pusat penyebaran agama Buddha. Hal yang pasti adalah beragam agama dan hak beragama di kerajaan Keling sangat terjaga dengan baik. Berasarkan pada catatan Tang, Keling bertahan sampai awal abad ke-9. Ditandai dengan rutinnya utusan dari Keling yang datang ke Cina sampai awal abad ke-9, dari rentang waktu 640, 648, 666, 767, 768, 813, sampai 815 Masehi. Mungkin sekali bahwa penerus keberadaan Keling adalah sang putra mahkota yang dipotong jari kakinya, yang dalam Carita Parahyangan bernama Narayana dan berputra Dewasinga. Menurut berita dari Tiongkok, sekitar tahun 742-755 masehi, Raja Kiyen memindahkan ibu kota Holing ke Timur. Carita Parahyangan mengungkapkan bahwa ratu Sima mempunyai dua anak. Parwati dan Narayana. Diceritakan juga bahwa ratu Sima membagi Keling untuk kedua anaknya. Bhumi Mataram diberikan kepada Parwati, dan Bhumi Sambhara diberikan kepada Narayana. Narayana dan keturunannya adalah penerus keberadaan Keling di saat Parwati memberikan Bhumi Mataram kepada keturunannya, yang kemudian berubah menjadi kerajaan Mataram Medang pada tahun 716M. Dewasinga menjabat menjadi raja dengan ibu kota kerajaan telah berada di Kanjuruhan, Malang. Prasasti Diyono yang terdapat di desa Diyono, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. Berisi tentang adanya raja yang sangat bijaksana bernama "Dewasinga". Dia mempunyai putra bernama Sang Liswa sebagai penerusnya, dan setelah menjadi raja, bergelar Gajayana. Punya putri bernama Uttejana yang kelak akan kawin dengan keluarga kerajaan di kawasan barat. Cucu Gajayana yang bernama A-nanah, melaksanakan upacara penggantian arca Agastya dari kayu cendana menjadi batu hitam serta pendirian bangunan. Selain itu berisi juga informasi pemberian budak-budak lelaki dan perempuan kepada seseorang sebagai hadiah. Budak-budak tersebut diperuntukkan bagi Pemandian suci, Upacara pembakaran, Persembahan kurban padi. Prasasti ini dibuat tahun 670M. Gajayana menjadi raja setelah mewarisi dari Dewasinga. Kemudian diteruskan oleh Uttejana/suaminya. Kerajaan Kanjuruhan kemudian pada abad ke-9 diketahui telah tergabung dan menjadi wilayah bawahan Mataram. Hal ini diketahui setelah Kanjuruhan ikut menyumbangkan sebuah candi perwara (pengiring) di komplek candi Prambanan. Raja Kanjuruhan pun mulai lebih dikenal dengan sebutan Rakyan Kanuruhan (Kanjuruhan). Peninggalan kerajaan Keling Jawa tengah beberapanya adalah prasasti Tuk Mas, Candi Angin, Candi Bubrah, situs puncak Songolikur, Gunung Muria.

    • @Iqbal-py6sj
      @Iqbal-py6sj 16 дней назад

      Prasasti kota Kapur, 686M, Dapunta Hyang menulis pada bait ke-10: kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara berangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak berbakti Pendiri Sriwijaya ini menyebutkan bahwa pada saat prasasti dipahat, bala tentaranya sedang dalam perjalanan ke pulau Jawa. Namun begitu tak ada catatan lanjutan baik prasasti maupun yang lainnya, yang menyebutkan apakah benar-benar terjadi serangan, perang atau penaklukan. Dapunta Hyang hanya mengatakan saat dia menulis prasasti, pasukannya sedang berangkat. Para sejarawan menafsirkan bahwa kerajaan yang hendak diserang oleh Sriwijaya adalah Tarumanegara. Dalam Naskah Wangsakerta (bukan salah satu sumber primer sejarah) Kerajaan Tarumanegara sudah runtuh pada 670M, dan digantikan oleh dua kerajaan penerusnya. Yaitu Kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh. Jadi saat Sriwijaya mengirim pasukan, Tarumanegara sudah tak ada. Dalam Naskah Wangsakerta, disebutkan raja terakhir Tarumanegara adalah Linggawarman. Linggawarman dinobatkan menjadi raja pada 666M. Memerintah sampai meninggalnya pada 669M. Linggawarman mempunyai permaisuri bernama Ganggasari, putri Wasumurti, raja Indraprahasta ke-11. Mereka punya dua putri; Anak pertama, Dewi Manasih (Menikah dengan Tarusbawa/Raja Sunda pertama). Anak kedua, Sobakencana (Menikah dengan Dapunta Hyang/Pendiri Sriwijaya). Masih dalam Naskah Wangsakerta. Disebutkan sekitar tahun 684, terjadi suasana panas antara dua kerajaan terbesar di Nusantara yaitu Sriwijaya dan Keling (diperintah oleh Ratu Sima). Sima tercatat di Kronik Tang menjabat pada tahun 674M. Sedangkan Dapunta Hyang menjadi raja di Minanga pada 671M dan mendirikan Sriwijaya pada tahun 682M/Prasasti Kedukan Bukit. Dalam Naskah Wangsakerta, suhu panas antara Keling dan Sriwijaya yang baru berdiri ini disebabkan oleh serangan Sriwijaya kepada kerajaan bernama Melayu (Disebutkan dalam Caatatan I Tsing letak kerajaan bernama Melayu adalah antara Minanga dan Kedah tua). Raja terakhir kerajaan Melayu adalah kakak dari ibu Prabu Kartikeyasinga, suami ratu Sima. Untuk mengantisipasi keadaan panas yang berkelanjutan, pihak Kerajaan Sriwijaya menginginkan adanya kerjasama dengan Kerajaan Sunda dan juga Kerajaan Keling. Akhirnya pada tanggal 22 Januari 685M, Tarusbawa dan Dapunta Hyang Sri Jayanasa mengadakan perjanjian kerjasama antar dua kerajaan. Perjanjian tersebut di abadikan oleh Tarusbawa dalam sebuah prasasti yang ditulis dalam bahasa Sunda dan Melayu (menurut Pustaka Nusantara II/3). Tetapi pihak Keling menolak ajakan kerjasama dari Sriwijaya. Tahun 686M permusuhan Keling-Sriwijaya memuncak. Kedua kerajaan besar di masanya itu sudah menyiapkan armada perangnya untuk bertempur. Apalagi Keling adalah kerajaan yang bermitra dengan dinasti-dinasti di Cina dan selalu mengadakan kontak teratur. Sikap cinta damai Tarusbawa lagi-lagi terlihat, saat keadaan hampir tak terkendali, beliau mencegah Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk melakukan serangan ke Kerajaan Keling. Melalui saran dari Tarusbawa, akhirnya Sriwijaya mengurungkan niat penyerbuannya. Hal tersebut terlihat ketika Sriwijaya mulai melunak dengan membebaskan kapal-kapal dagang Keling yang ditahan setelah merampas muatannya. Keadaan tenang ini berlangsung sampai meninggalnya Dapunta Hyang pada 692M. Ratu Sima meninggal 3 tahun setelahnya pada 695M. Cerita dalam naskah Wangsakerta bukanlah sumber primer sejarah. Namun begitu ada satu hal yang pasti, bahwa Sriwijaya tak pernah menaklukan Keling dengan bukti adanya utusan yang terus menerus dikirim ke Cina yang membuktikan keberadaan Keling sampai awal abad ke-9. Tercatat pada masa era Tang (618M-907M) Keling mengirim utusan dari 640, 648, 666, 767, 768, 813, sampai 815 Masehi. Dalam naskah Carita Parahyangan Ratu Sima adalah istri dari Prabu kartikeyasinga. Ratu Sima naik tahta menggantikan suaminya. Mereka mempunyai dua anak, Parwati dan Narayana. Parwati menikah dengan pangeran Galuh, bernama Sang Jalantara Rahyang Mandi Minyak/Suragana, anak Wretikandayun, raja Galuh ke-1, Putra Kandiawan, putra Suraliman, putra Maharguru Manikmaya, Pendiri kerajaan Kendan(Nagreg, bandung-Limbangan-Garut), menantu Suryawarman, raja Tarumanegara ke-7. Usai Ratu Sima selesai menjabat, Keling dibagi menjadi dua bagian. Wilayah Bhumi Mataram, diserahkan kepada Parwarti dan menantunya, yaitu Suragana. Dan Bhumi Sambhara, diserahkan kepada Narayana, saudara Parwati. Suragana adalah anak bungsu dari Wretikandayun. Mempunyai dua saudara, yaitu Rahyang Sempak Waja dan Rahyang Kidul. Dia menjadi raja Galuh ke-2, penerus kerajaan Galuh dan sekaligus mewarisi Bhumi Mataram bersama Parwati. Diceritakan Suragana mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan, Sanna dan Sannaha. Namun dalam Naskah Carita Parahyangan anak yang bernama Sanna, adalah hasil hubungan gelap dengan istri Rahyang Sempak Waja yang bernama Pwahaci Rababu. Sedang Sannaha adalah anak Suragana dengan Parwati. Dalam Prasasti Canggal disebutkan bahwa Sang Ratu Mataram, Sanjaya mewarisi tahta dari Sanna tidak secara langsung. Namun lewat saudari Sanna, yaitu Sannaha, ibu Sanjaya. Dalam Carita Parahyangan mereka adalah saudara tiri beda ibu, dan kemudian menikah. Sanna mewarisi tahta Galuh menjadi raja Galuh ke-3. Pada masa kekuasaan Sanna terjadi pemberontakan dan Sanna digulingkan oleh Purbasora. Dia adalah anak dari Rahyang Sempak waja dan Pwahaci Rababu. Hal itu mengakibatkan Sanna harus menyingkir dan melarikan diri ke gunung Merapi. Parwati menyerahkan kekuasaan Mataram kepada Sanna dan Sannaha. Sanna dan Sannaha memperoleh putra bernama Sanjaya, yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Mataram atau Medang.

    • @Iqbal-py6sj
      @Iqbal-py6sj 16 дней назад

      "Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya" Namanya tercatat di Prasasti Canggal, prasasti Mantyasih, prasasti Wanua III, serta Naskah Parahyangan. Memerintah dari tahun 716M-746M. Gelar Rakai Mataram berarti bahwa dia sebelumnya adalah seorang penguasa daerah Mataram. Sang ratu artinya dia lebih tinggi daripada Maharaja. Dalam Naskah Carita Parahyangan dia adalah raja Galuh, Sunda, dan Medang. Dalam prasasti Mantyasih Sanjaya adalah raja pertama yang bertahta di ibu kota Medang pertama yaitu Pohpitu ‘’rahyangta rumuhun i Medang i Pohpitu’’. Dalam Carita Parahyangan, Sanjaya menikah dengan Sudiwara, putri Dewasinga, anak Narayana. Sanjaya juga menikah dengan Sekar Kencana/Teja Kencana, cucu dari raja Sunda pertama, Tarusbawa. Ayah Sekar Kencana mati muda (tidak diketahui namanya). Sanjaya menjadi raja tiga kerajaan setelah merampas kembali kekuasaan Galuh dari Purbasora. Sanjaya adalah raja yang gemar berperang. Diceritakan dalam Carita Parahyangan bahwa dia juga pernah berhadapan langsung dengan Sriwijaya. Artinya sudah pernah ada perang tanding antara Sailendra melawan Wangsa keturunan Dapunta Hyang, pendiri Sriwijaya. Sanjaya sendiri dinastinya adalah Sailendra, karena dia adalah ayah Rakai Panamkaran yang tercatat menggunakan nama Sailendra sebagai wangsanya.

    • @Iqbal-py6sj
      @Iqbal-py6sj 16 дней назад

      "Śrī Mahārāja Dyaḥ Pañcapaṇa Kariyāna Paṇaṃkaraṇa Śrī Saṅgrāmadhanañjaya" Namanya dikenal melalui Prasasti raja Sankhara, Prasasti Kalasan, Prasasti Mantyasih, dan Prasasti Wanua Tengah III, serta diperkuat oleh Naskah Wangsakerta. Menurut Prasasti Wanua III, raja Mataram setelah Sanjaya dan tahun pemerintahannya adalah Rakai Panamkaran anak Rahyangta ri Mdang/Sanjaya (naik takhta sekitar 746 M). Dinasti Sailendra, Putra Sanjaya, putra Sannaha, putri Parwati, putri Ratu Sima. Nama asli Rakai Panamkaran tak dijelaskan dalam prasasti Wanua III. Tapi dalam Prasasti kalasan 778M terjawab bahwa namanya adalah Dyah Pancapana, dengan gelar "Sri Maharaja Dyah Pancapana Kariyana Panamkarana Sri Sangramadhananjaya". Sebutan rakai sendiri adalah mirip Bhre di Majapahit. Yaitu merujuk kepada penguasa daerah. Rakai Panamkaran naik tahta 746M dan turun tahta antara tahun 782/784M. Dalam prasasti Sankhara disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama dari agama Siwa ke agama Buddha, karena agama Siwa yang dianutnya adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena Buddha disebutkan sebagai agama yang welas asih. Sebelumnya disebutkan ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit selama 8 hari. Karena itulah Sankhara takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana, dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Raja Sankhara yang dimaksud dalam prasati diduga adalah Rakai Panamkaran, anak Sanjaya. Hal ini sejalan dengan yang termuat dalam naskah Carita Parahyangan, bahwa Sanjaya menyuruh anaknya berpindah agama. Karena agama Siwa ditakuti banyak orang. Disebutkan Sanjaya menjalankan ritual yang sangat berat atas saran sang guru, resi brahmana pemuja Siwa. Akibat ritual itu Sanjaya sakit keras sampai 8 hari hingga mengakibatkan kematiannya. Prasasti Sankhara ditemukan di Sragen, Jawa tengah. Sebenarnya prasasti ini ditulis di atas dua batu. Namun batu pertama yang memuat permulaan prasasti belum ditemukan. Dengan demikian tidak diketahui dengan pasti kapan prasasti itu dikeluarkan. Dari segi paleografi diperkirakan Prasasti Sankhara berasal dari pertengahan abad ke-8 Masehi. Pada era Rakai Panamkaran inilah Jawa mulai membangun candi-candi Mataram Buddha dan pada masa Panamkaran pula Jawa mengambil alih Sriwijaya, dan menjadikan Sriwijaya kerajaannya. Menurut Kronik Arab: Sulaiman As Sirafi yang berlayar dari Siraf, teluk persia menuju Canton/GuangZhou, sekitar tahun 851M mencatat bahwa Pulau Ramni (Sumatra) dan Kalah bar(Kedah dan seluruh semenanjung malaya) merupakan wilayah kekuasaan Zabaj (Jawa). Penjelajah arab Sulaiman As Sirafi juga mengatakan kekuasaan Jawa sangat luas, dari ujung Kalah Bar (Kedah dan semenanjung), Niyan (rangkaian kepulaun Nias), Fansur dan Ramni (Wilayah Aceh dan semua Sumatra), hingga ke Sanf (Champa). Dikatakan juga bahwa Jawa adalah penguasa laut Sanf (Vietnam). Ibn Khordazbeh pada tahun 844M, Ibn Al-Fakih pada 902M, Abu Zayd Hasan pada 943M, dan juga Sulaiman As Sirafi sendiri pada 851M mencatat Zabaj sudah menyatukan Sribuza dan Kalah bar. Sumber berita dinasti Tang (Hsin-t'ang-shu) menyebutkan bahwa Shih-li-fo-shih (Sriwijaya) mengirim utusan ke Cina pada tahun 670-673M, 713-741M dan pada 742M. Namun sejak saat itu sudah tak pernah mengirim utusan lagi ke Cina. Pada abad sepuluh (era dimana Medang mataram mulai bermusuhan dengan Sriwijaya), Muncul lagi utusan dari Sumatra namun tidak dengan nama Shih-li-fo-shih. Catatan tang menyebutnya San-fo-tsi, pada 960, 962, 971, 974, 975, 980, 983, 985, 988M. Utusan yang terakhir tinggal Cina selama 2 tahun. Pada 990M dia pergi ke kota Kanton untuk berlayar pulang. Namun dia mendengar nengerinya sedang diserang She-p'o, lantas dia memutuskan untuk kembali tinggal lagi di Cina sampai selama satu tahun lagi. Setelahnya pada tahun 992M dia pergi berlayar ke Champa. Dia menunggu kabar negerinya dulu di sana, akan tetapi karena tidak ada kabar akhirnya di memutuskan kembali ke Cina dan meminta perlindungan kaisar. Tahun 960 M, raja Se-li Hu-ta-hsia-li-tan mengirim utusan ke Cina Tahun 962 M, She-li Wu-yeh mengirimkan utusan Tahun 971, 972, 974 dan 975 M, datang beberapa utusan ke Cina, tetapi tidak menyebutkan nama rajanya. Tahun 980 dan 983 M, datang utusan dari raja Hsia-she Tahun 988 M, datang seorang utusan dari San-Fo-tsi di Cina, setelah dua tahun tinggal di Cina, ia pergi ke Kanton dan mendengar bahwa negaranya diserang She-p'o. Terpaksa ia tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992 M, ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun tentang negerinya, ia kembali ke Cina dan meminta perlindungan kaisar Cina. Tahun 1003, raja San-fo-tsi, Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tiau-hwa (Sri Cudamaniwarmadewa) mengirim utusan ke Cina, sampai dua kali. Tahun 1008, tiba utusan dari San-fo-tsi yang dikirim oleh raja Se-li-ma-la-pi (Sri Marawi). Tahun 1017, Ha-chi-su-wu-ch’a-p’u-mi mengirim utusan ke Cina. Pada masa setelah 1025 Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari kerajaan Chola. Prasasti Tanjore (India), berangka tahun 1030 M, dikeluarkan oleh raja Chola yang bernama Rajendracoladewa. Disebutkan bahwa pada tahun 1017 pasukannya menyerang kerajaan Swarnabhumi (Sumatera). Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggramawijayatunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggramawijaya dilepaskan. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079M, Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja San-fo-tsi, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan candi dekat Kanton. Sebelumnya Ti-hua-ka-lo (Kulothunga Chola I) juga pernah mengirim utusan pada 1068, 1073, 1075. Artinya sejak 740-an masehi Kerajaan yang didirikan oleh Dapunta Hyang, Sriwijaya dalam kekuasaan kekuatan lain, hingga Sriwijaya muncul lagi ke kancah global abad ke-10 namun kembali dikuasai orang lain pada abad ke-11. Terbukti keberadaannya menghilang dari hubungan internasional selama kurun waktu lebih dari 150 tahun, kemudian muncul lagi, namun kembali tertawan kekuasaan Chola pada abad sebelas awal. Dan semenjak itu prasasti-prasasti yang dikeluarkan Sriwijaya hanya merujuk ke Dinasti yang datang dari Jawa, Sailendra. Dan artinya Rudra Wikrama adalah raja terakhir Sriwijaya dari dinasti keturunan pendiri Sriwijaya, Dapunta Hyang sebelum kekuasaannya dirampas oleh Rakai Panamkaran dari dinasti Sailendra, Mataram.

    • @Iqbal-py6sj
      @Iqbal-py6sj 16 дней назад

      Bukan hanya Sumatra dan kepulauan lain di Indonesia dan Malaysia. Rakai Panamkaran juga menjajah sampai wilayah Vietnam, Kambojadesa, dan Thailand Selatan modern. G. Maspero dalam buku "Le Royaume de Champa (1928)", merunut beberapa kronik Tiongkok dan prasasti lokal, melaporkan keganasan tentara Jawa ketika meluluhlantakkan pesisir Vietnam. Maspero menyebut bahwa di awal 767 M, tentara Jawa telah berhasil mendarat di Kerajaan Annam dan bahkan berhasil mendobrak masuk ke ibu kota kerajaan yang diperkirakan berada di wilayah Hanoi modern. Mereka tiba di pantai Tonkin, Annam (Sekitar Hanoi, Vietnam modern). Pada tahun 767M. Annam saat itu adalah Protektorat dinasti Tang. Usai menjarah Kerajaan Annam, tentara Jawa bergerak ke selatan menuju wilayah Kerajaan Ganggaraja (sekarang masuk wilayah Tra Kieu, Vietnam Tengah) dan bahkan menghabisi sama sekali kerajaan itu. Pada 774M, kampanye militer susulan dari Jawa menghampiri wilayah Kauthara, Champa (Nha Trang, Vietnam modern). Pasukan Jawa menyerangnya dengan telak dan dilaporkan membakar kuil Po Nagar dan menjarah arca Siwa. Pada tahun 781 M, Setyawarman berhasil mengusir Jawa. Pada 787 M, kampanye militer Jawa kembali menyerang wilayah Champa bagian selatan di Panduraga (Phan Rang, Vietnam Modern). Jawa menjarah ibu kota Virapura, Panduraga (Phan Rang), menghancurkan kuil-kuil Hoa Lai yang didedikasikan untuk Bhadrādhipatīśvara di sebelah barat Virapura, menjarah kota-kota, mengambil banyak barang rampasan dan wanita. Namun Jawa masih menduduki Panduranga sampai diusir oleh Indravarman I, pada tahun 799M. Kemudian raja memulihkan kuil tersebut. Tidak diketahui dengan pasti sebab kematian Satyavarman (memerintah 770M-787M), yang digantikan oleh adiknya Indrawarnan I. Namun kematian itu tepat pada tahun serangan Jawa ke Champa, 787M. Agresi militer armada Jawa ke Annam, Hanoi Vietnam dan Champa terjadi pada 767 M, 774 M dan 787 M. Kemudian menduduki Champa dari 774 M-781 M dan 787 M-799 M ( masa Rakai Panamkaran/Dyah Pancapana hingga Rakai Panunggalan/Daranindra) telah tercatat dengan baik di kronik Cina dan prasasti di Asia Tenggara. Pada 781 M Raja Champa yang bernama Satyawarman (memerintah tahun 770-787) menuliskan prasasti di Po Nagar. Salah satu baitnya berbunyi: orang-orang yang kejam, tak kenal ampun, berkulit gelap yang lahir di negara lain, yang makanannya lebih mengerikan daripada mayat, dan yang kejam dan marah, datang dengan kapal-kapal . . . mengambil [linga kuil], dan membakar kuil tersebut. Setyawarman di Prasastinya juga menegaskan bahwa dia sudah mengambil kendali atas Champa lagi. Namun tak lama setelah itu tahun 784 M, armada Jawa yang dijuluki "Javabala-sanghair-nāvāgataiḥ" datang lagi dan menduduki Panduraga sampai tahun 799 M. Prasasti Yang Tikuh Indrawarman I. Prasasti ini ditulis oleh raja Indrawarman sendiri pada tahun 799M dimana isi dari prasasti itu adalah: "Telah dibangun pemugaran kuil Bhadradhipatiswara pada tahun 787 Masehi dimana diserang dan dibakar oleh sepasukan yang datang naik kapal dari tanah Jawa". Pada bait lain: "Kerajaan Champa pernah mendapat serangan dari orang Jawa pada tahun 774 Masehi". Di Vietnam, Prasasti Vatt Samrong. Pada prasasti Vatt Samrong yang ditemukan di Vietnam tepatnya di daerah provinsi Tra Vinh. Prasasti Vatt Samrong berkaitan dengan Prasasti Sdok Kak Thom, dimana kedua prasasti menjelaskan usaha untuk melepaskan kekuasaan dari Jawa, hal ini termuat dalam kalimat Prasasti Vatt samrong: “Yang Mulia, yang telah pergi ke tempat Parameswara (maksudnya mangkat) pergi ke Rdval, mempercayakan kepada Mratan Sri Prathivinarendra untuk mengadakan ritual guna mencegah daerah Kamboja dikuasai Jawa”. Di Kambojadesa, Prasasti Sdok Kak Thom. Prasasti ini ditemui di Phnom Sandak di Preah Vihear (Thailand), bertarikh 1052 Masehi, dan ditulis dalam Bahasa Sanskrit dan Khmer. "Kemudian seorang brahmana bernama Hiranyadáma, yang terpelajar dalam mantra yang memberikan Siddhi, berasal dari rakyat. Yang Mulia Paramesvara [kemudian menjadi Jayavarman II] meminta dia untuk melakukan ritual agar tanah Kambuja (Kambujadesa) seterusnya tidak lagi menjadi bawahan Jawa dan sehingga hanya satu raja yang menjadi penguasa umum [untuk wilayah mereka]. brahmana yang melakukan ritual [sampai berakhir] mengikuti Vinaisikha terhormat dan mendirikan Kamraten Jagat ta Raja (= DevaRaja). brahmana [kemudian) mengajarkan Vinasikha, Nayottara, Sammoha dan Siracheda. Dia bacakan mereka dari awal sampai akhir sehingga mereka bisa ditulis, dan mengajar mereka untuk Sivakaivalya". Isi dari prasasti ini adalah Raja Jayavarman II, pendiri Khmer yang datang dari Jawa (sebagai tawanan politik/asli dari Jawa) untuk memerintah Kota Indrapura, melaksanakan satu perayaan keagamaan supaya Kambujadesa (Indochina/Kamboja & vietnam) tidak lagi menjadi wilayah taklukan dan dibawah kekuasaan Jawa. Karena Jayavarman II memerintah dari tahun 802-869 Masehi. Ini bermakna negara Khmer telah merdeka dari pengaruh Jawa hingga akhir abad ke-8. Di Thailand selatan modern, Prasasti Ligor 775M. Diduga bukti bahwa wilayah thailand selatan modern telah dikuasai. Masa pemerintahan Rakai Panamkaran adalah awal kejayaan Mataram, di samping wilayah Mataram meluas sampai Nusantara. Pada masa pemerintahan Rakai Panamkaran juga dibangun kemegahan-kemegahan candi, seperti Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Lumbung, Candi Sewu dan Komplek Ratu Boko. Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792M menyebutkan tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana (Rakai Panamkaran) mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara, yang dikaitkan dengan kompleks Ratu Boko. Diperkirakan Raja Panamkaran telah wafat sebelum Candi Sewu dan Abhayagirivihara rampung, sehingga ia tidak sempat menyaksikan beberapa karyanya (Candi Sewu).

  • @anangtarchandra1330
    @anangtarchandra1330 16 дней назад

    Hidup Sriwijaya. 🙏😇

  • @awanmendung77
    @awanmendung77 21 день назад

    Semangat terus mengedukasi

  • @pejuangzuhur3005
    @pejuangzuhur3005 21 день назад

  • @ASJG14
    @ASJG14 Месяц назад

    🎉🎉🎉

  • @ASJG14
    @ASJG14 Месяц назад

    🎉

  • @ASJG14
    @ASJG14 2 месяца назад

    Merdeka 💪

  • @Sengkun_Tv
    @Sengkun_Tv 2 месяца назад

    Merdekaaaa!!!